2. Al Baqarah
|
|
2. Al Baqarah
|
103. Sesungguhnya kalau mereka beriman dan bertakwa,
(niscaya mereka akan mendapat pahala), dan sesungguhnya pahala dari sisi
Allah adalah lebih baik, kalau mereka mengetahui.
|
2. Al Baqarah
|
Ketidak sopanan orang-orang Yahudi terhadap Nabi dan sahabat-sahabatnya |
[80]. Raa 'ina berarti: sudilah kiranya
kamu memperhatikan kami. Di kala para sahabat menghadapkan kata ini kepada
Rasulullah, orang Yahudipun memakai kata ini dengan digumam seakan-akan
menyebut Raa'ina padahal yang mereka katakan ialah Ru'uunah yang
berarti kebodohan yang sangat, sebagai ejekan kepada Rasulullah. Itulah
sebabnya Tuhan menyuruh supaya sahabat-sahabat menukar perkataan Raa'ina dengan Unzhurna yang
juga sama artinya denganRaa'ina.
![]() (Diriwayatkan oleh Ibnu Mundzir yang bersumber dari as-Suddi.) Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa kata "Ra'ina" dalam bahasa Yahudi berarti caci maki yang jelek. Sehubungan dengan itu ada peristiwa sbb: Ketika kaum Yahudi mendengar sahabat-sahabat Nabi SAW memakai perkataan itu (Ra'ina) mereka sengaja mengumumkan agar perkataan itu biasa dipergunakan dan ditujukan kepada Nabi SAW. Apabila para shahabat Nabi mempergunakan kata-kata itu, maka mereka menertawakannya. Maka turunlah ayat ini (S. 2: 104). Ketika salah seorang shahabat, yaitu Sa'd bin Mu'adz mendengar ayat ini, berkatalah ia kepada kaum Yahudi: "Hai musuh-musuh Allah! Jika aku mendengar perkataan itu diucapkan oleh salah seorang di antaramu sesudah pertemuan ini akan kupenggal batang lehernya." (Diriwayatkan oleh Abu Na'im di dalam kitab ad-Dala'il dari as-Suddi as-Shaghir, dari al-Kalbi, dari Abi Shaleh yang bersumber dari Ibnu Abbas.) Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa turunnya ayat ini (S. 2: 104) ketika seorang laki-laki berkata: "Ari'na sam'aka". (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari ad-Dlahhak.) Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa pada waktu itu ada beberapa orang Yahudi yang mengatakan: "Ari'na sam'aka" yang ditiru oleh beberapa orang Islam. Akan tetapi Allah membencinya dengan menurunkan ayat ini (S. 2: 104). (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari 'Athiyyah.) Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ketika kaum Muslimin mengucapkan "Ra'ina sam'aka", datanglah kaum Yahudi dan berkata seperti itu. Maka turunlah ayat ini (S. 2:104). (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Qatadah.) Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa turunnya ayat ini (S. 2: 10) sehubungan dengan ucapan "ra'ina", yaitu bahasa yang dipakai kaum Anshar di zaman Jahiliyyah, dan karenanya dilarang oleh ayat ini (S. 2: 104). (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari 'Atha'.) Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa sesungguhnya orang Arab apabila bercakap dengan salah seorang temannya berkata: "Ari'na sam'aka." Kemudian mereka dilarang menggunakan kata-kata itu dengan turunnya ayat ini (S. 2:104). (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Abil-'Aliah.) |
2. Al Baqarah
|
105. Orang-orang kafir dari Ahli Kitab dan orang-orang
musyrik tiada menginginkan diturunkannya sesuatu kebaikan kepadamu dari
Tuhanmu. Dan Allah menentukan siapa yang dikehendaki-Nya (untuk diberi)
rahmat-Nya (kenabian); dan Allah mempunyai karunia yang besar.
|
2. Al Baqarah
|
Menasakhkan sesuatu ayat adalah urusan Allah |
[81]. Para mufassirin berlainan pendapat tentang
arti ayat, ada yang mengartikan ayat Al Quran, dan ada yang
mengartikan mukjizat.
![]() (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari 'Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas.) |
2. Al Baqarah
|
107. Tiadakah kamu mengetahui bahwa kerajaan langit dan
bumi adalah kepunyaan Allah? Dan tiada bagimu selain Allah seorang pelindung
maupun seorang penolong.
|
2. Al Baqarah
|
|
![]() (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Sa'id atau 'Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas.) Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa orang kafir Quraisy meminta kepada Nabi Muhammad SAW supaya gunung Shafa dijadikan emas. Maka Nabi SAW bersabda: "Baiklah, akan tetapi apabila kamu kufur, gunung ini akan berakibat seperti hidangan yang diminta bani Israil." (Sebagaimana tercantum dalam surat al-Maidah 112/115, kaum Hawariyyun meminta kepada Nabi ISa, agar Allah menurunkan hidangan dari langit. Allah mengabulkannya dengan ancaman siksaan bagi orang yang kufur kepada-Nya.) Kaum Quraisy menolak syarat tersebut, kemudian pulang. Maka Allah menurunkan ayat ini (S. 2: 108) berkenaan dengan peristiwa tersebut. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Mujahid.) Menurut riwayat lain turunnya ayat ini (S. 2: 108) sehubungan dengan peristiwa ketika orang-orang Arab meminta kepada Nabi Muhammad SAW agar mendatangkan Allah kepada mereka, sehingga dapat terlihat dengan nyata oleh mata mereka. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari as-Suddi.) Menurut riwayat lain dikemukakan bahwa seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah SAW: "Ya Rasulullah, bagaimana kalau kifarat (denda tebusan dosa) kami disamakan saja dengan kifarat bani Israil? Nabi SAW menjawab: "Maha Suci Allah, sungguh aku tidak menghendakinya. Karena Allah memberikan kepadamu yang lebih baik daripada yang diberikan kepada bani Israil dahulu. Apabila mereka melakukan kejahatan, tertulislah itu di atas pintu rumah mereka dan kifaratnya. Apabila telah ditunaikan kifaratnya, tinggallah kehinaan baginya di dunia. Dan apabila tidak ditunaikan mereka akan mendapat pula kehinaan di akhirat. Bukankah Allah telah memberikan yang lebih baik kepadamu daripada itu dengan firman-Nya: "Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan atau menganiaya dirinya, kemudian ia minta ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang." (QS 4: 110). Dan selanjutnya Nabi SAW bersabda: "Shalat yang lima, dan shalat Jum'at sampai Shalat Jum'at berikutnya menjadi kifarat kesalahan yang dikerjaan di antara waktu kesemuanya itu." Maka Allah menurunkan ayat tersebut di atas (S. 2:108), sebagai teguran terhadap orang yang ingin mengubah ketentuan Allah. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Abal-'Aliah.) |
2. Al Baqarah
|
110. Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan
apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya
pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.
|
2. Al Baqarah
|
111. Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata:
"Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama)
Yahudi atau Nasrani." Demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang
kosong belaka. Katakanlah: "Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu
adalah orang yang benar."
|
2. Al Baqarah
|
112. (Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan
diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi
Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati.
|
2. Al Baqarah
|
|
[83]. Disitulah wajah Allah maksudnya;
kekuasaan Allah meliputi seluruh alam; sebab itu di mana saja manusia berada,
Allah mengetahui perbuatannya, karena ia selalu berhadapan dengan Allah.
![]() (Diriwayatkan oleh Muslim, Tirmidzi dan Nasa'i yang bersumber dari Ibnu Umar.) Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa turunnya ayat faainama tuwallu ... sampai dengan akhir ayat (S. 2: 115) membolehkan kita shalat sunnat di atas kendaraan menghadap sesuai dengan arah tujuan kendaraan. (Diriwayatkan oleh al-Hakim yang bersumber dari Ibnu Umar. Hadits ini shahih menurut riwayat Muslim, terutama isnadnya. Catatan: Sebagian ulama menganggap bahwa riwayat tersebut cukup kuat, walaupun sebab turunnya itu tidak jelas, yaitu dengan kata-kata "Turunnya ayat tersebut dalam masalah anu." Kedudukan kalimat seperti ini, kadang-kadang dianggap sebagai turunnya ayat) Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ketika Rasullah SAW hijrah ke Madinah, diperintahkan oleh Allah SWT untuk menghadap ke Baitil Maqdis di waktu shalat. Maka gembiralah kaum Yahudi. Rasulullah SAW melaksanakan perintah itu beberapa belas bulan lamanya, tetapi dalam hatinya tetap ingin menghadap ke qiblatnya Nabi Ibrahim AS (Mekkah). Beliau selalu berdoa kepada Allah sambil menghadapkan muka ke langit; menantikan turunnya wahyu. Maka turunlah ayat "qad nara taqalluba wajhika fis-sama-i sampai akhir ayat." (S. 2: 144). Kaum Yahudi menjadi bimbang karena turunnya ayat itu (S. 2. 144), sehingga mereka berkata: "Apa yang menyebabkan mereka membelok dari qiblat yang mereka hadapi selama ini?" Maka Allah menurunkan ayat ini (S. 2: 115) sebagai jawaban atas pertanyaan orang-orang Yahudi. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim dari 'Ali bin Abi Thalhah yang bersumber dari Ibnu Abbas. Isnadnya kuat, dan artinya pun membantu menguatkannya, sehingga dapat dijadikan dasar turunnya ayat tersebut.) Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa pada suatu gelap gulita, dalam suatu perjalanan bersama Rasulullah SAW mereka (para perawi Hadits) tidak mengetahui arah qiblat. Mereka shalat ke arah hasil ijtihad masing-masing. Keesokan harinya mereka kemukakan hal itu kepada Rasulullah SAW. Maka turunlah ayat tersebut di atas (S. 2: 115). Hadits ini dla'if, diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Ibnu Majah dan ad-Daraquthni dari Asy'ats as-Samman dari 'Ashi bin Abdillah, dari Abdullah bin 'amir bin Rabiah yang bersumber dari bapaknya. Menurut Tirmidzi, riwayat ini gharib (Hadits dikatakan gharib, apabila diriwayatkan oleh seorang lainnya, dan seterusnya dengan satu sanad) dan As'ats didlaifkan didalam meriwayatkan Hadits ini. Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa Rasulullah SAW mengutus suatu pasukan perang (termasuk di antaranya Jabir). Pada suatu waktu yang gelap-gulita, mereka tidak mengetahui arah qiblat. Berkatalah segolongan dari mereka: "Kami tahu arah qiblat, yaitu arah ini (sambil menunjuk ke arah Utara)". Mereka shalat dan membuat garis sesuai dengan arah mereka shalat tadi. Segolongan lainnya berkata. "Qiblat itu ini (sambil menunjuk ke arah Selatan)." Mereka shalat dan membuat garis sesuai dengan arah shalat mereka. Keesokan harinya setelah matahari terbit, garis-garisan itu tidak menunjukkan arah qiblat yang sebenarnya. Sesampainya ke Madinah, bertanyalah mereka kepada Rasulullah SAW tentang hal itu. Beliau terdiam. Maka turunlah ayat tersebut di atas (S. 2: 115) sebagai penjelasan atas peristiwa tersebut. (Diriwayatkan oleh ad-Daraquthni dan Ibnu Marduwaih dari al-'Arzami, yang bersumber dari Jabir.) Menurut riwayat lain dikemukakan bahwa Rasulullah SAW mengirimkan suatu pasukan perang. Mereka diliputi kabut yang tebal, sehingga tidak mengetahui arah qiblat. Kemudian mereka shalat. Ternyata setelah terbit matahari, shalatnya tidak menghadap qiblat. Setibanya kepada Rasulullah SAW mereka menceritakan hal itu. Maka Allah menurunkan ayat ini (S. 2: 115) yang membenarkan ijtihad meeka. (Diriwayatkan oleh Ibnu Marduwaih yang menerima dari al-Kalbi, dari Abi Shaleh yang bersumber dari Ibnu Abbas.) Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa Rasulullah SAW bersabda. "Saudaramu, raja Najasyi, telah wafat (Dalam tarikh disebutkan bahwa raja Najasyi wafat setelah masuk Islam). Shalatlah untuknya". Para shahabat bertanya. "Apakah kita boleh shalat untuk bukan Muslim?" Maka turunlah surat Ali 'Imran ayat 199. Para shahabat berkata lagi: "Sebenarnya raja Najasyi itu tidak shalat menghadap qiblat." Maka turunlah ayat tersebut di atas (S. 2: 115) yang menjelaskan bahwa raja Najasyi telah menunakan ibadatnya berdasarkan ketentuan pada waktu itu. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang besumber dari Qatadah. Riwayat ini sangat gharib, mursal karena rawinya tidak menerima melalui shahabat atau mu'dlal karena rawinya di tengah sanadnya terputus karena gugur 2 orang rawi yang berdekatan.) Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ketika turun ayat. "Ud'uni astajib lakum" (S. 40: 60) para shahabat bertanya. "Kemana kami menghadap?" Maka turunlah "Faainama tuwallu fatsamma wajhullah" (S. 2: 115) sebagai jawaban terhadap pertanyaan mereka. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Mujahid.) |
2. Al Baqarah
|
116. Mereka (orang-orang kafir) berkata: "Allah
mempunyai anak". Maha Suci Allah, bahkan apa yang ada di langit dan di
bumi adalah kepunyaan Allah; semua tunduk kepada-Nya.
|
2. Al Baqarah
|
117. Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia
berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan
kepadanya: "Jadilah!" Lalu jadilah ia.
|
2. Al Baqarah
|
Larangan mengikuti Yahudi dan Nasrani |
![]() (Diriwayatkan oleh Abdurrazzaq dari atTsauri, dari Musa bin 'Ubaidah yang bersumber dari Muhammad Ibnu Ka'b al-Qarzhi. Hadits ini mursal.) Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa Rasulullah SAW pada suatu hari berdoa. "Di mana kedua ibu bapakku kini berada?" Maka Allah turunlah ayat tersebut di atas (S. 2: 119) (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Ibnu Juraiz yang bersumber dari Dawud bin Abi 'Ashim. Hadits ini pun mursal.) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar