Isti'adzah artinya memohon perlindungan kepada Allah dan bernaung di bawah
lindungan-Nya dari kejahatan semua makhluk yang jahat. Pengertian meminta
perlindungan ini adakalanya dimaksudkan untuk menolak kejahatan dan adakalanya
untuk mencari kebaikan, seperti pengertian yang terkandung di dalam perkataan
Al-Mutanabbi (salah seorang penyair), yaitu:
Sesungguhnya tiada seorang pun yang dapat mencegah setan terhadap manusia kecuali hanya Allah. Karena itu, Allah Swt. memerintahkan agar kita bersikap diplomasi terhadap setan manusia dan berbasa-basi terhadapnya dengan mengulurkan kebaikan kepadanya dengan tujuan agar ia kembali kepada wataknya yang asli dan tidak mengganggu lagi. Allah memerintahkan agar kita meminta perlindungan kepada-Nya dari setan yang tidak kelihatan, mengingat setan yang tidak kelihatan itu tidak dapat disuap serta tidak terpengaruh oleh sikap yang baik, bertabiat jahat sejak pembawaan, dan tiada yang dapat mencegahnya terhadap diri kita kecuali hanya Tuhan yang menciptakannya.
Demikian pengertian yang terkandung di dalam ketiga ayat Al-Qur'an. yang sepengetahuanku tidak ada ayat keempat yang semakna dengannya, maka firman Allah swt. dalam surat Al-A'raf:
Hal ini berkaitan dengan sikap terhadap musuh yang terdiri atas kalangan manusia. Kemudian Allah Swt. berfirman:
Kata syaitan menurut istilah bahasa berakar dari kata syatana (شَطَنَ) , artinya "apabila jauh". Watak setan memang jauh berbeda dengan watak manusia; dengan kefasikannya, setan jauh dari semua kebaikan.
Menurut pendapat lain ia berakar dari kata syata (شَاطَ), karena ia diciptakan dari api. Di antara mereka ada yang mengatakan bahwa kedua makna tersebut benar, tetapi makna pertama lebih sahih karena diperkuat oleh perkataan orang-orang Arab. Umayyah ibnu Abus Silt dalam syairnya menceritakan anugerah yang dilimpahkan kepada Nabi Sulaimana.s.:
Imam Sibawaih mengatakan bahwa orang Arab mengatakan tasyaitana fulanun (تَشَيْطَنَ فُلَانٌ), artinya "si Fulan melakukan perbuatan seperti perbuatan setan". Seandainya kata syaitan ini berasal dari kata syata, niscaya mereka (orang-orang Arab) akan mengatakannya tasyayyata (تشيط). Dengan demikian. dapat disimpulkan bahwa yang benar adalah lafaz syaitan berakar dari kata syatana yang berarti "jauh". Karena itu, mereka menamakan setiap orang —baik dari kalangan manusia, jin, ataupun hewan— yang bersikap membangkang tidak mau taat dengan sebutan "setan".
Allah Swt. berfirman:
Di dalam Musnad Imam Ahmad disebutkan dari Abu Zar r.a. yang menceritakan:
Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan dari Abu Zar pula bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Ibnu Wahb mengatakan bahwa telah menceritakan kepadanya Hisyam ibnu Sa'd, dari Zaid ibnu Aslam, dari ayahnya, bahwa Khalifah Umar pernah mengendarai seekor kuda birzaun. Ternyata kuda itu melangkah dengan langkah-langkah yang sombong, maka Umar memukulinya, tetapi hal itu justru makin menambah kesombongannya. Umar turun darinya dan berkata, "Kalian tidak memberikan kendaraan kepadaku kecuali kendaraan setan, dan tidak sekali-kali aku turun darinya melainkan setelah aku ingkar terhadap diriku sendiri." Sanad asar ini sahih.
Ar-rajim adalah wazan fa'il, tetapi bermakna mafid, artinya "setan itu terkutuk dan jauh dari semua kebaikan", sebagaimana pengertian yang terkandung di dalam firman-Nya:
Masih banyak lagi ayat-ayat lainnya. Pendapat lain mengatakan bahwa rajim bermakna rajam, karena setan merajam manusia dengan godaan dan rayuannya. Akan tetapi. makna yang pertama lebih terkenal dan lebih sahih.
يَا
مَنْ أَلُوذُ بِهِ فِيمَا أُؤَمِّلُهُ ... وَمَنْ
أَعُوذُ بِهِ مِمَّنْ أُحَاذِرُهُ
لَا
يَجْبُرُ النَّاسُ عَظْمًا أَنْتَ كَاسِرُهُ ...
وَلَا يَهِيضُونَ عَظْمًا أَنْتَ جابره
Wahai orang yang aku berlindung
kepadanya untuk memperoleh apa yang aku cita-citakan, dan wahai orang yang aku
berlindung kepadanya untuk menghindar dari semua yang aku takutkan. Semua orang
tidak akan dapat mengembalikan keagungan (kebesaran) yang telah engkau
hancurkan, dan mereka tidak dapat menggoyahkan kebesaran yang telah engkau
bangun.
Makna a'uzu billahi minasy syaitanir rajim adalah "aku berlindung di
bawah naungan Allah dari godaan setan yang terkutuk agar setan tidak dapat
menimpakan mudarat pada agamaku dan duniaku, atau agar setan tidak dapat
menghalang-halangi diriku untuk mengerjakan apa yang.diperintahkan kepadaku,
atau agar setan tidak dapat mendorongku untuk mengerjakan hal-hal yang dilarang
aku mengerjakannya".Sesungguhnya tiada seorang pun yang dapat mencegah setan terhadap manusia kecuali hanya Allah. Karena itu, Allah Swt. memerintahkan agar kita bersikap diplomasi terhadap setan manusia dan berbasa-basi terhadapnya dengan mengulurkan kebaikan kepadanya dengan tujuan agar ia kembali kepada wataknya yang asli dan tidak mengganggu lagi. Allah memerintahkan agar kita meminta perlindungan kepada-Nya dari setan yang tidak kelihatan, mengingat setan yang tidak kelihatan itu tidak dapat disuap serta tidak terpengaruh oleh sikap yang baik, bertabiat jahat sejak pembawaan, dan tiada yang dapat mencegahnya terhadap diri kita kecuali hanya Tuhan yang menciptakannya.
Demikian pengertian yang terkandung di dalam ketiga ayat Al-Qur'an. yang sepengetahuanku tidak ada ayat keempat yang semakna dengannya, maka firman Allah swt. dalam surat Al-A'raf:
خُذِ
الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجاهِلِينَ
Jadilah engkau pemaaf, dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta
berpalinglah dari orang-orang yang bodoh. (Al-A'raf: 199)Hal ini berkaitan dengan sikap terhadap musuh yang terdiri atas kalangan manusia. Kemudian Allah Swt. berfirman:
وَإِمَّا
يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطانِ نَزْغٌ
فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan setan, maka berlindunglah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-A'raf:
200)
ادْفَعْ
بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ السَّيِّئَةَ نَحْنُ أَعْلَمُ بِما يَصِفُونَ. وَقُلْ
رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزاتِ الشَّياطِينِ وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَنْ
يَحْضُرُونِ
Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik, Kami lebih
mengetahui apa yang mereka sifatkan. Dan katakanlah.”Ya Tuhanku, aku berlindung
kepada Engkau dari bisikan-bisikan setan. Dan aku berlindung (pula) kepada
Engkau, ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku." (Al-Mu’minun:
96-98)
وَلا
تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا
الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَداوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ. وَما يُلَقَّاها
إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَما يُلَقَّاها إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ. وَإِمَّا
يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ هُوَ
السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan
cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada
permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang
baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar, dan tidak
dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan besar.
Dan jika setan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan
kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
(Fushshilat: 34-36)Kata syaitan menurut istilah bahasa berakar dari kata syatana (شَطَنَ) , artinya "apabila jauh". Watak setan memang jauh berbeda dengan watak manusia; dengan kefasikannya, setan jauh dari semua kebaikan.
Menurut pendapat lain ia berakar dari kata syata (شَاطَ), karena ia diciptakan dari api. Di antara mereka ada yang mengatakan bahwa kedua makna tersebut benar, tetapi makna pertama lebih sahih karena diperkuat oleh perkataan orang-orang Arab. Umayyah ibnu Abus Silt dalam syairnya menceritakan anugerah yang dilimpahkan kepada Nabi Sulaimana.s.:
أَيُّمَا
شَاطِنٍ عَصَاهُ عَكَاهُ ... ثُمَّ يُلْقَى فِي
السِّجْنِ وَالْأَغْلَالِ
Barang siapa (di antara setan) berbuat
durhaka terhadapnya, niscaya dia (Nabi Sulaiman) menangkapnya, kemudian
memenjarakannya dalam keadaan dibelenggu.
Ternyata Umayyah ibnu Abu Silt mengatakan syatinin, bukan sya'itin; dan
berkatalah An-Nabigah Az-Zibyani, yaitu Ziad ibnu Amr ibnu Mu'awiyah ibnu Jabir
ibnu Dabab ibnu Yarbu' ibnu Murrah ibnu Sa'd ibnu Zibyan:
نَأَتْ
بِسُعَادٍ عَنْكَ نَوًى شَطُونُ ...
فَبَانَتْ والفؤادُ بِهَا رَهِينُ
Kini Su'ad berada jauh darimu,
nun
jauh di sana ia
tinggal, dan kini hariku selalu teringat kepadanya.
Nabigah mengatakan bahwa Su'ad kini berada di tempat yang sangat jauh.Imam Sibawaih mengatakan bahwa orang Arab mengatakan tasyaitana fulanun (تَشَيْطَنَ فُلَانٌ), artinya "si Fulan melakukan perbuatan seperti perbuatan setan". Seandainya kata syaitan ini berasal dari kata syata, niscaya mereka (orang-orang Arab) akan mengatakannya tasyayyata (تشيط). Dengan demikian. dapat disimpulkan bahwa yang benar adalah lafaz syaitan berakar dari kata syatana yang berarti "jauh". Karena itu, mereka menamakan setiap orang —baik dari kalangan manusia, jin, ataupun hewan— yang bersikap membangkang tidak mau taat dengan sebutan "setan".
Allah Swt. berfirman:
وَكَذلِكَ
جَعَلْنا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَياطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي
بَعْضُهُمْ إِلى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُوراً
Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu
setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin. Sebagian mereka
membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk
menipu (manusia). (Al-An'am: 112)Di dalam Musnad Imam Ahmad disebutkan dari Abu Zar r.a. yang menceritakan:
قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " يَا أَبَا ذَرٍّ، تَعَوَّذْ
بِاللَّهِ مِنْ شَيَاطِينِ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ "، فقلت: أو للإنس شَيَاطِينُ؟
قَالَ: " نَعَمْ "
Rasulullah Saw. bersabda, "Hai Abu Zar, berlindunglah kepada Allah dari
godaan setan manusia dan setan jin (yang tidak kelihatan)!" Aku
bertanya.”Apakah setan itu ada yang dari kalangan manusia'? 'Beliau menjawab,
"Ya."Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan dari Abu Zar pula bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
«يَقْطَعُ
الصَّلَاةَ الْمَرْأَةُ وَالْحِمَارُ وَالْكَلْبُ الْأَسْوَدُ» فَقُلْتُ: يَا
رَسُولَ اللَّهِ مَا بَالُ الْكَلْبِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْأَحْمَرِ وَالْأَصْفَرِ؟
فَقَالَ: «الْكَلْبُ الْأَسْوَدُ شَيْطَانٌ»
Yang memutuskan salat ialah wanita. keledai, dan anjing hitam." Aku
bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah bedanya antara anjing hitam, anjing merah,
dan anjing kuning?' Nabi Saw. Menjawab: anjing hitam itu adalah
setan.Ibnu Wahb mengatakan bahwa telah menceritakan kepadanya Hisyam ibnu Sa'd, dari Zaid ibnu Aslam, dari ayahnya, bahwa Khalifah Umar pernah mengendarai seekor kuda birzaun. Ternyata kuda itu melangkah dengan langkah-langkah yang sombong, maka Umar memukulinya, tetapi hal itu justru makin menambah kesombongannya. Umar turun darinya dan berkata, "Kalian tidak memberikan kendaraan kepadaku kecuali kendaraan setan, dan tidak sekali-kali aku turun darinya melainkan setelah aku ingkar terhadap diriku sendiri." Sanad asar ini sahih.
Ar-rajim adalah wazan fa'il, tetapi bermakna mafid, artinya "setan itu terkutuk dan jauh dari semua kebaikan", sebagaimana pengertian yang terkandung di dalam firman-Nya:
{وَلَقَدْ
زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا
لِلشَّيَاطِينِ}
Sesungguhnya Kami menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang, dan
Kami jadikan bintang-bintang itu alat pelempar setan. (Al-Mulk: 5)
{إِنَّا
زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِزِينَةٍ الْكَوَاكِبِ * وَحِفْظًا مِنْ كُلِّ
شَيْطَانٍ مَارِدٍ * لَا يَسَّمَّعُونَ إِلَى الْمَلإ الأعْلَى وَيُقْذَفُونَ مِنْ
كُلِّ جَانِبٍ * دُحُورًا وَلَهُمْ عَذَابٌ وَاصِبٌ * إِلا مَنْ خَطِفَ الْخَطْفَةَ
فَأَتْبَعَهُ شِهَابٌ ثَاقِبٌ}
Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang terdekat dengan hiasan,
yaitu bintang-bintang, dan (telah memeliharanya) sebenar-benarnya dari setiap
setan yang sangat durhaka. Setan-setan itu tidak dapat mendengar-dengarkan
(pembicaraan) para malaikat dan mereka dilempari dari segala penjuru, untuk
mengusir mereka, dan bagi mereka siksaan yang kekal. Akan tetapi, barang siapa
(di antara mereka) yang mencuri-curi (pembicaraan), maka ia dikejar oleh suluh
api yang cemerlang. (Ash-Shaffat: 6-10)
{وَلَقَدْ
جَعَلْنَا فِي السَّمَاءِ بُرُوجًا وَزَيَّنَّاهَا لِلنَّاظِرِينَ * وَحَفِظْنَاهَا
مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ رَجِيمٍ * إِلا مَنِ اسْتَرَقَ السَّمْعَ فَأَتْبَعَهُ
شِهَابٌ مُبِينٌ}
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang (di langit) dan
Kami telah menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandang(nya), dan Kami
menjaganya dari tiap-tiap setan yang terkutuk, kecuali setan yang mencuri-curi
(berita) yang dapat didengar (dari malaikat), lalu dia dikejar oleh semburan api
yang terang. (Al-Hijr: 16-18)Masih banyak lagi ayat-ayat lainnya. Pendapat lain mengatakan bahwa rajim bermakna rajam, karena setan merajam manusia dengan godaan dan rayuannya. Akan tetapi. makna yang pertama lebih terkenal dan lebih sahih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar