{بَلَى
مَنْ كَسَبَ سَيِّئَةً وَأَحَاطَتْ بِهِ خَطِيئَتُهُ فَأُولَئِكَ أَصْحَابُ
النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (81) وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (82)
}
(Bukan demikian), yang benar, barang siapa
berbuat dosa dan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka,
mereka kekal di dalamnya. Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh,
mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.Melalui ayat ini Allah Swt. menyangkal bahwa perkaranya tidaklah seperti apa yang kalian angan-angankan, tidak pula seperti yang kalian inginkan, melainkan perkara yang sesungguhnya ialah barang siapa yang berbuat dosa hingga dosa meliputi dirinya, maka dia menjadi penghuni neraka. Yaitu orang yang datang pada hari kiamat tanpa membawa suatu amal kebaikan pun, bahkan semua amal perbuatannya hanyalah dosa-dosa belaka.
وَالَّذِينَ
آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh. (Al-Baqarah: 82)Yakni beriman kepada Allah dan rasul-Nya serta mengamalkan amal-amal saleh yang sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh syariat, maka mereka adalah penghuni surga. Pengertian kedua ayat ini sama dengan makna yang terkandung di dalam firman lainnya, yaitu:
{لَيْسَ
بِأَمَانِيِّكُمْ وَلا أَمَانِيِّ أَهْلِ الْكِتَابِ مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ
بِهِ وَلا يَجِدْ لَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلا نَصِيرًا* وَمَنْ يَعْمَلْ
مِنَ الصَّالِحَاتِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ
يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا}
(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-angan kalian yang kosong
dan tidak (pula) menurut angan-angan ahli kitab. Barang siapa yang mengerjakan
kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak
mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain Allah. Barang siapa
yang mengerjakan amal-amal saleh, baik ia laki-laki maupun wanita, sedangkan ia
orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak
dianiaya walau sedikit pun. (An-Nisa: 123-124)Muhammad ibnu Ishaq meriwayatkan, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Abu Muhammad, dari Sa'id atau Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: (Bukan demikian), yang benar, barang siapa berbuat dosa. (Al-Baqarah: 81) Maksudnya, melakukan amal seperti amal kalian dan kufur seperti kufur kalian, hingga kekufuran meliputi dirinya dan tiada suatu amal kebaikan pun yang ada pada dirinya. Maka
enurut riwayat yang lain, dari Ibnu Abbas, yang dimaksud dengan sayyi-ah dalam ayat ini ialah kemusyrikan.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, hal yang semisal dengan riwayat di atas telah diriwayatkan dari Abu Wa-il, Abul Aliyah, Mujahid, Ikrimah, Al-Hasan, Qatadah, dan Ar-Rabi' ibnu Anas.
Al-Hasan dan As-Saddi mengatakan pula bahwa as-sayyi-ah dalam ayat ini ialah suatu dosa besar.
Ibnu Juraij mengatakan dari Mujahid sehubungan dengan firman-Nya: Dan ia telah diliputi oleh dosanya. (Al-Baqarah: 81) Yang dimaksud dengan bihi ialah biqalbihi, yakni 'dan hatinya telah diliputi oleh dosanya'.
Abu Hurairah, Abu Wa-il, Ata, dan Al-Hasan telah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya ini, bahwa kemusyrikan telah meliputi dirinya.
Al-A'masy —dari Abu Razin, dari Ar-Rabi' ibnu Khaisam— sehubungan dengan firman-Nya ini mengatakan bahwa yang dimaksud oleh ayat tersebut ialah orang yang mati dengan membawa semua dosanya sebelum melakukan tobat. Hal yang semisal telah diriwayatkan dari As-Saddi serta Abu Razin.
Abul Aliyah, Mujahid, dan Al-Hasan dalam riwayat yang lain —-juga Qatadah serta Ar-Rabi' ibnu Anas— sehubungan dengan makna firman-Nya ini mengatakan bahwa yang dimaksud dengan khati-ah ialah dosa besar yang memastikan pelakunya masuk neraka.
Semua pendapat yang disebutkan di atas mempunyai pengertian yang hampir sama.
Sehubungan dengan hal ini layak kiranya bila disebutkan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, bahwa:
حَدَّثَنَا
سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ، حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ قَتَادَةَ عَنْ عَبْدِ رَبِّهِ،
عَنْ أَبِي عِيَاضٍ، عن عبد الله
بْنِ
مَسْعُودٍ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
"إيَّاكم وَمُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ، فَإِنَّهُنَّ يَجْتَمِعْنَ عَلَى الرَّجُلِ
حَتَّى يُهْلِكْنَهُ". وَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
ضَرَبَ لهُنَّ مَثَلًا كَمَثَلِ قَوْمٍ نَزَلُوا بِأَرْضٍ فَلَاةٍ، فَحَضَرَ
صَنِيعُ الْقَوْمِ، فَجَعَلَ الرَّجُلُ يَنْطَلِقُ فَيَجِيءُ بِالْعُودِ،
وَالرَّجُلُ يَجِيءُ بِالْعُودِ، حَتَّى جَمَعُوا سَوَادًا ، وَأَجَّجُوا نَارًا،
فَأَنْضَجُوا مَا قَذَفُوا فِيهَا
telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Daud, telah menceritakan kepada
kami Amr ibnu Qatadah, dari Abdur Rabbih, dari Abu Iyad, dari Abdullah ibnu
Mas'ud r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Hati-hatilah kalian terhadap dosa-dosa kecil, karena sesungguhnya dosa-dosa
kecil itu akan menumpuk pada seseorang, lalu membinasakannya. Sesungguhnya
Rasulullah Saw. pernah membuat suatu perumpamaan kepada mereka sehubungan dengan
dosa kecil ini, perihalnya sama dengan suatu kaum yang turun istirahat di suatu
tempat yang lapang (padang pasir). Kemudian orang yang mengatur urusan kaum ini
tiba, maka ia memerintahkan kepada seseorang untuk pergi mengambil kayu bakar,
lalu orang itu datang dengan membawa kayu bakar. Si pemimpin memerintahkan lagi
kepada yang lainnya untuk mendatangkan kayu bakar; demikian seterusnya hingga
mereka berhasil mengumpulkan setumpukan besar kayu api, lalu mereka membakar
kayu api itu hingga semua yang mereka lemparkan ke dalamnya menjadi hangus.Muhammad ibnu Ishaq meriwayatkan, telah menceritakan kepadanya Muhammad, dari Sa'id atau Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya. (Al-Baqarah: 82) Artinya, barang siapa yang beriman kepada apa yang diingkari oleh orang-orang Yahudi dan mengamalkan apa yang ditinggalkan dalam agama mereka, baginya pahala surga; ia kekal di dalamnya. Allah Swt. memberitakan kepada mereka bahwa pahala kebaikan dan keburukan akan tetap dipikul oleh pelakunya untuk selama-lamanya, tiada terputus darinya.
{وَإِذْ
أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ لَا تَعْبُدُونَ إِلا اللَّهَ
وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ
وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ ثُمَّ
تَوَلَّيْتُمْ إِلا قَلِيلا مِنْكُمْ وَأَنْتُمْ مُعْرِضُونَ (83)
}
Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji
dari Bani Jsrail (yaitu): Janganlah kalian menyembah selain Allah, dan berbuat
baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin;
serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah salat dan
tunaikanlah zakat. Kemudian kalian tidak
memenuhi janji itu, kecuali sebagian kecil dari kalian, dan kalian selalu
berpaling.Melalui ayat ini Allah mengingatkan kaum Bani Israil terhadap apa yang telah Dia perintahkan kepada mereka dan pengambilan janji oleh-Nya atas hal tersebut dari mereka, tetapi mereka berpaling dari semuanya itu dan menentang secara disengaja dan direncanakan, sedangkan mereka mengetahui dan mengingat hal tersebut. Maka Allah Swt. memerintahkan mereka agar menyembah-Nya dan jangan menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Hal yang sama diperintahkan pula kepada semua makhluk-Nya, dan untuk tujuan tersebutlah Allah menciptakan mereka. Sebagaimana yang disebutkan di dalam ayat yang lain, yaitu firman-Nya:
{وَمَا
أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ
إِلا أَنَا فَاعْبُدُونِ}
Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kalian, melainkan Kami
wahyukan kepadanya, "Bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah
Aku oleh kamu sekalian."" (Al-Anbiya: 25)
{وَلَقَدْ
بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا
الطَّاغُوتَ}
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan), "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah tagut itu (An-Nahl:
36)Hal ini merupakan hak yang paling tinggi dan paling besar, yaitu hak Allah Swt. yang mengharuskan agar Dia semata yang disembah, tiada sekutu bagi-Nya; setelah itu baru hak makhluk, dan yang paling dikuatkan untuk ditunaikan ialah hak kedua orang tua. Karena itu, Allah Swt. selalu membarengi hak kedua orang tua dengan hak-Nya, seperti yang dijelaskan dalam firman-Nya:
{أَنِ
اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ}
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, dan hanya
kepada-Kulah kembali kalian. (Luqman: 14)Allah Swt. telah berfirman pula dalam ayat lainnya:
{وَقَضَى
رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ
إِحْسَانًا}
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia,
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.
(Al-Isra: 23)sampai dengan firman-Nya:
{وَآتِ
ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ}
Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada
orang miskin dan orang yang dalam perjalanan. (Al-Isra: 26)Di dalam kitab Sahihain disebutkan sebuah hadis dari Ibnu Mas'ud r.a. seperti berikut:
قُلْتُ:
يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: "الصَّلَاةُ عَلَى
وَقْتِهَا". قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: "بِرُّ الْوَالِدَيْنِ". قُلْتُ: ثُمَّ
أَيٌّ؟ قَالَ: "الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ"
Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, amal perbuatan apakah yang paling utama?
Beliau menjawab, "Salat pada waktunya" Aku bertanya lagi, "Kemudian apa
lagi!" Beliau menjawab, "Berbakti kepada kedua ibu bapak." Aku bertanya,
"Kemudian apa lagi!" Beliau menjawab, ''Jihad dijalan Allah."Karena itulah maka di dalam sebuah hadis sahih disebutkan seperti berikut:
يَا
رَسُولَ اللَّهِ، مَنْ أَبِرُّ؟ قَالَ: "أُمَّكَ". قَالَ: ثُمَّ مَنْ ؟ قَالَ:
"أُمَّكَ". قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: "أباك. ثم أدناك أدناك"
Seorang lelaki bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah yang harus didahulukan
aku berbakti kepadanya? Beliau menjawab, "Ibumu." Lelaki itu bertanya,
"Kemudian siapa lagi!" Beliau menjawab, "Ibumu." Lelaki itu bertanya
lagi, "Kemudian siapa lagi!" Beliau menjawab, "Ayahmu, kemudian orang yang
paling dekat kekerabatannya denganmu, lalu orang yang dekat kekerabatannya
denganmu."
***********
Firman Allah Swt.:
{لَا
تَعْبُدُونَ إِلا اللَّهَ}
Janganlah kalian menyembah selain Allah. (Al-Baqarah: 83)Menurut Imam Zamakhsyari kalimat ayat ini berbentuk khabar, tetapi bermakna talab; ungkapan seperti ini lebih kuat. Menurut pendapat yang lain, bentuk asalnya adalah an la ta'budu illallah, seperti bacaan yang dilakukan oleh ulama Salaf, lalu huruf an dibuang hingga tidak kelihatan. Menurut suatu riwayat dari Ubay dan Ibnu Mas'ud, keduanya membaca ayat ini la ta'budu illallah (janganlah kalian menyembah selain Allah). Pengarahan ini dinukil oleh Imam Qurtubi di dalam kitab tafsirnya, dari Imam Sibawaih. Imam Sibawaih mengatakan bahwa bacaan inilah yang dipilih oleh Imam Kisai dan Imam Farra.
Al-yatama artinya anak-anak kecil yang tidak mempunyai orang tua yang menjarnin penghidupan mereka.
Al-masakin ialah orang-orang yang tidak menjumpai apa yang mereka belanjakan buat diri mereka sendiri dan keluarganya. Dalam surat An-Nisa akan dibahas secara rinci mengenai golongan-golongan tersebut yang diperintahkan Allah dengan tegas agar kita menunaikannya, yaitu di dalam firman-Nya:
{وَاعْبُدُوا
اللَّهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ
إِحْسَانًا}
Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu
pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak. (An-Nisa: 36) sampai
akhir ayat.
*************
Firman Allah Swt.:
{وَقُولُوا
لِلنَّاسِ حُسْنًا}
serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia. (Al-Baqarah:
83)Maksudnya, berkatalah kepada mereka dengan baik dan lemah lembut; termasuk dalam hal ini amar ma'ruf dan nahi munkar dengan cara yang makruf. Sebagaimana Hasan Al-Basri berkata sehubungan dengan ayat ini, bahwa perkataan yang baik ialah yang mengandung amar ma'ruf dan nahi munkar, serta mengandung kesabaran, pemaafan, dan pengampunan serta berkata baik kepada manusia; seperti yang telah dijelaskan oleh Allah Swt., yaitu semua akhlak baik yang diridai oleh Allah Swt.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا رَوْحٌ، حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ الخَزَّاز، عَنْ
أَبِي عِمْرَانَ الجَوْني، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الصَّامِتِ، عَنْ أَبِي ذَرٍّ،
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ
قَالَ: "لَا تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا، وَإِنْ لَمْ تَجِدْ فَالْقَ
أَخَاكَ بِوَجْهٍ مُنْطَلِقٍ".
Imam Ahmad meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Rauh, telah
menceritakan kepada kami Abu Amir Al-Kharraz, dari Abu Imran Al-Juni, dari
Abdullah ibnus Samit, dari Abu Zar r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
Jangan sekali-kali kamu meremehkan suatu hal yang makruf (bajik) barang
sedikit pun; apabila kamu tidak menemukannya, maka sambutlah saudaramu dengan
wajah yang berseri.Hadis yang sama diketengahkan pula oleh Imam Muslim di dalam kitab sahihnya, Imam Turmuzi di dalam kitab sahihnya melalui hadis Abu Amir Al-Kharraz yang nama aslinya ialah Saleh ibnu Rustum.
Sangat sesuai sekali bila Allah memerintahkan kepada mereka untuk berkata baik kepada manusia setelah Dia memerintahkan mereka untuk berbuat baik kepada mereka melalui perbuatan. Dengan demikian, berarti dalam ayat ini tergabung dua sisi kebajikan, yaitu kebajikan perbuatan dan ucapan. Kemudian perintah untuk menyembah Allah dan berbuat baik kepada manusia ini dikuatkan lagi dengan perintah yang tertentu secara detail dari hal tersebut, yaitu perintah mendirikan salat dan menunaikan zakat. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{وَأَقِيمُوا
الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ}
dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat. (Al-Baqarah: 83)Diceritakan pula bahwa ternyata mereka (Bani Israil) berpaling dari semua perintah itu; yakni mereka meninggalkan hal tersebut, membelakanginya, dan berpaling dengan sengaja sesudah mereka mengetahuinya, kecuali sedikit dari kalangan mereka yang mengerjakannya.
Allah Swt. telah memerintahkan pula umat ini dengan hal yang serupa di dalam surat An-Nisa, yaitu melalui firman-Nya:
{وَاعْبُدُوا
اللَّهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي
الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ
الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ
أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالا
فَخُورًا}
Sembahlah Allah, dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu
pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman
sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya kalian. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. (An-Nisa: 36)Dengan demikian, berarti umat ini diberi kepercayaan oleh Allah Swt. untuk mengerjakan perintah-perintah Allah yang tidak pernah dikerjakan oleh umat-umat sebelumnya. Segala puji dan anugerah hanyalah milik Allah belaka.
Di antara nukilan yang garib (aneh) sehubungan dengan hal ini ialah sebuah riwayat yang diketengahkan oleh Ibnu Abu Hatim di dalam kitab tafsirnya; telah menceritakan kepada kami Abi (ayah Ibnu Abu Hatim), telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Khalaf Al-Asqalani, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Yusuf (yakni At-Tanisi), telah menceritakan kepada kami Khalid ibnu Sabih, dari Humaid ibnu Uqbah, dari Asad ibnu Wada'ah. Disebutkan bahwa Asad ibnu Wada'ah bila keluar dari rumahnya tidak pernah bersua dengan seorang Yahudi atau Nasrani melainkan ia mengucapkan salam kepadanya. Ketika ditanyakan kepadanya, "Apakah gerangan yang mendorongmu hingga kamu mengucapkan salam kepada orang Yahudi dan orang Nasrani?" Ia menjawab bahwa sesungguhnya Allah telah berfirman:
{وَقُولُوا
لِلنَّاسِ حُسْنًا}
serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia. (Al-Baqarah:
83)Perkataan yang baik itu menurutnya adalah ucapan salam. Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, hal yang sama telah diriwayatkan dari Ata Al-Khurrasani.
Menurut kami, telah ditetapkan di dalam sunnah bahwa kita tidak boleh memulai mengucapkan salam penghormatan kepada mereka (orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani).
{وَإِذْ
أَخَذْنَا مِيثَاقَكُمْ لَا تَسْفِكُونَ دِمَاءَكُمْ وَلا تُخْرِجُونَ أَنْفُسَكُمْ
مِنْ دِيَارِكُمْ ثُمَّ أَقْرَرْتُمْ وَأَنْتُمْ تَشْهَدُونَ (84) ثُمَّ أَنْتُمْ
هَؤُلاءِ تَقْتُلُونَ أَنْفُسَكُمْ وَتُخْرِجُونَ فَرِيقًا مِنْكُمْ مِنْ
دِيَارِهِمْ تَظَاهَرُونَ عَلَيْهِمْ بِالإثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَإِنْ يَأْتُوكُمْ
أُسَارَى تُفَادُوهُمْ وَهُوَ مُحَرَّمٌ عَلَيْكُمْ إِخْرَاجُهُمْ أَفَتُؤْمِنُونَ
بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ فَمَا جَزَاءُ مَنْ يَفْعَلُ ذَلِكَ
مِنْكُمْ إِلا خِزْيٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرَدُّونَ
إِلَى أَشَدِّ الْعَذَابِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ (85)
أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا بِالآخِرَةِ فَلا يُخَفَّفُ
عَنْهُمُ الْعَذَابُ وَلا هُمْ يُنْصَرُونَ (86) }
Dan (ingatlah) ketika kami mengambil janji
dari kalian (yaitu): Kalian tidak akan menumpahkan darah kalian (membunuh
orang), dan kalian tidak akan mengusir diri kalian (saudara sebangsa) dari
kampung halaman kalian, kemudian kalian berikrar (akan memenuhinya), sedangkan
kalian mempersaksikannya. Kemudian kalian (Bani Israil) membunuh diri kalian
(saudara kalian sebangsa) dan mengusir segolongan dari kalian dari kampung
halamannya, kalian bantu-membantu terhadap mereka dengan membuat dosa dan
permusuhan; tetapi jika mereka datang kepada kalian sebagai tawanan, kalian
tebus mereka, padahal mengusir mereka itu (juga) terlarang bagi kalian. Apakah
kalian beriman kepada sebagian Al-Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebagian
yang lain Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripada kalian,
melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia dan pada hari kiamat mereka
dikembalikan kepada siksa yang sangat besar. Allah tidak lengah dari apa yang
kalian perbuat. Itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan
(kehidupan) akhirat, maka tidak akan diringankan siksa mereka dan mereka tidak
akan ditolong.Melalui ayat ini Allah Swt. membantah orang-orang Yahudi yang ada di zaman Rasulullah Saw. di Madinah dan mengecam tindakan mereka yang ikut berperang melibatkan diri dalam perang antara Aus dan Khazraj, karena kabilah Aus dan Khazraj —yakni orang-orang Ansar— dahulu di masa Jahiliah adalah penyembah berhala, dan di antara kedua belah pihak banyak terjadi peperangan. Sedangkan orang-orang Yahudi di Madinah terdiri atas tiga kabilah, yaitu Bani Qainuqa' dan Bani Nadir; keduanya adalah teman sepakta kabilah Arab Khazraj, sedangkan Bani Quraizah adalah teman sepakta kabilah Aus. Apabila terjadi peperangan di antara kedua belah pihak, maka masing-masing berpihak kepada teman sepaktanya. Orang-orang Yahudi pun terlibat pula dalam peperangan ini hingga ia membunuh musuhnya, dan adakalanya seorang Yahudi membunuh Yahudi lain yang berpihak kepada musuhnya. Padahal perbuatan tersebut diharamkan atas diri mereka menurut ajaran agama yang dinaskan oleh kitab Taurat mereka. Mereka mengusir musuh mereka dari kampung halamannya serta merampok semua peralatan, barang-barang, dan harta benda yang ada padanya. Tetapi apabila perang telah berhenti dan terjadi gencatan senjata di antara kedua kabilah yang bersangkutan, masing-masing golongan dari kaum Yahudi menebus tawanan sekaumnya dari tangan musuhnya, karena mengamalkan kandungan kitab Taurat. Karena itulah maka Allah Swt. berfirman:
{أَفَتُؤْمِنُونَ
بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ}
Apakah kalian beriman kepada sebagian Al-Kitab (Taurat) dan ingkar
terhadap sebagian yang lain? (Al-Baqarah: 85)Di dalam ayat lain Allah Swt. berfirman:
{وَإِذْ
أَخَذْنَا مِيثَاقَكُمْ لَا تَسْفِكُونَ دِمَاءَكُمْ وَلا تُخْرِجُونَ أَنْفُسَكُمْ
مِنْ دِيَارِكُمْ}
Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari kalian (yaitu): Kalian
tidak akan menumpahkan darah kalian (membunuh orang), dan kalian tidak akan
mengusir diri kalian (saudara sebangsa kalian) dari kampung halaman kalian.
(Al-Baqarah: 84)Makna yang dimaksud ialah, janganlah sebagian dari kalian membunuh sebagian yang lain, jangan mengusirnya dari rumahnya, jangan pula saling membantu untuk melakukan hal tersebut. Pengertian ini sama dengan firman Allah Swt.:
{فَتُوبُوا
إِلَى بَارِئِكُمْ فَاقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ عِنْدَ
بَارِئِكُمْ}
Maka bertobatlah kalian kepada Tuhan yang menjadikan kalian, dan bunuhlah
diri kalian. Hal itu lebih baik bagi kalian pada sisi Tuhan yang menjadikan
kalian. (Al-Baqarah: 54)Dikatakan demikian karena orang-orang yang memeluk agama yang sama, sebagian darinya atas sebagian yang lain sama kedudukannya dengan satu orang, seperti pengertian yang terkandung di dalam sabda Nabi Saw. berikut:
"مَثَلُ
الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَوَاصُلِهِمْ بِمَنْزِلَةِ
الْجَسَدِ الْوَاحِدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ
الْجَسَدِ بِالْحُمَّى وَالسَّهَرِ"
Perumpamaan orang-orang mukmin dalam kecintaan dan kasih sayang serta
silaturahmi (keakraban) mereka sama dengan satu tubuh; apabila ada salah satu
anggota tubuh darinya merasa sakit, maka seluruh anggota tubuh merasakan
sakitnya hingga demam dan tidak dapat tidur.
*********
Firman Allah Swt.:
{ثُمَّ
أَقْرَرْتُمْ وَأَنْتُمْ تَشْهَدُونَ}
Kemudian kalian berikrar (akan memenuhinya), sedangkan kalian
mempersaksikannya. (Al-Baqarah: 84)Yaitu kalian berikrar bahwa diri kalian telah mengetahui janji tersebut dan keabsahannya, sedangkan kalian mempersaksikannya.
{ثُمَّ
أَنْتُمْ هَؤُلاءِ تَقْتُلُونَ أَنْفُسَكُمْ وَتُخْرِجُونَ فَرِيقًا مِنْكُمْ مِنْ
دِيَارِهِمْ}
Kemudian kalian (Bani Israil) membunuh diri kalian (saudara sebangsa) dan
mengusir segolongan dari kalian dari kampung halamannya. (Al-Baqarah:
85)Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar meriwayatkan, telah menceritakan kepadanya Muhammad Ibnu Abu Muhammad, dari Sa'id ibnu Jubair atau Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan tafsir firman-Nya: Kemudian kalian (Bani Israil) membunuh diri kalian (saudara sebangsa kalian) dan mengusir segolongan dari kalian dari kampung halamannya. (Al-Baqarah: 85) hingga akhir ayat. Allah Swt. memberitahukan kepada mereka apa yang pernah mereka lakukan sebelum itu. Di dalam kitab Taurat, Allah telah mengharamkan atas diri mereka mengalirkan darah mereka dan diwajibkan atas diri mereka menebus orang sebangsanya yang ditawan.
Mereka (Bani Israil) terdiri atas dua golongan. Salah satu golongannya adalah Bani Qainuqa', teman sepakta Kabilah Khazraj dan Nadir. Dan golongan lainnya —yaitu Bani Quraizah— adalah teman sepakta Kabilah Aus.
Tersebutlah bahwa apabila terjadi peperangan di antara kabilah Aus dan Khazraj, Bani Qainuqa' dan Bani Nadir yang menjadi teman sepakta kabilah Khazraj memihak pada kabilah Khazraj, dan Bani Quraizah berpihak kepada kabilah Aus. Masing-masing pihak dari kalangan orang-orang Yahudi membela teman sepaktanya, hingga mereka saling mengalirkan darah di antara sesamanya, padahal di tangan mereka ada kitab Taurat dan mereka mengetahui semua hukum dan kewajiban yang terkandung di dalamnya.
Kabilah Aus dan Khazraj adalah orang-orang musyrik penyembah berhala. Mereka tidak mengenal adanya surga dan neraka, tidak pula hari berbangkit (hari kiamat). Mereka tidak mengenal adanya kitab, tidak kenal pula dengan istilah halal dan haram.
Apabila perang terhenti dan gencatan senjata terjadi, maka orang-orang Yahudi tersebut menebus tawanan perang dari kalangan mereka berdasarkan nas kitab Taurat dan sebagai pengamalannya. Maka orang-orang Bani Qainuqa' dan Bani Nadir menebus tawanan perang mereka yang ada di tangan kabilah Aus, sedangkan orang-orang Bani Quraizah menebus tawanan perang mereka yang berada di tangan kabilah Khazraj.
Mereka mengajukan tuntutan terhadap apa yang telah teralirkan dari darah mereka, dan mereka membunuh orang-orang yang telah mereka bunuh dari kalangan mereka sendiri untuk membantu kaum musyrik yang ada di pihaknya. Allah Swt. berfirman sehubungan dengan hal ini: Apakah kalian beriman kepada sebagian Al-Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebagian yang lain! (Al-Baqarah: 85)
Dengan kata lain, kalian saling menebus dan saling membunuh di antara sesama kalian, padahal di dalam kitab Taurat telah disebutkan bahwa tidak boleh membunuh, tidak boleh mengusir seseorang dari kampung halamannya, tidak boleh pula membantu orang agar musyrik kepada Allah Swt. dan penyembah berhala untuk melakukan hal itu karena mengharapkan keuntungan duniawi.
Menurut apa yang sampai kepadaku, semua yang telah kami sebut di atas tentang perilaku orang-orang Yahudi bersama kabilah Aus dan Khazraj melatarbelakangi turunnya ayat ini.
Asbat meriwayatkan dari As-Saddi, bahwa orang-orang Quraizah adalah teman sepakta kabilah Aus, sedangkan orang-orang Bani Nadir teman sepakta kabilah Khazraj. Mereka saling membunuh di dalam perang yang terjadi di antara sesama mereka. Bani Quraizah berpihak kepada teman sepaktanya, dan Bani Nadir berpihak kepada teman sepaktanya pula. Tersebutlah bahwa Bani Nadir pernah berperang melawan Bani Quraizah dan teman sepaktanya; ternyata Bani Nadir dapat mengalahkan mereka, maka orang-orang Bani Nadir mengusir orang-orang Bani Quraizah dari tempat tinggalnya. Apabila ada orang-orang yang tertawan dari kalangan kedua belah pihak, mereka mengumpulkan tawanan tersebut, lalu saling menebus di antara sesama mereka. Melihat kejadian tersebut orang-orang Arab mencela perbuatan mereka seraya mengatakan, "Mengapa kalian memerangi mereka, kemudian kalian menebus tawanan mereka?" Orang-orang Yahudi menjawab, "Kami telah diperintahkan untuk menebus mereka dan diharamkan atas kami memerangi mereka (sesamanya)." Orang-orang Arab bertanya, "Lalu mengapa kalian memerangi mereka?" Orang-orang Yahudi menjawab, "Kami merasa malu bila teman sepakta kami mengalami penghinaan (kekalahan)." Yang demikian itulah yang di-sebutkan oleh Allah Swt. di dalam firman-Nya: Kemudian kalian (Bani Israil) membunuh diri kalian (saudara sebangsa kalian) 'dan mengusir segolongan dari kalian dari kampung halamannya. (Al-Baqarah: 85), hingga akhir ayat.
Asbat meriwayatkan dari As-Saddi, dari Asy-Sya'bi, bahwa ayat berikut diturunkan berkenaan dengan Qais ibnul Hatim, yaitu firman-Nya: Kemudian kalian membunuh diri kalian sendiri dan mengusir se-olongan dari kalian dari kampung halamannya. (Al-Baqarah: 85), hingga akhir ayat.
Asbat meriwayatkan dari As-Saddi, dari Abdu Khair yang menceritakan kisah berikut: Kami berperang dengan Sulaiman ibnu Rabi'ah Al-Bahili di Lanjar. Kami dapat mengepung penduduknya. Akhirnya kami beroleh kemenangan atas kota tersebut, serta kami memperoleh banyak tawanan wanita. Abdullah ibnu Salam membeli seorang wanita Yahudi dengan harga tujuh ratus. Ketika ia melalui Rasul Jalut, ia turun istirahat padanya, lalu Abdullah berkata kepada pemimpin Rasul Jalut, "Hai Rasul Jalut, maukah engkau membeli dariku seorang nenek yang ada di tanganku dari kalangan pemeluk agamamu (agama Yahudi)?" Rasul Jalut menjawab, "Ya." Abdullah ibnu Salam berkata, "Aku telah membelinya dengan harga tujuh ratus (dirham)." Pemimpin Rasul Jalut menjawab, "Aku mau memberimu keuntungan yang sama dengan modalmu itu." Abdullah ibnu Salam berkata, "Sesungguhnya aku telah bersumpah bahwa aku tidak akan menjualnya dengan harga kurang dari empat ribu (dirham)." Pemimpin Rasul Jalut menjawab, "Aku tidak memerlukannya."
Abdullah ibnu Salam berkata, "Demi Allah, kamu benar-benar membelinya dariku atau kamu kafir terhadap agamamu sendiri yang kamu peluk sekarang." Selanjutnya Abdullah ibnu Salam berkata, "Mendekatlah kepadaku." Maka pemimpin itu mendekat kepadanya dan Abdullah ibnu Salam membacakan ke telinganya apa yang terkandung di dalam kitab Taurat, yaitu: "Sesungguhnya kamu tidak sekali-kali menemukan seorang budak dari kalangan Bani Israil melainkan kamu harus membelinya dan memerdekakannya." Tetapi jika mereka datang kepada kalian sebagai tawanan, kalian tebus mereka, padahal mengusir mereka itu (juga) terlarang bagi kalian. (Al-Baqarah: 85) Pemimpin Rasul Jalut bertanya, "Engkau Abdullah ibnu Salam?" Abdullah ibnu Salam menjawab, "Ya." Maka pemimpin Rasul Jalut datang dengan membawa uang sejumlah empat ribu (dirham), dan Abdullah ibnu Salam akhirnya menerima dua ribu saja, sedangkan yang dua ribu lagi ia kembalikan kepada orang tersebut.
Adam ibnu Abu Iyas meriwayatkan di dalam kitab tafsirnya, bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Ja'far (yakni Ar-Razi), telah menceritakan kepada kami Ar-Rabi' ibnu Anas, telah menceritakan kepada kami Abul Aliyah, bahwa Abdullah ibnu Salam pernah lewat di Rasul Jalut (bawahan daerah Kufah), sedangkan pemimpin Rasul Jalut menebus tawanan perang wanita (dari kalangan Yahudi) yang belum disetubuhi oleh pasukan Arab, dan ia tidak mau menebus tawanan wanita yang sudah digauli oleh tentara Arab. Maka Abdullah ibnu Salam berkata, "Ingatlah, bukankah telah termaktub di dalam kitab yang ada padamu bahwa kamu harus menebus mereka semuanya (tanpa pilih kasih)?"
Makna yang ditunjukkan oleh ayat dan konteksnya mengandung celaan yang ditujukan kepada orang-orang Yahudi sehubungan dengan pengamalan mereka terhadap perintah kitab Taurat yang mereka yakini kesahihannya, padahal kenyataannya mereka bertentangan dengan syariat yang terkandung di dalamnya, sedangkan mereka mengetahui hal tersebut. Ironisnya mereka mempersaksikan kebenaran dari kekeliruan tersebut. Karena itu, mereka tidak beriman kepada apa yang terkandung di dalam kitab Taurat, tidak pula terhadap penukilannya; serta tidak percaya dengan apa yang mereka sembunyikan mengenai sifat Rasulullah Saw., ciri khasnya, tempat diutusnya, saat munculnya dan tempat hijrahnya, serta lain-lainnya yang diberitakan oleh para nabi sebelum Nabi Saw. muncul. Hal inilah yang disembunyikan dengan rapi di antara sesama mereka, semoga laknat Allah menimpa mereka. Sehubungan dengan hal ini Allah Swt. berfirman:
{فَمَا
جَزَاءُ مَنْ يَفْعَلُ ذَلِكَ مِنْكُمْ إِلا خِزْيٌ فِي الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا}
Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian dari kalian melainkan
kenistaan dalam kehidupan dunia. (Al-Baqarah: 85)Yakni disebabkan mereka menentang syariat Allah dan perintah-Nya.
{وَيَوْمَ
الْقِيَامَةِ يُرَدُّونَ إِلَى أَشَدِّ الْعَذَابِ}
dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat
berat. (Al-Baqarah: 85)sebagai pembalasan yang setimpal terhadap perbuatan mereka yang menentang Kitabullah yang berada di tangan mereka, yakni kitab Taurat.
{وَمَا
اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ* أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الْحَيَاةَ
الدُّنْيَا بِالآخِرَةِ}
Allah tidak lengah dari apa yang kalian perbuat. Itulah orang-orang yang
membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat. (Al-Baqarah: 85-86)Maksudnya, mereka lebih senang memilih kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat.
{فَلا
يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ}
maka tidak akan diringankan siksa mereka. (Al-Baqarah: 86)Yakni tidak pernah terhenti siksaan atas diri mereka walau hanya sesaat.
{وَلا
هُمْ يُنْصَرُونَ}
dan mereka tidak akan ditolong. (Al-Baqarah: 86)Artinya, tiada seorang penolong pun yang dapat menyelamatkan mereka dari azab kekal yang menimpa diri mereka, dan tiada seorang pun yang dapat memberikan perlindungan kepada mereka dari siksa tersebut
{وَلَقَدْ
آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَقَفَّيْنَا مِنْ بَعْدِهِ بِالرُّسُلِ وَآتَيْنَا
عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنَاتِ وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ
أَفَكُلَّمَا جَاءَكُمْ رَسُولٌ بِمَا لَا تَهْوَى أَنْفُسُكُمُ اسْتَكْبَرْتُمْ
فَفَرِيقًا كَذَّبْتُمْ وَفَرِيقًا تَقْتُلُونَ (87) }
Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan
Al-Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami telah menyusulinya (berturut-turut)
sesudah itu dengan rasul-rasul, dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran
(mukjizat) kepada Isa putra Maryam dan Kami memperkuatnya dengan ruhul qudus.
Apakah setiap datang kepada kalian seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran)
yang tidak sesuai dengan keinginan kalian, lalu kalian menyombongkan diri; maka
beberapa orang (di antara mereka) kalian dustakan dan beberapa orang (yang lain)
kalian bunuh.Allah Swt. mengecap kaum Bani Israil sebagai orang-orang yang takabur, pengingkar, penentang, dan sombong terhadap para nabi; dan bahwa mereka hanyalah memperturutkan hawa nafsu mereka sendiri. Maka Allah Swt. menyebutkan bahwa Dia telah memberikan kepada Musa sebuah kitab (yakni kitab Taurat), tetapi mereka mengubah dan menggantinya serta menentang perintah-perintah yang terkandung di dalamnya serta menakwilkannya dengan takwil yang lain. Kemudian Allah Swt mengirimkan para rasul dan para nabi sesudah Musa a.s. yang menjalankan hukum dengan syariat Nabi Musa a.s., sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya:
{إِنَّا
أَنزلْنَا التَّوْرَاةَ فِيهَا هُدًى وَنُورٌ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّونَ
الَّذِينَ أَسْلَمُوا لِلَّذِينَ هَادُوا وَالرَّبَّانِيُّونَ وَالأحْبَارُ بِمَا
اسْتُحْفِظُوا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ وَكَانُوا عَلَيْهِ شُهَدَاءَ}
Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk
dan cahaya (yang menerangi), yang dengan kitab itu diputuskan perkara
orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang berserah diri kepada Allah, oleh
orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka
diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi
terhadapnya. (Al-Maidah: 44), hingga akhir ayat.
*******
Adapun firman Allah Swt.:
{وَقَفَّيْنَا
مِنْ بَعْدِهِ بِالرُّسُلِ}
dan Kami telah menyusulinya (berturut-turut) sesudah itu dengan
rasul-rasul. (Al-Baqarah: 87)As-Saddi telah meriwayatkan dari Abu Malik sehubungan dengan makna waqaffaina, artinya 'Kami telah menyusulinya'. Sedangkan menurut yang lainnya artinya 'Kami telah mengiringinya', seperti pengertian yang terkandung di dalam firman-Nya:
{ثُمَّ
أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا تَتْرَا}
Kemudian Kami utus (kepada umat-umat itu) rasul-rasul Kami
berturut-turut. (Al-Mu’minun: 44)hingga rasul-rasul Bani Israil ditutup dengan terutusnya Nabi Isa ibnu Maryam. Isa a.s. datang membawa syariat yang sebagian hukum-hukumnya bertentangan dengan apa yang terdapat di dalam kitab Taurat. Karena itu, Allah memberinya berbagai jenis mukjizat untuk memperkuatnya.
Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa mukjizat-mukjizat Isa ialah menghidupkan kembali orang yang telah mati, menciptakan sesuatu yang berbentuk burung dari tanah liat, lalu ia meniupnya dan jadilah sesuatu itu burung yang hidup dengan seizin Allah Swt. Ia pun dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit, menceritakan hal-hal gaib serta diperkuat dengan ruhul qudus, yaitu Malaikat Jibril a.s. Semuanya itu untuk memperkuat risalah yang ia sampaikan kepada kaum Bani Israil agar mereka percaya dan beriman kepadanya. Tetapi kejadiannya justru kebalikannya, kaum Bani Israil bertambah keras mendustakannya dan dengki serta ingkar terhadapnya. Reaksi ini timbul karena apa yang didatangkannya bertentangan dengan isi kitab Taurat dalam sebagian hukum-hukumnya, seperti yang diceritakan oleh Allah Swt. menyitir perkataan Nabi Isa a.s., yaitu:
{وَلأحِلَّ
لَكُمْ بَعْضَ الَّذِي حُرِّمَ عَلَيْكُمْ وَجِئْتُكُمْ بِآيَةٍ مِنْ
رَبِّكُمْ}
dan untuk menghalalkan bagi kalian sebagian yang telah diharamkan untuk
kalian dan aku datang kepada kalian dengan membawa suatu tanda (mukjizat) dari
Tuhan kalian. (Ali Imran: 50), hingga akhir ayat.Orang-orang Bani Israil memperlakukan para nabi dengan perlakuan paling buruk; sebagian dari mereka mendustakannya, dan sebagian yang lain membunuhnya. Hal tersebut terjadi hanya karena para nabi mendatangkan kepada mereka perkara-perkara yang bertentangan dengan hawa nafsu dan pendapat mereka. Para nabi tersebut memerintahkan mereka agar menetapi hukum-hukum kitab Taurat asli yang saat itu sudah mereka ubah untuk menentangnya. Karena itu, maka hal ini terasa amat berat bagi mereka; akhirnya mereka mendustakan para rasulnya, dan adakalanya membunuh sebagiannya. Hal ini telah disebutkan oleh firman-Nya:
{أَفَكُلَّمَا
جَاءَكُمْ رَسُولٌ بِمَا لَا تَهْوَى أَنْفُسُكُمُ اسْتَكْبَرْتُمْ فَفَرِيقًا
كَذَّبْتُمْ وَفَرِيقًا تَقْتُلُونَ}
Apakah setiap datang kepada kalian seorang rasul membawa sesuatu
(pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginan kalian, lalu kalian menyombongkan
diri; maka beberapa orang (di antara mereka) kalian dustakan dan beberapa orang
(yang lain) kalian bunuh (Al-Baqarah: 87)Dalil yang menunjukkan bahwa Ruhul Qudus adalah Malaikat Jibril ialah apa yang dinaskan oleh Ibnu Mas'ud dalam tafsir ayat ini, kemudian pendapatnya itu diikuti oleh Ibnu Abbas, Muhammad ibnu Ka'b, Ismail ibnu Khalid, As-Saddi, Ar-Rabi' ibnu Anas, Atiyyah Al-Aufi, dan Qatadah. Menurut Imam Bukhari disertai dengan tafsir ayat berikut, yakni firman-Nya:
{نزلَ
بِهِ الرُّوحُ الأمِينُ* عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ
الْمُنْذِرِينَ}
dia dibawa turun oleh Ar-Ruhul Amin (Jibril) ke dalam hatimu (Muhammad)
agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi
peringatan. (Asy-Syu'ara: 193-194)Ibnu Abuz Zanad meriwayatkan dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Siti Aisyah r.a., bahwa Rasulullah Saw. telah meletakkan sebuah mimbar di dalam masjid khusus buat Hassan ibnu Sabit, tempat untuk bersyair buat membela Rasulullah Saw.; dan Rasulullah Saw. berdoa untuknya:
"اللَّهُمَّ
أَيِّدْ حَسَّانَ بِرُوحِ الْقُدُسِ كَمَا نَافَحَ عَنْ نَبِيِّكَ"
Ya Allah, perkuatlah Hassan dengan Ruhul Qudus (Malaikat Jibril),
sebagaimana dia berjuang membela Nabi-Mu (melalui syair-syairnya).Lafaz hadis ini yang dari Imam Bukhari secara ta'liq. Akan tetapi, Imam Abu Daud meriwayatkannya pula di dalam kitab Sunannya dari Ibnu Sirin, dan Imam Turmuzi meriwayatkannya dari Ali ibnu Hujr dan Ismail ibnu Musa Al-Fazzari. Ketiga-tiganya mengetengahkan hadis ini dari Abu Abdur Rahman ibnu Abuz Zanad, dari ayahnya dan Hisyam ibnu Urwah; keduanya meriwayatkan hadis ini dari Urwah, dari Siti Aisyah dengan lafaz yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa sanad hadis ini berpredikat hasan atau sahih, yakni hadis Abuz Zanad.
Di dalam kitab Sahihain disebutkan:
مِنْ
حَدِيثِ سُفْيَانَ بْنِ عُيَيْنَةَ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ
الْمُسَيِّبِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ: أَنَّ عُمَرَ مَرَّ بِحَسَّانَ، وَهُوَ
يُنْشِدُ الشِّعْرَ فِي الْمَسْجِدِ
فَلَحَظَ
إِلَيْهِ، فَقَالَ: قَدْ كُنْتُ أَنْشُدُ فِيهِ، وَفِيهِ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مِنْكَ.
ثُمَّ التَفَتَ إِلَى أَبِي هُرَيْرَةَ، فَقَالَ: أَنْشُدُكَ اللَّهَ أَسْمِعْتَ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يقول: "أَجِبْ عَنِّي،
اللَّهُمَّ أَيِّدْهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ"؟. فَقَالَ: اللَّهُمَّ
نَعَمْ
dari hadis Sufyan ibnu Uyaynah, dari Az-Zuhri, dari Sa'id ibnul Musayyab,
dari Abu Hurairah r.a., bahwa Khalifah Umar ibnul Khattab melewati Hassan ibnu
Sabit yang sedang mendendangkan syair di dalam masjid, maka Umar r.a.
memelototinya, lalu Hassan berkata, "Sesungguhnya aku pernah mendendangkan syair
di dalam masjid ini, sedangkan di dalamnya terdapat orang yang lebih baik
daripada kamu (yakni Nabi Saw.)." Kemudian Umar ibnul Khattab r.a. menoleh
kepada Abu Hurairah dan berkata, "Kumohon atas nama Allah, pernahkah engkau
mendengar Rasulullah Saw. bersabda: 'Perkenankanlah bagiku, ya Allah,
kuatkanlah dia (Hassan) dengan Ruhul Qudus (Malaikat Jibril)?'." Maka Abu
Hurairah menjawab, "Allahumma, na'am (ya)."Menurut sebagian riwayat, Rasulullah Saw. pernah bersabda kepada Hassan:
"اهْجُهُمْ
-أَوْ: هَاجِهِمْ-وَجِبْرِيلُ مَعَكَ"
Seranglah mereka atau hinakanlah mereka dengan syairmu, semoga Jibril
membantumu.Di dalam syair Hassan terdapat ucapan berikut:
وَجِبْرِيلٌ
رَسُولُ اللَّهِ يُنَادِي ... وَرُوحُ الْقُدُسِ
لَيْسَ بِهِ خَفَاءُ
Dan Jibril utusan Allah berada bersama
kami, dia adalah Ruhul Qudus yang tidak diragukan lagi.
قَالَ
مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ: حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ
أَبِي حُسَيْنٍ الْمَكِّيِّ، عَنْ شَهْرِ بْنِ حَوْشَبٍ الْأَشْعَرِيِّ: أَنَّ
نَفَرًا مِنَ الْيَهُودِ سَأَلُوا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَقَالُوا: أَخْبِرْنَا عَنِ الرُّوحِ. فَقَالَ: "أَنْشُدُكُمْ بِاللَّهِ
وَبِأَيَّامِهِ عِنْدَ بَنِي إِسْرَائِيلَ، هَلْ تَعْلَمُونَ أَنَّهُ جِبْرِيلُ؟
وَهُوَ الذِي يَأْتِينِي؟ " قَالُوا: نَعَمْ
Muhammad ibnu Ishaq meriwayatkan, telah menceritakan kepadaku Abdur Rahman
ibnu Abu Husain Al-Makki, dari Syahr ibnu Hausyab Al-Asy'ari: Bahwa ada
segolongan orang-orang Yahudi bertanya kepada Rasulullah Saw., "Ceritakanlah
kepada kami tentang roh." Maka beliau menjawab, "Aku meminta kepada kalian,
demi Allah dan demi hari-hari-Nya bersama Bani Israil, tahukah kalian bahwa
Jibril yang selalu datang kepadaku adalah roh.?" Mereka menjawab, "Ya."Di dalam kitab Sahih Ibnu Hibban disebutkan sebuah hadis dari Ibnu Mas'ud, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"إِنَّ
رُوحَ الْقُدُسِ نَفَخَ فِي
رُوعِي: إِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَكْمِلَ رِزْقَهَا وَأَجَلَهَا
فَاتَّقَوُا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ"
Sesungguhnya Ruhul Qudus (Malaikat Jibril) telah menyampaikan wahyu
kepadaku, bahwa seseorang tidak akan mati sebelum menyempurnakan rezeki dan
ajalnya. Karena itu, bertakwalah kalian kepada Allah dan berlakulah dengan baik
dalam mencari (meminta).Beberapa pendapat lain sehubungan dengan makna Ruhul Qudus diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatirn, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, Minjab ibnul Haris, telah menceritakan kepada kami Bisyr, dari Abu Rauq, dari Ad-Dahhak, dari Ibnu Abbas yang mengatakan, "Ruhul Qudus adalah Ismul A'zam yang dibacakan oleh Nabi Isa a.s. sewaktu menghidupkan orang-orang yang telah mati."
Ibnu Jarir mengatakan bahwa ia pernah menceritakan sebuah riwayat dari Minjab, lalu ia menceritakan hal yang sama.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, hal yang semisal telah diriwayatkan dari Sa'id ibnu Jubair. Al-Qurtubi menukil dari Ubaid ibnu Umair yang juga mengatakan bahwa Ruhul Qudus adalah Ismul A'zam.
Ibnu Abu Nujaih mengatakan, Ar-Ruh adalah Malaikat Hafazah yang menjaga para malaikat.
Abu Ja'far Ar-Razi meriwayatkan dari Ar-Rabi' ibnu Anas, bahwa Al-Qudus adalah Tuhan Yang Mahasuci lagi Maha Tinggi. Hal ini adalah pendapat yang dikatakan oleh Ka'b.
Al-Qurtubi meriwayatkan dari Mujahid dan Al-Hasan Al-Basri, keduanya mengatakan bahwa Al-Qudus adalah Allah Swt., sedangkan Ar-Ruh adalah Malaikat Jibril.
Dengan demikian, pendapat yang terakhir ini sama kedudukannya dengan pendapat pertama tadi.
As-Saddi mengatakan bahwa Al-Qudus adalah Al-Barakah (keberkahan).
Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Al-Qudus adalah suci.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Abdul A’la, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, bahwa ibnu Zaid telah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus. (Al-Baqarah: 87) bahwa Allah menguatkan Isa dengan roh dalam kitab Injil sebagaimana Dia menjadikan roh dalam Al-Qur'an. Keduanya adalah Roh Allah, seperti yang dinyatakan oleh firman-Nya:
{وَكَذَلِكَ
أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا}
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Qur'an) dengan perintah
Kami. (Asy-Syura: 52)Kemudian Ibnu Jarir mengatakan bahwa takwil yang paling mendekati kepada kebenaran dari semua itu adalah pendapat orang yang mengatakan bahwa Ar-Ruh dalam ayat ini bermakna Malaikat Jibril. Karena sesungguhnya Allah telah memberitakan bahwa Dia telah menguatkan Isa dengan roh tersebut, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
{إِذْ
قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ اذْكُرْ نِعْمَتِي عَلَيْكَ وَعَلى
وَالِدَتِكَ إِذْ أَيَّدْتُكَ بِرُوحِ الْقُدُسِ تُكَلِّمُ النَّاسَ فِي الْمَهْدِ
وَكَهْلا وَإِذْ عَلَّمْتُكَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَالتَّوْرَاةَ
وَالإنْجِيلَ}
(Ingatlah) ketika Allah mengalakan, "Hai Isa putra Maryam, ingatlah
nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan Ruhul
Qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan
sesudah dewasa; dan (ingatlah) di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah,
Taurat, dan Injil..., hingga akhir ayat, (Al-Maidah: 110).Maka dalam ayat ini Allah menyebutkan bahwa Dia telah menguatkannya dengan Ruhul Qudus. Seandainya roh yang dijadikan sebagai penguat Isa adalah kitab Injil, niscaya firman-Nya: (Ingatlah) ketika Aku menguatkan kamu dengan Ruhul Qudus. (Al-Maidah: 110) dan firman-Nya: Dan (ingatlah) ketika Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat, dan Injil. (Al-Maidah: 110) merupakan kata ulangan yang tidak mengandung arti apa pun, sedangkan Allah Mahasuci dari hal yang tidak mengandung faedah dalam berkhitab kepada hamba-hamba-Nya.
Menurut kami, termasuk dalil yang menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan Ar-Ruh adalah Malaikat Jibril ialah apa yang telah ditunjukkan oleh konteks ayat sejak permulaannya.
Az-Zamakhsyari mengatakan bahwa Ruhul Qudus adalah roh yang disucikan, perihalnya sama dengan perkataanmu hatimul jud (Hatim yang dermawan) dan rajulun sidqun (lelaki yang benar).
Roh ini disifati dengan Al-Qudus, seperti juga yang disebutkan di dalam firman-Nya, "Waruhum minhu" (dan roh daripada-Nya). Maka ungkapan sifatnya disebut secara ikhtisas dan taqrib sebagai penghormatan buatnya. Menurut pendapat yang lain, dikatakan demikian karena kejadiannya (Isa) bukan berasal dari apa yang dikeluarkan oleh sulbi (air mani) dan rahim yang mengeluarkan darah haid. Menurut pendapat yang lain, Roh di sini artinya Malaikat Jibril. Menurut pendapat yang lainnya artinya kitab Injil, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya tentang Al-Qur'an:
{رُوحًا
مِنْ أَمْرِنَا}
wahyu (Al-Qur'an) dengan perintah kami. (Asy-Syura: 52)Menurut pendapat lain, yang dimaksud ialah asma Allah yang teragung (Ismul A'zam) yang dipakai oleh Isa a.s. ketika menghidupkan orang-orang yang telah mati dengan mengucapkannya.
Pendapat Az-Zamakhsyari ini mengandung pengertian lain, yaitu yang dimaksud dengan roh Isa ialah jiwanya yang suci lagi bersih.
Az-Zamakhsyari mengatakan sehubungan dengan tafsir firman-Nya:
{فَفَرِيقًا
كَذَّبْتُمْ وَفَرِيقًا تَقْتُلُونَ}
maka beberapa orang (di antara mereka) kalian dustakan dan beberapa orang
(yang lain) kalian bunuh (Al-Baqarah: 87)Sesungguhnya dalam ayat ini tidak dikatakan wa fariqan qataltum (dan beberapa orang dari para utusan itu telah kalian bunuh) hanyalah karena yang dimaksudkan mencakup pula masa mendatang. Karena ternyata mereka pun pernah berupaya untuk membunuh Nabi Saw. dengan racun dan sihir. Rasulullah Saw. pernah bersabda dalam keadaan sakit yang membawa kepada kewafatannya:
مَا
زَالَتْ أَكْلَةُ خَيْبَرَ تُعَاوِدُنِي فَهَذَا أَوَانُ انْقِطَاعِ
أَبْهَرِي"
Makanan (yang kusuap) di Khaibar masih terus mempengaruhi diriku, dan
sekarang sudah tiba saat terputusnya urat nadi utamaku.Menurut kami, hadis ini terdapat di dalam kitab Sahih Bukhari dan kitab-kitab hadis lainnya.
{وَقَالُوا
قُلُوبُنَا غُلْفٌ بَلْ لَعَنَهُمُ اللَّهُ بِكُفْرِهِمْ فَقَلِيلا مَا يُؤْمِنُونَ
(88) }
Dan mereka berkata, "Hati kami tertutup:'
Tetapi sebenarnya Allah telah mengutuk mereka karena keingkaran mereka; maka
sedikit sekali mereka yang beriman.Muhammad ibnu Ishaq meriwayatkan, telah menceritakan kepadanya Muhammad ibnu Abu Muhammad, dari Ikrimah atau Sa'id, dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan makna gulfun, bahwa makna yang dimaksud ialah hati kami tertutup.
Ali ibnu Abu Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan tafsir lafaz gulfun, bahwa makna yang dimaksud ialah hati kami tidak dapat memahami.
Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan tafsir lafaz ini, bahwa makna yang dimaksud ialah hati yang terkunci mati. Mujahid mengatakan sehubungan dengan tafsir lafaz ini, qulubuna gulfun artinya hati yang telah tertutup oleh gisyawah (penutup). Ikrimah mengatakan hati yang telah terkunci mati. Abul Aliyah mengatakan hati yang tidak dapat mengerti. Menurut Assaddi yaitu hati yang tertutup oleh gilaf (penutup). Abdur Razaq mengatakan dari Ma'mar, dari Qatadah, artinya 'maka hati yang tidak dapat memahami dan tidak pula mengerti'. Mujahid dan Qatadah mengatakan bahwa Ibnu Abbas membacanya gulufun dengan huruf lam yang di-dammah-kan, bentuk jamak dari lafaz gilafun artinya hati kami merupakan wadah bagi semua ilmu, maka kami tidak memerlukan lagi ilmumu.
Ibnu Abbas dan Ata mengatakan sehubungan dengan tafsir firman-Nya: Tetapi sebenarnya Allah telah mengutuk mereka karena keingkaran mereka. (Al-Baqarah: 88) Maksudnya, Allah telah mengusir dan menjauhkan mereka dari semua kebaikan. maka sedikit sekali mereka yang beriman. (Al-Baqarah: 88)
Menurut Qatadah, makna ayat ini ialah tiada yang beriman dari kalangan mereka kecuali sedikit sekali. Dan firman-Nya: Dan mereka berkata, "Hati kami tertutup" (Al-Baqarah: 88) sama maknanya dengan apa yang terkandung di dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:
{وَقَالُوا
قُلُوبُنَا فِي أَكِنَّةٍ مِمَّا تَدْعُونَا إِلَيْهِ}
Mereka berkata, "Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa
yang kalian seru kami kepadanya." (Fushshilat: 5) Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan sehubungan dengan tafsir lafaz gulfun; perihalnya sama dengan perkataanmu, "Hatiku dalam keadaan tertutup," karena itu ia tidak dapat memahami apa yang sampai kepadanya. Lalu Abdur Rahman membacakan firman-Nya: Mereka berkata, "Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kalian seru kami kepadanya." (Fushshilat: 5)
Pendapat inilah yang di-rajih-kan (dikuatkan) oleh Ibnu Jarir, dan ia mendasari pendapatnya dengan sebuah hadis yang diriwayatkan melalui Amr ibnu Murrah Al-Jumali, dari Abul Bukhturi, dari Huzaifah yang mengatakan bahwa hati itu ada empat macam; lalu ia menyebutkan salah satunya, yaitu hati yang tertutup lagi dibenci, hati ini adalah hatinya orang kafir.
Ibnu Abu Hatim meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdur Rahman Al-Arzami, telah menceritakan kepada kami ayahnya, dari kakeknya, dari Qatadah, dari Al-Hasan sehubungan dengan tafsir firman-Nya, "Qulubuna gulfun" artinya hati kami belum dikhitan (belum dibersihkan). Pendapat ini merujuk kepada pendapat yang telah lalu, yaitu yang mengatakan bahwa hati mereka tidak suci dan jauh dari kebaikan.
Pendapat yang lainnya dikatakan oleh Ad-Dahhak, dari Ibnu Abbas r.a., bahwa qulubuna gulfun artinya hati kami telah penuh, tidak lagi memerlukan ilmu Muhammad, tidak pula yang lainnya.
Atiyyah Al-Aufi mengatakan dari Ibnu Abbas bahwa makna gulufun yakni wadah ilmu. Berdasarkan makna ini ada sebagian kalangan sahabat Ansar yang membacanya demikian (yakni bukan gulfun, melainkan gulufun). Bacaan ini diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, yakni dengan huruf lam yang di-damah-kan, dinukil oleh Az-Zamakhsyari. Makna lafaz gulfun adalah bentuk jamak dari lafaz gilafun, aetinya wadah; yakni mereka menduga bahwa hati mereka telah penuh dengan ilmu. Karenanya mereka tidak lagi memerlukan ilmu yang lain, sebagaimana mereka biasa memberikan fatwa mengenai ilmu kitab Taurat. Karena itu, Allah Swt. berfirman:
{بَل
لَّعَنَهُمُ اللَّهُ بِكُفْرِهِمْ فَقَلِيلا مَّا يُؤْمِنُونَ}
Tetapi sebenarnya Allah telah mengutuk mereka karena keingkaran mereka;
maka sedikit sekali mereka yang beriman. (Al-Baqarah: 88)Dengan kata lain, keadaannya tidaklah seperti apa yang mereka duga, melainkan hati mereka telah tertutup dan terkunci mati, seperti pengertian yang terkandung di dalam ayat surat An-Nisa, yaitu:
{وَقَوْلِهِمْ
قُلُوبُنَا غُلْفٌ بَلْ طَبَعَ اللَّهُ عَلَيْهَا بِكُفْرِهِمْ فَلا يُؤْمِنُونَ
إِلا قَلِيلا}
Dan perkataan mereka, "Hati kami tertutup." Bahkan sebenarnya Allah telah
mengunci mati hati mereka karena kekafirannya, karena itu mereka tidak beriman
kecuali sebagian kecil dari mereka. (An-Nisa: 155)Mereka berbeda pendapat mengenai firman-Nya, "Faqalilamma yu-minuna,'''' dan firman-Nya, "Fala yu-minuna illa qalilan" Sebagian dari mereka mengatakan, artinya yaitu sedikit sekali orang yang beriman dari kalangan mereka. Menurut pendapat yang lain, sedikit sekali iman mereka. Dengan kata lain, mereka beriman kepada apa yang disampaikan oleh Musa kepada mereka tentang hari akhirat, pahala, dan siksaan. Akan tetapi, iman tersebut tiada manfaatnya bagi mereka karena hati mereka dipenuhi oleh kekufuran terhadap apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw. kepada mereka.
Sebagian yang lain mengatakan, sesungguhnya mereka (Bani Israil) tidak memiliki iman barang sedikit pun; dan sesungguhnya disebutkan di dalam firman-Nya, "Faqalilamma yu-minun," menunjukkan ketiadaan iman pada mereka, yakni mereka semuanya kafir. Pengertian kalimat ini sama dengan ucapan orang-orang Arab, "Qallama ra-aitu misla haza qattu" (aku jarang sekali melihat hal semisal ini).
Makna yang dimaksud ialah ma ra-aitu misla haza qaltu (aku belum pernah melihat hal yang semisal dengan ini). Imam Kisai' berkata bahwa orang-orang Arab mengatakan, "Man zana bi ardin qallama tanbutu" (barang siapa yang berzina di suatu tanah, maka tanah itu jarang dapat menumbuhkan tetumbuhan). Makna yang dimaksud ialah, tanah tersebut tidak dapat menumbuhkan sesuatu pun. Demikian menurut riwayat Ibnu Jarir rahimahullah.
{وَلَمَّا
جَاءَهُمْ كِتَابٌ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَهُمْ وَكَانُوا مِنْ
قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى الَّذِينَ كَفَرُوا فَلَمَّا جَاءَهُمْ مَا عَرَفُوا
كَفَرُوا بِهِ فَلَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الْكَافِرِينَ (89) }
Dan setelah datang kepada mereka Al-Qur'an
dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka
biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang
kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka
lalu ingkar kepadanya. Maka laknat Allah-lah
atas orang-orang yang ingkar itu.Walamma ja-ahum, setelah datang kepada orang-orang Yahudi itu.
Kitabun min Indilah, Al-Qur'an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.
Musaddiqul lima ma ahum, yang isinya membenarkan kitab Taurat yang ada pada mereka.
Sedangkan mengenai makna firman-Nya:
{وَكَانُوا
مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى الَّذِينَ كَفَرُوا}
padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat
kemenangan atas orang-orang kafir. (Al-Baqarah: 89)Makna yang dimaksud ialah bahwa sebelum kedatangan Rasul Saw. yang membawa Al-Qur'an, mereka selalu memohon kepada Allah akan kedatangannya untuk menghadapi musuh mereka dari kalangan kaum musyrik, bila mereka berperang melawan kaum musyrik. Mereka (Bani Israil) selalu mengatakan, "Sesungguhnya kelak akan diutus seorang nabi akhir zaman, kami akan bersamanya memerangi kalian sebagaimana kami memerangi kaum Ad dan kaum Iram." Seperti yang dikatakan oleh Muhammad ibnu Ishaq, dari Asim ibnu Arm. dari Qatadah Al-Ansari, dari pemuka-pemuka Ansar yang mengatakan, "Demi Allah, berkenaan dengan kami dan mereka ayat ini diturunkan," yakni berkenaan dengan kaum Ansar dan orang-orang Yahudi yang bertetangga dengan merekalah kisah yang disebutkan dalam ayat berikut ini diturunkan, yaitu firman-Nya: Dan setelah 'datang kepada mereka Al-Qur'an dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. (Al-Baqarah: 89)
Orang-orang Ansar mengatakan, "Kami berkuasa atas mereka dengan kekuatan dalam suatu masa di zaman Jahiliah; padahal kami berasal dari orang-orang musyrik, sedangkan mereka adalah ahli kitab." Mereka selalu mengatakan, 'Kelak akan muncul seorang nabi yang sekarang sudah tiba masa perutusannya dan nanti kami akan mengikutinya. untuk memerangi kalian seperti kami memerangi kaum Ad dan Iram. Tetapi setelah Allah mengutus rasul-Nya dari kalangan Quraisy, maka kami mengikutinya, sedangkan mereka sendiri ingkar kepadanya." Allah Swt. berfirman sehubungan dengan sikap mereka itu: Dan setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat Allahlah atas orang-orang yang ingkar itu. (Al-Baqarah: 89)
Ad-Dahhak meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan tafsir firman-Nya: padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir. (Al-Baqarah: 89) Bahwa mereka selalu memohon pertolongan seraya mengatakan, "Kami akan membantu Muhammad untuk melawan mereka," tetapi pada hakikatnya tidaklah demikian, mereka hanya berdusta belaka.
Muhammad ibnu Ishaq meriwayatkan, telah menceritakan kepadanya Muhammad ibnu Abu Muhammad, telah menceritakan kepadaku Ikrimah atau Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas, bahwa orang-orang Yahudi di masa lalu selalu memohon kemenangan atas orang-orang Aus dan Khazraj dengan kedatangan Rasulullah Saw. sebelum beliau diangkat menjadi utusan. Akan tetapi, setelah Allah mengutusnya dari kalangan bangsa Arab, mereka kafir dan ingkar kepada apa yang selalu mereka katakan sebelumnya tentang dia. Maka berkatalah kepada mereka Mu'az ibnu Jabal, Bisyr ibnul Barra ibnu Ma'rur, dan Daud ibnu Salamah, "Hai orang-orang Yahudi, bertakwalah kalian kepada Allah dan masuk Islamlah kalian. Sesungguhnya kalian dahulu selalu memohon untuk mendapat kemenangan atas kami dengan datangnya Muhammad Saw., sedangkan kami masih dalam keadaan musyrik. Kalian menceritakan kepada kami bahwa dia akan diutus dan kalian sebut pula sifat-sifatnya."
Maka Salam ibnu Misykum, saudara Bani Nadir (salah seorang dari kalangan orang-orang Yahudi) menjawab, "Dia tidak menyampaikan kepada kami sesuatu pun yang kami kenal, dan dia bukanlah orang yang dahulu sering kami katakan kepada kalian." Maka Allah menurunkan firman-Nya sehubungan dengan perkataan mereka itu: Dan setelah datang kepada mereka Al-Qur'an dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka. (Al-Baqarah: 89), hingga akhir ayat.
Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir. (Al-Baqarah: 89) Mereka selalu memohon kemenangan dengan datangnya Nabi Muhammad Saw. atas orang-orang musyrik Arab, yakni yang juga dari kalangan ahli kitab seperti mereka. Tetapi setelah Nabi Muhammad Saw. diutus dan kelihatan oleh mereka bukan dari kalangan mereka, maka mereka ingkar dan dengki kepadanya.
Abul Aliyah mengatakan, dahulu orang-orang Yahudi selalu memohon kemenangan dengan kedatangan Nabi Muhammad Saw. atas orang-orang musyrik Arab. Mereka mengatakan, "Ya Allah, utuslah nabi yang kami jumpai termaktub dalam kitab kami ini hingga kami dapat menghukum dan membunuh orang-orang musyrik." Tetapi setelah Allah mengutus Nabi Muhammad Saw. dan mereka melihatnya bukan dari kalangan mereka, maka mereka kafir kepadanya karena dengki terhadap bangsa Arab, padahal mereka mengetahui bahwa Nabi Muhammad Saw. adalah utusan Allah. Maka Allah Swt berfirrnan: Maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat Allahlah atas orang-orang yang ingkar itu. (Al-Baqarah: 89)
Qatadah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir. (Al-Baqarah: 89) Dahulu mereka selalu mengatakan bahwa kelak akan muncul seorang nabi. maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. (Al-Baqarah: 89)
Mujahid mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Dan setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu. (Al-Baqarah: 89) Mereka yang disebut di dalam ayat ini adalah orang-orang Yahudi.
{بِئْسَمَا
اشْتَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ أَنْ يَكْفُرُوا بِمَا أَنزلَ اللَّهُ بَغْيًا أَنْ
يُنزلَ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ عَلَى مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ فَبَاءُوا
بِغَضَبٍ عَلَى غَضَبٍ وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابٌ مُهِينٌ (90) }
Alangkah buruknya (hasil perbuatan) mereka
yang menjual dirinya sendiri dengan kekafiran kepada apa yang telah diturunkan
Allah, karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang
dikehendaki-Nya di antara hambah-hamba-Nya. Karena itu, mereka mendapat murka sesudah (mendapat)
kemurkaan. Dan untuk orang-orang kafir siksaan yang menghinakan.Mujahid mengatakan bahwa firman-Nya: Alangkah buruknya (hasil perbuatan) mereka yang menjual dirinya sendiri. (Al-Baqarah: 90) Mereka adalah orang-orang Yahudi, mereka menjual perkara yang hak dengan mendapatkan gantinya perkara yang batil, yaitu mereka menyembunyikan apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw. dan mereka tidak mau menjelaskannya.
As-Saddi mengatakan sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa mereka menjual diri mereka dengan keburukan tersebut. Dengan kata lain, alangkah buruknya apa yang mereka pertukarkan buat diri mereka sendiri; dan mereka rela dengan pertukaran yang buruk itu dan memilihnya, yakni kafir kepada apa yang diturunkan oleh Allah (Al-Qur'an) kepada Nabi Muhammad Saw. Mereka tidak mau membenarkannya, tidak mau mendukung dan membantunya. Sesungguhnya yang mendorong mereka berbuat demikian hanyalah rasa dengki dan kebencian serta kezaliman mereka sendiri, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. (Al-Baqarah: 90) Tiada kedengkian yang lebih besar daripada kedengkian seperti itu.
Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Muhammad, dari Ikrimah atau Sa'id, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: Alangkah buruknya (hasil perbuatan) mereka yang menjual dirinya sendiri dengan kekafiran kepada apa yang telah diturunkan Allah, karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. (Al-Baqarah: 90) Yakni karena Allah menjadikan nabi tersebut bukan dari kalangan mereka (Bani Israil) sendiri. Karena itu, mereka mendapat murka sesudah (mendapat) kemurkaan. (Al-Baqarah: 90)
Menurut Ibnu Abbas, makna kemurkaan atas kemurkaan yang lain ialah Allah murka kepada mereka karena mereka telah menyia-nyiakan kitab Taurat, padahal kitab Taurat berada di tangan mereka. Allah murka pula kepada mereka karena mereka ingkar kepada Nabi Saw. yang diutus-Nya kepada mereka semuanya.
Menurut kami, makna lafaz ba'u ialah mereka pasti dan berhak mendapat murka di atas murka, dan mereka tetap berada di dalam kemurkaan yang bertumpang tindih itu.
Abul Aliyah mengatakan, murka Allah terhadap mereka (Bani Israil) adalah karena kekufuran (keingkaran) mereka kepada kitab Injil dan Nabi Isa, juga karena mereka ingkar kepada Nabi Muhammad Saw. dan kepada Al-Qur'an. Hal yang semisal telah diriwayatkan pula dari Ikrimah dan Qatadah.
As-Saddi mengatakan bahwa murka Allah yang pertama ialah ketika mereka menyembah anak lembu, dan yang kedua ialah ketika mereka ingkar terhadap Nabi Muhammad Saw. Hal yang semisal diriwayatkan dari Ibnu Abbas.
***************
Firman Allah Swt.:
{وَلِلْكَافِرِينَ
عَذَابٌ مُهِينٌ}
Dan untuk orang-orang kafir siksaan yang menghinakan. (Al-Baqarah:
90)Dikatakan demikian mengingat penyebab dari kekufuran mereka adalah rasa dengki dan iri hati yang bersumber dari rasa takabur mereka. Maka sebagai pembalasannya ialah kebalikannya, yaitu mereka mengalami kehinaan dan kerendahan di dunia dan akhirat. Seperti yang disebutkan oleh ayat lainnya, yaitu firman-Nya:
{إِنَّ
الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ
دَاخِرِينَ}
Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari me-yembah-Ku akan
masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina. (Al-Mu’min: 60)Yakni dalam keadaan kecil, hina, rendah lagi kalah.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَحْيَى، حَدَّثَنَا ابْنُ عَجْلان، عَنْ عَمْرِوِ
بْنِ شُعَيْبٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "يُحْشَرُ الْمُتَكَبِّرُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
أَمْثَالَ الذَّرِّ فِي صُوَرِ النَّاسِ، يَعْلُوهُمْ كُلُّ شَيْءٍ مِنَ الصَّغَارِ
حَتَّى يَدْخُلُوا سِجْنًا فِي جَهَنَّمَ، يُقَالُ لَهُ: بُولَس فَيَعْلُوهُمْ
نَارُ الْأَنْيَارِ يُسْقَوْنَ مِنْ طِينَةِ الْخَبَالِ: عُصَارَةِ أَهْلِ
النَّارِ"
Imam Ahmad telah meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Yahya, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Ajlan, dari Amr ibnu Syu'aib, dari ayahnya, dari
kakeknya, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Orang-orang yang sombong
digiring pada hari kiamat nanti dalam keadaan seperti semut paling kecil berupa
manusia, segala sesuatu berada di atas mereka karena kecilnya, hingga dimasukkan
di dalam sebuah penjara di neraka Jahannam. Penjara tersebut dikenal
dengan nama bulis yang dipenuhi oleh inti api neraka; mereka diberi minum dari
tinatul khabal, yaitu perasan dari tubuh penduduk neraka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar