{لَنْ
تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ
شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ (92) }
Kalian sekali-kali tidak sampai kepada
kebajikan (yang sempurna) sebelum kalian menafkahkan sebagian harta yang kalian
cintai. Dan apa saja yang kalian nafkahkan, maka sesungguhnya Allah
mengtahuinya.Waki' di dalam kitab tafsirnya meriwayatkan dari Syarik, dari Abu Ishaq, dari Amr ibnu Maimun sehubungan dengan firman-Nya: Kalian sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna). (Ali Imran: 92) Yang dimaksud dengan al-birr ialah surga.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا رَوْحٌ، حَدَّثَنَا مَالِكٌ، عَنْ إِسْحَاقُ بْنُ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ، سَمِعَ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ يَقُولُ: كَانَ
أَبُو طَلْحَةَ أَكْثَرَ أَنْصَارِيٍّ بِالْمَدِينَةِ مَالًا وكانَ أحبَّ
أَمْوَالِهِ إِلَيْهِ بيْرَحاءُ -وَكَانَتْ مُسْتقْبلة الْمَسْجِدِ، وَكَانَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْخُلُهَا وَيَشْرَبُ مِنْ مَاءٍ
فِيهَا طَيِّبٍ-قَالَ أَنَسٌ: فَلَمَّا نَزَلَتْ: {لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى
تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ} قَالَ أَبُو طَلْحَةَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ
اللَّهَ يَقُولُ: {لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ}
وَإِنَّ أحبَّ أَمْوَالِي إلَيَّ بيْرَحاءُ وَإِنَّهَا صَدَقَةٌ لِلَّهِ أَرْجُو
بِرَّها وذُخْرَها عِنْدَ اللَّهِ تَعَالَى، فَضَعْها يَا رَسُولَ اللَّهِ حَيْثُ
أَرَاكَ اللَّهُ [تَعَالَى] فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"بَخٍ، ذَاكَ مَالٌ رَابِحٌ، ذَاكَ مَالٌ رَابِح، وَقَدْ سَمِعْتُ، وَأَنَا أرَى
أنْ تجْعَلَهَا فِي الأقْرَبِينَ". فَقَالَ أَبُو طَلْحَةَ: أفْعَلُ يَا رَسُولَ
اللَّهِ. فَقَسَمها أَبُو طَلْحَةَ فِي أَقَارِبِهِ وَبَنِي
عَمِّهِ.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Rauh, telah
menceritakan kepada kami Malik, dari Ishaq, dari Abdullah ibnu Abu Talhah yang
pernah mendengar dari Anas ibnu Malik, bahwa Abu Talhah adalah seorang Ansar
yang paling banyak memiliki harta di Madinah, dan tersebutlah bahwa harta yang
paling dicintainya adalah Bairuha (sebuah kebun kurma) yang letaknya berhadapan
dengan Masjid Nabawi. Nabi Saw. sering memasuki kebun itu dan meminum airnya
yang segar lagi tawar. Sahabat Anas r.a. melanjutkan kisahnya, bahwa setelah
diturunkan firman-Nya yang mengatakan: Kalian sekali-kali tidak akan sampai
kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kalian menafkahkan sebagian harta yang
kalian cintai. (Ali Imran: 92) Lalu Abu Talhah berkata, "Wahai Rasulullah,
sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman: 'Kalian sekali-kali tidak sampai
kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kalian menafkahkan sebagian harta yang
kalian cintai' (Ali Imran: 92), dan sesungguhnya hartaku yang paling aku
cintai adalah kebun Bairuha ini, dan sekarang Bairuha aku sedekahkan agar aku
dapat mencapai kebajikan melaluinya dan sebagai simpananku di sisi Allah Swt.
Maka aku mohon sudilah engkau, wahai Rasulullah, mempergunakannya menurut apa
yang diperlihatkan oleh Allah kepadamu." Maka Nabi Saw. menjawab melalui
sabdanya: Wah, wah, itu harta yang menguntungkan, itu harta yang
menguntungkan; dan aku telah mendengarnya, tetapi aku berpendapat hendaklah kamu
memberikannya kepada kaum kerabatmu. Abu Talhah menjawab, "Akan aku lakukan
sekarang, wahai Rasulullah." Lalu Abu Talhah membagi-bagikannya kepada kaum
kerabatnya dan anak-anak pamannya. Hadis ini diketengahkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim.
Di dalam kitab Sahihain disebutkan:
أَنَّ
عُمَر [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ] قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، لَمْ أُصِبْ مَالًا
قطُّ هُوَ أنْفَسُ
عِنْدِي
مِنْ سَهْمِي الَّذِي هُوَ بِخَيْبَرَ، فَمَا تَأْمُرُنِي بِهِ؟ قَالَ حَبِّس
الأصْل وسَبِّل الثَّمَرَةَ"
bahwa sahabat Umar mengatakan, "Wahai Rasulullah, aku belum pernah memperoleh
harta yang paling aku cintai dari semua harta yang ada padaku selain bagianku
dari ganimah Khaibar. Apakah yang harus aku lakukan terhadapnya menurutmu?" Maka
Rasuiullah Saw. menjawab: Tahanlah pokoknya dan sedekahkanlah (di jalan
Allah) buah (hasil)nya.Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Khattab (yaitu Ziyad ibnu Yahya Al-Hassani), telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Amr, dari Abu Amr ibnu Hammas, dari Hamzah ibnu Abdullah ibnu Umar yang menceritakan bahwa telah sampai kepadanya ayat berikut, yaitu firman-Nya: Kalian sekali-kali tidak sampai kepada kebaktian (yang sempurna) sebelum kalian menafkahkan sebagian harta yang kalian cintai. (Ali Imran: 92) Maka ia teringat kepada pemberian Allah yang paling ia cintai, yaitu seorang budak wanita Romawi. Aku (Ibnu Umar) berkata, "Dia merdeka demi karena Allah. Seandainya aku menarik kembali sesuatu yang telah kujadikan sebagai amal taqarrub kepada Allah, niscaya aku akan menikahinya."
{كُلُّ
الطَّعَامِ كَانَ حِلا لِبَنِي إِسْرَائِيلَ إِلا مَا حَرَّمَ إِسْرَائِيلُ عَلَى
نَفْسِهِ مِنْ قَبْلِ أَنْ تُنزلَ التَّوْرَاةُ قُلْ فَأْتُوا بِالتَّوْرَاةِ
فَاتْلُوهَا إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (93) فَمَنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ
الْكَذِبَ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ (94) قُلْ صَدَقَ
اللَّهُ فَاتَّبِعُوا مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ
الْمُشْرِكِينَ (95) }
Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil
melainkan makanan yang diharamkan oleh Israil (Ya'qub) untuk dirinya sendiri
sebelum Taurat diturunkan. Katakanlah,
"(Jika kalian mengatakan ada makanan yang diharamkan sebelum turun Taurat), maka
bawalah Taurat itu, lalu bacalah dia jika kalian orang-orang yang benar." Maka
barang siapa mengada-adakan dusta terhadap Allah sesudah itu, maka merekalah
orang-orang yang zalim. Katakanlah, "Benarlah (apa yang difirmankan) Allah."
Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan bukanlah dia termasuk orang-orang
yang musyrik.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا هَاشِمُ بْنُ الْقَاسِمِ، حَدَّثَنَا عَبْدُ
الْحَمِيدِ، حَدَّثَنَا شَهْر قَالَ: قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ]
حَضَرَتْ عِصَابَةٌ مِنَ الْيَهُودِ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَقَالُوا: حدِّثنا عَنْ خِلَالٍ نَسْأَلُكَ عَنْهُنَّ لَا يَعْلَمُهُنَّ
إِلَّا نَبِيٌّ. قَالَ: "سَلُونِي عَمَّا شِئْتُمْ، وَلَكِنْ اجْعَلُوا لِي ذِمَّةَ
اللَّهِ، وَمَا أَخَذَ يَعْقُوبُ عَلَى بَنِيهِ لَئِنْ أَنَا حَدَّثْتُكُمْ شَيْئًا
فَعَرَفْتُمُوهُ لَتُتَابِعُنِّي عَلَى الإسْلامِ". قَالُوا: فَذَلِكَ لَكَ. قَالَ:
"فَسَلُونِي عَمَّا شِئْتُمْ " قَالُوا: أَخْبرْنَا عَنْ أَرْبَعِ خِلَالٍ:
أَخْبرْنَا أَيُّ الطَّعَامِ حَرَّمَ إِسْرَائِيلُ عَلَى نَفْسِهِ؟ وَكَيْفَ مَاءُ
الْمَرْأَةِ وَمَاءُ الرَّجُلِ؟ كَيْفَ هَذَا النَّبِيُّ الْأُمِّيُّ فِي
النَّوْمِ؟ وَمَنْ وَليّه مِنَ الْمَلَائِكَةِ؟ فَأَخَذَ عَلَيْهِمُ الْعَهْدَ
لَئِنْ أَخْبَرَهُمْ لَيُتَابِعُنَّهُ وَقَالَ:"أَنْشُدُكُمْ بِالَّذِي أَنزلَ
التَّوْرَاةَ عَلَى مُوسَى: هَلْ تَعْلَمُونَ أَنَّ إِسْرَائِيلَ مَرِضَ مَرَضًا
شَدِيدًا وَطَالَ سُقْمُهُ، فَنَذَرَ لِلَّهِ نَذْرًا لَئِنْ شَفَاهُ اللَّهُ مِنْ
سُقْمِهِ لَيُحَرِّمَنَّ أَحَبَّ الشَّرَابِ إِلَيْهِ وَأَحَبَّ الطَّعَامِ
إِلَيْهِ، وَكَانَ أَحَبَّ الطَّعَامِ إِلَيْهِ لُحْمان الإبِلِ، وَأَحَبَّ
الشَّرَابِ إِلَيْهِ أَلْبَانُهَا" فَقَالُوا: اللَّهُمَّ نَعَمْ. قَالَ:
"اللَّهُمَّ اشْهَدْ عَلَيْهِمْ". وَقَالَ: أَنْشُدُكُمْ بِاللَّهِ الَّذِي لَا
إِلَهَ إِلا هُوَ، الَّذِي أَنزلَ التَّوْرَاةَ عَلَى مُوسَى: هَلْ تَعْلَمُونَ
أَنَّ مَاءَ الرَّجُلِ أَبْيَضُ غَلِيظٌ، ومَاءَ الْمَرْأَةِ أَصْفَر رَقِيقٌ،
فَأَيُّهُمَا عَلا كَانَ لَهُ الْوَلَدُ وَالشَّبَهُ بإذنِ اللَّهِ، إِنْ عَلا
مَاءُ الرَّجُلِ مَاءَ الْمَرْأَةِ كَانَ ذَكَرًا بِإِذْنِ اللَّهِ وَإِنْ عَلا
مَاءُ
الْمَرْأَةِ
مَاءَ الرَّجُلِ كَانَ أُنْثَى بِإِذْنِ اللَّهِ ". قَالُوا: نَعَمْ. قَالَ:
"اللَّهُمَّ اشْهَدْ عَلَيْهِمْ". وَقَالَ: "أَنْشُدُكُمْ بِالَّذِي أَنزلَ
التَّوْرَاةَ عَلَى مُوسَى: هَلْ تَعْلَمُونَ أَنَّ هَذَا النَّبِيَّ الأمِّيَّ
تَنَامُ عَيْنَاهُ وَلا يَنَامُ قَلْبُهُ". قَالُوا: اللَّهُمَّ نعمْ. قَالَ:
"اللَّهُمَّ اشْهَدْ ". قَالُوا: وَأَنْتَ الْآنَ فَحَدِّثْنَا منْ وليُّك مِنَ
الْمَلَائِكَةِ؟ فَعِنْدَهَا نُجَامِعُكَ أَوْ نُفَارِقُكَ قَالَ: "إِنَّ وَلِيِّيَ
جِبْرِيلُ، وَلَمْ يَبْعَث اللَّهُ نَبِيًّا قَطُّ إِلا وَهُوَ وَلِيُّهُ".
قَالُوا: فَعِنْدَهَا نُفَارِقُكَ، وَلَوْ كَانَ وَلِيُّكَ غَيْرَهُ لتابعنَاك،
فَعِنْدَ ذَلِكَ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: {قُلْ مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِجِبْرِيلَ}
الْآيَةَ [الْبَقَرَةِ: 97]
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasyim ibnul Qasim,
telah menceritakan kepada kami Abdul Hamid, telah menceritakan kepada kami
Syahr, bahwa Ibnu Abbas pernah menceritakan: Ada segolongan kaum Yahudi datang
kepada Nabi Saw., lalu mereka berkata, "Ceritakanlah kepada kami tentang
beberapa perkara yang akan kami tanyakan kepadamu, tiada yang mengetahuinya
kecuali hanya seorang nabi." Rasulullah Saw. menjawab: Tanyakanlah kepadaku
apa yang kalian kehendaki, tetapi berjanjilah kalian kepadaku demi karena Allah
dan janji yang telah diambil oleh Ya'qub dari anak-anaknya, sekiranya aku
menceritakan kepada kalian sesuatu hal, lalu kalian mengetahuinya
(membenarkannya), maka kalian benar-benar mau mengikutiku masuk Islam.
Mereka menjawab, "Baiklah, kami ikuti maumu." Mereka bertanya, "Ceritakanlah
kepada kami tentang empat perkara; ceritakanlah kepada kami makanan apakah yang
diharamkan oleh Israil atas dirinya? Bagaimanakah perihal air mani laki-laki dan
air mani wanita, yakni bagaimanakah perbedaan antara anak laki-laki dan anak
perempuan darinya? Ceritakanlah kepada kami perihal Nabi yang ummi ini dalam hal
tidurnya? Siapakah yang menjadi temannya dari kalangan para malaikat?" Lalu Nabi
Saw. mengambil janji atas mereka, yaitu jika beliau menceritakan hal tersebut
kepada mereka, maka mereka benar-benar mau mengikutinya. Nabi Saw. bersabda:
"Aku bertanya kepada kalian demi Tuhan Yang telah menurunkan Taurat kepada
Musa, apakah kalian mengetahui bahwa Israil pernah sakit keras dalam waktu yang
cukup lama, lalu ia bernazar kepada Allah, jika Allah menyembuhkan penyakit yang
selama ini dideritanya, ia benar-benar akan mengharamkan makanan dan minuman
yang paling disukainya. Sedangkan makanan yang paling disukainya adalah daging
unta, dan minuman yang paling disukainya adalah air susunya?" Mereka
menjawab, "Ya Allah, benar." Nabi Saw. bersabda, "Ya Allah, persaksikanlah
atas mereka." Nabi Saw. bersabda, "Aku tanyakan kepada kalian demi Tuhan
yang tidak ada Tuhan selain Dia, Yang menurunkan kitab Taurat kepada Musa,
apakah kalian mengetahui bahwa air mani laki-laki itu berwarna putih lagi kental
dan air mani wanita itu berwarna kuning lagi encer. Maka yang mana pun di antara
keduanya lebih kuat, maka si anak nanti akan mirip dengannya, baik jenis maupun
rupanya. Dengan kata lain, jika air mani laki-laki mengalahkan air mani
perempuan, maka anaknya nanti adalah laki-laki dengan seizin Allah. Dan jika air
mani perempuan mengalahkan air mani laki-laki, maka anaknya nanti adalah
perempuan dengan seizin Allah." Mereka menjawab, "Ya Allah, benar."Nabi Saw.
bersabda, "Ya Allah, persaksikanlah atas mereka." Nabi Saw. bersabda,
"Aku bertanya kepada kalian demi Tuhan Yang telah menurunkan Taurat kepada
Musa, tahukah kalian bahwa Nabi yang ummi ini kedua matanya tidur, tetapi
hatinya tidak tidur." Mereka menjawab, "Ya Allah, benar." Nabi Saw.
bersabda, "Ya Allah, persaksikanlah atas mereka." Nabi Saw. bersabda,
"Dan sesungguhnya temanku adalah Jibril, tidak sekali-kali Allah mengutus
seorang nabi melainkan dia adalah temannya." Mereka berkata, "Karena jawaban
inilah kami berpisah denganmu. Seandainya temanmu adalah selain dia, niscaya aku
benar-benar mengikutimu." Pada saat itu juga Allah berfirman: Katakanlah,
"Barang siapa yang menjadi musuh Jibril...." (Al-Baqarah: 97), hingga akhir
ayat.Imam Ahmad meriwayatkannya pula melalui Husain ibnu Muhammad, dari Abdul Hamid dengan lafaz yang sama.
Jalur lain diriwayatkan oleh Imam Ahmad, disebutkan bahwa:
حَدَّثَنَا
أَبُو أَحْمَدَ الزُّبَيْرِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْوَلِيدِ
العِجْليّ، عَنْ بُكَير بْنِ شِهَابٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَير، عَنِ ابْنِ
عَبَّاسٍ قَالَ: أَقْبَلَتْ يهودُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، فَقَالُوا: يَا أَبَا الْقَاسِمِ، نَسْأَلُكَ عَنْ خَمْسَةِ أَشْيَاءَ،
فَإِنْ أَنْبَأْتَنَا بِهِنَّ عَرَفْنَا أَنَّكَ نَبِيٌّ وَاتَّبَعْنَاكَ، فَأَخَذَ
عَلَيْهِمْ مَا أَخَذَ إِسْرَائِيلُ عَلَى بَنِيهِ إِذْ قَالَ: {اللَّهُ عَلَى مَا
نَقُولُ وَكِيلٌ} [يُوسُفَ: 66] . قَالَ: "هَاتُوا". قَالُوا: أَخْبِرْنَا عَنْ
عَلَامَةِ النَّبِيِّ؟ قَالَ: "تَنَامُ عَيْنَاهُ وَلا يَنَامُ قَلْبُه". قالوا:
أخبرنا كيف تُؤنِّثُ المرأةُ وَكَيْفَ تُذْكرُ؟ قَالَ: "يَلْتَقِي الماءَان،
فَإِذَا عَلَا مَاءُ الرَّجُلِ مَاءَ الْمَرْأَةِ أذْكَرَتْ، وإذَا عَلا مَاءُ
الْمَرْأَةِ آنثَتْ. قَالُوا: أَخْبِرْنَا مَا حَرَّم إِسْرَائِيلُ عَلَى نَفْسِهِ،
قَالَ: "كَانَ يَشْتَكِي عِرْقَ النَّسَا، فَلَمْ يَجِدْ شَيْئًا يُلائِمُهُ إِلَّا
ألْبَانَ كَذَا وكَذَا -قَالَ أَحْمَدُ: قَالَ بَعْضُهُمْ: يَعْنِي الْإِبِلَ
-فَحَرَّم لُحُومَهَا". قَالُوا: صَدَقْتَ. قَالُوا: أَخْبِرْنَا مَا هَذَا
الرَّعد؟ قَالَ: "مَلَكٌ مِنْ مَلائِكَةِ اللهِ مُوَكلٌ بِالسَّحَابِ بِيدِهِ -أَوْ
فِي يَدِه-مِخْرَاقٌ مِنْ نَارٍ يَزْجُر بِهِ السّحابَ، يَسُوقُهُ حَيْثُ أَمَرَهُ
اللهُ عَزَّ وَجَلَّ". قَالُوا: فَمَا هَذَا الصَّوْتُ الَّذِي يُسمع؟ قَالَ:
"صَوْتُه". قَالُوا: صدقت، إنما بقيت واحدة، وهي التي نتابعك إِنْ أَخْبَرَتْنَا
بِهَا، فَإِنَّهُ لَيْسَ مِنْ نَبِيٍّ إِلَّا لَهُ مَلَكٌ يَأْتِيهِ بِالْخَبَرِ،
فَأَخْبِرْنَا مَنْ صاحبُك؟ قَالَ: "جبْرِيلُ عَلَيْه السَّلامُ". قَالُوا:
جِبْرِيلُ ذَاكَ يَنزل بالحَرْب وَالْقِتَالِ وَالْعَذَابِ عَدُوُّنا. لَوْ قلتَ:
ميكائيل الذي ينزل بالرحمة والنبات والقَطْر لَكَانَ، فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ
وَجَلَّ: {قُلْ مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِجِبْرِيلَ فَإِنَّهُ نزلَهُ عَلَى قَلْبِكَ
بِإِذْنِ اللَّهِ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَهُدًى وَبُشْرَى
لِلْمُؤْمِنِينَ}
telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad Az-Zubairi, telah menceritakan
kepada kami Abdullah ibnul Walid Al-Ajali, dari Bukair ibnu Syihab, dari Sa'id
ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa orang-orang Yahudi datang
kepada Rasulullah Saw., lalu mereka berkata, "Hai Abul Qasim, sesungguhnya kami
akan menanyakan kepadamu tentang lima perkara. Jika kamu menceritakannya kepada
kami, maka kami mengetahui bahwa engkau adalah seorang nabi dan kami akan
mengikutimu." Maka Nabi Saw. mengambil janji atas mereka seperti apa yang pernah
diambil oleh Israil terhadap anak-anaknya, yaitu ketika Israil mengatakan:
Allah menjadi saksi terhadap apa yang kita ucapkan (ini). (Yusuf: 66)
Lalu Nabi Saw. bersabda, "Kemukakanlah oleh kalian!" Mereka berkata,
"Ceritakanlah kepada kami alamat seorang nabi!" Nabi Saw. menjawab: Kedua
matanya tidur, tetapi hatinya tidak tidur. Mereka bertanya,
"Ceritakanlah kepada kami, bagaimana seorang wanita melahirkan anak perempuan
dan bagaimana dia melahirkan anak laki-laki?" Nabi Saw. menjawab: Kedua air
mani bertemu; apabila air mani laki-laki mengalahkan air mani wanita, maka ia
akan melahirkan laki-laki. Dan apabila air mani wanita dapat mengalahkan (air
mani laki-laki), maka ia akan melahirkan perempuan. Mereka bertanya lagi,
"Ceritakanlah kepada kami, apa yang diharamkan oleh Israil terhadap dirinya?"
Nabi Saw. menjawab: Dia menderita penyakit 'irqun nasa, dan ia tidak
menemukan sesuatu yang cocok untuknya selain air susu ternak anu —Imam Ahmad
mengatakan bahwa sebagian di antara mereka (para perawi) menafsirkannya air susu
unta— maka ia mengharamkan dagingnya. Mereka berkata, "Engkau
benar." Mereka bertanya, "Ceritakanlah kepada kami, apakah guruh itu?" Nabi Saw.
menjawab: ia adalah malaikat Allah Swt. yang ditugaskan mengatur awan dengan
tangannya —atau di tangannya— terdapat cemeti dari api untuk menggiring awan ke
arah mana yang diperintahkan oleh Allah Swt. Mereka bertanya, "Lalu suara
apakah yang terdengar itu?" Nabi Saw. menjawab, "Suara malaikat itu."
Mereka berkata, "Engkau benar, sesungguhnya sekarang tinggal satu pertanyaan
lagi yang sangat menentukan apakah kami akan mengikutimu jika kamu
menceritakannya kepada kami. Sesungguhnya tidak ada seorang nabi pun melainkan
mempunyai malaikat yang selalu datang kepadanya membawa berita (wahyu). Maka
ceritakanlah kepada kami, siapakah teman malaikatmu itu?" Nabi Saw. menjawab:
"Jibril a.s." Mereka berkata, "Jibril! Dia adalah malaikat yang selalu
menurunkan peperangan, pembunuhan, dan azab. Dia adalah musuh kami. Seandainya
kamu katakan Mikail yang biasa menurunkan rahmat, tumbuh-tumbuhan, dan hujan,
maka kami akan mengikutimu." Lalu Allah menurunkan firman-Nya: Katakanlah,
"Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya
(Al-Qur'an) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan kitab-kitab yang
sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang
beriman. (Al-Baqarah: 97), hingga akhir ayat yang sesudahnya.Imam Turmuzi meriwayatkannya —juga Imam Nasai— melalui hadis Abdullah ibnul Walid Al-Ajali dengan lafaz yang semisal. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib.
Ibnu Juraij dan Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Israil a.s. (yakni Nabi Ya'qub) pernah menderita penyakit 'irqun nasa di setiap malam harinya. Penyakit ini membuatnya tidak dapat tidur. Tetapi bila siang hari, penyakit ini pergi (dan datang lagi pada malam harinya). Lalu Nabi Ya'qub bernazar kepada Allah Swt., bahwa jika Allah benar-benar menyembuhkan dirinya dari penyakit itu. dia tidak akan minum susu dan tidak akan memakan daging ternak yang menyusui (maksudnya unta).
Hal yang sama diriwayatkan pula oleh Ad-Dahhak dan As-Saddi. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir di dalam kitab tafsirnya. Ibnu Jarir mengatakan, lalu sikap Ya'qub itu diikuti oleh anak-anaknya dalam mengharamkan hal tersebut, demi mengikuti jejak dan bertaqlid kepada ayahnya.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa firman Allah Swt.: Sebelum Taurat diturunkan. (Ali Imran: 93), Yakni Nabi Ya'qub mengharamkan hal tersebut atas dirinya sebelum kitab Taurat diturunkan kepadanya.
Menurut kami, pembahasan ini mempunyai kaitan dengan tafsir ayat di atas ditinjau dari dua segi berikut, yaitu:
-
Pertama, Israil a.s. mengharamkan atas dirinya sesuatu yang paling disukainya demi karena Allah Swt. Hal ini diperbolehkan menurut syariat mereka, dan hal ini mempunyai kaitan jauh sesudah itu dengan firman-Nya: Kalian sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kalian menafkahkan sebagian harta yang kalian cintai..(Ali Imran: 92)Hal ini disyariatkan di dalam agama kita (Islam), yaitu menginfakkan sebagian dari harta yang dicintai oleh seorang hamba dan sangat digandrunginya demi ketaatannya kepada Allah Swt. Seperti yang disebutkan oleh firman lainnya, yaitu: dan memberikan harta yang dicintainya. (Al-Baqarah: 177). Dan mereka memberikan makanan yang disukainya. (Al-Insan: 8)
-
Kedua, dalam pembahasan terdahulu disebutkan sanggahan terhadap orang-orang Nasrani dan akidah mereka yang batil terhadap Al-Masih, juga disebutkan kepalsuan pendapat mereka. Kemudian dijelaskan perkara yang hak dan hal yang yakin tentang Isa dan ibunya, bagaimana Allah menciptakan Isa melalui kekuasaan dan kehendak-Nya. Lalu Allah mengutusnya kepada Bani Israil, menyeru mereka untuk menyembah Tuhannya Yang Mahasuci lagi Maha-tinggi. Selanjutnya sanggahan Allah ditujukan kepada orang-orang Yahudi, yang isinya menjelaskan bahwa nasakh yang mereka ingkari keberadaannya dan tidak diperbolehkan oleh mereka benar-benar terjadi. Karena sesungguhnya Allah Swt. telah me-nas-kan di dalam kitab Taurat mereka bahwa Nabi Nuh a.s. ketika keluar dari perahunya, Allah memperbolehkan baginya semua binatang yang ada di bumi, ia boleh makan dagingnya. Sesudah itu Israil mengharamkan atas dirinya daging unta dan air susunya, yang kemudian sikapnya itu diikuti oleh anak-anaknya. Ketika kitab Taurat diturunkan, hal itu tetap diharamkan; diharamkan pula hal-hal lainnya sebagai tambahan dari yang telah ada.
Dahulu di masa Nabi Ibrahim, mengambil gundik di samping istri diperbolehkan. Nabi Ibrahim melakukan hal ini terhadap Siti Hajar, ketika ia mengambilnya sebagai gundik di samping istrinya sendiri (yaitu Siti Sarah). Akan tetapi, hal seperti itu diharamkan bagi mereka dalam kitab Taurat.
Di masa Nabi Ya'qub, menggabungkan dua orang saudara perempuan dalam satu perkawinan diperbolehkan. Nabi Ya'qub a.s. sendiri melakukannya. Sesudah itu hal ini diharamkan dalam kitab Taurat.
Semuanya itu di-nas-kan di dalam kitab Taurat yang ada di tangan mereka, dan hal ini merupakan salah satu bentuk dari nasakh itu sendiri. Demikian pula halnya apa yang telah disyariatkan oleh Allah kepada Al-Masih a.s., yaitu menghalalkan sebagian dari apa yang pernah diharamkan oleh kitab Taurat. Mengapa mereka tidak mau mengikutinya, bahkan mendustakan dan menentangnya?
Demikian pula apa yang telah diutus oleh Allah kepada Nabi Muhammad, berupa agama yang benar dan jalan yang lurus, yaitu agama kakek moyangnya (yakni Nabi Ibrahim). Mengapa mereka tidak mau beriman? Karena itulah dalam ayat ini disebut oleh firman-Nya: Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil, melainkan makanan yang diharamkan oleh Israil (Ya'qub) untuk dirinya sendiri sebelum Taurat diturunkan. (Ali Imran: 93)
Yakni dahulu semua jenis makanan dihalalkan sebelum kitab Taurat diturunkan, kecuali apa yang diharamkan oleh Israil (Nabi Ya'qub) sendiri.
Kemudian Allah Swt. berfirman:
فَأْتُوا
بِالتَّوْراةِ فَاتْلُوها إِنْ كُنْتُمْ صادِقِينَ
Katakanlah, "Maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah dia jika kalian
orang-orang yang benar" (Ali Imran: 93)Karena sesungguhnya kitab Taurat pasti dinyatakan sama dengan apa yang Kami katakan.
فَمَنِ
افْتَرى عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ مِنْ بَعْدِ ذلِكَ فَأُولئِكَ هُمُ
الظَّالِمُونَ
Maka barang siapa mengada-adakan dusta terhadap Allah sesudah itu,
maka merekalah orang-orang yang zalim. (Ali Imran: 94)Maksudnya, barang siapa yang berdusta terhadap Allah dan mengakui bahwa Allah mensyariatkan bagi mereka hari Sabtu serta berpegang kepada Taurat selamanya, bahwa Allah tidak mengutus nabi lain yang menyeru kepada Allah Swt. dengan membawa bukti-bukti dan hujah-hujah sesudah apa yang Kami terangkan, yaitu terjadinya nasakh, dan apa yang telah Kami sebutkan itu benar-benar nyata.
فَأُولئِكَ
هُمُ الظَّالِمُونَ
maka merekalah orang-orang yang zalim. (Ali Imran: 94).Kemudian Allah Swt. berfirman:
قُلْ
صَدَقَ اللَّهُ
Katakanlah, "Benarlah Allah." (Ali Imran: 95)Yaitu katakanlah, Muhammad, bahwa Allah benar dalam apa yang difirmankan-Nya dan dalam semua apa yang disyariatkan-Nya di dalam Al-Qur'an.
فَاتَّبِعُوا
مِلَّةَ إِبْراهِيمَ حَنِيفاً وَما كانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan bukanlah dia termasuk
orang-orang yang musyrik. (Ali Imran: 95)Maksudnya, ikutilah agama Ibrahim yang telah disyariatkan oleh Allah di dalam Al-Qur'an melalui lisan Nabi Muhammad Saw. Karena sesungguhnya agama Nabi Muhammad itu adalah agama yang hak, yang tidak diragukan lagi dan tidak ada kebimbangan padanya. la merupakan jalan yang belum pernah didatangkan oleh seorang nabi pun dalam bentuk yang lebih sempurna, lebih jelas, lebih gamblang, dan lebih lengkap daripadanya. Sebagaimana yang telah disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
قُلْ
إِنَّنِي هَدانِي رَبِّي إِلى صِراطٍ مُسْتَقِيمٍ دِيناً قِيَماً مِلَّةَ
إِبْراهِيمَ حَنِيفاً وَما كانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Katakanlah, "Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan
yang lurus, (yaitu) agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus, dan Ibrahim itu
bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik." (Al-An'am: 161)
ثُمَّ
أَوْحَيْنا إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْراهِيمَ حَنِيفاً وَما كانَ مِنَ
الْمُشْرِكِينَ
Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), "Ikutilah agama Ibrahim
seorang yang hanif." Dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan
Tuhan. (An-Nahl: 123)
إِنَّ
أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبارَكاً وَهُدىً
لِلْعالَمِينَ (96) فِيهِ آياتٌ بَيِّناتٌ مَقامُ إِبْراهِيمَ وَمَنْ دَخَلَهُ كانَ
آمِناً وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطاعَ إِلَيْهِ سَبِيلاً
وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعالَمِينَ (97)
Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun
untuk (tempat ibadah) manusia ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang
diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. Padanya terdapat tanda-tanda
yang nyata (di antaranya) maqam Ibrahim; barang siapa memasukinya (Baitullah
itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap
Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.
Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Mahakaya
(tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.Allah Swt. memberitahukan bahwa rumah yang mula-mula dibangun untuk manusia, yakni untuk tempat ibadah dan manasik mereka, di mana mereka melakukan tawaf dan salat serta ber-i'tikaf padanya.
{لَلَّذِي
بِبَكَّةَ}
ialah Baitullah yang di Bakkah. (Ali Imran: 96)Yakni Ka'bah yang dibangun oleh Nabi Ibrahim Al-Khalil a.s. yang diklaim oleh masing-masing dari dua golongan, yaitu orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani; bahwa mereka berada di dalam agama Nabi Ibrahim dan tuntunannya, tetapi mereka tidak mau ber-haji ke Baitullah yang dibangun olehnya atas perintah Allah untuk tujuan itu, padahal Nabi Ibrahim telah menyerukan kepada manusia untuk melakukan haji ke Baitullah. Seperti yang dinyatakan di dalam firman-Nya:
{مُبَارَكًا}
yang diberkahi. (Ali Imran: 96) Yaitu diberkahi sejak awal pembangunannya.
{وَهُدًى
لِلْعَالَمِينَ}
Yang menjadi petunjuk bagi semua manusia. (Ali Imran: 96)
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ
التَّيْميّ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي ذَر، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ قلتُ: يَا
رسولَ اللَّهِ، أيُّ مَسجِد وُضِع فِي الْأَرْضِ أوَّلُ؟ قَالَ: "الْمسْجِدُ
الْحَرَامُ". قُلْتُ: ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: "الْمسجِدُ الأقْصَى". قُلْتُ: كَمْ
بَيْنَهُمَا؟ قَالَ: "أرْبَعُونَ سَنَةً". قلتُ: ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: ثُم حَيْثُ
أدْرَكْت الصَلاةَ فَصَلِّ، فَكُلُّهَا مَسْجِدٌ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Al-A'masy,
dari Ibrahim At-Taimi, dari ayahnya, dari Abu Zar r.a. yang telah menceritakan:
Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, masjid manakah yang mula-mula dibangun?" Nabi
Saw. menjawab, "Masjidil Haram." Aku bertanya, "Sesudah itu mana lagi?"
Nabi Saw. menjawab, "Masjidil Aqsa." Aku bertanya, "Berapa lama jarak di
antara keduanya?" Nabi Saw. menjawab.”Empat puluh tahun." Aku bertanya,
"Kemudian masjid apa lagi?" Nabi Saw. bersabda, "Kemudian tempat di mana kamu
mengalami waklu salat, maka salatlah padanya, karena semuanya adalah
masjid."Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkannya melalui hadis Al-A'masy dengan lafaz yang sama.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Muhammad ibnus Sabah, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Sulaiman, dari Syarik, dari Mujahid, dari Asy-Sya'bi, dari Ali r.a. sehubungan dengan firman-Nya: Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat ibadah) manusia ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi. (Ali Imran: 96) Memang banyak rumah yang dibangun sebelum Masjidil Haram, tetapi Baitullah adalah rumah yang mula-mula dibangun untuk tempat beribadah.
(Ibnu Abu Hatim mengatakan pula) dan telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnur Rabi', telah menceritakan kepada kami Abul Ahwas, dari Sammak, dari Khalid ibnu Ur'urah yang menceritakan bahwa ada seorang lelaki berdiri, lalu menuju kepada sahabat Ali r.a. dan bertanya, "Sudikah engkau menceritakan kepadaku tentang Baitullah, apakah ia merupakan rumah yang mula-mula dibangun di bumi ini?" Sahabat Ali menjawab, "Tidak, tetapi Baitullah merupakan rumah yang mula-mula dibangun mengandung berkah, yaitu maqam Ibrahim; dan barang siapa memasukinya, menjadi amanlah dia."
Kemudian Ibnu Abu Hatim menuturkan asar ini hingga selesai, yaitu menyangkut perihal pembangunan Baitullah yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim. Kami mengetengahkan asar ini secara rinci di dalam permulaan tafsir surat Al-Baqarah, hingga tidak perlu diulangi lagi dalam bab ini.
As-Saddi menduga bahwa Baitullah merupakan rumah yang mula-mula dibangun di bumi ini secara mutlak. Akan tetapi, pendapat Ali r.a.-lah yang benar.
Adapun mengenai hadis yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi di dalam kitabnya yang berjudul Dalailun Nubuwwah mengenai pembangunan Ka'bah yang ia ketengahkan melalui jalur Ibnu Luhai'ah, dari Yazid ibnu Habib, dari Abul Khair, dari Abdullah ibnu Amr ibnul As secara marfu’ yaitu: Allah mengutus Jibril kepada Adam dan Hawa, membawa perintah kepada keduanya agar keduanya membangun Ka'bah. Maka Adam membangunnya, kemudian Allah memerintahkan kepadanya untuk melakukan tawaf di sekeliling Ka'bah. Dikatakan kepadanya, "Engkau adalah manusia pertama (yang beribadah di Baitullah), dan ini merupakan Baitullah yang mula-mula dibangun untuk tempat beribadah manusia."
Maka sesungguhnya hadis ini merupakan salah satu dari mufradat (hadis yang hanya diriwayatkan oleh satu orang) Ibnu Luhai'ah, sedangkan Ibnu Luhai'ah orangnya dinilai daif. Hal yang mirip kepada kebenaran —hanya Allah Yang Maha Mengetahui—bila hadis ini dikatakan mauquf hanya sampai kepada Abdullah ibnu Amr. Dengan demikian, berarti kisah ini termasuk ke dalam kategori kedua hadis daif lainnya yang keduanya diperoleh oleh Abdullah ibnu Amr pada saat Perang Yarmuk, yaitu diambil dari kisah Ahli Kitab.
*******************
Firman Allah Swt.:
لَلَّذِي
بِبَكَّةَ
ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah). (Ali Imran: 96)Bakkah merupakan salah satu nama lain dari kota Mekah yang terkenal. Menurut suatu pendapat, dinamakan demikian karena kota Mekah dapat membuat hina orang-orang yang zalim dan yang angkara murka. Dengan kata lain, mereka menjadi hina dan tunduk bila memasukinya.
Menurut pendapat yang lainnya lagi, dinamakan demikian karena manusia berdesak-desakan padanya. Qatadah mengatakan, sesungguhnya Allah membuat manusia berdesak-desakan di dalamnya, hingga kaum wanita dapat salat di depan kaum laki-laki; hal seperti ini tidak boleh dilakukan selain hanya di dalam kota Mekah. Hal yang sama diriwayatkan pula dari Mujahid, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Amr ibnu Syu'aib, dan Muqatil ibnu Hayyan.
Hammad ibnu Salamah meriwayatkan dari Ata ibnus Saib, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa batas Mekah mulai dari Al-Faj sampai ke Tan'im, sedangkan Bakkah batas-nya dari Baitullah sampai ke Al-Batha.
Syu'bah meriwayatkan dari Al-Mugirah, dari Ibrahim, bahwa Bakkah ialah Baitullah dan Masjidil Haram. Hal yang sama dikatakan pula oleh Az-Zuhri.
Ikrimah dalam salah satu riwayat dan Maimun ibnu Mihran mengatakan bahwa Baitullah dan sekitarnya dinamakan Bakkah, sedangkan selain itu dinamakan Mekah.
Abu Malik, Abu Saleh, Ibrahim An-Nakha'i, Atiyyah Al-Aufi, dan Muqatil ibnu Hayyan mengatakan bahwa Bakkah ialah tempat Baitullah berada, sedangkan selain itu dinamakan Mekah.
Mereka menyebutkan beberapa nama lain yang banyak bagi Mekah, yaitu Bakkah, Baitul Atiq, Baitul Haram, Baladul Amin, Al-Mamun, Ummu Rahim, Ummul Qura, Salah, Al-Arsy, Al-Qadis (karena menyucikan dosa-dosa), Al-Muqaddasah, An-Nasah, Al-Basah, Al-Balsah, Al-Hatimah, Ar-Ras, Kausa, Al-Baldah, Al-Bunyah, dan Al-Ka'bah.
*******************
Firman Allah Swt.:
فِيهِ
آياتٌ بَيِّناتٌ
Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata. (ali Imran: 97)Yaitu tanda-tanda yang jelas menunjukkan bahwa bangunan tersebut dibangun oleh Nabi Ibrahim, dan Allah memuliakan serta menghormatinya.
Kemudian Allah Swt. berfirman:
مَقامُ
إِبْراهِيمَ
maqam Ibrahim. (ali Imran: 97)Yaitu sarana yang dipakai oleh Nabi Ibrahim ketika bangunan Ka'bah mulai meninggi untuk meninggikan fondasi dan temboknya. Sarana ini dipakai untuk tangga tempat berdiri, sedangkan anaknya (yaitu Nabi Ismail) menyuplai bebatuan.
Pada mulanya maqam Ibrahim ini menempel pada dinding Ka'bah, kemudian pada masa pemerintahan Khalifah Umar ibnul Khattab r.a. maqam tersebut dipindahkan ke sebelah timur Ka'bah hingga memudahkan bagi orang-orang yang bertawaf dan tidak berdesak-desakan dengan orang-orang yang salat di dekatnya sesudah melakukan tawaf. Karena Allah Swt. telah memerintahkan kepada kita agar melakukan salat di dekat maqam Ibrahim, yaitu melalui firman-Nya:
{وَاتَّخِذُوا
مِنْ مَّقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى}
Dan jadikanlah sebagian maqam Ibrahim tempat salat. (Al-Baqarah: 125)
Dalam pembahasan terdahulu telah kami kemukakan hadis-hadis mengenai hal ini, maka tidak perlu diulangi lagi dalam bab ini.
Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata (di antaranya) maqam Ibrahim. (Ali Imran: 97) Yakni antara lain ialah maqam Ibrahim dan tanda-tanda lainnya.
Menurut Mujahid, bekas kedua telapak kaki Nabi Ibrahim di maqamnya mempakan tanda yang nyata. Hal yang sama dikatakan pula dalam riwayat lain dari Umar ibnu Abdul Aziz, Al-Hasan, Qatadah, As-Saddi, Muqatil ibnu Hayyan, dan lain-lainnya.
Abu Talib mengatakan dalam salah satu bait syair dari qasidah Lamiyah yang terkenal, yaitu:
وَمَوْطِئُ
إِبْرَاهِيمَ فِي الصَّخْرِ رَطْبَةٌ ... عَلَى
قَدَمَيْهِ حَافِيًا غَيْرَ نَاعِلِ
Pijakan kaki Nabi Ibrahim pada batu
itu tampak nyata bekas
kedua telapak kakinya yang telanjang
tanpa memakai terompah.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id dan Amr
Al-Audi; keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', telah
menceritakan kepada kami Sufyan, dari Ibnu Juraij, dari Ata, dari Ibnu Abbas
sehubungan dengan firman-Nya: maqam Ibrahim. (Ali Imran: 97) Bahwa yang
dimaksud dengan maqam Ibrahim ialah tanah suci seluruhnya. Sedangkan menurut
lafaz Amr disebutkan bahwa Al-Hijir seluruhnya adalah maqam Ibrahim. Telah diriwayatkan dari Sa'id ibnu Jubair bahwa dia pernah mengatakan, "Haji itu maqam Ibrahim." Demikianlah yang aku lihat di dalam kitab salinannya, barangkali yang dimaksud ialah Al-Hijir seluruhnya adalah maqam Ibrahim. Hal ini telah diterangkan pula oleh Mujahid.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَمَنْ
دَخَلَهُ كانَ آمِناً
barang siapa memasukinya, menjadi amanlah dia. (Ali Imran: 97)Yaitu memasuki lingkungan Mekah yang diharamkan (disucikan). Apabila orang yang dalam ketakutan memasukinya, menjadi amanlah dia dari semua kejahatan. Hal yang sama terjadi pula di masa Jahiliah, seperti yang dikatakan oleh Al-Hasan Al-Basri dan lain-lain-nya. Disebutkan bahwa pernah ada seorang lelaki melakukan pembunuhan, lalu ia memakai kain wol pada lehernya dan memasuki Masjidil Haram. Ketika anak laki-laki si terbunuh menjumpainya, ia tidak menyerangnya sebelum keluar dari lingkungan Masjidil Haram.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Yahya At-Tamimi, dari Ata, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: barang siapa memasukinya, menjadi amanlah dia. (Ali Imran: 97) Bahwa barang siapa yang berlindung di Baitullah, maka Baitullah melindunginya. Tetapi Baitullah tidak memberikan naungan, tidak juga makanan dan minuman; dan bila ia keluar darinya, maka ia pasti dihukum karena dosanya. Seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
أَوَلَمْ
يَرَوْا أَنَّا جَعَلْنا حَرَماً آمِناً وَيُتَخَطَّفُ النَّاسُ مِنْ
حَوْلِهِمْ
Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Kami telah
menjadikan (negeri mereka) tanah suci yang aman, sedangkan manusia sekitarnya
rampok-merampok. (Al-Ankabut: 67), hingga akhir ayat.
فَلْيَعْبُدُوا
رَبَّ هذَا الْبَيْتِ الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ
خَوْفٍ
Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka'bah). Yang
telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan
mereka dari ketakutan. (Quraisy: 3-4)Sehingga disebutkan bahwa termasuk hal yang diharamkan di dalam kota Mekah ialah dilarang memburu binatang buruannya dan menghardiknya dari sarangnya, dilarang pula memotong pepohonannya serta mencabut rerumputannya. Seperti yang dinyatakan di dalam banyak hadis dan asar mengenainya dari sejumlah sahabat secara marfu' dan mauquf.
Di dalam kitab Sahihain menurut lafaz Imam Muslim dari Ibnu Abbas r.a. disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda pada hari kemenangan atas kota Mekah:
«لَا
هِجْرَةَ وَلَكِنْ جِهَادٌ وَنِيَّةٌ، وَإِذَا اسْتُنْفِرْتُمْ
فَانْفِرُوا»
Tidak ada hijrah lagi, tetapi yang ada adalah jihad dan niat; dan apabila
kalian diseru untuk berjihad, maka berangkatlah.Pada hari kemenangan atas kota Mekah Nabi Saw. bersabda pula:
"إنَّ
هَذَا الْبَلَدَ حَرَّمَهُ اللهُ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ والأرْضَ، فَهُوَ
حَرَامٌ بِحرمَةِ اللَّهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَإِنَّهُ لَمْ يَحِلَّ
الْقِتَالُ فِيهِ لِأَحَدٍ قَبْلِي، وَلَمْ يَحِلَّ لِي إِلَّا فِي سَاعَةٍ مِنْ
نَهَارٍ، فَهُوَ حَرَامٌ بِحُرْمَةِ اللَّهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، لَا
يُعْضَد شَوْكُهُ، وَلَا يُنَفَّرُ صَيْدُهُ، وَلَا يَلْتَقطْ لُقَطتَه إِلَّا مَنْ
عَرَّفها، وَلَا يُخْتَلى خَلاها فقال العباس: يا رسول الله، إلا الإذْخَرَ،
فَإِنَّهُ لقَيْنهم ولبُيوتهم، فَقَالَ: "إِلَّا الإذْخَر"
Sesungguhnya negeri (kota) ini diharamkan oleh Allah sejak Dia menciptakan
langit dan bumi, maka ia haram karena diharamkan oleh Allah sampai hari kiamat.
Dan sesungguhnya tidak dihalalkan melakukan peperangan di dalamnya sebelumku,
dan tidaklah dihalalkan bagiku kecuali hanya sesaat dari siang hari. Maka ia
kembali menjadi haram karena diharamkan oleh Allah hingga hari kiamat;
pepohonannya tidak boleh ditebang, binatang buruannya tidak boleh diburu, barang
temuannya tidak boleh dipungut kecuali bagi orang yang hendak
mempermaklumatkannya, dan rerumputannya tidak boleh dicabut. Lalu Al Abbas
berkata mengajukan usulnya, "Wahai Rasulullah, kecuali izkhir, karena
sesungguhnya izkhir digunakan oleh mereka untuk atap rumah mereka." Maka Nabi
Saw. bersabda: Terkecuali izkhir (sejenis rumput ilalang).Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan pula hal yang semisal atau yang sama melalui sahabat Abu Hurairah r.a.
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan pula dari Abu Syuraih Al-Adawi —menurut lafaz yang ada pada Imam Muslim—
أَنَّهُ
قَالَ لعَمْرو بْنِ سَعِيدٍ، وَهُوَ يَبْعَثُ الْبُعُوثَ إِلَى مكةَ: ائذَنْ لِي
أَيُّهَا الْأَمِيرُ أَنْ أُحدِّثك قَولا قَامَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الغَدَ مِنْ يَوْمِ الْفَتْحِ سَمعَتْه أُذُنَايَ
وَوَعَاهُ قَلْبِي وَأَبْصَرَتْهُ عَيْنَايَ حِينَ تَكَلَّمَ بِهِ، إِنَّهُ حَمد
اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ ثُمَّ قَالَ: "إنَّ مَكِّةَ حَرَّمَهَا اللهُ ولَمْ
يُحَرِّمْهَا النَّاسُ، فَلا يَحِلُّ لامرئ يُؤْمِنُ باللهِ والْيَوْمِ الْآخِرِ
أنْ يَسْفِكَ بِهَا دَمًا، ولا يَعْضد بِهَا شَجَرةً، فَإنْ أحَد تَرخَّصَ
بِقِتَالِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيهَا فَقُولُوا لَهُ:
إنَّ اللهَ أذِنَ لِرَسُولِهِ وَلَمْ يَأْذَنْ لَكُمْ، وإنَّمَا أذِنَ لِي فِيهَا
سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ، وَقَدْ عَادَتْ حُرْمَتُهَا الْيَوْمَ كَحُرْمَتِهَا
بِالأمْسِ فَلْيُبَلِّغِ الشَّاهدُ الغائِبَ" فَقِيلَ لِأَبِي شُرَيح: ما قال لك
عَمْرو؟ قال: أنا أَعْلَمُ بِذَلِكَ مِنْكَ يَا أَبَا شُرَيْحٍ، إِنَّ الحَرَم لَا
يُعيذ عَاصِيًا وَلَا فَارا بِدَمٍ وَلَا فَارًّا بخَزْيَة.
bahwa ia pernah berkata kepada Amr ibnu Sa'id yang sedang melantik
delegasi-delegasinya yang akan berangkat ke Mekah, "Izinkanlah kepadaku, wahai
Amirui Muminin. Aku akan menceritakan kepadamu sebuah hadis yang dikatakan oleh
Rasulullah Saw. pada keesokan harinya setelah kemenangan atas kota Mekah, aku
mendengarnya dengan kedua telingaku ini dan kuhafalkan dalam kalbuku serta aku
saksikan dengan mata kepalaku sendiri ketika beliau Saw. mengucapkannya.
Sesungguhnya pada mulanya beliau memanjatkan puja dan puji kepada Allah Swt.,
kemudian bersabda: Sesungguhnya Mekah ini diharamkan oleh Allah dan bukan
diharamkan oleh manusia. Karena itu, tidak halal bagi seorang yang
beriman kepada Allah dan hari kemudian mengalirkan darah di dalamnya, atau
menebang suatu pohon padanya. Apabila ada seseorang menghalalkannya dengan
alasan bahwa Rasulullah Saw. pernah melakukan peperangan di dalamnya, maka
katakanlah oleh kalian kepadanya, 'Sesungguhnya Allah telah memberikan izin
kepada Nabi-Nya, tetapi Dia tidak mengizinkan bagi kalian, dan sesungguhnya
Allah hanya memberikan izin kepadaku melakukan peperangan di dalamnya sesaat
dari siang hari. Dan sekarang keharaman kota Mekah telah kembali seperti semula,
sama dengan keharaman yang sebelumnya. Maka hendaklah orang yang hadir
menyampaikan berita ini kepada yang gaib (tidak hadir)'." Ketika
ditanyakan kepada Abu Syuraih, "Apa yang dikatakan oleh Amr kepadamu?" Abu
Syuraih menjawab bahwa Amr berkata, "Aku lebih mengetahui hal tersebut daripada
kamu, hai Abu Syuraih. Sesungguhnya Kota Suci Mekah ini tidak memberikan
perlindungan kepada orang yang maksiat, tidak bagi orang yang lari setelah
membunuh, tidak pula orang yang lari karena menimbulkan kerusakan."
وَعَنْ
جَابِرٍ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم يقول: "لَا
يَحِلُّ لأحَدِكُمْ أنْ يَحْمِلَ بِمَكَّةَ السِّلاحَ"
Telah diriwayatkan dari Jabir r.a. bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw.
bersabda: Tidak dihalalkan bagi seorang pun membawa senjata di Mekah.Hadis riwayat Imam Muslim.
وَعَنْ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَدِيّ بْنِ الْحَمْرَاءِ الزُّهْرِيِّ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ، وَهُوَ وَاقِفٌ بالحَزْوَرَة
فِي سُوقِ مَكَّةَ: "واللهِ إِنَّكِ لَخَيْرُ أرْضِ اللهِ، وأحَبُّ أرْضِ اللهِ
إلَى اللهِ، ولَوْلا أنِّي أُخْرِجْتُ مِنْكِ مَا خَرَجْتُ".
Diriwayatkan dari Abdullah ibnu Addi ibnul Hamra Az-Zuhri, bahwa ia pernah
mendengar Rasulullah Saw. bersabda kepada kota kelahirannya seraya berdiri di
Harurah, pasar Mekah: Demi Allah, sesungguhnya engkau adalah sebaik-baik bumi
Allah dan bumi Allah yang paling dicintai oleh-Nya. Seandainya aku tidak
dikeluarkan darimu, niscaya aku tidak akan keluar.Hadis riwayat Imam Ahmad —lafaz ini menurutnya—, Imam Turmuzi, Imam Nasai, dan Imam Ibnu Majah. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini berpredikat hasan sahih, demikian pula telah disahihkan yang semisalnya dari hadis Ibnu Abbas.
Imam Ahmad telah meriwayatkan pula hadis yang sama dari Abu Hurairah. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Bisyr ibnu Adam ibnu binti Azar As-Saman, telah menceritakan kepada kami Bisyr ibnu Asim, dari Zuraiq ibnu Muslim Al-A'ma maula Bani Makhzum, telah menceritakan kepadaku Ziyad ibnu Abu Iyasy, dari Yahya ibnu Ja'dah ibnu Hubairah sehubungan dengan Firman-Nya: Barang siapa memasukinya, menjadi amanlah dia. (Ali Imran: 97) Yang dimaksud ialah aman dari api neraka.
Semakna dengan pendapat ini hadis yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi. Disebutkan bahwa:
أَخْبَرَنَا
أَبُو الْحَسَنِ عَلِيُّ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ عَبْدان، أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ
عُبَيْدٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سُلَيْمَانَ الْوَاسِطِيُّ، حَدَّثَنَا
سَعِيدُ بْنُ سُلَيْمَانَ، حَدَّثَنَا ابْنُ المُؤَمَّل، عَنِ ابْنِ مُحَيْصِن،
عَنْ عَطَاءٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عليه وسلم: "مَنْ دَخَلَ الْبَيْتَ دَخَلَ فِي حَسَنةٍ وَخَرَجَ
مِنْ سَيِّئَةٍ، وَخَرَجَ مَغْفُورًا لَهُ"
telah menceritakan kepada kami Abul Hasan Ali ibnu Ahmad ibnu Abdan, telah
menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ubaid, telah menceritakan kepada kami
Muhammad ibnu Sulaiman ibnul Wasiti, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu
Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Ibnul Muammal, dari Ibnu Muhaisin, dari
Atha,dari Abdullah ibnu Abbas yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda: Barang siapa memasuki Baitullah, berarti dia masuk ke dalam
kebaikan dan keluar dari keburukan, serta ia keluar dalam keadaan diampuni
baginya.Kemudian Imam Baihaqi mengatakan bahwa hadis ini hanya diriwayatkan oleh Abdullah ibnul Muammal sendiri, sedangkan dia orangnya tidak kuat.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَلِلَّهِ
عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا
mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah. yaitu (bagi)
orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. (Ali Imran: 97)Ayat ini mewajibkan ibadah haji, menurut pendapat jumhur ulama. Sedangkan menurut yang lainnya, ayat yang mewajibkan ibadah haji ialah firman-Nya:
وَأَتِمُّوا
الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلَّهِ
Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah. (Al-Baqarah:
196)Akan tetapi, pendapat yang pertama lebih kuat.
Banyak hadis yang beraneka ragam menyatakan bahwa ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam dan merupakan pilar serta fondasinya. Kaum muslim telah sepakat akan hal tersebut dengan kesepakatan yang tidak dapat diganggu gugat lagi. Sesungguhnya melakukan ibadah haji itu hanya diwajibkan sekali dalam seumur hidup berdasarkan keterangan dari nas dan ijma'.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، أَخْبَرَنَا الرَّبِيعُ
بْنُ مُسْلِمٍ القُرَشيّ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ زِيَادٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
قَالَ: خَطَبَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: "
أيُّهَا النَّاسُ، قَدْ فُرِضَ عَلَيْكُمْ الْحَجُّ فَحُجُّوا". فَقَالَ رَجُلٌ:
أَكُلَّ عَامٍ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ فَسَكَتَ، حَتَّى قَالَهَا ثَلَاثًا. فَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَوْ قُلْتُ: نَعَمْ،
لَوَجَبَتْ، وَلَمَا اسْتَطَعْتُمْ ". ثُمَّ قَالَ: "ذَرُونِي مَا تَرَكْتُكُمْ،
فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِكَثْرَةِ سُؤَالِهِمْ وَاخْتِلافِهِمْ
عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ، وإذَا أَمَرْتُكُمْ بِشَيْءٍ فَأْتُوا مِنْهُ مَا
اسْتَطَعْتُمْ، وإذَا نَهَيْتُكُمْ عَنْ شَيْءٍ فَدَعُوهُ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, telah
menceritakan kepada kami Ar-Rabi' ibnu Muslim Al-Qurasyi, dari Muhammad ibnu
Ziyad, dari Abu Hurairah yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah
berkhotbah kepada kami (para sahabat) yang isinya mengatakan: "Hai manusia,
telah difardukan atas kalian melakukan ibadah haji. Karena itu,
berhajilah kalian." Ketika ada seorang lelaki bertanya, "Apakah untuk setiap
tahun, wahai Rasulullah?" Nabi Saw. diam hingga lelaki itu mengulangi
pertanyaannya tiga kali. Lalu Rasulullah Saw. bersabda, "Seandainya aku
katakan, 'Ya,' niscaya diwajibkan (setiap tahunnya), tetapi niscaya kalian tidak
akan mampu." Kemudian Nabi Saw. bersabda, "Terimalah dariku apa yang aku
tinggaikan buat kalian, karena sesungguhnya telah binasa orang-orang sebelum
kalian (umat-umat terdahulu) karena mereka banyak bertanya dan menentang
nabi-nabi mereka. Apabila aku perintahkan kepada kalian sesuatu hal, maka
kerjakanlah sebagian darinya semampu kalian; dan apabila aku larang kalian
terhadap sesuatu, maka tinggalkanlah ia oleh kalian."Imam Muslim meriwayatkannya dari Zuhair ibnu Harb, dari Yazid ibnu Harun dengan lafaz yang semisal.
Sufyan ibnu Husain, Sulaiman ibnu Kasir, Abdul Jalil ibnu Humaid, dan Muhammad ibnu Abu Hafsah meriwayatkan dari Az-Zuhri, dari Abu Sinan Ad-Duali (yang namanya adalah Yazid ibnu Umayyah), dari Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. berkhotbah kepada kami yang isinya mengatakan:
"يَأيُّهَا
النَّاسُ، إنَّ اللهَ كَتَبَ عَلَيْكُم الحَجَّ". فَقَامَ الْأَقْرَعُ بْنُ حَابِسٍ
فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَفِي كُلِّ عَامٍ؟ قَالَ: "لَوْ قُلْتُهَا،
لَوَجَبَتْ، ولَوْ وَجَبَتْ لَمْ تَعْمَلُوا بِهَا، وَلَمْ تَسْتَطِيعُوا أنْ
تَعْمَلُوا بِهَا؛ الحَجُّ مَرَّةً، فَمَنْ زَادَ فَهُوَ
تَطَوُّعٌ".
"Hai manusia, sesungguhnya Allah telah mewajibkan atas kalian ibadah
haji." Maka berdirilah Al-Aqra' ibnu Habis, lalu bertanya, "Wahai
Rasulullah, apakah untuk setiap tahun?" Nabi Saw. bersabda, "Seandainya aku
mengatakannya, niscaya akan diwajibkan; dan seandainya diwajibkan, niscaya
kalian tidak dapat mengerjakannya dan kalian tidak akan dapat melakukannya.
Ibadah haji adalah sekali; maka barang siapa yang lebih dari sekali, maka hal
itu haji sunat."Hadis diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Imam Abu Daud, Imam Nasai, dan Imam Ibnu Majah serta Imam Hakim melalui hadis Az-Zuhri dengan lafaz yang sama. Syarik meriwayatkannya melalui Sammak, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas dengan lafaz yang semakna. Hal ini diriwayatkan pula melalui hadis Usamah ibnu Zaid.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Mansur ibnu Wardan, dari Abdul A'la ibnu Abdul A'la, dari ayahnya, dari Al-Bukhturi, dari Ali r.a. yang mengatakan bahwa ketika ayat berikut diturunkan, yaitu firman-Nya: mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. (Ali Imran: 97) Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah untuk setiap tahun?" Rasulullah Saw. diam. Mereka bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, apakah untuk setiap tahun?" Nabi Saw. menjawab: "Tidak, seandainya aku katakan, 'Ya,' niscaya diwajibkan (setiap tahunnya)." Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menanyakan (kepada Nabi kalian) hal-hal yang jika diterangkan kepada kalian niscaya menyusahkan kalian. (Al-Maidah: 101 )
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Turmuzi, Ibnu Majah, dan Imam Hakim melalui hadis Mansur ibnu Wardan. Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib. Akan tetapi, apa yang dikatakan oleh Imam Turmuzi itu masih perlu dipertimbangkan, mengingat Imam Bukhari mengatakan bahwa Abul Bukhturi belum pernah mendengar dari sahabat Ali r.a.
قَالَ
ابْنُ مَاجَهْ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْر، حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي عُبَيدة، عَنْ أَبِيهِ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي
سُفْيَانَ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ،
الْحَجُّ فِي كُلِّ عَامٍ؟ قَالَ: "لَوْ قُلْتُ: نَعَمْ، لوجَبَتْ، وَلَوْ وَجَبَتْ
لَمْ تَقُومُوا بِهَا، ولَوْ لَمْ تَقُومُوا بِهَا لَعُذِّبتُمْ"
Ibnu Majah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah
ibnu Numair, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abu Ubaidah, dari
ayahnya, dari Al-A'masy ibnu Abu Sufyan, dari Anas ibnu Malik yang menceritakan:
Mereka (para sahabat) bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah ibadah haji itu setiap
tahun?" Nabi Saw. menjawab, "Seandainya aku kalakan, 'Ya,' niscaya
diwajibkan. Dan seandainya diwajibkan, niscaya kalian tidak dapat melakukannya;
dan seandainya kalian tidak dapat melakukannya, niscaya kalian akan
tersiksa.Di dalam kitab Sahihain disebutkan sebuah hadis melalui Ibnu Juraij, dari Ata, dari Jabir, dari Suraqah ibnu Malik yang mengatakan:
يَا
رَسُولَ اللَّهِ، مُتْعَتنا هَذِهِ لِعَامِنَا هَذَا أَمْ لِلْأَبَدِ؟ قَالَ: "لَا
بَلْ لِلأبَدِ". وَفِي رِوَايَةٍ: "بَلْ لأبَد أبَدٍ"
"Wahai Rasulullah, apakah engkau mengajak kami ber-tamattu' hanya untuk tahun
kita sekarang ini, ataukah untuk selama-lamanya?" Nabi Saw. menjawab, "Tidak,
bahkan untuk selamanya." Menurut riwayat yang lain disebutkan, "Bahkan
untuk selama-lamanya."Di dalam kitab Musnad Imam Ahmad dan kitab Sunan Abu Daud dinyatakan melalui hadis Waqid ibnu Abu Waqid Al-Laisi, dari ayahnya, bahwa Rasulullah Saw. dalam hajinya itu berkata kepada istri-istrinya,
"هَذِه
ثُمَّ ظُهُورَ الحُصْر"
"Kemudian mereka (kaum wanita) menetapi tikar hamparannya,"maksudnya tetaplah kalian pada tikar kalian dan janganlah kalian keluar dari rumah.
Adapun mengenai istita'ah (yakni berkemampuan), hal ini terdiri atas berbagai macam, adakalanya seseorang mempunyai kemampuan pada dirinya, dan adakalanya pada yang lainnya, seperti yang ditetapkan di dalam kitab yang membahas masalah hukum.
قَالَ
أَبُو عِيسَى التِّرْمِذِيُّ: حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ
الرَّزَّاقِ، أَخْبَرَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ يَزِيدَ قَالَ: سَمِعْتُ محمَّد بْنَ
عَبَّاد بْنِ جَعْفَرٍ يُحَدِّثُ عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَامَ رَجُلٌ إِلَى
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم فَقَالَ: مَن الْحَاجُّ يَا رَسُولَ
اللَّهِ؟ قَالَ: "الشَّعثُ التَّفِل" فَقَامَ آخَرُ فَقَالَ: أَيُّ الْحَجِّ
أَفْضَلُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: "العَجُّ والثَّجُّ"، فَقَامَ آخَرُ فَقَالَ:
مَا السَّبِيلُ يَا رَسُولَ الله ؟ قال: "الزَّادُ والرَّاحِلَة".
Abu Isa At-Turmuzi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdu ibnu
Humaid, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada
kami Ibrahim ibnu Yazid yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Muhammad ibnu
Abbad ibnu Ja'far menceritakan sebuah hadis dari Ibnu Umar r.a.: Seorang lelaki
menghadap kepada Rasulullah Saw., lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah
orang yang berhaji sesungguhnya?" Rasulullah Saw. menjawab, "Orang yang
rambutnya awut-awutan dan kusut pakaiannya (karena lama dalam
perjalanannya)." Lalu ada lelaki lain menghadap dan bertanya, "Wahai Rasulullah,
haji apakah yang lebih utama?" Rasulullah Saw. menjawab, "Mengeraskan bacaan
talbiyah dan berkelompok-kelompok." Lalu datang lagi lelaki yang lainnya dan
bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan as-sabil itu?"
Rasulullah Saw. menjawab, "Bekal dan kendaraan."Hal yang sama diriwayatkan oleh Ibnu Majah melalui hadis Ibrahim ibnu Yazid (yaitu Al-Jauzi). Imam Turmuzi mengatakan, tiada yang me-rafa'-kan hadis ini kecuali hanya melalui hadisnya (Ibrahim ibnu Yazid). Akan tetapi, sebagian dari ahlul 'ilmi meragukan perihal kekuatan hafalannya.
Demikianlah menurut apa yang dikatakan oleh Imam Turmuzi dalam bab ini. Di dalam Kitabul Haj ia mengatakan bahwa hadis ini hasan, tidak diragukan bahwa sanad ini para perawinya semua terdiri atas orang-orang yang Siqah selain Al-Jauzi. Mereka membicarakan perihalnya demi hadis ini, tetapi ternyata jejaknya itu diikuti oleh orang lain.
Untuk itu Ibnu Abu Hatim mengatakan:
حَدَّثَنَا
أَبِي، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْعَامِرِيُّ،
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُبَيْدِ بْنِ عُمَيْرٍ
اللَّيْثِيُّ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبَّادِ بْنِ جَعْفَرٍ قَالَ: جَلَسْتُ إِلَى
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لَهُ: مَا السَّبِيلُ؟ قَالَ: "الزَّادُ
والرِّحْلَة".
telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdul
Aziz ibnu Abdullah Al-Amiri, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Abdullah ibnu Ubaid ibnu Umair Al-Laisi, dari Muhammad ibnu Abbad ibnu Ja'far
yang menceritakan bahwa ia duduk di majelis Abdullah Ibnu Umar, lalu Ibnu Umar
menceritakan bahwa ada seorang lelaki datang kepada Nabi Saw., lalu bertanya
kepadanya, "Apakah arti sabil itu?" Nabi Saw. menjawab: Bekal dan
kendaraan.Hal yang sama diriwayatkan oleh Ibnu Murdawaih melalui riwayat Muhammad ibnu Abdullah ibnu Ubaid ibnu Umair dengan lafaz yang sama.
Kemudian Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Anas, Al-Hasan, Mujahid, Ata, Sa'id ibnu Jubair, Ar-Rabi' ibnu Anas, dan Qatadah hal yang semisal dengan hadis di atas.
Hadis ini diriwayatkan melalui berbagai jalur lain dari hadis Anas, Abdullah ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud, dan Siti Aisyah yang semuanya berpredikat marfu’. Akan tetapi, di dalam sanadnya terdapat perbedaan pendapat, seperti yang ditetapkan di dalam Kitabul Ahkam. Al-Hafiz Abu Bakar ibnu Murdawaih mempunyai perhatian khusus terhadap hadis ini dengan mengumpulkan semua jalur periwayatannya.
Imam Hakim meriwayatkan melalui hadis Qatadah, dari Hammad ibnu Salamah, dari Qatadah, dari Anas r.a., bahwa Rasulullah Saw. pernah ditanya mengenai makna firman Allah Swt: yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. (Ali Imran: 97)
Lalu ditanyakan, "Apakah makna sabil itu?" Rasulullah Saw. menjawab:
«الزَّادُ
وَالرَّاحِلَةُ»
Bekal dan kendaraan.Kemudian Imam Hakim mengatakan bahwa predikat hadis ini sahih dengan syarat Imam Muslim, tetapi keduanya (Imam Bukhari dan Imam Muslim) tidak mengetengahkannya.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ya'qub, telah menceritakan kepada kami Ibnu Ulayyah, dari Yunus, dari Al-Hasan yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. membaca firman-Nya: mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. (Ali Imran: 97) Lalu mereka (para sahabat) bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan sabil itu?" Rasulullah Saw. menjawab: Bekal dan kendaraan.
Waki' meriwayatkan hadis ini di dalam kitab tafsirnya melalui Sufyan dan Yunus dengan lafaz yang sama.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أَنْبَأَنَا الثَّوْرِيُّ،
عَنْ إِسْمَاعِيلَ -وَهُوَ أَبُو إِسْرَائِيلَ الْمُلَائِيُّ-عَنْ فُضَيْل -يَعْنِي
ابْنَ عَمْرٍو-عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَير، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "تَعَجَّلُوا
إِلَى
الحَجِّ -يَعْنِي الْفَرِيضَةَ-فإنَّ أحَدَكُمْ لَا يَدْرِي مَا يَعْرضُ لَهُ
"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah
menceritakan kepada kami As-Sauri, dari Ismail (yaitu Abu Israil Al-Mala-i),
dari Fudail (yakni Ibnu Amr), dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang
menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Bersegeralah kalian
mengerjakan haji —yakni haji fardu— karena sesungguhnya seseorang di antara
kalian tidak mengetahui aral yang akan menghalang-halanginya (di masa
mendatang).
قَالَ
أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ
عَمْرٍو الفُقَيْمي، عَنْ مِهْرَان بْنِ أَبِي صَفْوَانَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ أرَادَ
الحَجَّ فَلْيَتَعَجَّلْ".
Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah,
telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Amr Al-Faqimi, dari Mahran ibnu Abu
Safwan, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Barang siapa yang niat hendak melakukan haji, maka kerjakanlah dengan
segera.Abu Daud meriwayatkannya dari Musaddad, dari Abu Mu'awiyah Ad-Darir dengan lafaz yang sama.
Waki' meriwayatkan —begitu pula Ibnu Jarir— dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. (Ali Imran: 97) Ibnu Abbas mengatakan, "Barang siapa yang memiliki harta sejumlah tiga ratus dirham, berarti dia sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah."
Telah diriwayatkan dari maulanya (yaitu Ikrimah) bahwa ia pernah mengatakan, "Yang dimaksud dengan sabil ialah sehat."
Waki' ibnul Jarrah meriwayatkan dari Abu Janab (yakni Al-Kalbi), dari Ad-Dahhak ibnu Muzahim, dari Ibnu Abbas yang menga¬takan sehubungan dengan firman-Nya: yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. (Ali Imran: 97), Yang dimaksud dengan sabil ialah bekal dan kendaraan unta.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَمَنْ
كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعالَمِينَ
Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah
Mahakaya dari semesta alam. (Ali Imran: 97)Ibnu Abbas mengatakan —begitu pula Mujahid dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang— bahwa barang siapa yang ingkar terhadap kefarduan ibadah haji, maka sesungguhnya ia telah kafir, dan Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) darinya.
قَالَ
سَعيد بْنُ مَنْصُورٍ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنِ ابْنِ أَبِي نَجِيح، عَنْ عِكْرِمة
قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ: {وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ
مِنْهُ} قَالَتِ الْيَهُودُ: فَنَحْنُ مُسْلِمُونَ. قَالَ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ
فاخْصَمْهُمْ فَحَجَّهُمْ -يَعْنِي فَقَالَ لَهُمُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إنَّ اللهَ فَرَضَ عَلَى الْمسلمِينَ حَجَّ الْبَيْتِ مَنِ
اسْتَطَاع إِلَيْه سَبِيلا" فَقَالُوا: لَمْ يُكْتَبْ عَلَيْنَا، وأبَوْا أَنْ
يَحُجُّوا. قَالَ اللَّهُ: {وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ
الْعَالَمِينَ}
Sa'id ibnu Mansur meriwayatkan dari Sufyan, dari Ibnu Abu Nujaih, dari
Ikrimah yang mengatakan bahwa ketika firman Allah Swt. ini diturunkan, yaitu:
Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan
diterima (agama itu) darinya. (Ali Imran: 85); Maka orang-orang Yahudi
berkata, "Kami adalah orang-orang muslim." Tetapi Allah membantah pengakuan
mereka dan mematahkan alasan mereka, yakni melalui sabda Nabi Saw. kepada
mereka: Sesungguhnya Allah telah mewajibkan atas kaum muslim berhaji ke
Baitullah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke
Baitullah. Orang-orang Yahudi menjawab, "Belum pernah diwajibkan atas
kami," dan mereka menolak, tidak mau melakukan haji. Maka Allah Swt. menurunkan
firman-Nya: Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya
Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (Ali Imran:
97)Ibnu Abu Nujaih meriwayatkan hal yang sama dari Mujahid.
قَالَ
أَبُو بَكْرِ بْنُ مَرْدَوَيْهِ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ جَعْفَرٍ،
أَخْبَرَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ، أَخْبَرَنَا
مُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وشَاذ بْنُ فَيَّاضٍ قَالَا أَخْبَرَنَا هِلَالٌ أَبُو
هَاشِمٍ الخُراساني، أَخْبَرَنَا أَبُو إِسْحَاقَ الْهَمْدَانِيُّ، عَنِ
الْحَارِثِ، عَنْ عَلِيٍّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ مَلَكَ زَادًا وَرَاحِلَةً وَلَمْ
يَحُجَّ بَيْتَ اللهِ، فَلا يَضُرُّهُ مَاتَ يَهُودِيّا أوْ نَصْرانِيّا، ذَلِكَ
بِأنَّ اللهَ قَالَ: {وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ
إِلَيْهِ سَبِيلا وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ
الْعَالَمِينَ}
Abu Bakar ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah
ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Abdullah ibnu Mas'ud,
telah menceritakan kepada kami Muslim ibnu Ibrahim dan Syaz ibnu Fayyad;
keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hilal Abu Hasyim
Al-Khurrasani, telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq Al-Hamdani, dari
Al-Haris, dari Ali r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Barang siapa yang memiliki bekal dan kendaraan, lalu tidak juga melakukan
haji ke Baitullah, maka haji tidak dirugikan olehnya bilamana ia mati sebagai
seorang Yahudi atau Nasrani. Demikian itu karena Allah Swt. telah
berfirman, "Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah,
yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa
mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak memerlukan
sesuatu) dari semesta alam" (Ali Imran: 97).Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui hadis Muslim ibnu Ibrahim dengan lafaz yang sama. Hal yang sama diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim, dari Abu Zar'ah Ar-Razi, telah menceritakan kepada kami Hilal ibnul Fayyad, telah menceritakan kepada kami Hilal Abu Hasyim Al-Khurrasani, lalu ia menuturkan hadis ini dengan sanad yang semisal.
Imam Turmuzi meriwayatkannya dari Muhammad ibnu Ali Al-Qat'i, dari Muslim ibnu Ibrahim, dari Hilal ibnu Abdullah maula Rabi'ah ibnu Amr ibnu Muslim Al-Bahili dengan lafaz yang sama, dan ia mengatakan bahwa hadis ini garib, kami tidak mengenalnya kecuali dari segi ini.
Di dalam sanadnya terdapat perbedaan pendapat: Hilal orangnya tidak dikenal, sedangkan Al-Haris daif dalam periwayatan hadis. Imam Bukhari mengatakan bahwa Hilal yang ini hadisnya dinilai munkar (tidak dapat dipakai). Ibnu Addi mengatakan bahwa hadis ini tidak dipelihara (dihafal).
Abu Bakar Al-Isma'ili Al-Hafiz meriwayatkan melalui hadis Abu Amr Al-Auza'i, telah menceritakan kepadaku Ismail ibnu Abdullah ibnu Abul Muhajir, telah menceritakan kepadaku Abdur Rahman ibnu Ganam, bahwa ia pernah mendengar Khalifah Umar ibnul Khattab r.a. mengatakan, "Barang siapa yang mampu melakukan ibadah haji, lalu ia tidak berhaji, maka sama saja baginya bilamana dia mati sebagai seorang Yahudi atau seorang Nasrani."
Sanad asar ini memang sahih sampai kepada Umar r.a.
Sa'id ibnu Mansur di dalam kitab sunannya meriwayatkan dari Al-Hasan Al-Basri yang mengatakan bahwa Umar ibnul Khattab r.a. pernah mengatakan, "Sesungguhnya aku berniat mengirim banyak lelaki ke berbagai kota besar untuk menginspeksi setiap orang yang mempunyai kemampuan, lalu ia tidak melakukan ibadah haji, maka hendaklah mereka memungut jizyah darinya. Mereka (yang berkemampuan, lalu tidak haji) bukanlah orang muslim, mereka bukan orang muslim."
قُلْ
يَا أَهْلَ الْكِتابِ لِمَ تَكْفُرُونَ بِآياتِ اللَّهِ وَاللَّهُ شَهِيدٌ عَلى مَا
تَعْمَلُونَ (98) قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتابِ لِمَ تَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ
مَنْ آمَنَ تَبْغُونَها عِوَجاً وَأَنْتُمْ شُهَداءُ وَمَا اللَّهُ بِغافِلٍ عَمَّا
تَعْمَلُونَ (99)
Katakanlah, "Hai Ahli Kitab, mengapa kalian
ingkari ayat-ayat Allah, padahal Allah Maha Menyaksikan apa yang kalian
kerjakan?" Katakanlah, "Hai Ahli Kitab, mengapa kalian menghalang-halangi dari
jalan Allah orang-orang yang telah beriman, kalian menghendakinya menjadi
bengkok, padahal kalian menyaksikan?" Allah sekali-kali tidak lalai dari apa
yang kalian kerjakan.Hal ini merupakan kecaman keras dari Allah Swt., ditujukan kepada orang-orang kafir Ahli Kitab karena mereka ingkar terhadap perkara yang hak, dan mereka kafir terhadap ayat-ayat Allah serta menghalang-halangi jalan Allah dari orang yang hendak menempuhnya dari kalangan ahlul iman. Mereka menghalang-halangi jalan Allah dengan segenap kemampuan dan kekuatan mereka, padahal mereka mengetahui bahwa apa yang disampaikan oleh Rasulullah Saw. adalah perkara yang hak dari sisi Allah Swt. Pengetahuan mereka berlandaskan kepada apa yang ada pada mereka berupa pengetahuan mengenai para nabi dan para rasul terdahulu. Mereka semuanya mendapat berita gembira dan mengisyaratkan perihal akan adanya seorang nabi yang ummi dari kalangan Bani Hasyim, keturunan orang Arab dari Mekah, penghulu semua manusia, penutup para nabi dan rasul Tuhan yang memiliki bumi dan langit.
Allah mengancam mereka atas perbuatan mereka yang demikian, dan memberitahukan bahwa Dia Maha Menyaksikan semua yang mereka lakukan itu, juga Allah Maha Menyaksikan atas pelanggaran mereka terhadap kitab yang ada di tangan mereka dari para nabi mereka, lalu perlakuan mereka terhadap rasul yang disebut dalam berita gembira dengan cara mendustakannya dan mengingkarinya. Maka Allah Swt. memberitahukan bahwa Dia sekali-kali tidak lalai dari apa yang mereka kerjakan. Dengan kata lain, Allah Swt. pasti akan membalas perbuatan itu terhadap diri mereka. Hal itu akan dilakukan-Nya pada hari kiamat nanti, seperti yang dinyatakan di dalam firman-Nya:
يَوْمَ
لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ
(yaitu) pada hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna.
(Asy-Syu'ara: 88)
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تُطِيعُوا فَرِيقاً مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا
الْكِتابَ يَرُدُّوكُمْ بَعْدَ إِيمانِكُمْ كافِرِينَ (100) وَكَيْفَ تَكْفُرُونَ
وَأَنْتُمْ تُتْلى عَلَيْكُمْ آياتُ اللَّهِ وَفِيكُمْ رَسُولُهُ وَمَنْ يَعْتَصِمْ
بِاللَّهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلى صِراطٍ مُسْتَقِيمٍ (101)
Hai orang-orang yang beriman, jika kalian
mengikuti sebagian orang-orang yang diberi Al-Kitab, niscaya mereka akan
mengembalikan kalian menjadi orang kafir sesudah kalian beriman. Bagaimanakah
kalian (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kalian,
dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kalian? Barang siapa yang berpegang
teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada
jalan yang lurus.Allah Swt. memperingatkan hamba-hamba-Nya yang mukmin agar jangan sampai taat kepada kemauan segolongan Ahli Kitab yang selalu dengki terhadap kaum mukmin, karena kaum mukmin telah mendapat anugerah dari Allah berkat kemurahan-Nya, dan telah mengutus Rasul-Nya kepada mereka. Dalam ayat yang lain disebutkan oleh firman-Nya:
وَدَّ
كَثِيرٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتابِ لَوْ يَرُدُّونَكُمْ مِنْ بَعْدِ إِيمانِكُمْ
كُفَّاراً حَسَداً مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ
Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan
kalian kepada kekafiran seielah kalian beriman, karena dengki yang (timbul) dari
diri mereka sendiri. (Al-Baqarah: 109)Sedangkan di dalam ayat ini disebutkan:
{إِنْ
تُطِيعُوا فَرِيقًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ يَرُدُّوكُمْ بَعْدَ
إِيمَانِكُمْ كَافِرِينَ}
jika kalian mengikuti sebagian dari orang-orang yang diberi Al-Kitab,
niscaya mereka akan mengembalikan kalian menjadi kafir sesudah kalian
beriman. (Ali Imran: 100)Kemudian Allah Swt. berfirman:
{وَكَيْفَ
تَكْفُرُونَ وَأَنْتُمْ تُتْلَى عَلَيْكُمْ آيَاتُ اللَّهِ وَفِيكُمْ
رَسُولُهُ}
Bagaimanakah kalian (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah
dibacakan kepada kalian, dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kalian?
(Ali Imran: 101)Yakni kekafiran sangat jauh dari kalian dan semoga Allah menjauhkan kalian darinya. Karena sesungguhnya ayat-ayat Allah terus-menerus diturunkan kepada Rasul-Nya malam dan siang hari, sedangkan beliau Saw. membacakannya kepada kalian dan menyampaikannya. Makna ayat ini sama dengan ayat lainnya, yaitu firman-Nya:
وَما
لَكُمْ لَا تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالرَّسُولُ يَدْعُوكُمْ لِتُؤْمِنُوا
بِرَبِّكُمْ وَقَدْ أَخَذَ مِيثاقَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Dan mengapa kalian tidak beriman kepada Allah, padahal Rasul menyeru
kalian supaya kalian beriman kepada Tuhan kalian. Dan sesungguhnya Dia telah
mengambil perjanjian kalian jika kalian adalah orang-orang yang beriman.
(Al-Hadid: 8)Juga sama dengan makna yang terkandung di dalam sebuah hadis yang menyebutkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda kepada para sahabatnya di suatu hari:
«أَيُّ
الْمُؤْمِنِينَ أَعْجَبُ إِلَيْكُمْ إِيمَانًا؟» قَالُوا: الْمَلَائِكَةُ. قَالَ:
«وَكَيْفَ لَا يُؤْمِنُونَ وَهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ» ؟ وَذَكَرُوا الْأَنْبِيَاءَ،
قَالَ «وَكَيْفَ لَا يُؤْمِنُونَ وَالْوَحْيُ يَنْزِلُ عَلَيْهِمْ؟» قَالُوا:
فَنَحْنُ. قَالَ «وَكَيْفَ لَا تُؤْمِنُونَ وَأَنَا بَيْنَ أَظْهُرِكُمْ؟» قَالُوا:
فَأَيُّ النَّاسِ أَعْجَبُ إِيمَانًا؟ قَالَ: «قَوْمٌ يَجِيئُونَ مِنْ بَعْدِكُمْ
يَجِدُونَ صُحُفًا يُؤْمِنُونَ بِمَا فِيهَا»
"Orang mukmin manakah yang paling kalian kagumi keimanannya?" Mereka
menjawab, "Para malaikat." Nabi Saw bersabda, "Mengapa mereka tidak beriman,
padahal wahyu selalu diturunkan kepada mereka." Mereka berkata, "Kalau
demikian, kamilah." Nabi Saw. bersabda, "Mengapa kalian tidak beriman,
padahal aku berada di antara kalian." Mereka bertanya, "Maka siapakah yang
paling dikagumi keimanannya, kalau demikian?" Nabi Saw. menjawab, "Suatu kaum
yang datang sesudah kalian. Mereka menjumpai lembaran-lembaran (Al-Qur'an), lalu
mereka beriman kepada apa yang terkandung di dalamnya."Kami mengetengahkan sanad hadis ini dan juga keterangan mengenainya pada permulaan syarah Imam Bukhari.
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{وَمَنْ
يَعْتَصِمْ بِاللَّهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ}
Barang siapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya
ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang benar. (Ali Imran: 101)Yakni selain dari itu berpegang teguh kepada agama Allah dan bertawakal kepada-Nya menipakan sumber hidayah dan sekaligus sebagai penangkal dari kesesatan, sebagai sarana untuk mendapat bimbingan, beroleh jalan yang lurus, dan mencapai cita-cita yang didambakan.
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ
إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (102) وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعاً وَلا
تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْداءً
فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْواناً وَكُنْتُمْ
عَلى شَفا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْها كَذلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ
لَكُمْ آياتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ (103)
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kalian
mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. Dan berpeganglah kalian kepada tali
(agama) Allah, dan janganlah kalian bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat
Allah kepada kalian ketika kalian dahulu (masa Jahiliah) bermusuh-musuhan, maka
Allah menjinakkan amarah hati kalian, lalu menjadilah kalian karena nikmat Allah
orang-orang yang bersaudara, dan kalian telah berada di tepi jurang neraka, lalu
Allah menyelamatkan kalian darinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepada kalian, agar kalian mendapat petunjuk.Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Sinan, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Sufyan dan Syu'bah, dari Zubaid Al-Yami, dari Murrah, dari Abdullah ibnu Mas'ud sehubungan dengan makna firman-Nya: Bertakwalah kalian kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya.(Ali Imran: 102 ) Yaitu dengan taat kepada-Nya dan tidak maksiat terhadapnya, selalu mengingat-Nya dan tidak lupa kepada-Nya, selalu bersyukur kepada-Nya dan tidak ingkar terhadap nikmat-Nya.
Sanad asar ini sahih lagi mauquf. Ibnu Abu Hatim mengikutkan sesudah Murrah (yaitu Amr ibnu Maimun), dari Ibnu Mas'ud.
Ibnu Murdawaih meriwayatkannya melalui hadis Yunus ibnu Abdul A'la, dari Ibnu Wahb, dari Sufyan As-Sauri, dari Zubaid, dari Murrah, dari Abdullah Ibnu Mas'ud yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. membaca firman-Nya: bertakwalah kalian kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya (Ali Imran: 102), —lalu beliau bersabda menafsirkannya— hendaknya Allah ditaati, tidak boleh durhaka kepada-Nya, bersyukur kepada-Nya dan jangan ingkar kepada (nikmat)-Nya, dan selalu ingat kepada-Nya dan tidak melupakan-Nya.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Hakim di dalam kitab Mustadrak-nya melalui hadis Mis'ar, dari Zubaid, dari Murrah, dari Ibnu Mas'ud secara marfu' (yakni sampai kepada Rasulullah Saw.). Kemudian Imam Hakim menuturkan hadis ini, lalu berkata, "Predikat hadis sahih dengan syarat Syaikhain, tetapi keduanya tidak mengetengahkannya." Demikianlah menurut penilaian Imam Hakim. Tetapi menurut pendapat yang kuat, predikatnya adalah mauquf (hanya sampai pada Ibnu Mas'ud saja).
lbnu Abu Hatim mengatakan, telah diriwayatkan hal yang semisal dari Murrah Al-Hamdani, Ar-Rab'i ibnu Khaisam, Amr ibnu Maimun, Ibrahim An-Nakha'i, Tawus, Al-Hasan, Qatadah, Abu Sinan, dan As-Saddi.
Telah diriwayatkan pula dari sahabat Anas; ia pernah mengatakan bahwa seorang hamba masih belum dikatakan benar-benar bertakwa kepada Allah sebelum mengekang (memelihara) lisannya.
Sa'id ibnu Jubair, Abul Aliyah, Ar-Rabi' ibnu Anas, Qatadah, Muqatil ibnu Hayyan, Zaid ibnu Aslam, As-Saddi, dan lain-lainnya berpendapat bahwa ayat ini (Ali Imran: 102) telah dimansukh oleh firman-Nya:
فَاتَّقُوا
اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ
Maka bertakwalah kalian kepada Allah menurut kesanggupan kalian.
(At-Taghabun: 16)Ali ibnu Abu Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya. (Ali Imran: 102) Bahwa ayat ini tidak dimansukh, dan yang dimaksud dengan haqqa luqatih ialah berjihadlah kalian di jalan Allah dengan sebenar-benar jihad demi membela agama Allah, dan janganlah kalian enggan demi membela Allah hanya karena celaan orang-orang yang mencela; tegakkanlah keadilan, sekalipun terhadap diri kalian dan orang-orang tua kalian serta anak-anak kalian sendiri.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَلا
تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
dan janganlah sekali-kali kalian mati melainkan dalam keadaan beragama
Islam. (Ali Imran: 102)Artinya, peliharalah Islam dalam diri kalian sewaktu kalian sehat dan sejahtera agar kalian nanti mati dalam keadaan beragama Islam, karena sesungguhnya sifat dermawan itu terbina dalam diri seseorang berkat kebiasaannya dalam berderma. Barang siapa yang hidup menjalani suatu hal, maka ia pasti mati dalam keadaan berpegang kepada hal itu; dan barang siapa yang mati dalam keadaan berpegang kepada suatu hal, maka kelak ia dibangkitkan dalam keadaan tersebut. Kami berlindung kepada Allah dari kebalikan hal tersebut.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا رَوْح، حَدَّثَنَا شُعْبة قَالَ: سمعتُ
سُلَيْمَانَ، عَنْ مُجَاهِدٍ، أَنَّ النَّاسَ كَانُوا يَطُوفُونَ بِالْبَيْتِ،
وابنُ عَبَّاسٍ جَالِسٌ مَعَهُ مِحْجَن، فَقَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ} وَلَوْ أنَّ
قَطْرَةً مِنَ الزَّقُّومِ قُطِرَتْ لأمَرّتْ عَلَى أهْلِ الأرْضِ عِيشَتَهُمْ
فَكَيْفَ بِمَنْ لَيْسَ لَهُ طَعَامٌ إِلَّا الزَّقُّومُ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Rauh, telah
menceritakan kepada kami Syu'bah, bahwa Sulaiman pernah mengatakan dari Mujahid,
"Sesungguhnya ketika orang-orang sedang melakukan tawaf di Baitullah dan Ibnu
Abbas sedang duduk berpegang kepada tongkatnya, lalu ia mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda seraya membacakan firman-Nya: 'Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa
kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kalian mati melainkan dalam keadaan
beragama Islam' (Ali Imran: 102). Seandainya setetes dari zaqqum (makanan ahli
neraka) dijatuhkan ke dunia ini, niscaya tetesan zaqqum itu akan merusak semua
makanan penduduk dunia. Maka bagaimana dengan orang yang tidak mempunyai
makanan lain kecuali hanya zaqqum (yakni ahli neraka) ."Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Turmuzi, Imam Nasai, Imam Ibnu Majah, dan Imam Ibnu Hibban di dalam kitab sahihnya; serta Imam Hakim di dalam kitab Mustadrak-nya melalui jalur Syu'bah dengan lafaz yang sama. Imam Turmuzi mengatakan hadis ini hasan sahih. Imam Hakim mengatakan sahih dengan syarat Syaikhain, tetapi keduanya tidak mengetengahkan hadis ini.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَكِيع، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ زَيْدِ بْنِ
وَهْب، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدِ رَبِّ الْكَعْبَةِ، عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ عَمْرو قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "مَنْ أَحَبَّ أنْ يُزَحْزَحَ عَنِ النَّار وَيَدْخُلَ الْجَنَّةَ،
فَلْتُدْرِكْهُ مَنِيَّتُهُ، وَهُوَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ،
ويَأْتِي إلَى النَّاسِ مَا يُحِبُّ أنْ يُؤتَى إلَيْهِ "
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', telah
menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Zaid ibnu Wahb, dari Abdur Rahman ibnu
Abdu Rabbil Ka'bah, dari Abdullah ibnu Amr yang menceritakan bahwa Rasulullah
Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang suka bila dijauhkan dari neraka dan
dimasukkan ke dalam surga, maka hendaklah di saat kematian menyusulnya ia dalam
keadaan beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hendaklah ia memberikan
kepada orang lain apa yang ia sukai bila diberikan kepada dirinya
sendiri.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، حَدَّثَنَا
الْأَعْمَشُ، عَنْ أَبِي سُفْيَانَ، عَنْ جَابِرٍ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم يَقُولُ قَبْلَ مَوْتِهِ بِثَلَاثٍ: "لَا يَمُوتَنَّ
أحَدُكُمْ إِلَّا وَهُوَ يُحْسِنُ الظَّنَّ بِاللهِ عَزَّ وَجَلَّ".
Imam Ahmad mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepada kami Abu
Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Abu Sufyan, dari Jabir
yang menceritakan bahwa ia mendengar Rasulullah Saw. bersabda tiga hari sebelum
wafat, yaitu: Jangan sekali-kali seseorang di antara kalian meninggal dunia
melainkan ia dalam keadaan berbaik prasangka kepada Allah Swt.Imam Muslim meriwayatkannya melalui jalur Al-A'masy dengan lafaz yang sama.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حَسَنُ بْنُ مُوسَى، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعة،
حَدَّثَنَا [أَبُو] يُونُسَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: "إنَّ اللهَ قَالَ: أنَا عِنْدَ ظَنِّ
عَبْدِي بِي، فإنْ ظَنَّ بِي خَيْرًا فَلَهُ، وَإنْ ظَنَّ شَرا فَلَهُ
"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasan ibnu Musa, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Luhai'ah, telah menceritakan kepada kami Yunus,
dari Abu Hurairah, dari Rasulullah Saw., bahwa beliau Saw. pernah bersabda:
Sesungguhnya Allah telah berfirman, "Aku mengikuti prasangka hamba-Ku
terhadap diri-Ku. Maka jika dia menyangka balk kepada-Ku, itulah yang
didapatinya. Dan jika dia berprasangka buruk terhadap-Ku, maka itulah yang
didapatinya."Asal hadis ini ditetapkan di dalam kitab Sahihain melalui jalur lain dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"يَقُولُ
اللهُ [عَزَّ وَجَلَّ] أنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي"
Allah berfirman, "Aku menuruti prasangka hamba-Ku terhadap
diri-Ku."
قَالَ
الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ
القُرَشي، حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ سُلَيْمَانَ، عَنْ ثَابِتٍ -وَأَحْسَبُهُ-عَنْ
أَنَسٍ قَالَ: كَانَ رَجُلٌ مِنَ الْأَنْصَارِ مَرِيضًا، فَجَاءَهُ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعودُه، فَوَافَقَهُ فِي السُّوقِ فسلَّم
عَلَيْهِ، فَقَالَ لَهُ: "كَيْفَ أنْتَ يَا فُلانُ؟ " قَالَ بِخَيْرٍ يَا رَسُولَ
اللَّهِ، أرجو الله أخاف ذُنُوبِي. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَا يَجْتَمِعَانِ فِي قَلْبِ عَبْدٍ فِي هَذَا الْمَوْطِنِ
إِلَّا أعْطَاهُ اللهُ مَا يَرْجُو وآمَنَهُ ممَّا يَخَافُ".
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Muhammad ibnu Abdul Malik Al-Qurasyi, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu
Sulaiman, dari Sabit —menurut dugaanku dari Anas— yang menceritakan bahwa ada
seorang lelaki dari kalangan Ansar mengalami sakit, maka Nabi Saw. datang
menjenguknya. Dan di lain waktu Nabi Saw. bersua dengannya di pasar, lalu beliau
mengucapkan salam kepadanya dan bertanya kepadanya, "Bagaimanakah keadaanmu,
hai Fulan?" Lelaki itu menjawab, "Dalam keadaan baik, wahai Rasulullah. Aku
berharap kepada Allah, tetapi aku takut akan dosa-dosaku." Maka Rasulullah Saw.
bersabda: Tidak sekali-kali berkumpul di dalam kalbu seorang hamba yang dalam
keadaan seperti ini (yakni sakit), melainkan Allah memberinya apa yang
diharapkannya, dan mengamankannya dari apa yang dikhawatirkannya.Kemudian Al-Bazzar mengatakan bahwa kami tidak mengetahui perawi yang meriwayatkannya dari Sabit selain Ja'far ibnu Sulaiman. Demikian pula Imam Turmuzi, Imam Nasai, dan Imam Ibnu Majah meriwayatkannya dari hadisnya. Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini garib. Hal yang sama diriwayatkan oleh sebagian mereka (para perawi) dari Sabit secara mursal.
Adapun hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad seperti berikut: Telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Abu Bisyr, dari Yusuf ibnu Mahik, dari Hakim ibnu Hizam yang menceritakan: Aku telah berbaiat (berjanji setia) kepada Rasulullah Saw. bahwa aku tidak akan mundur kecuali dalam keadaan berdiri.
Imam Nasai meriwayatkannya di dalam kitab sunannya dari Ismail ibnu Mas'ud, dari Khalid ibnul Haris, dari Syu'bah dengan lafaz yang sama; dan ia mengategorikannya ke dalam Bab "Cara Menyungkur untuk Bersujud", lalu ia mengetengahkannya dengan lafaz yang semisal.
Menurut suatu pendapat, makna hadis di atas ialah bahwa aku tidak akan mati kecuali dalam keadaan sebagai orang muslim.
Menurut pendapat yang lain lagi, makna yang dimaksud ialah bahwa aku tidak sekali-kali berperang (berjihad) melainkan dalam keadaan menghadap (maju), bukan membelakangi (mundur/lari). Pengertian ini merujuk kepada makna yang pertama.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَاعْتَصِمُوا
بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعاً وَلا تَفَرَّقُوا
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah
kalian bercerai-berai.(Ali Imran: 103)Menurut suatu pendapat, yang dimaksud dengan hablillah ialah janji Allah. Seperti yang disebutkan di dalam ayat selanjutnya, yaitu firman-Nya:
ضُرِبَتْ
عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلَّا بِحَبْلٍ مِنَ اللَّهِ وَحَبْلٍ
مِنَ النَّاسِ
Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka
berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia.
(ali Imran: 112)Yakni janji dan jaminan.
Menurut pendapat yang lain, yang dimaksud ialah Al-Qur'an. Sebagaimana yang disebutkan di dalam hadis Al-Haris Al-A'war, dari sahabat Ali secara marfu' mengenai sifat Al-Qur'an, yaitu:
"هُوَ
حَبْلُ اللهِ الْمتِينُ، وَصِرَاطُهُ الْمُسْتَقِيمُ".
Al-Qur'an adalah tali Allah yang kuat dan jalan-Nya yang lurus.Sehubungan dengan hal ini terdapat hadis yang khusus membahas mengenai makna ini. Untuk itu Imam Al-Hafiz Abu Ja'far At-Tabari mengatakan:
حَدَّثَنَا
سَعِيدُ بْنُ يَحْيَى الْأُمَوِيُّ، حَدَّثَنَا أَسْبَاطُ بْنُ مُحَمَّدٍ، عَنْ
عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ أَبِي سُلَيْمَانَ العَرْزَمي، عَنْ عَطِيَّةَ عَنْ [أَبِي]
سَعِيدٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "كِتَابُ
اللهِ، هُوَ حَبْلُ اللهِ الْمَمْدُودُ مِنَ السَّمَاءِ إلَى
الأرْضِ"
telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Yahya Al-Umawi, telah menceritakan
kepada kami Asbat ibnu Muhammad, dari Abdul Malik ibnu Sulaiman Al-Azrami, dari
Atiyyah, dari Abu Sa'id yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Kittabullah (Al-Qur'an) adalah tali Allah yang menjulur dari langit ke
bumi.
وَرَوَى
ابْنُ مَرْدُويَه مِنْ طَرِيقِ إِبْرَاهِيمَ بْنِ مُسْلِمٍ الهَجَريّ، عَنْ أَبِي
الأحْوَص، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إنَّ هَذَا الْقُرْآنَ هُوَ حَبْلُ
اللهِ الْمتِينُ، وَهُوَ النُّورُ الْمُبِينُ وهُوَ الشِّفَاءُ النَّافِعُ، عِصْمةٌ
لِمَنْ تَمَسَّكَ بِهِ، ونَجَاةٌ لِمَنِ اتَّبَعَهُ"
Ibnu Murdawaih meriwayatkan dari jalur Ibrahim ibnu Muslim Al-Hijri, dari Abu
Ahwas, dari Abdullah r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda: Sesungguhnya Al-Qur'an ini adalah tali Allah yang kuat. Dia
adalah cahaya yang jelas, dia adalah penawar yang bermanfaat, perlindungan bagi
orang yang berpegang kepadanya, dan keselamatan bagi orang yang mengikuti
(petunjuk)Nya.Telah diriwayatkan dari hadis Huzaifah dan Zaid ibnu Arqam hal yang semisal.
وَقَالَ
وَكِيع: حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ عَنْ أَبِي وَائِلٍ قَالَ: قَالَ عَبْدُ اللَّهِ:
إِنَّ هَذَا الصِّرَاطَ مُحْتَضَرٌ تَحْضُرُهُ الشَّيَاطِينُ، يَا عَبْدَ اللَّهِ،
بِهَذَا الطَّرِيقِ هَلُمَّ إِلَى الطَّرِيقِ، فَاعْتَصَمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ
فَإِنَّ حَبْلَ اللَّهِ الْقُرْآنُ
Waki' mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Abu Wail
yang menceritakan bahwa Abdullah pernah mengatakan (bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda kepadanya): Sesungguhnya jalan itu adalah tempat lalu lalang,
setan-setan selalu datang kepadanya. Hai Abdullah, ambillah jalan ini,
kemarilah, tempuhlah jalan ini. Maka mereka berpegang kepada tali Allah karena
sesungguhnya tali Allah itu adalah Al-Qur'an.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَلا
تَفَرَّقُوا
Dan jangan kalian bercerai-berai. (Ali Imran: 103)Allah memenntahkan kepada mereka untuk menetapi jamaah (kesatuan) dan melarang mereka bercerai-berai. Banyak hadis yang isinya melarang bercerai-berai dan memerintahkan untuk bersatu dan rukun. Seperti yang dinyatakan di dalam kitab Sahih Muslim melalui hadis Suhail ibnu Abu Saleh, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
«إِنَّ
اللَّهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلَاثًا، وَيَسْخَطُ لَكُمْ ثَلَاثًا، يَرْضَى لَكُمْ أَنْ
تَعْبُدُوهُ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وَأَنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ
جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا، وَأَنْ تُنَاصِحُوا مَنْ وَلَّاهُ اللَّهُ أَمْرَكُمْ،
وَيَسْخَطُ لَكُمْ ثَلَاثًا: قِيلَ وَقَالَ، وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ، وَإِضَاعَةَ
الْمَالِ»
Sesungguhnya Allah rida kepada kalian dalam tiga perkara dan murka kepada
kalian dalam tiga perkara. Allah rida kepada kalian bila kalian menyembah-Nya
dan kalian tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, bila kamu sekalian
berpegang teguh kepada tali Allah dan tidak bercerai-berai, dan bila kalian
saling menasihati dengan orang yang dikuasakan oleh Allah untuk mengurus perkara
kalian. Dan Allah murka kepada kalian dalam tiga perkara, yaitu qil dan qal
(banyak bicara atau berdebat), banyak bertanya dan menyia-nyiakan
(menghambur-hamburkan) harta.Bilamana mereka hidup dalam persatuan dan kesatuan, niscaya terjaminlah mereka dari kekeliruan, seperti yang disebutkan oleh banyak hadis mengenai hal tersebut. Sangat dikhawatirkan bila mereka bercerai-berai dan bertentangan. Hal ini ternyata menimpa umat ini, hingga bercerai-berailah mereka menjadi tujuh puluh tiga golongan. Di antaranya terdapat suatu golongan yang selamat masuk surga dan diselamatkan dari siksa neraka. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti jejak yang telah dilakukan oleh Nabi Saw. dan para sahabatnya.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَاذْكُرُوا
نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْداءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ
فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْواناً
dan ingatlah akan nikmat Allah kepada kalian ketika kalian dahulu (masa
Jahiliah) bermusuh-musuhan, maka Allah menjinakkan antara hati kalian, lalu
menjadilah kalian karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara. (Ali
Imran: 103), hingga akhir ayat.Konteks ayat ini berkaitan dengan keadaan kabilah Aus dan kabilah Khazraj, karena sesungguhnya dahulu di antara mereka sering terjadi peperangan, yaitu di masa Jahiliah. Kedengkian dan permusuhan, pertentangan yang keras di antara mereka menyebabkan meletusnya perang yang berkepanjangan di antara sesama mereka. Ketika Islam datang dan masuk Islamlah sebagian orang di antara mereka, maka jadilah mereka sebagai saudara yang saling mengasihi berkat keagungan Allah. Mereka dipersatukan oleh agama Allah dan saling membantu dalam kebajikan dan ketakwaan.
Allah Swt. berfirman:
هُوَ
الَّذِي أَيَّدَكَ بِنَصْرِهِ وَبِالْمُؤْمِنِينَ وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ
لَوْ أَنْفَقْتَ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعاً مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ،
وَلكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ
Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para mukmin,
dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu
membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat
mempersatukan hati mereka, tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka.
(Al-Anfal: 62-63)sebelum itu mereka berada di tepi jurang neraka karena kekafiran mereka, lalu Allah menyelamatkan mereka darinya dengan memberi mereka petunjuk kepada iman.
Sesungguhnya hal tersebut disebut-sebut oleh Rasulullah Saw. pada hari beliau membagi-bagikan ganimah Hunain, lalu ada sebagian orang yang merasa kurang puas karena ada sebagian yang lain mendapat bagian yang lebih banyak daripada mereka. Nabi Saw. Sengaja melakukan demikian karena berdasarkah apa yang dianjurkan oleh Allah Swt. kepadanya. Lalu Nabi Saw. bersabda kepada mereka:
«يَا
مَعْشَرَ الْأَنْصَارِ أَلَمْ أَجِدْكُمْ ضُلَّالًا فَهَدَاكُمُ اللَّهُ بِي،
وَكُنْتُمْ مُتَفَرِّقِينَ فَأَلَّفَكُمُ اللَّهُ بِي، وَعَالَةً فَأَغْنَاكُمُ
الله بي؟»
Hai orang-orang Ansar, bukankah aku menjumpai kalian dalam keadaan sesat,
lalu Allah memberi petunjuk kepada kalian melalui diriku; dan kalian dalam
keadaan bercerai-berai, lalu Allah mempersatukan kalian melalui diriku; dan
kalian dalam keadaan miskin, lalu Allah memberi kecukupan kepada kalian melalui
aku?Setiap kalimat yang diucapkan Nabi Saw. hanya bisa mereka katakan dengan kalimat berikut sebagai pengakuan mereka, "Hanya kepada Allah dan Rasul-Nya kami percaya."
Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar dan lain-lainnya menceritakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan peristiwa yang dialami oleh kabilah Aus dan kabilah Khazraj. Demikian itu terjadi ketika ada seorang lelaki Yahudi lewat di hadapan sejumlah orang penting dari kalangan kabilah Aus dan kabilah Khazraj, maka si Yahudi itu merasa tidak senang dengan kesatuan dan kerukunan yang ada di antara mereka.
Lalu ia mengirimkan seorang lelaki kepercayaannya dan memerintahkan kepadanya duduk bersama mereka dan mengingatkan mereka kepada peristiwa-peristiwa masa lalu yang pernah terjadi di antara mereka, yaitu peperangan Bi'as dan peperangan-peperangan lainnya yang terjadi di antara sesama mereka. Kemudian lelaki utusan si Yahudi itu melakukan apa yang diperintahkan kepadanya; dengan tekunnya ia melakukan tugas tersebut secara rutin, hingga suasana kaum menjadi panas kembali dan bangkitlah amarah sebagian mereka terhadap sebagian yang lain. Lalu timbullah fanatisme mereka, dan masing-masing pihak menyerukan semboyan-semboyannya, lalu mempersiapkan senjatanya masing-masing dan mengadakan tantangan kepada lawannya di tempat yang terbuka pada hari tertentu.
Ketika berita tersebut sampai kepada Nabi Saw., maka beliau mendatangi mereka, lalu beliau meredakan dan melerai mereka serta bersabda:
«أَبِدَعْوَى
الْجَاهِلِيَّةِ وَأَنَا بَيْنَ أَظْهُرِكُمْ؟»
Apakah kalian menyerukan seruan Jahiliah, sedangkan aku ada di antara
kalian?Kemudian Rasulullah Saw. membacakan ayat ini kepada mereka. Akhirnya mereka menyesali perbuatannya, lalu mereka berdamai, saling berpelukan, dan semua senjata mereka lemparkan. Semoga Allah melimpahkan rida-Nya kepada mereka.
Ikrimah menyebutkan bahwa peristiwa tersebut menimpa mereka ketika mereka dalam keadaan emosi karena peristiwa berita bohong (hadis’ul ifki).
وَلْتَكُنْ
مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ
وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (104) وَلا
تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جاءَهُمُ
الْبَيِّناتُ وَأُولئِكَ لَهُمْ عَذابٌ عَظِيمٌ (105) يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ
وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ فَأَمَّا الَّذِينَ اسْوَدَّتْ وُجُوهُهُمْ أَكَفَرْتُمْ
بَعْدَ إِيمانِكُمْ فَذُوقُوا الْعَذابَ بِما كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ (106) وَأَمَّا
الَّذِينَ ابْيَضَّتْ وُجُوهُهُمْ فَفِي رَحْمَتِ اللَّهِ هُمْ فِيها خالِدُونَ
(107) تِلْكَ آياتُ اللَّهِ نَتْلُوها عَلَيْكَ بِالْحَقِّ وَمَا اللَّهُ يُرِيدُ
ظُلْماً لِلْعالَمِينَ (108)
وَلِلَّهِ
مَا فِي السَّماواتِ وَما فِي الْأَرْضِ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الْأُمُورُ
(109)
Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan
umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah
dari yang mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung. Dan janganlah kalian
menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang kepada
mereka keterangan yang jelas. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang
berat, pada hari yang di waktu itu ada muka yang menjadi putih berseri, dan ada
pula muka yang menjadi hitam muram. Adapun orang-orang yang menjadi hitam muram
mukanya (kepada mereka dikatakan), "Mengapa kalian kafir sesudah kalian beriman?
Karena itu, rasakanlah azab disebabkan kekafiran kalian itu." Adapun orang-orang
yang menjadi putih berseri mukanya, maka mereka berada dalam rahmat Allah
(surga), mereka kekal di dalamnya. Itulah ayat-ayatAllah, Kami bacakan ayat-ayat
itu kepadamu dengan benar, dan tiadalah Allah berkehendak untuk menganiaya
hamba-hamba-Nya. Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan
kepada Allah-lah dikembalikan segala urusan.Allah Swt. berfirman bahwasanya hendaklah ada dari kalian sejumlah orang yang bertugas untuk menegakkan perintah Allah, yaitu dengan menyeru orang-orang untuk berbuat kebajikan dan melarang perbuatan yang mungkar; mereka adalah golongan orang-orang yang beruntung.
Ad-Dahhak mengatakan, mereka adalah para sahabat yang terpilih, para mujahidin yang terpilih, dan para ulama.
قَالَ
أَبُو جَعْفَرٍ الْبَاقِرُ: قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: {وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ} ثُمَّ قَالَ:
"الْخَيْرُ اتِّبَاعِ القُرآنِ وَسُنَّتِي"
Abu Ja'far Al-Baqir meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya:
Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan. (Ali Imran: 104) Kemudian beliau bersabda: Yang dimaksud
dengan kebajikan ini ialah mengikuti Al-Qur'an dan sunnahku.Hadis diriwayatkan oleh Ibnu Murdawaih.
Makna yang dimaksud dari ayat ini ialah hendaklah ada segolongan orang dari kalangan umat ini yang bertugas untuk mengemban urusan tersebut, sekalipun urusan tersebut memang diwajibkan pula atas setiap individu dari umat ini. Sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab Sahih Muslim dalam sebuah hadis dari Abu Hurairah. Disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"مَنْ
رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَده، فَإنْ لَمْ يَسْتَطِعْ
فَبِلِسَانِهِ، فَإنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ، وَذَلِكَ أضْعَفُ الإيمَانِ".
وَفِي رِوَايَةٍ: "وَلَيْسَ وَرَاءَ ذَلِكَ مِنَ الإيمَانِ حَبَّةُ
خَرْدَلٍ"
Barang siapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran, hendaklah ia
mencegahnya dengan tangannya; dan jika ia tidak mampu, maka dengan lisannya; dan
jika masih tidak mampu juga, maka dengan hatinya, yang demikian iiu adalah
selemah-lemahnya iman. Di dalam riwayat lain disebutkan: Dan tiadalah di
belakang itu iman barang seberat biji sawi pun.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ الْهَاشِمِيُّ، أَخْبَرَنَا
إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ، أَخْبَرَنِي عَمْرو بْنُ أَبِي عَمْرٍو، عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْأَشْهَلِيِّ، عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ،
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "وَالَّذِي نَفْسِي
بِيَدِه لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ولَتَنْهَوُنَّ عَنِ الْمُنْكَرِ، أَوْ
لَيُوشِكَنَّ اللهُ أنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْ عِنْدِهِ، ثُمَّ
لَتَدْعُنَّهُ فَلا يَسْتَجِيبُ لَكُمْ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sulaiman Al-Hasyimi,
telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Ja'far, telah menceritakan kepadaku
Amr ibnu Abu Amr, dari Abdullah ibnu Abdur Rahman Al-Asyhal, dari Huzaifah ibnul
Yaman, bahwa Nabi Saw. pernah bersabda: Demi Tuhan yang jiwaku berada di
dalam genggaman kekuasaan-Nya, kalian benar-benar harus memerintahkan kepada
kebajikan dan melarang perbuatan mungkar, atau hampir-hampir Allah akan
mengirimkan kepada kalian siksa dari sisi-Nya, kemudian kalian benar-benar
berdoa (meminta pertolongan kepada-Nya), tetapi doa kalian tidak
diperkenankan.Imam Turmuzi dan Imam Ibnu Majah meriwayatkannya melalui hadis Amr ibnu Abu Amr dengan lafaz yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan. Hadis-hadis mengenai masalah ini cukup banyak, demikian pula ayat-ayat yang membahas mengenainya, seperti yang akan disebut nanti dalam tafsirnya masing-masing.
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
وَلا
تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ ما جاءَهُمُ
الْبَيِّناتُ
Dan janganlah kalian menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan
berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. (Ali Imran:
105). hingga akhir ayat.Melalui ayat ini Allah Swt. melarang umat ini menjadi orang-orang seperti umat-umat terdahulu yang bercerai-berai dan berselisih di antara sesama mereka, serta meninggalkan amar makruf dan nahi munkar, padahal hujah telah jelas menentang mereka.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو الْمُغِيرَةِ، حَدَّثَنَا صَفْوان،
حَدَّثَنِي أزْهَر بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْهَوْزَنِي عن
أَبِي
عَامِرٍ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ لُحَيٍّ قَالَ: حَجَجْنَا مَعَ مُعَاوِيَةَ بْنِ أَبِي
سُفْيَانَ، فَلَمَّا قَدِمْنَا مَكَّةَ قَامَ حِينَ صَلَّى [صَلَاةَ] الظُّهْرِ
فَقَالَ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إنَّ
أهْلَ الْكَتَابَيْنِ افْتَرَقُوا فِي دِينِهِمْ عَلَى ثنتيْنِ وَسَبْعِينَ
مِلَّةً، وإنَّ هذِهِ الأمَّةَ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلاثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً
-يَعْنِي الْأَهْوَاءَ-كُلُّهَا فِي النَّار إِلَّا وَاحِدَةٌ، وَهِيَ
الْجَمَاعَةُ، وَإِنَّهُ سَيَخْرُجُ فِي أُمَّتِي أَقْوَامٌ تُجَارى بِهِمْ تِلْكَ
الأهْواء، كَمَا يَتَجَارى الكَلبُ بصَاحِبِهِ، لَا يَبْقَى مِنْهُ عِرْقٌ وَلا
مَفْصِلٌ إِلَّا دَخَلَهُ. واللهِ -يَا مَعْشَر العَربِ-لَئِنْ لَمْ تَقُومُوا
بِمَا جَاءَ بِهِ نَبِيُّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَغَيْرُكم مِن
النَّاسِ أحْرَى أَلَّا يَقُومَ بِهِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Mugirah, telah
menceritakan kepada kami Safwan, telah menceritakan kepadaku Azhar ibnu Abdullah
Al-Harawi, dari Abu Amir (yaitu Abdullah ibnu Yahya) yang menceritakan, "Kami
melakukan haji bersama Mu'awiyah ibnu Abu Sufyan. Ketika kami tiba di Mekah, ia
berdiri ketika hendak melakukan salat Lohor, lalu berkata bahwa sesungguhnya
Rasulullah Saw. pernah bersabda: 'Sesungguhnya orang-orang Ahli Kitab telah
bercerai-berai dalam agama mereka menjadi tujuh puluh dua golongan, dan
sesungguhnya umat ini kelak akan berpecah-belah menjadi tujuh puluh tiga
keinginan (golongan), semuanya masuk neraka kecuali satu golongan, yaitu
Al-Jama'ah. Dan sesungguhnya kelak di dalam umatku terdapat kaum-kaum yang
selalu mengikuti kemauan hawa nafsunya sebagaimana seekor anjing mengikuti
pemiliknya. Tiada yang tersisa darinya, baik urat maupun persendian,
melainkan dimasukinya'." Selanjutnya Mu'awiyah mengatakan, "Demi
Allah, hai orang-orang Arab, seandainya kalian tidak menegakkan apa yang
didatangkan kepada kalian oleh Nabi kalian, maka orang-orang selain dari kalian
benar-benar lebih tidak menegakkannya lagi."Demikian pula menurut riwayat Abu Daud dari Ahmad ibnu Hambal dan Muhammad ibnu Yahya, keduanya dari Abul Mugirah —yang nama aslinya ialah Abdul Quddus ibnul Hajjaj Asy-Syami— dengan lafaz yang sama. Hadis ini diriwayatkan melalui berbagai jalur.
*******************
Firman Allah Swt.:
يَوْمَ
تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ
pada hari yang di waktu itu ada muka yang menjadi putih berseri, dan ada
pula muka yang menjadi hitam muram. (Ali Imran: 106)Yakni kelak di hari kiamat, di waktu putih berseri wajah ahli sunnah wal jama'ah, dan tampak hitam muram wajah ahli bid'ah dan perpecahan. Demikianlah menurut tafsir Ibnu Abbas r.a.
فَأَمَّا
الَّذِينَ اسْوَدَّتْ وُجُوهُهُمْ أَكَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمانِكُمْ
Adapun orang-orang yang menjadi hitam muram mukanya (kepada mereka
dikatakan), "Mengapa kalian kafir sesudah kalian beriman?" (Ali Imran:
106)Menurut Al-Hasan Al-Basri, mereka adalah orang-orang munafik.
فَذُوقُوا
الْعَذابَ بِما كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ
Karena itu, rasakanlah azab disebabkan kekafiran kalian itu. (Ali
Imran: 106)gambaran ini bersifat umum menyangkut semua orang kafir.
وَأَمَّا
الَّذِينَ ابْيَضَّتْ وُجُوهُهُمْ فَفِي رَحْمَتِ اللَّهِ هُمْ فِيها
خالِدُونَ
Adapun orang-orang yang menjadi putih berseri mukanya, maka mereka berada
dalam rahmat Allah (surga), mereka kekal di dalamnya. (Ali Imran: 107)Maksudnya, mereka tinggal di dalam surga untuk selama-lamanya, dan mereka tidak mau pindah darinya.
Abu Isa At-Turmuzi dalam tafsir ayat ini mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada karni Waki', dari Ar-Rabi' ibnu Sabih dan Hammad ibnu Salamah, dari Abu Galib yang menceritakan bahwa Abu Umamah melihat banyak kepala dipancangkan di atas tangga masuk masjid Dimasyq. Maka Abu Umamah mengatakan, "Anjing-anjing neraka adalah seburuk-buruk orang-orang yang terbunuh di kolong langit ini; sebaik-baik orang-orang yang terbunuh adalah orang-orang yang dibunuhnya." Kemudian Abu Umamah membacakan firman-Nya: pada hari yang di waktu itu ada muka yang menjadi putih berseri, dan ada pula muka yang menjadi hitam muram. (Ali Imran: 106), hingga akhir ayat. Kemudian aku bertanya kepada Abu Umamah, "Apakah engkau mendengarnya dari Rasulullah Saw.?" Abu Umamah menjawab, "Seandainya aku bukan mendengarnya melainkan hanya sekali atau dua kali atau tiga kali atau empat kali dan bahkan sampai tujuh kali, niscaya aku tidak akan menceritakannya kepada kalian." Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan.
Ibnu Majah meriwayatkannya melalui hadis Sufyan ibnu Uyaynah, dari Abu Galib; dan Imam Ahmad mengetengahkannya di dalam kitab musnadnya, dari Abdur Razzaq, dari Ma'mar, dari Abu Galib dengan lafaz yang semisal.
Ibnu Murdawaih meriwayatkan dalam tafsir ayat ini dari Abu Zar sebuah hadis yang panjang, tetapi isinya sangat aneh dan mengherankan.
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
تِلْكَ
آياتُ اللَّهِ نَتْلُوها عَلَيْكَ
Itulah ayat-ayat Allah, Kami bacakan ayat-ayat itu kepada kamu. (Ali
Imran: 108)Yakni itulah ayat-ayat Allah dan hujah-hujah-Nya serta keterangan-keterangan-Nya, Kami bacakan kepadamu, hai Muhammad.
بِالْحَقِّ
dengan sebenarnya. (Ali Imran: 108)Yaitu Kami membuka perkara yang sesungguhnya di dunia dan akhirat.
وَمَا
اللَّهُ يُرِيدُ ظُلْماً لِلْعالَمِينَ
dan tiadalah Allah berkehendak untuk menganiaya
hamba-hamba-Nya. (Ali Imran: 108)Artinya, Allah tidak akan berbuat aniaya terhadap mereka, melainkan Dia adalah Hakim Yang Mahaadil yang tidak akan zalim; karena Dia Mahakuasa atas segala sesuatu, Yang Maha Mengetahui segala sesuatu, maka untuk itu Dia tidak perlu berbuat aniaya terhadap seseorang dari makhluk-Nya. Karena itu, dalam firman selanjutnya disebutkan:
وَلِلَّهِ
مَا فِي السَّماواتِ وَما فِي الْأَرْضِ
Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan di bumi. (Ali
Imran: 109)Yakni semuanya adalah milik Allah dan sebagai hamba-hamba-Nya.
وَإِلَى
اللَّهِ تُرْجَعُ الْأُمُورُ
dan kepada Allah-lah dikembalikan segala urusan. (Ali Imran: 109)Maksudnya, Dialah Tuhan Yang Memutuskan lagi Yang Mengatur di dunia dan akhirat.
كُنْتُمْ
خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ
الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتابِ لَكانَ خَيْراً
لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفاسِقُونَ (110) لَنْ
يَضُرُّوكُمْ إِلاَّ أَذىً وَإِنْ يُقاتِلُوكُمْ يُوَلُّوكُمُ الْأَدْبارَ ثُمَّ
لَا يُنْصَرُونَ (111) ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلاَّ
بِحَبْلٍ مِنَ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِنَ النَّاسِ وَباؤُ بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ
وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُ ذلِكَ بِأَنَّهُمْ كانُوا يَكْفُرُونَ بِآياتِ
اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ الْأَنْبِياءَ بِغَيْرِ حَقٍّ ذلِكَ بِما عَصَوْا وَكانُوا
يَعْتَدُونَ (112)
Kalian adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang
mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu
lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka
adalah orang-orang yang fasik. Mereka sekali-kali tidak akan dapat membuat
mudarat kepada kalian, selain dari gangguan-gangguan celaan saja; dan jika
mereka berperang dengan kalian, pastilah mereka berbalik melarikan diri ke
belakang (kalah). Kemudian mereka tidak mendapat pertolongan. Mereka diliputi
kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali
(agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat
kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena
mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang
benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui
batas.Allah memberitahukan kepada umat Nabi Muhammad Saw. bahwa mereka adalah sebaik-baik umat. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{كُنْتُمْ
خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ}
Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia. (Ali
Imran: 110) Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Yusuf, dari Sufyan ibnu Maisarah, dari Abu Hazim, dari Abu Hurairah r.a. sehubungan dengan firman-Nya: Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia. (Ali Imran: 110) Abu Hurairah r.a. mengatakan, makna yang dimaksud ialah sebaik-baik manusia untuk umat manusia, kalian datang membawa mereka dalam keadaan terbelenggu pada lehernya dengan rantai, selanjutnya mereka masuk Islam.
Hal yang sama dikatakan pula oleh Ibnu Abbas, Mujahid, Atiyyah Al-Aufi, Ikrimah, Ata, dan Ar-Rabi' ibnu Anas. Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia. (Ali Imran: 110), Yakni umat yang terbaik yang dilahirkan untuk umat manusia.
Dengan kata lain, mereka adalah sebaik-baik umat dan manusia yang paling bermanfaat buat umat manusia. Karena itu, dalam firman selanjutnya disebutkan:
{تَأْمُرُونَ
بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ
بِاللَّهِ}
menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman
kepada Allah. (Ali Imran: 110)
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ، حَدَّثَنَا
شَرِيكٌ، عَنْ سِماك، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَيرة عن زوج [ذُرّةَ] بِنْتِ
أَبِي لَهَب، [عَنْ دُرَّةَ بِنْتِ أَبِي لَهَبٍ] قَالَتْ: قَامَ رَجُلٌ إِلَى
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ عَلَى الْمِنْبَرِ، فَقَالَ:
يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ النَّاسِ خَيْرٌ؟ فَقَالَ: "خَيْرُ النَّاسِ أقْرَؤهُمْ
وَأَتْقَاهُمْ للهِ، وآمَرُهُمْ بِالمعروفِ، وأنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ،
وَأَوْصَلُهُمْ لِلرَّحِمِ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdul Malik,
telah menceritakan kepada kami Syarik, dari Sammak, dari Abdullah ibnu Umairah,
dari Durrah binti Abu Lahab yang menceritakan: Seorang lelaki berdiri
menunjukkan dirinya kepada Nabi Saw. yang saat itu berada di atas mimbar, lalu
lelaki itu bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang terbaik?" Nabi
Saw. menjawab, "Manusia yang terbaik ialah yang paling pandai membaca
Al-Qur'an dan paling bertakwa di antara mereka kepada Allah, serta paling gencar
dalam melakukan amar makruf dan nahi munkar terhadap mereka, dan paling gemar di
antara mereka dalam bersilaturahmi."Imam Ahmad di dalam kitab musnadnya, Imam Nasai di dalam kitab sunannya, dan Imam Hakim di dalam kitab Mustadrak-nya telah meriwayatkan melalui hadis Sammak, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia. (ali Imran: 110) Bahwa mereka adalah orang-orang yang berhijrah bersama Rasulullah Saw. dari Mekah ke Madinah.
Pendapat yang benar mengatakan bahwa ayat ini mengandung makna umum mencakup semua umat ini dalam setiap generasinya, dan sebaik-baik generasi mereka ialah orang-orang yang Rasulullah Saw. diutus di kalangan mereka, kemudian orang-orang sesudah mereka, kemudian orang-orang sesudah mereka.
Makna ayat ini sama dengan makna yang terdapat di dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:
وَكَذلِكَ
جَعَلْناكُمْ أُمَّةً وَسَطاً
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kalian (umat Islam), umat yang
adil dan pilihan. (Al-Baqarah: 143)Yang dimaksud dengan wasatan ialah yang terpilih.
لِتَكُونُوا
شُهَداءَ عَلَى النَّاسِ
agar kalian menjadi saksi atas (perbuatan)manusia.
(Al-Baqarah: 143), hingga akhir ayat Di dalam kitab Musnad Imam Ahmad, kitab Jami' Imam TurmuzL kitab Sunan Ibnu Majah, dan kitab Mustadrak Imam Hakim disebutkan melalui riwayat Hakim ibnu Mu'awiyah ibnu Haidah dari ayahnya yang telah menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
«أَنْتُمْ
تُوفُونَ سَبْعِينَ أُمَّةً، أَنْتُمْ خَيْرُهَا وَأَنْتُمْ أَكْرَمُ عَلَى اللَّهِ
عَزَّ وَجَلَّ»
Kalian adalah umat yang ketujuh puluh, kalianlah yang paling baik dan
paling mulia menurut Allah Swt.Hadis ini cukup terkenal (masyhur), Imam Turmuzi menilainya berpredikat hasan. Telah diriwayatkan hadis yang semisal melalui Mu'az ibnu Jabal dan Abu Sa'id.
Sesungguhnya umat ini menduduki peringkat teratas dalam semua kebajikan tiada lain berkat Nabi mereka, yaitu Nabi Muhammad Saw. Karena sesungguhnya beliau adalah makhluk Allah yang paling mulia dan rasul yang paling dimuliakan di sisi Allah. Allah telah mengutusnya dengan membawa syariat yang sempurna lagi agung yang belum pernah diberikan kepada seorang nabi dan seorang rasul pun sebelumnya.
Melakukan suatu amal perbuatan sesuai dengan tuntunannya dan jalan yang telah dirintisnya sama kedudukannya dengan banyak amal kebaikan yang dilakukan oleh selain mereka dari kalangan umat terdahulu.
Seperti yang dikatakan oleh Imam Ahmad:
حَدَّثَنَا
عَبْدُ الرَّحْمَنِ، حَدَّثَنَا ابْنُ زُهَير، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ -يَعْنِي ابْنَ
مُحَمَّدِ بْنِ عَقِيلٍ-عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيٍّ، وَهُوَ ابْنُ الْحَنَفِيَّةِ،
أَنَّهُ سَمِعَ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، يَقُولُ: قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أُعْطِيتُ مَا لَمْ يُعْطَ
أَحَدٌ مِنْ الأنْبِيَاءِ". فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا هُوَ؟ قَالَ: "
نُصِرْتُ بِالرُّعْبِ وَأُعْطِيتُ مَفَاتِيحَ الأرْضِ، وَسُمِّيتُ أَحْمَدَ،
وَجُعِلَ التُّرَابُ لِي طَهُورًا، وَجُعِلَتْ أُمَّتِي خَيْرَ
الأمَمِ".
telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami
Ibnu Zuhair, dari Abdullah (yakni Ibnu Muhammad ibnu Aqil), dari Muhammad ibnu
Ali (yaitu Ibnul Hanafiyyah), bahwa ia pernah mendengar sahabat Ali ibnu Abu
Talib r.a. menceritakan hadis berikut, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"Aku dianugerahi pemberian yang belum pernah diberikan kepada seorang nabi
pun." Maka kami bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah anugerah itu?" Nabi Saw.
menjawab, "Aku diberi pertolongan melalui rasa gentar (yang mencekam hati
musuh), dan aku diberi semua kunci perbendaharaan bumi, dan aku diberi nama
Ahmad, dan debu dijadikan bagiku suci (lagi menyucikan), dan umatku dijadikan
sebagai umat yang terbaik."Hadis ini hanya diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari segi ini, sanadnya berpredikat hasan.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو الْعَلَاءِ الْحَسَنُ بْنُ سَوَّار،
حَدَّثَنَا لَيْث، عن معاوية عن بن أَبِي حُلَيْس يَزِيدَ بْنِ مَيْسَرَةَ قَالَ:
سَمِعْتُ أُمَّ الدَّرْدَاءِ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، تَقُولُ: سَمِعْتُ أَبَا
الدَّرْدَاءِ يَقُولُ: سَمِعْتُ أَبَا الْقَاسِمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، وَمَا سَمِعْتُهُ يُكَنِّيهِ قَبْلَهَا وَلَا بَعْدَهَا، يَقُولُ إنَّ
اللهَ تَعَالَى يَقُولُ: يَا عِيسَى، إنِّي بَاعِثٌ بَعْدَكَ أُمَّةً، إنْ
أَصَابَهُمْ مَا يُحِبُّونَ حَمِدُوا وشَكَرُوا، وإنْ أصَابَهُمْ مَا يَكْرَهُونَ
احْتَسَبُوا وَصَبَرُوا، وَلا حِلْمَ وَلا عِلْمَ". قَالَ: يَا رَبِّ، كَيْفَ هَذَا
لهُمْ، وَلا حِلْمَ وَلا عِلْمَ؟. قَالَ: "أُعْطِيهِمْ مِن حِلْمِي
وعلمي"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Ala Al-Hasan ibnu
Siwar, telah menceritakan kepada kami Lais, dari Mu'awiyah ibnu Abu Hubaisy,
dari Yazid ibnu Maisarah yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar sahabat Abu
Darda r.a. menceritakan hadis berikut, bahwa ia pernah mendengar Abul Qasim Saw.
bersabda —menurut Yazid ibnu Maisarah disebutkan bahwa ia belum pernah mendengar
Abu Darda menyebutkan nama Kunyah Nabi Saw., baik sebelum ataupun sesudahnya—:
Sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman, "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan
mengutus sesudahmu suatu umat yang jika mereka mendapatkan apa yang mereka
sukai, maka mereka memuji-(Ku) dan bersyukur (kepada-Ku). Dan jika mereka
tertimpa apa yang tidak mereka sukai, maka mereka ber-ihtisab (mengharapkan
pahala Allah) dan bersabar, padahal tidak ada kesabaran dan tidak ada ilmu." Isa
bertanya, "Wahai Tuhanku, bagaimana mereka dapat berbuat demikian, padahal tanpa
sabar dan tanpa ilmu?" Allah Swt. berfirman, "Aku beri mereka sebagian dari
sifat sabar dan ilmu-Ku."Banyak hadis yang berkaitan dengan pembahasan ayat ini, bila diketengahkan sangat sesuai.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا هَاشِمُ بْنُ الْقَاسِمِ، حَدَّثَنَا
الْمَسْعُودِيُّ، حَدَّثَنَا بُكَيْر بْنُ الأخْنَس، عَنْ رَجُلٍ، عَنْ أَبِي
بَكْرٍ الصِّدِّيقِ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أُعْطِيتُ سَبْعِينَ أَلْفًا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ
بِغَيْرِ حِسَابٍ، وُجُوهُهُمْ كَالْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْر، قُلُوبُهُمْ عَلَى
قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ، فَاسْتَزَدْتُ رَبِّي، عَزَّ وجَلَّ، فَزَادَنِي مَعَ كُل
وَاحِدٍ سَبْعِينَ أَلْفًا". فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ:
فَرَأَيْتُ أَنَّ ذَلِكَ آتٍ عَلَى أَهْلِ الْقُرَى، ومصيبٌ مِنْ حَافَاتِ
الْبَوَادِي
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasyim ibnul Qasim,
telah menceritakan kepada kami Al-Mas'udi, telah menceritakan kepada kami Bukair
ibnul Akhnas, dari seorang lelaki, dari Abu Bakar As-Siddiq r.a. yang
menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Aku diberi izin untuk
memasukkan tujuh puluh ribu orang ke dalam surga tanpa hisab, wajah mereka
seperti bulan di malam purnama, hati mereka sama seperti hatinya seorang lelaki.
Lalu aku meminta tambah kepada Tuhanku, maka Tuhanku memberikan tambahan
kepadaku tiap-tiap orang (dari mereka dapat memasukkan) tujuh puluh ribu orang
lagi. Maka Abu Bakar r.a. berkata, "Maka aku berpendapat bahwa hal tersebut
sama bilangannya dengan penduduk semua kampung dan semua penduduk daerah
pedalaman."
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ بَكْرٍ السَّهْمِيُّ،
حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ حَسَّانَ، عَنِ الْقَاسِمِ بنِ مِهْرَانَ، عَنْ مُوسَى
بْنِ عُبَيْدٍ، عَنْ مَيْمُونِ بْنِ مِهْرَانَ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي
بَكْرٍ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى الله عليه وسلم قَالَ: "إنَّ رَبِّي
أعْطَانِي سَبْعِينَ أَلْفًا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ، بِغَيْرِ حِسَابٍ". فَقَالَ
عُمَرُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَهَلَّا اسْتَزَدْتَهُ؟ فَقَالَ: "اسْتَزَدْتُهُ
فَأَعْطَانِي مَعَ كُلِّ رَجُلٍ سَبْعِينَ أَلْفًا ". قَالَ عُمَرُ: فَهَلَّا
اسْتَزَدْتَهُ؟ قَالَ: "قَدِ اسْتَزَدْتُهُ فأعْطَانِي هكَذَا". وَفَرَّجَ عَبْدُ
اللَّهِ بْنُ بَكْرٍ بَيْنَ يَدَيْهِ، وَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ: وَبَسَطَ بَاعَيْهِ،
وَحَثَا عَبْدُ اللَّهِ، قَالَ هِشَامٌ: وَهَذَا مِنَ اللَّهِ لَا يُدْرَى مَا
عَدَدُهُ
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Bakr
As-Sahmi, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Hassan, dari Al-Qasim ibnu
Mihran, dari Musa ibnu Ubaid, dari Maimun ibnu Mihran, dari Abdur Rahman ibnu
Abu Bakar, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya Tuhanku telah
memberiku tujuh puluh ribu orang yang dimasukkan ke dalam surga tanpa
hisab." Maka Umar berkata, "Wahai Rasulullah, mengapa engkau tidak meminta
tambahan kepada-Nya?" Nabi Saw. menjawab, "Aku telah meminta tambahan
kepada-Nya, lalu Dia memberiku untuk setiap seribu orang lelaki (dari mereka)
disertai dengan tujuh puluh ribu orang lagi." Umar berkata.”Mengapa engkau
tidak meminta tambah lagi kepada-Nya?" Nabi Saw. menjawab, "Aku meminta
tambah lagi kepada-Nya, maka Dia memberiku untuk setiap orang disertai dengan
tujuh puluh ribu orang lainnya." Umar berkata, "Mengapa engkau tidak meminta
tambah lagi?" Nabi menjawab, "Aku telah meminta tambah lagi, dan Dia
memberiku sekian." Abdur Rahman ibnu Abu Bakar mengatakan demikian
seraya membukakan di antara kedua tangannya. Sedangkan Abdullah ibnu Bakr
As-Sahmi mengatakan demikian seraya merentangkan kedua tangannya, juga menciduk
pasir. Adapun Hasyim menyebutkan, "Ini adalah dari Allah, bilangannya tidak
diketahui banyaknya."
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو اليَمان، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ
عَيّاش، عَنْ ضَمْضم بْنِ زُرْعة قَالَ: قَالَ شُرَيح بْنُ عُبَيْدٍ: مَرِضَ
ثَوْبَان بحِمْص، وَعَلَيْهَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ قُرْط الأزْدِي، فَلَمْ يَعُدْه،
فَدَخَلَ عَلَى ثَوْبَانَ رَجُلٌ مِنَ الكَلاعيين عَائِدًا، فَقَالَ لَهُ
ثَوْبَانُ: [أَتَكْتُبُ؟ قَالَ: نَعَمْ: فَقَالَ: اكْتُبْ، فَكَتَبَ لِلْأَمِيرِ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ قُرْطٍ، "مِنْ ثَوْبَانَ] مَوْلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّهُ لَوْ كَانَ لِمُوسَى
وَعِيسَى، عَلَيْهِمَا السَّلَامُ، بِحَضْرَتِكَ خَادم لَعُدْتَهُ" ثُمَّ طَوَى
الْكِتَابَ وَقَالَ لَهُ: أَتُبْلِغُهُ إِيَّاهُ؟ فَقَالَ: نَعَمْ. فانطلقَ الرجلُ
بِكِتَابِهِ فَدَفَعَهُ إِلَى ابْنِ قُرْطٍ، فَلَمَّا رَآهُ قَامَ فَزِعا، فَقَالَ
النَّاسُ: مَا شَأْنُهُ؟ أَحَدَثَ أَمْرٌ؟ فَأَتَى ثَوْبَانَ حَتَّى دَخَلَ
عَلَيْهِ فَعَادَهُ، وَجَلَسَ عِنْدَهُ سَاعَةً ثُمَّ قَامَ، فَأَخَذَ ثَوْبَانُ
بِرِدَائِهِ وَقَالَ: اجْلِسْ حَتَّى أُحَدِّثَكَ حَدِيثًا سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَمِعْتُهُ يَقُولُ: "لَيَدْخُلَنَّ
الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِي سَبْعُونَ ألْفًا، لَا حِسَابَ عَلَيْهِمْ وَلا عَذَابَ،
مَعَ كُلِّ ألفٍ سَبْعُونَ ألْفًا".
Imam -Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Yaman, telah
menceritakan kepada kami Ismail ibnu Iyasy, dari Dam-dam ibnu Zur'ah yang
mengatakan bahwa Syuraih ibnu Ubaidah telah menceritakan bahwa Sauban mengalami
sakit di Himsa, sedangkan di kota Himsa terdapat pula Abdullah ibnu Qart
Al-Azdi, tetapi ia tidak menjenguknya. Lalu masuk menemui Sauban seorang lelaki
dari Kala'iyyin dengan maksud menjenguknya. Maka Sauban berkata kepadanya,
"Apakah engkau dapat menulis?" Lelaki itu menjawab, "Ya." Sauban berkata,
"Tulislah!" Lalu Sauban mengimlakan suratnya yang ditujukan kepada Amir
Abdullah ibnu Qart yang isinya sebagai berikut: "Dari Sauban, pelayan Rasulullah
Saw. Amma Ba'du: Sesungguhnya seandainya Musa dan Isa a.s. mempunyai seorang
pelayan yang sedang sakit di dekatmu, kamu harus menjenguknya." Lalu ia
menghentikan imlanya dan melipat suratnya, kemudian berkata kepada lelaki
tersebut, "Maukah engkau mengantarkan surat ini kepadanya?" Lelaki itu menjawab,
"Ya." Lalu lelaki itu berangkat dengan membawa surat Sauban dan menyerahkannya
kepada Ibnu Qirt. Ketika Abdullah ibnu Qirt membacanya, lalu ia berdiri dengan
kaget, dan orang-orang merasa heran dengan sikapnya itu, apakah terjadi sesuatu
pada dirinya? Abdullah ibnu Qirt datang menjenguk Sauban, lalu masuk menemuinya
dan duduk di dekatnya selama sesaat, lalu berdiri hendak pergi. Tetapi Sauban
memegang kain selendangnya dan berkata, "Duduklah, aku akan menceritakan
kepadamu sebuah hadis yang pernah kudengar dari Rasulullah Saw. Aku pernah
mendengar beliau Saw. bersabda: 'Sesungguhnya akan masuk ke dalam surga dari
kalangan umatku tujuh puluh ribu orang tanpa hisab dan tanpa azab, setiap seribu
orang dari mereka disertai dengan tujuh puluh ribu orang lagi'."Hadis ini hanya diriwayatkan dari jalur ini oleh Imam Ahmad sendiri, sanad semua perawinya siqah dari kalangan ulama kota Himsa di negeri Syam. Hadis ini berpredikat sahih.
قَالَ
الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ إِسْحَاقَ بْنِ زبْريق الحِمْصي، حدثنا
محمد بن
إِسْمَاعِيلَ
-يَعْنِي ابْنَ عَيَّاش-حَدَّثَنَا أَبِي، عَنْ ضَمْضَم بْنِ زُرْعة، عَنْ شُرَيح
بْنِ عُبَيْدٍ، عَنْ أَبِي أَسْمَاءَ الرَحَبيّ، عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ: سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم يَقُولُ: "إنَّ رَبِّي، عَزَّ
وجَلَّ، وَعَدَنِي مِنْ أُمَّتِي سَبْعِينَ ألْفًا لَا يُحَاسَبُونَ، مَعَ كُلِّ
ألْفٍ سَبْعُونَ ألْفًا".
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Ishaq ibnu
Zuraiq Al-Himsi, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ismail (yakni Ibnu
Iyasy), telah menceritakan kepadaku ayahku, dari Damdam ibnu Zur'ah, dari
Syuraih ibnu Ubaid, dari Abu Asma Ar-Rahbi, dari Sauban r.a. yang menceritakan
bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya Tuhanku
telah menjanjikan kepadaku tujuh puluh ribu orang dari sebagian umatku tidak
akan dihisab, setiap seribu orang disertai dengan tujuh puluh ribu orang
lainnya.Barangkali sanad inilah yang dipelihara, yaitu dengan tambahan Abu Asma Ar-Rahbi antara Syuraih dan Sauban.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أَخْبَرَنَا مَعْمر، عن
قَتَادَةَ، عَنِ الْحَسَنِ، عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَين، عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ
قَالَ: أَكْثَرْنَا الْحَدِيثَ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ ذات لَيْلَةٍ، ثُمَّ غَدَوْنا إِلَيْهِ فَقَالَ: "عُرِضَتْ عَلَيَّ
الأنْبِيَاءُ اللَّيْلَةَ بِأُمَمِهَا، فَجَعَلَ النَّبِيُّ يَمُرُّ وَمَعَهُ
الثَّلاثَةُ، وَالنَّبِيُّ وَمَعَهُ الْعِصَابَةُ، وَالنَّبِيُّ وَمَعَهُ
النَّفَرُ، وَالنَّبِيُّ لَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ، حَتَّى مَرَّ عَلَيَّ مُوسَى،
عَلَيْهِ السَّلَامُ، ومَعَهُ كَبْكَبَةٌ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ، فَأَعْجَبُونِي،
فَقُلْتُ: مَنْ هَؤُلاءِ؟ فَقِيلَ لِي: هَذَا أَخُوكَ مُوسَى، مَعَهُ بَنُو
إِسْرَائِيلَ". قَالَ: "قُلْتُ: فَأَيْنَ أُمَّتِي؟ فَقِيلَ: انْظُرْ عَنْ
يَمِينِكَ. فَنَظَرْتُ فَإِذَا الظِّرَابُ قَدْ سُدَّ بِوُجُوهِ الرِّجَالِ ثُمَّ
قِيلَ لِي انْظُرْ عَنْ يَسَارِكَ فَنَظَرْتُ فَإِذَا الأفُقُ قَدْ سُدَّ بِوُجُوهِ
الرِّجَالِ فَقِيلَ لِي: قَدْ رَضِيتَ؟ فَقُلْتُ "رَضِيتُ يَا رَبِّ، [رَضِيتُ يَا
رَبِّ] " قَالَ: "فَقِيلَ لِي: إِنَّ مَعَ هَؤُلاءِ سَبْعِينَ أَلْفًا يَدْخُلُونَ
الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ". فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "فِدَاكُمْ أَبِي وَأُمِّي إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ تَكُونُوا مِنْ
السَّبْعِينَ أَلْفًا فَافْعَلُوا فَإِنْ قَصَّرْتُمْ فَكُونُوا مِنْ أَهْلِ
الظِّرَابِ فَإِنْ قَصَّرْتُمْ فَكُونُوا مِنْ أَهْلِ الأفُقِ، فَإِنِّي قَدْ
رَأَيْتُ ثَمَّ أُناسًا يَتَهَاوَشُونَ". فَقَامَ عُكاشَةُ بْنُ مِحْصَنٍ فَقَالَ:
ادْعُ اللَّهَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ. أَيْ مِنَ
السَّبْعِينَ، فَدَعَا لَهُ. فَقَامَ رَجُلٌ آخَرُ فَقَالَ: ادْعُ اللَّهَ يَا
رَسُولَ اللَّهِ أَنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ فَقَالَ: "قَدْ سَبَقَكَ بِهَا
عُكاشَة". قَالَ: ثُمَّ تَحَدَّثْنَا فَقُلْنَا: لمَنْ تُرَوْنَ هَؤُلَاءِ
السَّبْعِينَ الْأَلْفَ؟ قَوْمٌ وُلِدُوا فِي الْإِسْلَامِ لَمْ يُشْرِكُوا
بِاللَّهِ شَيْئًا حَتَّى مَاتُوا. فَبَلَغَ ذَلِكَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: "هُمْ الَّذِينَ لَا يَكْتَوُونَ وَلا يَسْتَرْقُونَ
وَلا يَتَطَيَّرُونَ، وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah
menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Qatadah, dari Al-Hasan, dari Imran ibnu
Husain, dari Ibnu Mas'ud r.a. yang mengatakan bahwa kami banyak menerima hadis
dari Rasulullah Saw. di suatu malam, kemudian pada pagi harinya kami datang,
lalu beliau Saw. bersabda: Semalam ditampilkan kepadaku para nabi,
masing-masing bersama umatnya. Maka ada seorang nabi yang lewat hanya dengan
ditemani oleh tiga orang, seorang nabi lagi ditemani oleh segolongan orang,
seorang nabi lainnya dengan ditemani oleh beberapa orang saja, dan ada pula
seorang nabi yang tidak ditemani oleh seorang pun; hingga lewat di hadapanku
Musa a.s. dengan ditemani oleh banyak orang dari kaum Bani Israil yang jumlahnya
membuat aku kagum. Lalu aku bertanya, "Siapakah mereka itu?" Maka dikatakan
(kepadaku), "Ini adalah saudaramu Musa dengan ditemani oleh kaum Bani Israil."
Aku bertanya, "Lalu manakah umatku?" Dikatakan (kepadaku), "Lihatlah ke sebelah
kananmu" Maka aku memandang (ke arah kanan) dan ternyata aku melihat manusia
yang bergelombang-gelombang hingga pemandanganku tertutup oleh wajah mereka.
Ketika dikatakan kepadaku, "Apakah engkau puas?" Aku menjawab, "Wahai Tuhanku,
aku rela." Nabi Saw. melanjutkan kisahnya, "Lalu dikatakan kepadaku,
'Sesungguhnya bersama mereka terdapat tujuh puluh ribu orang yang masuk surga
tanpa hisab'." Kemudian Nabi Saw. bersabda: Tebusan kalian adalah ayah
dan ibuku; jika kalian mampu, lakukanlah agar menjadi orang-orang yang termasuk
ke dalam tujuh puluh ribu orang itu. Jika kalian tidak mampu, maka jadilah
kalian termasuk ke dalam golongan orang-orang yang bergelombang itu. Dan jika
kalian masih tidak mampu juga, maka jadilah kalian termasuk orang-orang yang ada
di ufuk (cakrawala) itu, karena sesungguhnya aku telah melihat di sana ada
orang-orang yang berdesak-desakan. Maka berdirilah Ukasyah ibnu
Mihsan, lalu berkata, "Wahai Rasulullah, doakanlah kepada Allah agar Dia
menjadikan diriku termasuk di antara mereka," yakni salah seorang di antara
tujuh puluh ribu orang itu. Maka Nabi Saw. mendoa untuknya. Lalu berdiri pula
lelaki lainnya dan memohon, "Wahai Rasulullah, doakanlah kepada Allah agar Dia
menjadikan aku termasuk salah seorang dari mereka." Nabi Saw. menjawab,
"Engkau telah kedahuluan oleh Ukasyah." Kemudian kami (para sahabat)
berbincang-bincang dan mengatakan, "Menurut kalian, siapakah mereka yang tujuh
puluh ribu orang itu?" Sebagian dari kami menjawab, "Mereka adalah kaum yang
dilahirkan dalam Islam dan tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu pun hingga
meninggal dunia." Ketika hal tersebut sampai kepada Nabi Saw., maka beliau Saw.
menjawab: Mereka adalah orang-orang yang tidak pernah melakukan ruqyah
(pengobatan memakai bacaan), dan tidak pula memakai setrika (pengobatan dengan
setrika), serta tidak pula mereka ber-tatayyur dan hanya kepada Tuhanlah mereka
bertawakal.Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanad dan konteks ini. ia meriwayatkannya melalui Abdus Samad, dari Hisyam, dari Qatadah berikut sanadnya dengan lafaz yang semisal. Tetapi dalam riwayat ini ditambahkan sesudah sabdanya,
"رَضِيتُ
يَا رَبِّ رَضِيتُ يَا رَبِّ" قَالَ رَضِيتَ؟ قُلْتُ: "نَعَمْ". قَالَ: انْظُرْ
عَنْ يَسَارِكَ قَالَ: "فَنَظَرْتُ فَإِذَا الأفُقُ قَدْ سُدَّ بِوُجُوهِ
الرِّجَالِ ". فَقَالَ: رَضِيتَ؟ قُلْتُ: "رَضِيتُ".
"Aku rela, wahai Tuhanku; aku rela, wahai Tuhanku," yaitu: "Allah
berfirman, 'Apakah engkau telah rela?' Aku menjawab, 'Ya.' Allah berfirman,
'Lihatlah ke arah kirimu!' Ketika aku melihat ke arah kiri, tiba-tiba cakrawala
tertutup oleh wajah kaum lelaki. Allah berfirman, 'Apakah engkau telah puas?'
Aku menjawab, 'Aku rela'."Dari segi (jalur) ini sanad hadis berpredikat sahih. Imam Ahmad sendirilah yang mengetengahkannya, sedangkan mereka (selain dia) tidak mengetengahkannya.
Hadis yang lain.
قَالَ
أَحْمَدُ بْنُ مَنِيع: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ،
حَدَّثَنَا حَمّاد، عَنْ عاصم، عن
زِرٍّ،
عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"عُرِضَتْ عَلَيَّ الأمَمُ بِالْمَوْسِمِ فَرَاثَتْ عَلَيَّ أُمَّتِي، ثُمَّ
رَأَيْتُهُمْ فَأَعْجَبَتْنِي كَثْرَتُهُمْ وَهَيْئاتُهُمْ، قَدْ مَلَؤوا السَّهْلَ
وَالْجَبَلَ"، فَقَالَ: أَرَضِيتَ يَا مُحَمَّدُ؟ فَقُلْتُ: "نَعَمْ". قَالَ:
فَإِنَّ مَعَ هَؤُلاءِ سَبْعِينَ أَلْفًا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ،
وَهُمْ الَّذِينَ لَا يَسْتَرْقُونَ وَلا يَكْتَوُونَ، وَعَلَى رَبِّهِمْ
يَتَوَكَّلُونَ ". فَقَامَ عُكاشَةُ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّه، ادعُ اللَّه أَنْ
يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ فَقَالَ:"أنْتَ مِنْهُمْ" فَقَامَ رَجُلٌ آخَرُ فَقَالَ:
[ادْعُ اللَّهَ أَنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ فَقَالَ] سَبَقَكَ بِهَا
عُكاشَةُ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Mani', telah
menceritakan kepada kami Abdul Malik ibnu Abdul Aziz, telah menceritakan kepada
kami Hammad, dari Asim, dari Zurr, dari Ibnu Mas'ud r.a. yang menceritakan bahwa
Nabi Saw. pernah bersabda: "Ditampakkan kepadaku semua umat di tempat musim
(haji), maka diperlihatkan kepadaku umatku, lalu aku melihat mereka dan ternyata
jumlah mereka yang banyak dan penampilan mereka membuatku kagum; mereka memenuhi
seluruh lembah dan perbukitan. Lalu Allah berfirman, 'Apakah engkau rela,
hai Muhammad?' Aku menjawab, 'Ya.' Allah berfirman, 'Sesungguhnya bersama mereka
terdapat tujuh puluh ribu orang yang masuk surga tanpa hisab. Mereka adalah
orang-orang yang tidak pernah melakukan ruqyah, tidak pernah ber-tatayyur, dan
hanya kepada Tuhan sajalah mereka bertawakal'." Lalu berdirilah Ukasyah ibnu
Mihsan dan berkata, "Wahai Rasulullah, doakanlah kepada Allah semoga Dia
menjadikan diriku termasuk dari mereka." Nabi Saw. menjawab, "Engkau salah
seorang dari mereka." Lalu ada lelaki lainnya berkata, "Doakanlah kepada
Allah semoga Dia menjadikan aku termasuk di antara mereka (yang masuk surga
tanpa hisab itu)." Nabi Saw. menjawab, "Permintaanmu itu telah kedahuluan
oleh Ukasyah."Al-Hafiz Ad-Diya Al-Maqdisi meriwayatkannya, dan ia mengatakan, "Hadis ini menurutku dengan syarat Muslim."
Hadis lain.
قَالَ
الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مُحَمَّدٍ الجُذُوعيّ الْقَاضِي،
حَدَّثَنَا عُقْبة بْنُ مكْرم. حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي عَدِيّ عَنْ
هِشَامِ بنِ حَسَّانَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرين، عَنْ عِمْران بْنِ حُصَين قَالَ:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَدْخُل الجَنَّة مِنْ
أمَّتِي سَبْعُونَ ألْفًا بِغَيْرِ حِسَاب وَلا عَذَابٍ". قِيلَ: مَنْ هُمْ؟ قَالَ:
"هُمْ الَّذِينَ لَا يَكْتَوُونَ وَلا يَسْتَرْقُونَ وَلا يَتَطَيَّرُونَ، وَعَلَى
رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ".
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Muhammad Al-Jazu'i Al-Qadi, telah menceritakan kepada kami Uqbah ibnu Makram,
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abu Addi, dari Hisyam ibnu Hassan,
dari Muhammad ibnu Sirin, dari Imran ibnu Husain yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sebagian dari umatku kelak masuk surga
sebanyak tujuh puluh ribu orang, tanpa hisab dan tanpa azab. Ketika
ditanyakan kepada beliau Saw., "Siapakah mereka itu?" Maka Nabi Saw. menjawab:
Mereka adalah orang-orang yang tidak pernah melakukan ruqyah, tidak pernah
berobat memakai setrika, dan tidak pernah ber-tatayyur, hanya kepada Tuhan
sajalah mereka bertawakal.Imam Muslim meriwayatkannya melalui jalur Hisyam ibnu Hassan, tetapi dalam hadis Imam Muslim disebutkan perihal Ukasyah.
Hadis lain ditetapkan di dalam kitab Sahihain:
مِنْ
رِوَايَةِ الزُّهْرِي، عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّب، أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ
حَدَّثَهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ: "يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِي زُمْرَةٌ وَهُمْ سَبْعُونَ أَلْفًا،
تُضِيء وُجُوهُهُمْ إضَاءة الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ". فَقَالَ أَبُو
هُرَيْرَةَ: فَقَامَ عُكَاشة بْنُ مِحْصَن الْأَسَدِيُّ يَرْفَعُ،نَمِرَةً عَلَيْهِ
فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، ادْعُ اللَّهَ أَنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ. فَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "اللَّهُمَّ اجْعَلْهُ
مِنْهُمْ". ثُمَّ قَامَ رَجُلٌ مِنَ الْأَنْصَارِ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ،
ادْعُ اللَّهَ أَنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ فَقَالَ: "سَبَقَكَ بِهَا
عكاشَةُ"
melalui riwayat Az-Zuhri, dari Sa'id ibnul Musayyab, bahwa sahabat Abu
Hurairah r.a. pernah menceritakan hadis berikut kepadanya, bahwa ia pernah
mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Segolongan dari umatku kelak masuk surga
yang jumlahnya adalah tujuh puluh ribu orang, wajah mereka bersinar seperti
bulan di malam purnama. Abu Hurairah melanjutkan kisahnya, bahwa lalu
Ukasyah ibnu Mihsan Al-Asadi berdiri seraya mengangkat baju namirahnya, kemudian
berkata, "Wahai Rasulullah, doakanlah kepada Allah semoga Dia menjadikan diriku
salah seorang dari mereka." Rasulullah Saw. berdoa: Ya Allah, jadikanlah dia
termasuk di antara mereka. Kemudian berdiri pula lelaki lain dari
kalangan Ansar dan mengatakan hal yang sama, tetapi Nabi Saw. bersabda:
Ukasyah telah mendahuluimu memperoleh doa itu.Hadis lain.
قَالَ
أَبُو الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ عُثْمَانَ، حَدَّثَنَا
سَعِيدُ بْنُ أَبِي مَرْيَمَ، حَدَّثَنَا أَبُو غَسَّان، عَنْ أَبِي حَازِمٍ، عَنْ
سَهْلِ بْنِ سَعْد؛ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
"لَيدخُلَنَّ مِنْ أُمَّتِي سَبْعُونَ ألْفًا -أوْ سَبْعُمِائة ألفٍ-آخِذٌ
بَعْضُهُمْ بِبَعْضٍ، حَتَّى يَدْخُلَ أوَّلُهُمْ وآخِرُهُمُ الْجَنَّةَ،
وَوجُوهُهُم عَلَى صُورَةِ الْقَمَرِ لَيْلَة الْبَدْرِ".
Abul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu
Usman, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Abu Maryam, telah menceritakan
kepada kami Abu Gassan, dari Abu Hazim, dari As-Sahl ibnu Sa'd, bahwa Nabi Saw.
pernah bersabda: Sebagian dari umatku yang jumlahnya ada tujuh puluh ribu
orang atau tujuh ratus ribu orang, sebagian dari mereka menolong sebagian yang
lain, hingga orang yang pertama dan orang yang terakhir dari mereka masuk ke
dalam surga semuanya. Wajah mereka seperti rembulan di malam purnama.Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan bersama-sama hadis ini melalui Qutaibah, dari Abdul Aziz ibnu Abu Hazim, dari ayahnya, dari Sahl dengan lafaz yang sama.
Hadis lain.
قَالَ
مُسْلِمُ بْنُ الْحَجَّاجِ فِي صَحِيحِهِ: حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ،
حَدَّثَنَا هُشَيْم، أَخْبَرَنَا حُصَيْن بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ: كُنْتُ
عِنْدَ سَعِيدِ بْنِ جُبَير فَقَالَ: أيُّكم رَأَى الْكَوْكَبَ الَّذِي انقضَّ
البارحةَ؟ قلتُ: أَنَا. ثُمَّ قُلتُ: أَمَا إِنِّي لَمْ أَكُنْ فِي صَلَاةٍ،
وَلَكِنِّي لُدغْتُ: قَالَ: فَمَا صنعتَ؟ قلتُ: استرقَيْتُ. قَالَ: فَمَا حَمَلَكَ
عَلَى ذَلِكَ؟ قلتُ: حَدِيثٌ حدَّثَنَاه الشَّعْبِيُّ. قَالَ: وَمَا حَدَّثَكُمُ
الشَّعْبِيُّ؟ قُلْتُ: حَدَّثَنَا عَنْ بُرَيْدَة بْنِ الحُصَيب الْأَسْلَمِيِّ
أَنَّهُ قَالَ: لَا رُقْيَةَ إِلَّا مِنْ عَيْنٍ أَوْ حُمّة. فَقَالَ: قَدْ
أَحْسَنَ مَنِ انْتَهَى إِلَى مَا سَمِعَ، وَلَكِنْ حَدَّثَنَا ابنُ عَبَّاسٍ عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "عُرضَتْ عَلَيَّ الأمَمُ،
فَرَأيْتُ النَّبِيَّ وَمَعَهُ الرُّهَيْطُ والنَّبِيَّ ومَعَهُ الرَّجُلُ
والرَّجُلانِ والنَّبِيَّ وَلَيْسَ مَعَهُ أحَدٌ، إذْ رُفِعَ لِي سَوَادٌ عَظِيمٌ،
فَظَنَنْتُ أنَّهُمْ أُمَّتِي، فَقِيلَ لِي: هَذَا مُوسَى وقوْمُهُ، وَلَكِنِ
انْظُرْ إلَى الأفقِ. فَنَظَرتُ، فَإذا سَوَادٌ عَظِيمٌ، فَقِيلَ لِي: انْظُرْ إلَى
الأفُقِ الآخَرِ، فَإذَا سَوَادٌ عَظِيمٌ، فَقِيلَ لِي: هَذِهِ أُمَّتُكَ ومعَهُم
سَبْعُونَ ألْفًا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ، وَلا عَذَابٍ". ثُمَّ
نهَضَ فَدَخَلَ مَنْزِلَهُ، فَخَاضَ النَّاسُ فِي أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْخُلُونَ
الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلَا عَذَابٍ، فَقَالَ بَعْضُهُمْ: فَلَعَلَّهُمُ
الَّذِينَ صَحِبوا رسول الله صلى الله عليه وسلم. وقال بَعْضُهُمْ: فَلَعَلَّهُمُ
الَّذِينَ وُلِدُوا فِي الْإِسْلَامِ فَلَمْ يُشْرِكوا بِاللَّهِ شَيْئًا،
وَذَكَرُوا أَشْيَاءَ، فَخَرَجَ عَلَيْهِمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فقال: "مَا الَّذِي تَخُوضُونَ فِيهِ؟ " فَأَخْبَرُوهُ،
فَقَالَ: "هُمُ الَّذِينَ لَا يَرْقُونَ وَلا يَسْتَرقُونَ وَلا يَتَطيرونَ،
وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ". فَقَامَ عُكَّاشَةُ بْنُ مِحصن فَقَالَ: ادْعُ
اللَّهَ أَنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ قَالَ: "أنْتَ مِنْهُمْ". ثُمَّ قَامَ رَجُلٌ
آخَرُ فَقَالَ: ادْعُ اللَّهَ أَنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ. قَالَ: "سَبَقَكَ بِهَا
عُكَاشَةُ".
Imam Muslim ibnul Hajjaj mengatakan di dalam kitab sahihnya, telah
menceritakan kepada kami Said ibnu Mansur, telah menceritakan kepada kami
Hasyim, telah menceritakan kepada kami Husain ibnu Abdur Rahman yang mengatakan
bahwa ketika ia berada di rumah Sa'id ibnu Jubair, maka Sa'id ibnu Jubair
berkata, "Siapakah dari kalian yang melihat bintang jatuh tadi malam?" Aku
(Husain ibnu Abdur Rahman) menjawab, "Aku." Kemudian aku berkata, "Adapun aku
tidak berada dalam salatku karena aku tersengat (oleh binatang berbisa)." Sa'id
ibnu Jubair bertanya, "Lalu apa yang kamu lakukan?" Aku menjawab, "Aku melakukan
ruqyah." Sa'id ibnu Jubair bertanya, "Apakah hal yang mendorongmu melakukan hal
tersebut?" Aku menjawab, "Sebuah hadis yang diceritakan kepada kami oleh
Asy-Sya'bi." Sa'id ibnu Jubair bertanya, "Apakah yang diceritakan Asy-Sya'bi
kepada kalian?" Aku menjawab bahwa Asy-Sya'bi pernah menceritakan kepada kami
dari Buraidah ibnul Hasib Al-Aslami bahwa ia pernah mengatakan, "Tidak ada
ruqyah kecuali karena penyakit 'ain atau demam!' Sa'id ibnu Jubair mengatakan
bahwa sesungguhnya memang baik seseorang yang berpegang kepada apa yang didengar
oleh Asy-Sya'bi, tetapi Ibnu Abbas pernah menceritakan kepada kami dari Nabi
Saw. bahwa Nabi Saw. pernah bersabda: Ditampilkan kepadaku seluruh umat, maka
aku melihat ada seorang nabi yang hanya ditemani segolongan kecil manusia, dan
nabi lain yang hanya ditemani oleh seorang dan dua orang lelaki, serta seorang
nabi yang lainnya lagi tanpa ditemani oleh seorang pun. Kemudian
ditampilkan kepadaku sejumlah besar manusia, maka aku menduga bahwa mereka
adalah umatku. Lalu dikatakan kepadaku, "Ini adalah Musa dan kaumnya, tetapi
lihallah ke arah cakrawala itu!" Maka aku memandang ke arah itu, dan tiba-tiba
aku melihat golongan yang amat besar, lalu dikatakan kepadaku, "Lihallah ke arah
cakrawala yang lain!" Tiba-tiba aku melihat segolongan yang amat besar lagi.
Kemudian dikatakan kepadaku, "Ini adalah umatmu, bersama mereka terdapat tujuh
puluh ribu orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab." Kemudian
Rasulullah Saw. bangkit dari majelisnya dan masuk ke dalam rumahnya, maka
orang-orang ramai membicarakan perihal mereka yang masuk surga tanpa hisab dan
tanpa azab itu. Sebagian dari mereka mengatakan bahwa barangkali mereka itu
adalah orang-orang yang menjadi sahabat Rasul Saw., sedangkan sebagian yang lain
mengatakan barangkali mereka adalah orang-orang yang dilahirkan dalam Islam dan
tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu pun. Mereka membicarakan pula hal-hal
lainnya. Lalu Rasulullah Saw. keluar menemui mereka dan bersabda, "Apakah yang
sedang kalian bicarakan?" Mereka memberitahukan kepadanya apa yang sedang mereka
bicarakan, lalu Rasulullah Saw. menjawab: "Mereka adalah orang-orang yang
tidak pernah melakukan ruqyah dan tidak pernah meminta ruqyah, tidak pernah
berobat dengan setrika dan tidak pernah ber-tatayyur, hanya kepada Tuhanlah
mereka bertawakal." Maka berdirilah Ukasyah ibnu Mihsan, lalu berkala,
"Doakanlah kepada Allah semoga Dia menjadikan diriku termasuk di antara mereka."
Nabi Saw. menjawab, "Engkau termasuk di antara mereka." Kemudian berdiri
pula lelaki lain dan mengatakan, "Doakanlah kepada Allah semoga Dia menjadikan
diriku termasuk mereka." Nabi Saw. bersabda, "Engkau telah kedahuluan oleh
Ukasyah dalam memperoleh doa itu."Imam Bukhari mengetengahkannya melalui Usaid ibnu Zaid, dari Hasyim, tetapi tidak disebutkan, "Tidak pernah melakukan ruqyah."
Hadis lain.
قَالَ
أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا رَوْح بْنُ عُبَادَةَ. حَدَّثَنَا ابْنُ جُرَيج، أَخْبَرَنِي
أَبُو الزُّبَيْر، أَنَّهُ سَمِعَ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم، فَذَكَرَ حَدِيثًا، وَفِيهِ:
"فَتَنْجُو أَوَّلُ زُمْرَةٍ وُجُوهُهُمْ كَالْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ سَبْعُونَ
أَلْفًا، لَا يُحَاسَبُونَ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، كأَضْوَإِ نَجْمٍ فِي
السَّمَاءِ ثُمَّ كَذَلِكَ".
وَذَكَرَ
بَقِيَّتَهُ
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Rauh ibnu Ubadah, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Jarir, telah menceritakan kepadaku Abuz Zubair; ia
pernah mendengar Jabir ibnu Abdullah mengatakan bahwa ia pernah mendengar dari
Rasulullah Saw. sebuah hadis yang antara lain disebutkan: Maka selamatlah
golongan pertama yang wajah mereka adalah seperti rembulan di malam purnama dan
mereka tidak dihisab. Kemudian orang-orang yang mengiringi mereka yang
cahayanya sama dengan bintang-bintang di langit. Kemudian disebutkan hingga
akhir hadis. Imam Muslim meriwayatkannya dari hadis Rauh, hanya di dalam hadisnya tidak disebutkan Nabi Saw.
Hadis lain.
قَالَ
الْحَافِظُ أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي عَاصِمٍ فِي كِتَابِ السُّنَنِ لَهُ:
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ
عيَّاش، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ زِيَادٍ، سَمِعْتُ أَبَا أُمَامَةَ الْبَاهِلِيَّ
يَقُولُ: سمعتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ:
"وَعَدنِي رَبِّي أنْ يُدْخِلَ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِي سَبْعِينَ أَلْفًا، مَعَ
كُلِّ ألْفٍ سَبْعُونَ ألْفًا، لَا حِسَابَ عَلَيْهِمْ وَلا عَذَابَ. وَثَلاثُ
حَثياتٍ مِنْ حَثَيات ربِّي عزَّ وجَلَّ".
Al-Hafiz Abu Bakar ibnu Abu Asim di dalam kitab sunannya meriwayatkan, telah
menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, telah menceritakan kepada
kami Ismail ibnu Iyasy, dari Muhammad ibnu Ziyad; ia pernah mendengar Abu Umamah
Al-Bahili mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:
Tuhanku telah menjanjikan kepadaku akan memasukkan ke dalam surga sebanyak
tujuh puluh ribu orang dari umatku, setiap seribu orang dari mereka disertai
oleh tujuh puluh ribu orang lagi, tiada hisab dan tiada (pula) azab atas mereka,
dan (dimasukkan pula ke dalam surga sebanyak) tiga genggaman dari
genggaman-genggaman Tuhanku.Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Tabrani melalui jalur Hisyam ibnu Ammar, dari Ismail ibnu Iyasy. Sanad hadis ini berpredikat jayyid (baik).
Jalur lain diriwayatkan dari Abu Umamah.
قَالَ
ابْنُ أَبِي عَاصِمٍ: حَدَّثَنَا دُحَيم، حَدَّثَنَا الوليد بن مسلم،
حدثنا
صَفْوَانُ
بْنُ عَمرو، عَنْ سُلَيْمِ بْنِ عَامِرٍ، عَنْ أَبِي الْيَمَانِ الهوزَني
-وَاسْمُهُ عَامِرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ لُحيّ، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ، عَنْ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إنَّ اللهَ وَعَدَنِي
أنْ يُدْخِلَ الْجنةَ مِنْ أُمَّتِي سَبْعِينَ ألْفًا بِغَيْرِ حِسَابٍ". قَالَ
يَزِيدُ بْنُ الْأَخْنَسِ: وَاللَّهِ مَا أُولَئِكَ فِي أُمَّتِكَ يَا رَسُولَ
اللَّهِ إِلَّا مِثْلَ الذُّبَابِ الْأَصْهَبِ فِي الذُّبَابِ. قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "فَإنَّ اللهَ وَعَدَنِي سَبْعِينَ
ألْفًا، مَعَ كُلِّ ألْفٍ سَبْعُونَ أَلْفًا، وَزَادَنِي ثَلاثَ
حَثَيَاتٍ".
Ibnu Abu Asim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Dahim, telah
menceritakan Icepada kami Al-Walid ibnu Muslim, dari Safwan ibnu Amr, dari Salim
ibnu Amir, dari Abul Yaman Al-Harawi (yang nama aslinya adalah Amir ibnu
Abdullah ibnu Yahya), dari Abu Umamah, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadaku akan memasukkan ke dalam surga
sebanyak tujuh puluh ribu orang tanpa hisab. Maka Yazid ibnul Akhnas
berkata, "Demi Allah, tiadalah mereka itu di kalangan umatmu, wahai Rasulullah,
melainkan seperti lalat bule di antara lalat yang lain (yakni sangat sedikit)."
Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadaku
tujuh puluh ribu orang, tiap-tiap seribu dari mereka ditemani oleh tujuh puluh
ribu orang, dan Allah memberikan tambahan kepadaku sebanyak tiga kali
genggaman-(Nya)."Hadis ini sanadnya berpredikat hasan pula.
Hadis lain.
قَالَ
أَبُو الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ خُلَيْد، حَدَّثَنَا
أَبُو تَوْبة، حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ سَلَّامٍ، عَنْ زَيْدِ بْنِ سَلَّامٍ
أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا سَلَّامٍ يَقُولُ: حَدَّثَنِي عَامِرُ بْنُ زَيْدٍ البُكَالي
أَنَّهُ سَمِعَ عُتْبة بْنَ عبْد السُّلَمِيَّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إنَّ رَبِّي عَزَّ
وَجَلَّ وَعَدَنِي أنْ يُدْخِلَ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِي سَبْعِينَ ألْفًا
بِغَيِرِ حِسَابٍ، ثُمَّ يَشْفَعُ كُلُّ ألْفٍ لِسَبْعِينَ ألْفًا، ثُمَّ يَحْثي
رَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ، بِكفيْهِ ثَلاثَ حَثَيَات". فَكَبَّرَ (5) عُمَرُ وَقَالَ:
إِنَّ السَّبْعِينَ الأوَلَ يُشفعهم اللَّهُ فِي آبَائِهِمْ وَأَبْنَائِهِمْ
وَعَشَائِرِهِمْ، وَأَرْجُو أَنْ يَجْعَلَنِي اللَّهُ فِي إِحْدَى الْحَثَيَاتِ
الْأَوَاخِرِ.
Abul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ahmad ibnu
Khulaid, telah menceritakan kepada kami Abu Taubah, telah menceritakan kepada
kami Mu'awiyah ibnu Salam, dari Yazid ibnu Salam, bahwa ia pernah mendengar Abu
Salam mengatakan, telah menceritakan kepadanya Amir ibnu Zaid Al-Bakkali yang
telah mendengar dari Atabah ibnu Abd As-Sulami r.a. yang menceritakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya Tuhanku telah menjanjikan
kepadaku akan memasukkan ke dalam surga sebanyak tujuh puluh ribu orang dari
umatku tanpa hisab. kemudian setiap seribu orang dapat memberikan syafaat kepada
tujuh puluh ribu orang. Kemudian Tuhanku menciduk dengan kedua telapak
tangan (kekuasaan)-Nya sebanyak tiga kali cidukan. Maka sahabat Umar
bertakbir dan mengatakan, "Sesungguhnya tujuh puluh ribu orang yang pertama
diberikan izin oleh Allah untuk memberi syafaat kepada orang tua-orang tua
mereka, anak-anak mereka, dan kaum kerabat mereka. Aku berharap semoga Allah
menjadikan diriku termasuk ke dalam salah satu dari genggaman yang
terakhir."Al-Hafiz. Ad-Diya Abu Abdullah Al-Maqdisi mengatakan di dalam kitabnya yang berjudul Sifatul Jannah, bahwa ia belum mengetahui adanya suatu kelemahan pun dalam sanad hadis ini.
Hadis lain.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا هِشَامٌ
-يَعْنِي الدَّستَوائي-حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَبِي كَثِيرٍ، عَنْ هِلَالِ بْنِ
أَبِي مَيْمُونَةَ، حَدَّثَنَا عَطَاءُ بْنُ يَسَار أَنَّ رِفَاعة الجُهَنيّ
حَدَّثَهُ قَالَ: أَقْبَلْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ حَتَّى إِذَا كُنَّا بالكُدَيد -أَوْ قَالَ بقُدَيْد-فَذَكَرَ حَدِيثًا،
وَفِيهِ: ثُمَّ قَالَ: وَعَدَنِي رَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ، أنْ يُدْخِلَ الْجنةَ مِنْ
أُمَّتِي سَبْعِينَ ألْفًا بِغَيْرِ حِسَابٍ، وَإِنِّي لأرْجُو ألا يَدْخُلُوهَا
حَتَّى تَبوؤُوا أْنتُمْ ومَنْ صَلَحَ مِنْ أزْوَاجِكُمْ وَذُرِّيَّاتِكُمْ
مَسَاكِنَ فِي الْجَنَّةِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id, telah
menceritakan kepada kami Hisyam (yakni Ad-Dustuwa-i), telah menceritakan kepada
kami Yahya ibnu Abu Kasir, dari Hilal ibnu Abu Maimunah, telah menceritakan
kepada kami Ata ibnu Yasar, bahwa Rifa'ah Al-Juhani pernah menceritakan
kepadanya, "Kami berangkat bersama Rasulullah Saw., dan ketika sampai di
Al-Kadid atau Al-Qadid, beliau Saw. menuturkan sebuah hadis yang antara lain
menyebutkan: 'Tuhanku telah menjanjikan kepadaku akan memasukkan ke dalam
surga tujuh puluh ribu orang dari umatku tanpa hisab, dan sesungguhnya aku
berharap semoga mereka masih belum masuk sebelum kalian dan orang-orang yang
saleh dari kalangan istri-istri dan keturunan kalian menempati tempat-tempatnya
di dalam surga'."Ad-Diya mengatakan bahwa menurutnya hadis ini dengan syarat Imam Muslim.
Hadis lain.
قَالَ
عَبْدُ الرَّزَّاقِ: أَخْبَرَنَا مَعْمَر، عَنْ قَتَادَةَ، عَنِ النَّضْر بْنِ
أَنَسٍ، عَنْ أَنَسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "إنَّ اللهَ وَعَدَنِي أنْ يُدْخِلَ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِي
أرْبَعمِائَةِ ألْفٍ". قَالَ أَبُو بَكْرٍ: زِدْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ:
وَاللَّهِ هَكَذَا فَقَالَ عُمَرُ: حَسْبُكَ يَا أَبَا بَكْرٍ. فَقَالَ أَبُو
بَكْرٍ: دَعْنِي، وَمَا عَلَيْكَ أَنْ يُدْخِلَنَا اللَّهُ الْجَنَّةَ كُلَّنَا
فَقَالَ عُمَرُ: إِنْ شَاءَ اللَّهُ أَدْخَل خَلْقه الْجَنَّةَ بكفٍّ وَاحِدٍ.
فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "صَدَقَ
عُمَرُ".
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Qatadah,
dari An-Nadr ibnu Anas, dari Anas, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadaku akan memasukkan ke dalam surga
sebanyak empat ratus ribu orang dari umatku." Sahabat Abu Bakar berkata,
"Tambahkanlah kepada kami, wahai Rasulullah." Rasulullah Saw. bersabda,
"Sedangkan Allah (memasukkan) sekian." Umar berkata, "Hai Abu Bakar,
cukuplah kamu." Abu Bakar mengatakan, "Biarkanlah aku, tidak inginkah kamu bila
Allah memasukkan kita semua ke dalam surga?" Umar menjawab, "Sesungguhnya Allah
jika menghendaki, niscaya dapat memasukkan semua makhluk-Nya ke dalam surga
hanya dengan segenggam telapak tangan (kekuasaan-Nya)." Maka Nabi Saw. bersabda,
"Umar benar."Hadis dengan sanad ini hanya diriwayatkan oleh Abdur Razzaq sendiri.
Ad-Diya mengatakan bahwa hadis ini diriwayatkan pula oleh Al-Hafiz Abu Na'im Al-Asbahani.
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ مَخْلَد، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْهيْثَم
البَلدِي، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْب، حَدَّثَنَا أَبُو هِلَالٍ، عَنْ
قَتَادَةَ، عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
"وَعَدَنِي رَبِّي أنْ يُدْخِلَ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِي مِائَةَ ألْف". فَقَالَ
أَبُو بَكْرٍ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، زِدْنَا قَالَ: "وَهَكَذَا" -وَأَشَارَ
سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ بِيَدِهِ كَذَلِكَ-قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ، زِدْنَا.
فَقَالَ عُمَرُ: إِنَّ اللَّهَ قَادِرٌ أَنْ يُدْخِلَ النَّاسَ الْجَنَّةَ
بِحَفْنَةٍ وَاحِدَةٍ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"صَدَقَ عُمَرُ".
Dia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ahmad ibnu
Makhlad, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnul Haisam Al-Baladi, telah
menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Harb, telah menceritakan kepada kami Abu
Hilal, dari Qatadah, dari Anas, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Tuhanku
telah menjanjikan kepadaku akan memasukkan ke dalam surga sebanyak seratus ribu
dari kalangan umatku. Maka Abu Bakar berkata, "Wahai Rasulullah,
tambahkanlah kepada kami." Nabi Saw. bersabda, "Dan sekian." Sulaiman
ibnu Harb (perawi) mengatakan demikian seraya mengisyaratkan dengan tangannya.
Aku (Abu Bakar) berkata, "Wahai Rasulullah, tambahkanlah buat kami." Umar
menjawab, "Sesungguhnya Allah berkuasa (mampu) memasukkan manusia semua ke dalam
surga hanya dengan sekali ciduk." Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Umar
benar."Ditinjau dari sanadnya, hadis ini berpredikat garib; Abu Hilal nama aslinya adalah Muhammad ibnu Salim Ar-Rasibi, dari Basrah.
Jalur lain diriwayatkan dari Anas.
قَالَ
الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي بَكْرٍ، حَدَّثَنَا
عَبْدُ الْقَاهِرِ بْنُ السُّرِّي السُّلَمِيُّ، حَدَّثَنَا حُمَيد، عَنْ أَنَسٍ،
عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "يَدْخُلُ الْجَنَّةَ
مِنْ أُمَّتِي سَبْعُونَ ألْفًا". قَالُوا: زِدْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ:
"لِكُلِّ رَجُلٍ سَبْعُونَ ألْفًا" قَالُوا: زِدْنَا -وَكَانَ عَلَى كَثِيبٍ
-فَقَالَ: هَكَذَا، وَحَثَا بِيَدِهِ. قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أبْعدَ
اللَّهُ مَنْ دَخَلَ النَّارَ بَعْدَ هَذَا،
Al-Hafiz Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Bukair, telah menceritakan kepada kami Abdul Qahir ibnus Sirri As-Sulami, telah
menceritakan kepada kami Humaid, dari Anas, dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
"Kelak akan masuk surga dari kalangan umatku sebanyak tujuh puluh ribu
orang." Mereka berkata, "Wahai Rasulullah, tambahkanlah kepada kami." Nabi
Saw. bersabda, "Setiap orang dapat memasukkan tujuh puluh ribu orang
lagi." Mereka berkata, "Tambahkanlah kepada kami." Saat itu Rasulullah Saw.
berada di atas segundukan pasir. Mereka mengatakan bahwa lalu Nabi Saw.
mengisyaratkan dengan kedua telapak tangannya (seraya menciduk pasir) seperti
ini. Mereka. berkata, "Wahai Rasulullah, apakah sesudah Allah (berbuat demikian)
masih ada orang yang masuk ke dalam neraka?"Sanad hadis ini jayyid, semua perawinya berpredikat siqah selain Abdul Qahir ibnus Sirri. Ibnu Mu'in pernah ditanya mengenainya, maka dijawabnya bahwa Abdul Qahir orang yang saleh.
Hadis lain.
رَوَى
الطَّبَرَانِيُّ مِنْ حَدِيثِ قَتَادَةَ، عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ أَنَسٍ، عَنْ
أَبِي بَكْرِ بْنِ عُمَير عَنْ أَبِيهِ؛ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: "إنَّ اللهَ وَعَدَنِي أنْ يُدْخِلَ مِنْ أُمَّتِي ثَلاثَمائة
ألْفٍ الْجَنَّةَ". فَقَالَ عُمَيْرٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، زِدْنَا. فَقَالَ
هَكَذَا بِيَدِهِ. فَقَالَ عُمَيْرٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ، زِدْنَا. فَقَالَ عُمَرُ:
حَسْبك، إِنَّ اللَّهَ إنْ شَاءَ أَدْخَلَ النَّاسَ الْجَنَّةَ بِحفْنَةٍ -أَوْ
بِحَثْيَةٍ-وَاحِدَةٍ. فَقَالَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"صَدَقَ عُمَرُ"
Imam Tabrani meriwayatkan melalui hadis Qatadah, dari Abu Bakar ibnu Umar,
dari ayahnya, bahwa Nabi Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya Allah telah
menjanjikan kepadaku akan memasukkan ke dalam surga sebanyak tiga ratus ribu
orang dari umatku tanpa hisab. Maka Umar berkata, "Wahai Rasulullah,
tambahkanlah kepada kami." Maka Rasulullah Saw. mengisyaratkan seperti ini
dengan tangannya. Umar berkata lagi, "Wahai Rasulullah, tambahkanlah kami."
(Pada akhirnya) Umar berkata, "Cukuplah bagimu, sesungguhnya jika Allah
menghendaki, Dia dapat memasukkan semua makhluk-Nya ke dalam surga hanya dengan
sekali ciduk atau sekali siuk." Maka Nabi Saw. bersabda, "Umar
benar."Hadis lain.
قَالَ
الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ خُلَيْد، حَدَّثَنَا أَبُو تَوْبة،
حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ سَلَّامٍ، عَنْ زَيْدِ بْنِ سَلَّامٍ أَنَّهُ سَمِعَ
أَبَا سَلَّامٍ يَقُولُ: حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَامِرٍ، أَنَّ قَيْسًا
الْكِنْدِيَّ حَدّث أَنَّ أَبَا سَعِيدٍ الْأَنْمَارِيَّ حَدَّثَهُ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إنَّ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ
وَعَدَنِي أنْ يُدْخِلَ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِي سَبْعِينَ ألْفًا بِغَيِرِ
حِسَابٍ، ويَشْفَعُ كُلُّ ألْفٍ لِسَبْعِين ألْفًا، ثُمَّ يَحْثِي رَبِّي ثَلاثَ
حَثَيَاتٍ بِكَفَّيْهِ". كَذَا قَالَ قَيْسٌ، فَقُلْتُ لِأَبِي سَعِيدٍ: أَنْتَ
سمعتَ هَذَا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ قَالَ:
نَعَمْ، بِأُذُنِي، وَوَعَاهُ قَلْبِي. قَالَ أَبُو سَعِيدٍ: فَقَالَ -يَعْنِي
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-: "وَذَلِكَ إنْ شَاءَ اللهُ،
عَزَّ وَجَلَّ، يَسْتَوْعِبُ مُهَاجِرِي أُمَّتِي، ويُوَفِّي اللَّهُ بَقِيَّتَهُ
مِنْ أعْرَابِنَا".
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Khulaid,
telah menceritakan kepada kami Abu Taubah, telah menceritakan kepada kami
Mu'awiyah ibnu Salam, dari Yazid ibnu Salam yang mengatakan bahwa telah
menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Amir, bahwa Qais Al-Kindi pernah
menceritakan hadis kepadanya bahwa Abu Sa'id Al-Anmari pernah menceritakan
kepadanya bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Sesungguhnya Tuhanku telah
menjanjikan kepadaku akan memasukkan ke dalam surga sebanyak tujuh puluh ribu
orang dari kalangan umatku tanpa hisab, dan setiap seribu orang dapat memberi
syafaat kepada tujuh puluh ribu orang. Kemudian Tuhanku meraup dengan
kedua telapak tangan (kekuasaan)-Nya sebanyak tiga kali cidukan.
Demikianlah menurut Qais. Maka aku bertanya kepada Abu Sa'id, "Apakah engkau
yang mendengarnya dari Rasulullah Saw.?" Abu Sa'id menjawab, "Ya, dengan kedua
telingaku, lalu kuhafal baik-baik." Abu Sa'id mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
bersabda pula: Jumlah yang sedemikian itu jika Allah menghendaki dapat
mencakup semua Muhajirin dari umatku, sedangkan sisanya ditunaikan oleh Allah
dari kalangan orang-orang Badui kami.Hadis ini diriwayatkan pula oleh Muhammad ibnu Sahl ibnu Askar dari Abu Taubah Ar-Rabi' ibnu Nafi' dengan sanad semisal, tetapi di dalam riwayat ini ditambahkan bahwa Abu Sa'id mengatakan, "Lalu jumlah tersebut dihitung oleh Rasulullah Saw., ternyata keseluruhannya mencapai empat ratus juta sembilan puluh ribu orang."
Hadis lain.
قَالَ
أَبُو الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا هَاشِمُ بْنُ مَرْثَد
الطَّبَرَانِيُّ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ بْنِ عَيّاش، حَدَّثَنِي
أَبِي، حَدَّثَنِي ضَمْضَم بْنُ زُرْعة، عَنْ شُرَيح بْنِ عُبَيْدٍ، عَنْ أَبِي
مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أمَا
وَالَّذي نَفْسُ مُحَمَّد بِيَدِهِ لَيُبْعَثَنَّ مِنْكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
إلَى الْجَنَّةِ مِثْلَ اللَّيْلِ الأسْوَدِ، زُمْرةٌ جَمِيعُهَا يَخْبطُونَ
الأرضَ، تَقُولُ الملائِكةُ: لِمَ جَاءَ مَعَ مُحَمَّدٍ أكْثَرُ مِمَّا جَاءَ مَعَ
الأنْبِيَاءِ؟ ".
Abul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasyim ibnu
Marsad At-Tabrani, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ismail ibnu
Iyasy, telah menceritakan kepadaku ayahku, telah menceritakan kepadaku Damdam
ibnu Zur'ah, dari Syuraih ibnu Ubaid, dari Abu Malik yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Ingatlah, demi Tuhan yang jiwa Muhammad ini
berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya kelak di hari kiamat
benar-benar akan dibangkitkan sebagian dari kalian menuju ke dalam surga seperti
malam yang pekat secara berbondong-bondong, jumlah seluruhnya dapat meliputi
bumi ini. Para malaikat berkata, "Mengapa Muhammad datang dengan membawa
umat yang jauh lebih banyak ketimbang umat yang dibawa oleh nabi-nabi yang
lain?"Sanad hadis berpredikat hasan.
Hadis lain termasuk hadis-hadis yang menceritakan keutamaan, kemuliaan, dan kehormatan umat ini menurut Allah Swt. yang kesimpulannya menyatakan bahwa umat ini adalah umat yang terbaik di dunia dan akhirat.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا ابْنُ جُرَيج،
أَخْبَرَنِي أَبُو الزُّبَيْرِ، عَنْ جَابِرٍ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "إنِّي لأرْجُو أنْ يَكُونَ مَنْ يَتَّبِعُنِي
مِنْ أُمَّتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ رُبْعَ الْجَنَّةِ". قَالَ: فكبَّرنا. ثُمَّ
قَالَ: "أَرْجُو أنْ يَكُونُوا ثلثَ النَّاسِ". قَالَ: فَكَبَّرْنَا. ثُمَّ قَالَ:
"أَرْجُو أنْ تَكُونُوا الشَّطْرَ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Juraij, telah menceritakan kepadaku Abuz Zubair;
ia pernah mendengar Jabir mengatakan bahwa ia pernah mendengar Nabi Saw.
bersabda: "Sesungguhnya aku berharap semoga orang-orang yang mengikutiku dari
kalangan umatku kelak di hari kiamat adalah seperempat ahli surga." Maka
kami bertakbir, kemudian Nabi Saw. bersabda, "Aku berharap semoga mereka
berjumlah sepertiga manusia semuanya." Maka kami bertakbir, kemudian beliau
bersabda, "Aku berharap semoga mereka berjumlah separo umat manusia."Demikian pula hal yang diriwayatkan oleh Rauh dari Ibnu Juraij dengan lafaz yang sama, tetapi hadis ini dengan syarat Imam Muslim.
Telah ditetapkan di dalam kitab Sahihain melalui hadis Abu Ishaq As-Subai'i, dari Amr ibnu Maimun, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda kepada kami:
"أمَا
تَرْضَوْنَ أنْ تَكُونُوا رُبْعَ أَهْلِ الْجَنِّةِ؟ " فَكَبَّرْنَا. ثُمَّ قَالَ:
"أَمَا تَرْضَوْنَ أنْ تَكُونُوا ثُلُثَ أَهْلَ الْجَنَّةِ؟ " فَكَبَّرْنَا. ثُمَّ
قَالَ: "إنِّي لأرْجُو أنْ تَكُونُوا شَطْرَ أَهْلِ الْجَنَّة"
"Tidakkah kalian rela bila kalian adalah seperempat ahli surga." Maka
kami bertakbir, kemudian beliau bersabda, "Tidakkah kalian rela bila kalian
adalah sepertiga ahli surga." Maka kami bertakbir, kemudian beliau Saw.
bersabda, "Sesungguhnya aku benar-benar berharap semoga kalian adalah separo
penduduk surga."Jalur lain dari Ibnu Mas'ud.
قَالَ
الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ الْقَاسِمِ بْنِ مُساور، حَدَّثَنَا
عَفَّانُ بْنُ مُسْلِمٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ بْنُ زِيَادٍ حَدَّثَنِي
الْحَارِثُ بْنُ حَصِيرة، حَدَّثَنِي الْقَاسِمُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ
أَبِيهِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "كَيْفَ أَنْتُمْ وَرُبْعُ الْجَنَّةِ لَكُمْ ولِسَائر
النَّاسِ ثَلَاثَةُ أرْبَاعِهَا؟ " قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ:
"كَيْفَ أَنْتُمْ وثُلُثُهَا؟ " قَالُوا: ذَاكَ أَكْثَرُ. قَالَ: "كَيْفَ أَنْتَمْ
والشَّطْرُ لَكُمْ؟ " قَالُوا: ذَاكَ أَكْثَرُ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أهْلُ الْجَنّةِ عِشْرُونَ وَمَائةُ صَفٍّ، لَكُمْ
مِنْهَا ثَمَانُونَ صَفًا".
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnul Qasim
ibnu Musawir, telah menceritakan kepada kami Affan ibnu Muslim, telah
menceritakan kepada kami Abdul Wahid ibnu Ziyad, telah menceritakan kepadaku
Al-Haris ibnu Husain, telah menceritakan kepadaku Al-Qasim ibnu Abdur Rahman,
dari ayahnya, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda: "Bagaimanakah menurut kalian bila seperempat penduduk surga
adalah kalian, sedangkan bagi orang-orang lain adalah tiga perempatnya."
Mereka berkata, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Rasulullah Saw.
bersabda, "Bagaimanakah kalian bila sepertiganya?" Mereka menjawab,
"Jumlah itu lebih banyak." Rasulullah Saw. bersabda, "Bagaimanakah
menurut kalian bila separo penduduk surga adalah kalian?" Mereka
menjawab, "Jumlah itu lebih banyak lagi." Maka Rasulullah Saw. bersabda,
"Ahli surga terdiri atas seratus dua puluh saf, untuk kalian adalah delapan
puluh saf darinya."Imam Tabrani mengatakan bahwa hadis ini hanya diriwayatkan sendiri oleh Al-Haris ibnu Husain.
Hadis lain.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ
بْنُ مُسْلِمٍ، حَدَّثَنَا ضِرَارُ بْنُ مُرَّة أَبُو سَنان الشَّيْبَانِيُّ، عَنْ
مُحَارِبِ بْنِ دِثَار، عَنِ ابْنِ بُرَيْدة، عَنْ أَبِيهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "أَهْلُ الْجَنَّةِ عِشْرُونَ وَمِائَةُ صَفٍّ،
هَذِه الأمَّةُ مِنْ ذَلِكَ ثَمَانُون صَفا".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdus Samad, telah
menceritakan kepada kami Abdul Aziz ibnu Muslim, telah menceritakan kepada kami
Dirar ibnu Murrah (yaitu Abu Sinan Asy-Syaibani), dari Muharib ibnu Dinar, dari
Ibnu Buraidah, dari ayahnya, bahwa Nabi Saw. pernah bersabda: Penduduk surga
terdiri atas seratus dua puluh saf, bagian umat ini dari jumlah tersebut adalah
delapan puluh saf.Hal yang sama diriwayatkan oleh Affan, dari Abdul Aziz dengan lafaz yang sama.
Imam Turmuzi mengetengahkan hadis ini melalui jalur Abu Sinan dengan lafaz yang sama, dan ia mengatakan bahwa predikat hadis ini adalah hasan.
Ibnu Majah meriwayatkannya melalui hadis Sufyan As-Sauri, dari Alqamah ibnu Marsad, dari Sulaiman ibnu Buraidah, dari ayahnya dengan lafaz yang sama.
Hadis lain.
رَوَى
الطَّبَرَانِيُّ مِنْ حَدِيثِ سُلَيْمَانَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الدِّمَشْقِيِّ،
حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ يَزِيدَ البَجَلي، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ عَلِيِّ
بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، عَنْ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "أهْلُ الْجَنَّةِ عِشْرُونَ
وَمِائَةُ صَفٍّ، ثَمَانُونَ مِنْهَا مِنْ أُمَّتِي".
Imam Tabrani meriwayatkannya melalui hadis Sulaiman ibnu Abdur Rahman
Ad-Dimasyqi, telah menceritakan kepada kami Khalid ibnu Yazid Al-Bajali, telah
menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Ali ibnu Abdullah ibnu Abbas, dari
ayahnya, dari kakeknya, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Seluruh penduduk
surga terdiri atas seratus dua puluh saf. yang delapan puluh saf darinya terdiri
atas umatku.Hadis ini hanya diriwayatkan oleh Khalid ibnu Yazid Al-Bajali, Ibnu Addi pernah membicarakan perihal predikatnya dalam periwayatan hadis.
Hadis Iain diriwayatkan oleh Imam Tabrani.
قَالَ
الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ،
حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ غَيْلَانَ، حَدَّثَنَا هَاشِمُ بْنُ مَخْلَد، حَدَّثَنَا
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُبَارَكِ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنْ أَبِي عَمْرٍو، عَنْ
أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ {ثُلَّةٌ مِنَ الأوَّلِينَ.
وَثُلَّةٌ مِنَ الآخِرِينَ [الْوَاقِعَةِ: 38، 39] } قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَنْتُمْ رُبْعُ أهْلِ الْجَنَّةِ، أَنْتُمْ ثُلُثُ
أَهْلِ الْجَنَّةِ، أَنْتُمْ نِصْفُ أَهْلِ الْجَنَّةِ، أَنْتُمْ ثُلُثَا أَهْلِ
الْجَنَّةِ"
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ahmad ibnu
Hambal, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Gailan, telah menceritakan
kepada kami Hasyim ibnu Makhlad, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnul
Mubarak, dari Sufyan, dari Abu Amr, dari ayahnya, dari Abu Hurairah yang
mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu firman-Nya: Segolongan
besar dari orang-orang yang terdahulu dan segolongan kecil dari orang-orang yang
kemudian. (Al-Waqi'ah: 13-14) Maka Rasulullah Saw. bersabda: Kalian
adalah seperempat penduduk surga, kalian adalah sepertiga penduduk surga, kalian
adalah separo penghuni surga, kalian adalah dua pertiga penduduk surga.
قَالَ
عَبْدُ الرَّزَّاقِ: أَخْبَرَنَا مَعْمَر، عَنِ ابْنِ طَاوُسٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: "نَحْنُ الآخِرُونَ الأوَّلُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، نَحْنُ
أَوَّلُ النَّاسِ دُخُولا الْجَنَّةَ، بَيْدَ أَنَّهُمْ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ
قَبْلِنَا، وَأُوتِينَاهُ مِنْ بَعْدِهِمْ، فَهَدَانَا اللَّهُ لِمَا اخْتَلَفُوا
فِيهِ مِنَ الْحَقِّ، فَهَذَا الْيَوْمُ الَّذِي اخْتَلَفُوا فِيهِ، النَّاسُ لَنَا
فِيهِ تَبَعٌ غَدًا لِلْيَهُوَدِ [وَ] لِلنَّصَارَى بَعْدَ غَدٍ".
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Ibnu
Tawus, dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Saw. yang telah
mengatakan: Kami adalah orang-orang yang terakhir, tetapi orang-orang yang
pertama di hari kiamat. Kami adalah orang-orang yang mula-mula masuk surga,
hanya saja mereka diberi Al-Kitab sebelum kami, sedangkan kami diberi Al-Kitab
sesudah mereka. Karena itu, maka Allah memberi petunjuk kami perihal
sebagian perkara hak yang mereka perselisihkan, dan hari inilah yang dahulu
selalu mereka perselisihkan mengenainya. Manusia lain sehubungan dengan hari ini
adalah mengikuti kami, besok untuk orang-orang Yahudi (yakni hari Sabtu) dan
lusa (hari Ahad) adalah untuk orang-orang Nasrani.Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkannya melalui hadis Abdullah ibnu Tawus, dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Saw. secara marfu dengan lafaz yang semakna.
Imam Muslim meriwayatkannya pula melalui jalur Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulul-lah Saw. pernah bersabda:
"نَحْنُ
الآخِرُونَ الأوَّلُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَنَحْنُ أوَّلُ مَنْ يَدْخُلُ
الْجَنَّةَ". وَذَكَرَ تَمَامَ الْحَدِيثِ
Kita adalah orang-orang yang terakhir, tetapi orang-orang yang pertama di
hari kiamat, dan kita adalah orang yang mula-mula masuk surga.Lalu Imam Muslim menuturkan hadis ini hingga selesai.
Hadis lain diriwayatkan oleh Imam Daruqutni di dalam kitab Al-Afrad melalui hadis Abdullah ibnu Muhammad ibnu Uqail, dari Az-Zuhri, dari Sa'id ibnul Musayyab, dari Umar ibnul Khattab r.a., bahwa Nabi Saw. pernah bersabda:
"إنَّ
الْجَنَّةَ حُرِّمَتْ عَلَى الأنْبِيَاءِ كُلُّهُمْ حَتَّى أَدْخُلَهَا،
وَحُرِّمَتْ عَلَى الأمَمِ حَتَّى تَدْخُلَهَا أمتِي".
Sesungguhnya surga itu dilarang atas semua nabi sebelum aku memasukinya,
dan diharamkan atas seluruh umat sebelum umatku memasukinya.Kemudian Imam Daruqutni mengatakan bahwa hadis ini hanya diriwayatkan sendiri oleh Ibnu Uqail dari Az-Zuhri, dan tiada orang (perawi) lain yang meriwayatkan hadis ini darinya (yakni Az-Zuhri). Hadis ini juga hanya diriwayatkan oleh Zuhair ibnu Muhammad, dari Ibnu Uqail; dan hadis ini hanya diriwayatkan pula oleh Amr ibnu Abu Salamah, dari Zuhair.
Abu Ahmad ibnu Addi Al-Hafiz meriwayatkan hadis ini. Untuk itu dia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnul Husain ibnul Ishaq, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar Al-A'yun (yaitu Muhammad ibnu Abu Gayyas), telah menceritakan kepada kami Abu Hafs At-Tanisi, telah menceritakan kepada kami Sadaqah Ad-Dimasyqi, dari Zuhair ibnu Muhammad, dari Abdullah ibnu Muhammad ibnu Aqil, dari Az-Zuhri.
As-Sa'labi meriwayatkannya pula. Dia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abbas Al-Makhladi, telah menceritakan kepada kami Abu Na'im (yaitu Abdul Malik ibnu Muhammad), telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Isa At-Tanisi, telah menceritakan kepada kami Abu Hafs At-Tanisi, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami Sadaqah ibnu Abdullah, dari Zuhair ibnu Muhammad ibnu Aqil dengan lafaz yang sama.
*******************
Semua hadis yang disebutkan di atas terangkum ke dalam makna firman-Nya:
{كُنْتُمْ
خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ
الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ}
Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada
Allah. (Ali Imran: 110)Barang siapa yang memiliki sifat tersebut dari kalangan umat ini, berarti dirinya termasuk orang yang terpuji melalui ayat ini.
Seperti yang telah diriwayatkan oleh Qatadah, telah sampai suatu berita kepada kami bahwa ketika Khalifah Umar ibnul Khattab r.a. sedang melakukan salah satu ibadah haji, ia melihat adanya gejala hidup santai pada orang-orang. Lalu ia membacakan ayat ini, yaitu firman-Nya: Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia. (Alilmran: 110) Kemudian ia berkata, "Barang siapa yang ingin dirinya termasuk golongan umat ini, hendaklah ia menunaikan syarat yang ditetapkan oleh Allah di dalamnya."
Asar ini diriwayatkan oleh Ibnu Jarir.
Barang siapa yang tidak memiliki sifat ini, maka ia lebih mirip dengan orang Ahli Kitab yang dicela oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
كَانُوا
لَا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ
Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan mungkar yang mereka
perbuat. (Al-Maidah: 79), hingga akhir ayat.Karena itu, setelah Allah memuji umat ini karena memiliki sifat-sifat tersebut, lalu dalam ayat selanjutnya Allah mencela Ahli Kitab dan menyesalkan perbuatan mereka. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{وَلَوْ
آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ}
Sekiranya Ahli Kitab beriman. (Ali Imran: 110)Yakni beriman kepada apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, yaitu Al-Qur'an.
{لَكَانَ
خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ
الْفَاسِقُونَ}
tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman,
dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (Ali Imran: 110)Maksudnya, sedikit sekali dari mereka yang beriman kepada Allah dan Kitab yang diturunkan kepada kalian, juga kepada apa yang diturunkan kepada mereka sendiri. Kebanyakan dari mereka bergelimang di dalam kesesatan, kekufuran, kefasikan, dan kedurhakaan.
*******************
Kemudian Allah Swt. memberitahukan kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin seraya
menyampaikan berita gembira kepada mereka bahwa pertolongan dan kemenangan akan
diperoleh mereka atas kaum Ahli Kitab yang kafir lagi mulhid, yaitu melalui
firman-Nya:
{لَنْ
يَضُرُّوكُمْ إِلا أَذًى وَإِنْ يُقَاتِلُوكُمْ يُوَلُّوكُمُ الأدْبَارَ ثُمَّ لَا
يُنْصَرُونَ}
Mereka sekali-kali tidak akan dapat membuat mudarat kepada kalian, selain
dari gangguan-gangguan celaan saja; dan jika mereka berperang dengan kalian,
pastilah mereka berbalik melarikan diri ke belakang (kalah). Kemudian mereka
tidak mendapat pertolongan. (Ali Imran: 111)Memang demikianlah kenyataannya, karena sesungguhnya dalam Perang Khaibar Allah menghinakan mereka dan membuat hidung mereka terpotong (hina dina). Hal yang sama dialami pula oleh orang-orang sebelum mereka dari kalangan Yahudi Madinah, seperti Bani Qainuqa', Bani Nadir,dan Bani Quraizah; semuanya dibuat hina oleh Allah.
Hal yang sama dialami pula oleh orang-orang Nasrani di negeri Syam. Para sahabat mematahkan penyerangan mereka dalam berbagai peperangan, dan merampas kekuasaan negeri Syam dari tangan mereka untuk selama-lamanya. Masih ada segolongan kaum muslim yang tetap berjuang di negeri Syam hingga Nabi Isa ibnu Maryam diturunkan, sedangkan mereka dalam keadaan tetap berjuang. Kemudian Nabi Isa a.s. memerintah dengan hukum agama Islam dan syariat Nabi Muhammad Saw. Lalu ia memecahkan semua salib, membunuh babi-babi serta menghapuskan jizyah, dan tidak mau menerima kecuali hanya agama Islam.
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{ضُرِبَتْ
عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلا بِحَبْلٍ مِنَ اللَّهِ وَحَبْلٍ
مِنَ النَّاسِ}
Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka
berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia.
(Ali Imran: 112)Yakni Allah menetapkan kehinaan dan rendah diri pada diri mereka di mana pun mereka berada. Karena itu, hidup mereka tidak merasa aman.
{إِلا
بِحَبْلٍ مِنَ اللَّهِ}
kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah. (Ali Imran:
112)Yaitu jaminan dari Allah. Maksudnya, janji jaminan keamanan bagi mereka dengan dibebani membayar jizyah dan menetapkan atas mereka hukum-hukum agama Islam.
{وَحَبْلٍ
مِنَ النَّاسِ}
dan tali (perjanjian) dengan manusia. (Ali Imran: 112)Yakni jaminan keamanan dari orang lain buat mereka, seperti perjanjian perdamaian dan gencatan senjata serta tawanan bila keselamatannya dijamin oleh seseorang dari kalangan kaum muslim, sekalipun si penjaminnya adalah seorang wanita muslimah. Demikian pula halnya perihal budak, menurut suatu pendapat di kalangan para ulama.
Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia. (Ali Imran: 112) Yaitu janji dengan Allah dan janji dengan manusia.
Hal yang sama dikatakan oleh Mujahid, Ikrimah, Ata, Ad-Dahhak, Al-Hasan, Qatadah, As-Saddi, dan Ar-Rabi' ibnu Anas.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَبَاءُوا
بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ}
dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah. (Ali Imran: 112)Maksudnya, murka dari Allah sudah seharusnya menimpa mereka; mereka berhak menerimanya.
{وَضُرِبَتْ
عَلَيْهِمُ}
dan mereka diliputi kerendahan. (Ali Imran: 112)Yakni mereka harus menerima kehinaah secara takdir dan peraturan syara'. Karena itu, dalam ayat selanjutnya disebutkan:
{ذَلِكَ
بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ الأنْبِيَاءَ
بِغَيْرِ حَقٍّ}
Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh
para nabi tanpa alasan yang benar. (Ali Imran: 112)Yakni sesungguhnya yang mendorong mereka berbuat demikian tiada lain adalah sifat takabur, zalim, dan dengki. Maka sebagai akibatnya mereka ditimpa oleh kehinaan dan kenistaan untuk selama-lamanya yang berlangsung sampai kehinaan di akhirat. Kemudian Allah Swt. berfirman:
{ذَلِكَ
بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ}
Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas. (Ali
Imran: 112)Yaitu sesungguhnya hal yang mendorong mereka ingkar terhadap ayat-ayat Allah dan berani membunuh rasul-rasul Allah —lalu sifat tersebut dicap pada diri mereka— tiada lain karena mereka banyak berbuat maksiat terhadap perintah-perintah Allah, bergelimang di dalam lumpur kemaksiatan, dan berani melanggar syariat Allah. Semoga Allah melindungi kita semua dari perbuatan tersebut, dan hanya kepada Allah-lah kita meminta pertolongan.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Habib, telah menceritakan kepada kami Abu Daud At-Tayalisi, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Sulaiman Al-A'masy, dari Ibrahim, dari Abu Ma'mar Al-Azdi, dari Abdullah ibnu Mas'ud r.a. yang mengatakan bahwa dahulu orang-orang Bani Israil pernah membunuh tiga ratus orang nabi dalam sehari, kemudian pada petang harinya mereka mendirikan pasar sayur-mayur mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar