لَيْسُوا
سَواءً مِنْ أَهْلِ الْكِتابِ أُمَّةٌ قائِمَةٌ يَتْلُونَ آياتِ اللَّهِ آناءَ
اللَّيْلِ وَهُمْ يَسْجُدُونَ (113) يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُسارِعُونَ فِي
الْخَيْراتِ وَأُولئِكَ مِنَ الصَّالِحِينَ (114) وَما يَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ
فَلَنْ يُكْفَرُوهُ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالْمُتَّقِينَ (115) إِنَّ الَّذِينَ
كَفَرُوا لَنْ تُغْنِيَ عَنْهُمْ أَمْوالُهُمْ وَلا أَوْلادُهُمْ مِنَ اللَّهِ
شَيْئاً وَأُولئِكَ أَصْحابُ النَّارِ هُمْ فِيها خالِدُونَ (116) مَثَلُ مَا
يُنْفِقُونَ فِي هذِهِ الْحَياةِ الدُّنْيا كَمَثَلِ رِيحٍ فِيها صِرٌّ أَصابَتْ
حَرْثَ قَوْمٍ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ فَأَهْلَكَتْهُ وَما ظَلَمَهُمُ اللَّهُ
وَلكِنْ أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ (117)
Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab
itu ada segolongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada
beberapa waktu di malam hari, sedangkan mereka juga bersujud (salat). Mereka
beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh kepada yang makruf
dan mencegah dari yang mungkar, dan bersegera kepada (mengerjakan) berbagai
kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh. Dan apa saja kebajikan
yang mereka kerjakan, maka sekali-kali mereka tidak dihalangi (menerima
pahala)nya; dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang bertakwa. Sesungguhnya
orang-orang yang kafir, baik harta mereka maupun anak-anak mereka sekali-kali
tidak dapat menolak azab Allah dari mereka sedikit pun. Dan mereka adalah
penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. Perumpamaan harta yang mereka
nafkahkan di dalam kehidupan dunia ini adalah seperti perumpamaan angin yang
mengandung hawa yang sangat dingin, yang menimpa tanaman kaum yang menganiaya
diri sendiri, lalu angin itu merusaknya. Allah tidak menganiaya mereka, tetapi
merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.Ibnu Abu Nujaih mengatakan bahwa Al-Hasan ibnu Abu Yazid Al-Ajali meriwayatkan dari Ibnu Mas'ud sehubungan dengan firman-Nya: Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus. (Ali Imran: 113) Menurut dugaannya, Ahli Kitab tidak sama dengan umat Muhammad Saw.
Hal yang sama diriwayatkan pula oleh As-Saddi.
Pendapat ini diperkuat dengan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad ibnu Hambal di dalam kitab Musnad-nya. Disebutkan bahwa:
حَدَّثَنَا
أَبُو النَّضْر وَحَسَنُ بْنُ مُوسَى قَالَا حَدَّثَنَا شَيْبان، عَنْ عَاصِمٍ،
عَنْ زِرٍّ، عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: أَخَّرَ رسولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَاةَ الْعِشَاءِ، ثُمَّ خَرَجَ إِلَى الْمَسْجِدِ، فَإِذَا
النَّاسُ يَنْتَظِرُونَ الصَّلَاةَ: فَقَالَ: "أَمَا إِنَّه لَيْسَ مِنْ أَهْلِ
هَذِهِ الأدْيَانِ أَحَدٌ يَذْكُرُ اللهَ هَذِهِ السَّاعَةَ غَيْرَكُمْ". قَالَ:
وأُنزلَت هَذِهِ الْآيَاتُ: {لَيْسُوا سَوَاءً مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ [أُمَّةٌ
قَائِمَةٌ] } إِلَى قَوْلِهِ {وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالْمُتَّقِينَ}
telah menceritakan kepada kami Abun Nadr dan Hasan ibnu Musa; keduanya
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syaiban, dari Asim, dari Zur, dari
Ibnu Mas'ud yang menceritakan bahwa Rasulul-lah Saw. mengakhirkan salat Isya,
kemudian beliau keluar menuju masjid, tiba-tiba beliau melihat orang-orang
sedang menunggu salat (berjamaah), lalu beliau bersabda: Ingatlah,
sesungguhnya tidak ada seorang pun dari pemeluk agama ini yang masih berzikir
kepada Allah saat ini selain kalian. Ibnu Mas'ud mengatakan bahwa lalu
turunlah ayat-ayat berikut, yaitu mulai dari firman-Nya: Mereka itu tidak
sama; di antara Ahli Kitab. (Ali Imran: 113) Sampai dengan firman-Nya:
Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang bertakwa. (Ali Imran: 115)Tetapi pendapat yang terkenal di kalangan kebanyakan ulama tafsir —menurut apa yang dikatakan oleh Muhammad ibnu Ishaq dan lain-lainnya yang diriwayatkan oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas— ayat ini diturunkan berkenaan dengan para rahib yang beriman dari kalangan Ahli Kitab, seperti Abdullah ibnu Salam, Asad ibnu Ubaid, dan Sa'labah ibnu Syu'bah serta lain-lainnya.
Dengan kata lain, tidaklah sama orang-orang yang disebutkan di atas dari kalangan Ahli Kitab yang dicela dengan mereka dari kalangan Ahli Kitab yang masuk Islam. Karena itulah maka dalam ayat ini disebutkan:
{لَيْسُوا
سَوَاءً}
Mereka tidak sama. (Ali Imran: 113)Artinya, semua Ahli Kitab itu tidaklah sama, bahkan sebagian dari mereka ada yang mukmin (masuk Islam) dan ada pula yang jahat. Untuk itu disebut dalam firman berikutnya:
{مِنْ
أَهْلِ الْكِتَابِأُمَّةٌ قَائِمَةٌ}
Di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus. (Ali Imran:
113)Yakni menegakkan perintah Allah, taat kepada syariat-Nya, dan mengikuti Nabi-Nya. Maka mereka adalah orang-orang yang berlaku lurus.
{يَتْلُونَ
آيَاتِ اللَّهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَهُمْ يَسْجُدُونَ}
mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari,
sedangkan mereka juga bersujud (salat). (Ali Imran: 113)Yaitu melakukan ibadah di malam hari, banyak bertahajud dan membaca Al-Qur'an dalam salat mereka
*******************
{يُؤْمِنُونَ
بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ
الْمُنْكَرِ وَيُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَأُولَئِكَ مِنَ
الصَّالِحِينَ}.
Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh kepada
yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan bersegera kepada (mengerjakan)
berbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh. (Ali Imran:
114)Mereka adalah orang-orang yang disebutkan di dalam akhir surat Ali Imran ini melalui firman-Nya:
وَإِنَّ
مِنْ أَهْلِ الْكِتابِ لَمَنْ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَما أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ وَما
أُنْزِلَ إِلَيْهِمْ خاشِعِينَ لِلَّهِ
Dan sesungguhnya di antara Ahli Kitab ada orang yang beriman kepada Allah
dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan yang diturunkan kepada mereka,
sedangkan mereka berendah hati kepada Allah.(Ali Imran: 199), hingga akhir
ayat.Karena itulah dalam ayat ini disebutkan:
{وَمَا
يَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ فَلَنْ يُكْفَرُوهُ}
Dan apa saja kebajikan yang mereka kerjakan, maka sekali-kali mereka tidak
dihalangi (menerima pahala)nya. (Ali Imran: 115)Artinya, pahala kebajikan yang mereka lakukan tidak akan hilang di sisi Allah, bahkan Allah akan memberikannya kepada mereka dengan balasan pahala yang sangat berlimpah.
{وَاللَّهُ
عَلِيمٌ بِالْمُتَّقِينَ}
dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang bertakwa. (Ali Imran:
115)Yakni tiada suatu amal pun yang samar (tidak kelihatan) bagi-Nya, dan tidak akan ada yang tersia-sia di sisi-Nya pahala orang yang berbuat baik dalam amalnya.
*******************
Selanjutnya Allah Swt. menceritakan perihal orang-orang yang ingkar dari
kalangan kaum musyrik melalui firman-Nya:
{لَنْ
تُغْنِيَ عَنْهُمْ أَمْوَالُهُمْ وَلا أَوْلادُهُمْ مِنَ اللَّهِ
شَيْئًا}
Harta mereka maupun anak-anak mereka sekali-kali tidak dapat menolak azab
Allah dari mereka sedikit pun. (Ali Imran: 116)Yakni semuanya itu tidak dapat menolak pembalasan Allah maupun azab-Nya dari diri mereka, jika Allah menghendaki hal tersebut terhadap mereka.
{وَأُولَئِكَ
أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ}
Dan mereka adalah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. (Ali
Imran: 116)Selanjutnya Allah Swt. membuat suatu perumpamaan tentang apa yang dinafkahkan oleh orang-orang kafir dalam kehidupan di dunia ini. Demikianlah menurut apa yang dikatakan oleh Mujahid, Al-Hasan, dan As-Saddi.
*******************
Allah Swt. berfirman:
مَثَلُ
مَا يُنْفِقُونَ فِي هَذِهِ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَثَلِ رِيحٍ فِيهَا
صِرٌّ
Perumpamaan harta yang mereka nafkahkan di dalam kehidupan dunia ini
adalah seperti perumpamaan angin yang mengandung hawa yang sangat dingin.
(Ali Imran: 117)Yang dimaksud dengan sirrun ialah dingin yang sangat. Demikianlah menurut pendapat Ibnu Abbas, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Al-Hasan, Qatadah, Ad-Dahhak, Ar-Rabi' ibnu Anas, dan lain-lainnya. Sedang-kan menurut Ata, sirrun ialah dingin yang disertai dengan es (salju).
Disebut pula dari Ibnu Abbas dan Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: yang mengandung panas yang sangat. (Ali Imran: 117) Yakni api.
Makna ini merujuk kepada makna yang pertama, karena sesungguhnya cuaca yang sangat dingin —terlebih lagi dibarengi dengan salju— dapat mematikan tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan, sama halnya dengan api membakar sesuatu.
{أَصَابَتْ
حَرْثَ قَوْمٍ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ فَأَهْلَكَتْهُ}
yang menimpa tanaman kaum yang menganiaya diri sendiri, lalu angin itu
merusaknya. (Ali Imran: 117)Yaitu membakarnya. Dengan kata lain, apabila hama menimpa kebun atau sawah yang telah tiba masa petik dan panen, lalu hama tersebut merusak dan menghancurkan semua buah-buahan atau tanaman yang ada padanya, sehingga hasilnya tidak ada, padahal pemiliknya sangat memerlukannya. Demikian pula halnya nasib orang-orang kafir; Allah menghapus pahala semua amal kebaikan mereka ketika di dunia hingga mereka tidak dapat memetik buahnya. Perihalnya sama dengan lenyapnya buah-buahan dari lahan atau kebun tersebut karena dosa-dosa yang dilakukan oleh pemiliknya. Demikianlah nasib yang akan mereka alami, karena mereka membangun amal perbuatannya tanpa fondasi dan tiang penyangga.
{وَمَا
ظَلَمَهُمُ اللَّهُ وَلَكِنْ أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ}
Allah tidak menganiaya mereka, tetapi merekalah yang menganiaya diri
mereka sendiri. (Ali Imran: 117)
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا بِطانَةً مِنْ دُونِكُمْ لَا
يَأْلُونَكُمْ خَبالاً وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضاءُ مِنْ
أَفْواهِهِمْ وَما تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْآياتِ
إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ (118) هَا أَنْتُمْ أُولاءِ تُحِبُّونَهُمْ وَلا
يُحِبُّونَكُمْ وَتُؤْمِنُونَ بِالْكِتابِ كُلِّهِ وَإِذا لَقُوكُمْ قالُوا آمَنَّا
وَإِذا خَلَوْا عَضُّوا عَلَيْكُمُ الْأَنامِلَ مِنَ الْغَيْظِ قُلْ مُوتُوا
بِغَيْظِكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِذاتِ الصُّدُورِ (119) إِنْ تَمْسَسْكُمْ
حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَإِنْ تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَفْرَحُوا بِها وَإِنْ
تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئاً إِنَّ اللَّهَ بِما
يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ (120)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kalian ambil menjadi teman kepercayaan kalian orang-orang yang di luar kalangan
kalian (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudaratan bagi
kalian. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kalian. Telah nyata kebencian dari
mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar
lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepada kalian ayat-ayat (Kami), jika kalian
memahaminya. Beginilah kalian. Kalian menyukai mereka, padahal mereka tidak
menyukai kalian, dan kalian beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka
menjumpai kalian, mereka berkata, "Kami beriman," dan apabila mereka menyendiri,
mereka menggigit ujung jari lantaran marah bercampur benci terhadap kalian.
Katakanlah (kepada mereka), "Matilah kalian karena kemarahan kalian itu."
Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati. Jika kalian memperoleh kebaikan,
niscaya mereka bersedih hati; tetapi jika kalian mendapat bencana, mereka
bergembira karenanya. Jika kalian bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya
mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudaratan kepada kalian. Sesungguhnya
Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.Allah Swt. berfirman seraya melarang hamba-hamba-Nya yang mukmin mengambil orang-orang munafik sebagai teman kepercayaan dengan menceritakan kepada mereka semua rahasia kaum mukmin dan semua rencana yang dipersiapkan kaum mukmin terhadap musuh-musuhnya. Orang-orang munafik akan berusaha dengan sekuat tenaga dan kemampuan mereka tanpa henti-hentinya untuk menimbulkan mudarat terhadap kaum mukmin. Dengan kata lain, mereka (orang-orang munafik) itu terus berupaya menentang kaum mukmin dan menimpakan mudarat terhadap mereka dengan segala cara yang mereka dapat dan dengan memakai tipu daya serta kepalsuan yang mampu mereka kerjakan. Mereka suka dengan semua hal yang mencelakakan kaum mukmin, gemar pula melukai kaum mukmin serta menyukai hal-hal yang memberatkan kaum mukmin.
*******************
Firman Allah Swt.:
{لَا
تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ}
Janganlah kalian ambil menjadi teman kepercayaan
kalian orang-orang yang di luar kalangan kalian. (Ali Imran: 118)Yakni selain dari kalangan kalian yang tidak seagama. Bitanah artinya teman dekat yang mengetahui semua rahasia pribadi.
Imam Bukhari dan Imam Nasai serta selain keduanya meriwayatkan melalui hadis sejumlah perawi, antara lain ialah Yunus ibnu Yahya ibnu Sa'id, Miisa ibnu Uqbah, dan Ibnu Abu Atiq, dari Az-Zuhri, dari Abu Salamah, dari Abu Sa'id (Al-Khudri), bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"مَا
بَعَثَ اللهُ مِنْ نَبِي وَلا اسْتَخْلَفَ مِنْ خَلِيفَة إِلَّا كَانَتْ لَهُ
بِطَانَتَانِ: بِطَانَةٌ تَأْمُرُهُ بِالْخيرِ وتَحُضُّهُ عَلَيْهِ، وَبِطَانَةٌ
تَأْمُرُهُ بِالسُّوءِ وَتَحُضُّهُ عَلَيْهِ، وَالْمَعْصُومُ مَنْ عَصَم اللهُ
"
Tidak sekali-kali Allah mengutus seorang nabi dan tidak pula mengangkat
seorang khalifah, melainkan didampingi oleh dua teman terdekatnya. Seorang teman
menganjurkannya untuk be-buat kebaikan dan memberinya semangat untuk melakukan
kebaikan itu. Dan teman lainnya selalu memerintahkan kejahatan kepadanya dan
menganjurkan kepadanya untuk melakukan kejahatan, sedangkan orang yang
terpelihara ialah orang yang dipelihara oleh Allah.Al-Auza'i dan Mu'awiyah ibnu Salam meriwayatkannya melalui Az-Zuhri, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah secara marfu' dengan lafaz yang semisal. Dengan demikian, barangkali hadis yang ada pada Az-Zuhri berasal dari Abu Salamah, dari keduanya (Abu Sa'id dan Abu Hurairah).
Imam Nasai mengetengahkannya pula dari Az-Zuhri. Imam Bukhari men-ta'liq-nya (mengomentarinya) di dalam kitab sahihnya. Untuk itu ia mengatakan bahwa Ubaidillah ibnu Ja'far meriwayatkan dari Safwan ibnu Salim, dari Abu Salamah, dari Abu Ayyub Al-Ansari secara marfu', lalu ia menyebutkan hadis ini. Dengan demikian, berarti barangkali hadis yang ada pada Abu Salamah bersumber dari tiga orang sahabat.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Ayyub (yaitu Muhammad ibnul Wazin), telah menceritakan kepada kami Isa ibnu Yunus, dari Abu Hibban At-Taimi, dari Abuz Zamba", dari Ibnu Abud Dihqanah yang menceritakan bahwa pernah dilaporkan kepada Khalifah Umar ibnul Khattab r.a., "Sesungguhnya di sini terdapat seorang pelayan dari kalangan penduduk Al-Hairah yang ahli dalam masalah pembukuan dan surat-menyurat, bagaimanakah jika engkau mengambilnya sebagai juru tulismu?" Maka Khalifah Umar menjawab: Kalau demikian, berarti aku mengambil teman kepercayaan selain dari kalangan orang-orang mukmin.
Di dalam asar serta ayat ini terkandung dalil yang menunjukkan bahwa ahluz zimmah (kafir zimmi) tidak boleh dipekerjakan untuk mengurus masalah kesekretarisan yang di dalamnya terkandung rahasia kaum muslim dan semua urusan penting mereka. Karena dikhawatirkan dia akan menyampaikannya kepada musuh kaum muslim dari kalangan kafir harbi. Karena itu, Allah Swt. berfirman:
{لَا
يَأْلُونَكُمْ خَبَالا وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ}
mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudaratan bagi kalian. Mereka
menyukai apa yang menyusahkan kalian. (Ali Imran: 118)
قَالَ
الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِسْرَائِيلَ، حَدَّثَنَا
هُشَيم، حَدَّثَنَا العَوَّام، عَنِ الْأَزْهَرِ بْنِ رَاشِدٍ قَالَ: كَانُوا
يَأْتُونَ أنَسًا، فَإِذَا حَدَّثهم بِحَدِيثٍ لَا يَدْرُونَ مَا هُوَ، أتَوا
الْحَسَنَ -يَعْنِي الْبَصْرِيَّ-فَيُفَسِّرُهُ لَهُمْ. قَالَ: فحدَّث ذَاتَ يَوْمٍ
عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قال: "لا تَسْتَضِيؤوا
بِنَارِ الْمُشْرِكِينَ، وَلَا تَنْقُشُوا فِي خَوَاتِيمِكُمْ عَرَبيا فَلَمْ
يَدْرُوا مَا هُوَ، فَأَتَوُا الْحَسَنَ فَقَالُوا لَهُ: إِنَّ أَنَسًا حَدّثنا
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قال: "لا تَسْتَضِيؤوا بِنَارِ الشِّركِ
وَلَا تَنْقُشُوا فِي خَوَاتِيمِكُمْ عَرَبيا فَقَالَ الْحَسَنُ: أَمَّا قَوْلُهُ:
"وَلَا تَنْقُشُوا فِي خَوَاتِيمِكُمْ عَرَبيا: مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ. وأما قوله: "لا تَسْتَضِيؤوا بِنَارِ الشِّركِ" يَقُولُ: لَا
تَسْتَشِيرُوا الْمُشْرِكِينَ فِي أُمُورِكُمْ. ثُمَّ قَالَ الْحَسَنُ: تَصْدِيقُ
ذَلِكَ فِي كِتَابِ اللَّهِ: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا
بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ}
Al-Hafiz Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu
Israil, telah menceritakan kepada kami Hasyim, telah menceritakan kepada kami
Al-Awwam, dari Al-Azhar ibnu Rasyid yang menceritakan bahwa mereka datang kepada
Anas, ternyata Anas menceritakan sebuah hadis yang maknanya tidak dimengerti
oleh mereka. Lalu mereka datang kepada Al-Hasan (Al-Basri). Maka Al-Hasan
menafsirkan makna hadis ini kepada mereka, yang kisahnya seperti berikut. Pada
suatu hari Anas menceritakan sebuah hadis dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
Janganlah kalian meminta penerangan dari api kaum musyrik dan janganlah
kalian mengukir lafaz Arab dalam khatimah (cap) kalian. Mereka tidak
mengerti apa yang dimaksud oleh hadis tersebut. Lalu mereka datang kepada
Al-Hasan dan bertanya kepadanya bahwa Anas pernah menceritakan sebuah hadis
kepada mereka, yaitu sabda Rasulullah Saw.: Janganlah kalian mengambil
penerangan dari api kaum musyrik dan jangan pula kalian mengukir pada cap kalian
lafaz Arab. Maka Al-Hasan mengatakan, yang dimaksud dengan sabda Nabi Saw.
yang mengatakan, "Janganlah kalian mengukir lafaz Arab pada cap kalian," ialah
lafaz Muhammad Saw. Dan yang dimaksud dengan sabda Nabi Saw. yang mengatakan,
"Janganlah kalian mengambil penerangan dari api orang-orang musyrik," ialah
janganlah kalian meminta saran dari orang-orang musyrik dalam urusan-urusan
kalian. Kemudian Al-Hasan mengatakan bahwa hal yang membenarkan pengertian ini
berada di dalam Kitabullah, yaitu melalui firman-Nya: Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kalian ambil menjadi teman kepercayaan kalian orang-orang
yang di luar kalangan kalian. (Ali Imran: 118)Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu Ya'la rahimahullah. Hal ini telah diriwayatkan pula oleh Imam Nasai, dari Mujahid ibnu Musa, dari Hasyim. Imam Ahmad meriwayatkannya dari Hasyim dengan sanad yang semisal, tetapi tanpa disebutkan tafsir Al-Hasan Al-Basri. Tafsir Al-Hasan Al-Basri ini masih perlu dipertimbangkan, mengingat makna hadis sudah jelas: Janganlah kalian mengukir lafaz Arab pada cap kalian.
Dengan kata lain, janganlah kalian mengukir tulisan Arab pada cap kalian, agar tidak serupa dengan ukiran yang ada pada cap milik Nabi Saw., karena sesungguhnya pada cap Nabi Saw. diukirkan kalimat "Muhammadur Rasulullah".
Untuk itu disebutkan di dalam sebuah hadis sahih bahwa Nabi Saw. melarang seseorang membuat ukiran seperti ukiran milik beliau Saw.
Makna mengambil penerangan dari api kaum musyrik ialah 'janganlah kalian (kaum muslim) bertempat tinggal dekat dengan mereka, yang membuat kalian berada bersama di negeri mereka; melainkan menjauhlah kalian dan berhijrahlah dari negeri mereka'. Karena itu, Imam Abu Daud pernah meriwayatkan sebuah hadis yang mengatakan, "Janganlah api keduanya saling kelihatan." Di dalam hadis yang lain disebutkan:
«مَنْ
جَامَعَ الْمُشْرِكَ أَوْ سَكَنَ مَعَهُ فَهُوَ مِثْلُهُ»
Barang siapa yang bergabung dengan orang musyrik atau bertempat tinggal
bersamanya, maka dia semisal dengannya.Dengan demikian, berarti menginterprestasikan makna hadis seperti apa yang dikatakan oleh Al-Hasan rahimahullah serta mengambil dalil ayat ini untuk memperkuatnya masih perlu dipertimbangkan kebenarannya.
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
قَدْ
بَدَتِ الْبَغْضاءُ مِنْ أَفْواهِهِمْ وَما تُخْفِي صُدُورُهُمْ
أَكْبَرُ
Telah nyata kebencian dari mulut mereka dan apa yang disembunyikan oleh
hati mereka adalah lebih besar lagi. (Ali Imran: 118)Yakni sesungguhnya terbaca pada roman wajah dan lisan mereka ungkapan permusuhan mereka terhadap kaum mukmin, selain dari apa yang tersimpan di dalam hati mereka, yaitu kebencian yang sangat kepada agama Islam dan para pemeluknya. Hal itu mudah dibaca oleh orang yang jeli lagi cerdik. Karena itu, dalam firman selanjutnya disebutkan:
{قَدْ
بَيَّنَّا لَكُمُ الآيَاتِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ}
Sungguh telah Kami terangkan kepada kalian ayat-ayat (Kami) jika kalian
memahaminya. (Ali Imran: 118)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
هَا
أَنْتُمْ أُولاءِ تُحِبُّونَهُمْ وَلا يُحِبُّونَكُمْ
Begitulah kalian, kalian menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai
kalian. (Ali Imran: 119)Yakni kalian, hai orang-orang mukmin, menyukai orang-orang munafik karena apa yang mereka lahirkan kepada kalian berupa iman. Oleh sebab itu, kalian menyukai mereka, padahal baik batin maupun lahirnya mereka sama sekali tidak menyukai kalian.
وَتُؤْمِنُونَ
بِالْكِتابِ كُلِّهِ
dan kalian beriman kepada kitab-kitab semuanya. (Ali Imran: 119)Maksudnya, pada kalian tiada rasa bimbang dan ragu terhadap suatu kitab pun; sedangkan diri mereka (orang-orang munafik) diliputi oleh keraguan, kebimbangan, dan kebingungan terhadapnya.
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Abu Muhammad, dari Ikrimah atau Said ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: dan kalian beriman kepada kitab-kitab semuanya. (Ali Imran: 119) Yakni iman kepada kitab kalian dan kitab-kitab mereka, serta kitab-kitab lainnya sebelum mereka, sedangkan mereka kafir kepada kitab kalian. Karena itu, sebenarnya kalian lebih berhak membenci mereka daripada mereka membenci kalian. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir.
*******************
وَإِذا
لَقُوكُمْ قالُوا آمَنَّا وَإِذا خَلَوْا عَضُّوا عَلَيْكُمُ الْأَنامِلَ مِنَ
الْغَيْظِ
Apabila mereka menjumpai kalian, mereka berkata, "Kami beriman," dan
apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari lantaran marah bercampur
benci terhadap kalian. (Ali Imran: 119)Al-anamil adalah ujung-ujung jari. Demikianlah menurut Qatadah.
Seorang penyair mengatakan:
أوَدُّ
كَمَا مَا بَلّ حَلْقِيَ ريقَتى ...
وَمَا حَمَلَتْ كَفَّايَ أنْمُلي العَشْرا
dan apa yang dikandung oleh kedua
telapak tanganku, yaitu ujung-ujung jariku yang sepuluh buah.
Ibnu Mas'ud, As-Saddi, dan Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan bahwa
al-anamil artinya jari-jari tangan.Demikianlah sikap orang-orang munafik. Mereka menampakkan kepada orang-orang mukmin iman dan kesukaan mereka kepada orang-orang mukmin, padahal di dalam batin mereka memendam perasaan yang bertentangan dengan semuanya itu dari segala seginya. Sebagaimana yang disebutkan oleh Allah di dalam firman-Nya:
{وَإِذَا
خَلَوْا عَضُّوا عَلَيْكُمُ الأنَامِلَ مِنَ الْغَيْظِ}
dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari lantaran marah
bercampur benci terhadap kalian. (Ali Imran: 119)Sikap demikian menunjukkan kebencian dan kemarahan mereka yang sangat, sehingga di dalam firman berikutnya disebutkan:
{قُلْ
مُوتُوا بِغَيْظِكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ}
Katakanlah (kepada mereka), "Matilah kalian karena kemarahan kalian
itu." Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati. (Ali
Imran: 119)Yakni betapapun kalian dengki terhadap kaum mukmin karena iman kaum mukmin yang hal tersebut membuat kalian memendam rasa amarah terhadap mereka. Ketahuilah bahwa Allah pasti menyempurnakan nikmat-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin, dan Dia pasti menyempumakan agama-Nya, meninggikan kalimah-Nya, dan memenangkan agama-Nya. Maka matilah kalian dengan amarah kalian itu.
{إِنَّ
اللَّهَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ}
Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati. (Ali Imran: 119)Artinya, Dia Maha Mengetahui semua yang tersimpan dan disembunyikan di dalam hati kalian berupa kemarahan, kedengkian, dan rasa jengkel terhadap kaum mukmin. Dia pasti akan membalas kalian di dunia ini, yaitu dengan memperlihatkan kepada kalian apa yang bertentangan dengan hal-hal yang kalian harapkan. Sedangkan di akhirat nanti Allah akan membalas kalian dengan azab yang keras di dalam neraka yang menjadi tempat tinggal abadi kalian; kalian tidak dapat keluar darinya, dan tidak dapat pula menyelamatkan diri darinya.
*******************
Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
{إِنْ
تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَإِنْ تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَفْرَحُوا
بِهَا}
Jika kalian memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati; tetapi jika
kalian mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. (Ali Imran: 120)Keadaan ini menunjukkan kerasnya permusuhan mereka terhadap kaum mukmin. Yaitu apabila kaum mukmin mendapat kemakmuran, kemenangan, dukungan, dan bertambah banyak bilangannya serta para penolongnya berjaya, maka hal tersebut membuat susah hati orang-orang munafik. Tetapi jika kaum muslim tertimpa paceklik atau dikalahkan oleh musuh-musuhnya, hal ini merupakan hikmah dari Allah. Seperti yang terjadi dalam Perang Uhud, orang-orang munafik merasa gembira akan hal tersebut.
*******************
Selanjutnya Allah Swt. berfirman, ditujukan kepada orang-orang mukmin:
{وَإِنْ
تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا }
Jika kalian bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun
tidak mendatangkan kemudaratan kepada kalian. (Ali Imran: 120), hingga akhir
ayat.Allah Swt. memberikan petunjuk kepada kaum mukmin jalan keselamatan dari kejahatan orang-orang yang jahat dan tipu muslihat orang-orang yang zalim, yaitu dengan cara bersabar dan bertakwa serta bertawakal kepada Allah Yang Maha Meliputi musuh-musuh mereka. Maka tidak ada daya dan tidak ada upaya bagi kaum mukmin kecuali dengan pertolongan Allah. Karena Allah-Iah semua apa yang dikehendaki-Nya terjadi, sedangkan semua yang tidak dikehendaki-Nya niscaya tidak akan terjadi. Tiada sesuatu pun yang lahir dalam alam wujud ini kecuali berdasarkan takdir dan kehendak Allah Swt. Barang siapa bertawakal kepada-Nya, niscaya Dia memberinya kecukupan.
Kemudian Allah Swt. menyebutkan kisah Perang Uhud dan segala sesuatu yang terjadi di dalamnya sebagai ujian buat hamba-hamba-Nya yang mukmin, sekaligus untuk membedakan antara orang-orang yang mukmin dengan orang-orang munafik, dan keterangan mengenai kepahitan yang dialami oleh orang-orang yang bersabar.
وَإِذْ
غَدَوْتَ مِنْ أَهْلِكَ تُبَوِّئُ الْمُؤْمِنِينَ مَقاعِدَ لِلْقِتالِ وَاللَّهُ
سَمِيعٌ عَلِيمٌ (121) إِذْ هَمَّتْ طائِفَتانِ مِنْكُمْ أَنْ تَفْشَلا وَاللَّهُ
وَلِيُّهُما وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ (122) وَلَقَدْ
نَصَرَكُمُ اللَّهُ بِبَدْرٍ وَأَنْتُمْ أَذِلَّةٌ فَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ
تَشْكُرُونَ (123)
Dan (ingatlah) ketika kamu berangkat pada
pagi hari dan (rumah) keluargamu akan menempatkan para mukmin pada beberapa
tempat untuk berperang. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengelahui, ketika
dua golongan dari kalian ingin (mundur) karena takut, padahal Allah adalah
penolong bagi kedua golongan itu. Karena itu, hendaklah kepada Allah saja
orang-orang mukmin berlawakal. Sungguh Allah telah menolong kalian dalam
peperangan Badar, padahal kalian (saat itu) adalah orang-orang yang lemah.
Karena itu, bertakwalah kepada Allah, supaya kalian mensyukuri.Peperangan yang disebutkan di dalam ayat ini menurut pendapat jumhur ulama adalah Perang Uhud. Demikianlah menurut Ibnu Abbas, Al-Hasan, Qatadah, As-Saddi, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang.
Diriwayatkan dari Al-Hasan Al-Basri bahwa peperangan yang disebut dalam ayat ini adalah Perang Ahzab. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir, tetapi pendapat ini garib dan tidak dapat dijadikan sebagai rujukan.
Perang Uhud terjadi pada hari Sabtu, bulan Syawwal, tahun ketiga Hijriah. Menurut Qatadah, terjadi pada tanggal sebelas bulan Syawwal. Sedangkan menurut Ikrirnah, Perang Uhud terjadi pada hari Sabtu pertengahan bulan Syawwal.
Penyebab utama meletusnya Perang Uhud ialah setelah banyaknya orang-orang terhormat kaum musyrik yang terbunuh dalam Perang Badar, sedangkan kafilah perniagaan mereka yang dipimpin oleh Abu Sufyan selamat dengan membawa keuntungan yang banyak. Maka anak-anak orang-orang yang gugur dalam Perang Badar dan pemimpin-pemimpin lainnya yang masih hidup berkata kepada Abu Sufyan, "Aku menunggu-nunggu hasil perniagaan ini untuk memerangi Muhammad, maka belanjakanlah oleh kalian untuk tujuan tersebut!"
Kemudian mereka menghimpun semua golongan dan orang-orang Habsyah, lalu mereka berangkat dengan pasukan yang terdiri atas tiga ribu personel, hingga mereka turun istirahat di suatu tempat dekat Bukit Uhud yang menghadap ke arah kota Madinah.
Rasulullah Saw. salat pada hari Jumat. Setelah selesai dari salat Jumatnya, maka beliau menyalati seorang lelaki dari kalangan Bani Najjar yang dikenal dengan nama Malik ibnu Amr (yakni menyalati jenazahnya). Lalu Rasulullah Saw. melakukan musyawarah dengan orang-orang untuk mengambil keputusan, apakah beliau berangkat menghadapi mereka ataukah tetap tinggal di Madinah menunggu penyerangan mereka.
Lalu Abdullah ibnu Ubay mengemukakan pendapatnya, bahwa sebaiknya tetap tinggal di Madinah. Jika mereka (pasukan kaum musyrik) menunggu kedatangan pasukan kaum muslim, berarti mereka menunggu yang tak kunjung tiba. Jika mereka memasuki Madinah, mereka akan dihadapi oleh kaum laki-lakinya dan akan dilempari oleh kaum wanita dan anak-anak dengan batu-batuan dari atas mereka. Jika mereka kembali, niscaya mereka kembali dalam keadaan kecewa.
Orang-orang lain dari kalangan sahabat yang tidak ikut dalam Perang Badar mengisyaratkan untuk berangkat menghadapi mereka.
Lalu Rasulullah Saw. masuk dan memakai baju besinya, kemudian keluar menemui mereka; sedangkan sebagian dari kalangan mereka merasa menyesal, dan mengatakan, "Barangkali kami memaksa Rasulullah Saw." Lalu mereka berkata, "Wahai Rasulullah, jika engkau suka untuk tetap tinggal, kami setuju." Maka Rasulullah Saw. menjawab:
«مَا
يَنْبَغِي لِنَبِيٍّ إِذَا لَبِسَ لَأْمَتَهُ أَنْ يَرْجِعَ حَتَّى يَحْكُمَ الله
له»
Tidak layak bagi seorang nabi, bila telah memakai baju besinya mundur
kembali, sebelum Allah memberikan keputusan baginya.Lalu Rasulullah Saw. berangkat bersama seribu orang sahabatnya. Ketika mereka berada di Asy-Syaut, maka kembalilah Abdullah ibnu Ubay dengan sepertiga pasukan dalam keadaan marah karena pendapatnya tidak dipakai. Lalu dia dan teman-temannya berkata, "Sekiranya kami mengetahui pada hari ini akan terjadi peperangan, pastilah kami akan mengikuti kalian. Tetapi kami tidak menduga bahwa kalian akan berperang (sehingga kami tidak membuat persiapan)."
Rasulullah Saw. melanjutkan perjalanannya hingga turun istirahat di lereng Bukit Uhud, yaitu pada lembahnya. Dan beliau menjadikan posisi punggungnya —juga pasukannya— membelakangi Bukit Uhud. Lalu beliau bersabda:
«لَا
يُقَاتِلَنَّ أَحَدٌ حَتَّى نَأْمُرَهُ بِالْقِتَالِ»
Jangan sekali-kali seseorang memulai berperang sebelum kami
memerintahkannya untuk perang.Rasulullah Saw. mengatur barisannya untuk menghadapi peperangan, jumlah pasukan beliau terdiri atas tujuh ratus orang sahabatnya. Beliau Saw. mengangkat Abdullah ibnu Jubair (saudara lelaki Bani Amr ibnu Auf) untuk memimpin pasukan pemanah. Saat itu pasukan pemanah terdiri atas lima puluh personel, lalu beliau Saw. bersabda kepada mereka:
«انْضَحُوا
الْخَيْلَ عَنَّا وَلَا نُؤْتَيَنَّ مِنْ قِبَلِكُمْ وَالْزَمُوا مَكَانَكُمْ إِنْ
كَانَتِ النَّوْبَةُ لَنَا أَوْ عَلَيْنَا، وَإِنْ رَأَيْتُمُونَا تَخَطَّفُنَا
الطَّيْرُ فَلَا تَبْرَحُوا مَكَانَكُمْ»
Bendunglah pasukan berkuda (musuh) dari kami (dengan anak panah kalian),
dan jangan sekali-kali kalian biarkan kami diserang dari belakang. Dan tetaplah
kalian pada posisi kalian, baik kami mengalami kemenangan alau kami terpukul
mundur; dan sekalipun kalian melihat kami disambar oleh burung-burung, maka
janganlah kalian meninggalkan posisi kalian.Rasulullah Saw. muncul dengan memakai dua lapis baju besi, dan memberikan panji kepada Mus'ab ibnu Umair (saudara lelaki Bani Abdud Dar). Pada hari itu Rasulullah Saw. memperbolehkan ikut berperang sebagian anak remaja dan menangguhkan sebagian yang lainnya, hingga beliau memperbolehkan mereka ikut semua dalam Perang Khandaq sesudah kejadian tersebut, yakni kurang lebih dua tahun kemudian.
Pasukan Quraisy yang terdiri atas tiga ribu personel yang antara lain terdiri atas seratus orang pasukan berkuda yang posisinya agak dijauhkan dari medan perang. Mereka menjadikan pasukan sayap kanan berkuda di bawah pimpinan Khalid ibnul Walid, sedangkan pada sayap kirinya di bawah pimpinan Ikrimah ibnu Abu Jahal, lalu mereka menyerahkan panjinya kepada Bani Abdud Dar.
Kemudian mengenai hal yang terjadi di antara kedua belah pihak, Insya Allah akan diterangkan pada tempatnya.
*******************
Allah Swt. berfirman:
{وَإِذْ
غَدَوْتَ مِنْ أَهْلِكَ تُبَوِّئُ الْمُؤْمِنِينَ مَقَاعِدَ
لِلْقِتَالِ}
Dan (ingatlah) ketika kamu berangkat pada pagi hari dari (rumah)
keluargamu akan menempatkan para mukmin pada beberapa tempat untuk
berperang. (Ali Imran: 121)Yakni kamu atur mereka pada posisinya masing-masing, ada yang di sayap kanan dan ada pula yang di sayap kiri, serta posisi yang lainnya menurut perintahmu.
{وَاللَّهُ
سَمِيعٌ عَلِيمٌ}
Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Ali Imran: 121)Yaitu Maha mendengar semua apa yang kalian katakan, dan Maha Mengetahui semua isi hati kalian.
Ibnu Jarir sehubungan dengan pembahasan ini mengajukan sebuah pertanyaan yang kesimpulannya mengatakan: Mengapa kamu mengatakan bahwa sesungguhnya Nabi Saw. berangkat ke medan Perang Uhud pada hari Jumat, yaitu sesudah menunaikan salat Jumat. Padahal Allah Swt. telah berfirman: Dan (ingatlah) ketika kamu berangkat pada pagi hari dari (rumah) keluargamu akan menempatkan para mukmin pada beberapa tempat untuk berperang. (Ali Imran: 121), hingga akhir ayat. Kemudian jawaban yang dikemukakan darinya menyatakan bahwa keberangkatan Nabi Saw. pada pagi harinya untuk menempatkan mereka pada posisinya masing-masing, tiada lain hal tersebul terjadi pada hari Sabtu pada permulaan siang hari.
*******************
Firman Allah Swt.:
إِذْ
هَمَّتْ طائِفَتانِ مِنْكُمْ أَنْ تَفْشَلا
ketika dua golongan dari kalian ingin (mundur) karena takut. (Ali
Imran: 122)Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami Sufyan yang mengatakan, Umar pernah bercerita bahwa ia pernah mendengar Jabir ibnu Abdullah mengatakan sehubungan firman-Nya: ketika dua golongan dari kalian ingin (mundur) karena takut. (Ali Imran: 122), hingga akhir ayat. Bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan kami. Jabir ibnu Abdullah mengatakan, "Kamilah yang dimaksud dengan dua golongan tersebut, yaitu Bani Harisah dan Bani Salamah. Kami sama sekali tidak senang —terkadang Sufyan mengatakan— dan kami sama sekali tidak gembira bila ayat ini tidak diturunkan, karena pada firman selanjutnya disebutkan: 'padahal Allah adalah penolong bagi kedua golongan itu (Ali Imran: 122)."
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Muslim melalui hadis Sufyan ibnu Uyaynah dengan lafaz yang sama. Demikian pula apa yang dikatakan oleh yang lainnya yang bukan hanya seorang, bahwa mereka yang dua golongan itu adalah Bani Harisah dan Bani Samalah.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَلَقَدْ
نَصَرَكُمُ اللَّهُ بِبَدْرٍ
Sungguh Allah telah menolong kalian dalam peperangan Badar. (Ali
Imran: 123)Perang Badar terjadi pada hari Jumat, tanggal tujuh belas, bulan Ramadan, tahun kedua Hijriah. Hari itu merupakan hari pemisah antara kebenaran dan kebatilan. Pada hari itulah Allah memenangkan Islam dan para pemeluknya, membungkam kemusyrikan dan menghancurkan semua sarana dan golongannya. Padahal saat itu bilangan pasukan kaum muslim sedikit, mereka hanya terdiri atas tiga ratus tiga belas personel; dua orang di antara mereka berkuda dan tujuh puluh orang berunta, sedangkan yang lainnya adalah pasukan jalan kaki. Mereka tidak memiliki semua senjata dan perlengkapan yang diperlukan.
Pasukan musuh pada hari itu terdiri atas kurang lebih antara sembilan ratus sampai seribu personel. Semuanya memakai baju besi, bertopi baja disertai dengan senjata lengkap dan kuda-kuda yang terlatih dengan semua perhiasan yang berlebih-lebihan.
Kemudian Allah memenangkan Rasul-Nya dan menampakkan wahyu serta bala tentara yang diturunkan-Nya, dan membuat wajah Nabi serta bala tentaranya putih berseri. Allah membuat setan serta bala tentaranya terhina. Karena itulah Allah Swt. berfirman seraya menyebutkan anugerah-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin dan bala tentara-Nya yang bertakwa:
{وَلَقَدْ
نَصَرَكُمُ اللَّهُ بِبَدْرٍ وَأَنْتُمْ أَذِلَّةٌ}
Sungguh Allah telah menolong kalian dalam peperangan Badar, padahal kalian
adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. (Ali Imran: 123)Yang dimaksud dengan adzillah ialah jumlah pasukan kaum muslim sedikit. Allah sengaja berbuat demikian kepada kalian agar kalian mengetahui bahwa kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah, bukan karena banyaknya pasukan dan persenjataan. Karena itu, dalam ayat yang lain disebut melalui firman-Nya:
وَيَوْمَ
حُنَيْنٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئاً- إلى-
غَفُورٌ رَحِيمٌ
dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kalian menjadi congkak
karena banyaknya jumlah kalian, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi
manfaat kepada kalian sedikit pun. (At-Taubah: 25) sampai dengan firman-Nya:
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (At-Taubah: 27)Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Sammak yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Iyad Al-Asy'ari menceritakan asar berikut: Bahwa ia ikut dalam Perang Yarmuk yang saat itu kami dipimpin oleh lima orang panglima, yaitu Abu Ubaidah, Yazid ibnu Abu Sufyan, Ibnu Hasanah, dan Khalid ibnul Walid serta Iyad. Iyad yang menjadi panglima ini bukan Iyad yang menceritakan asar dari Sammak. Umar r.a. berpesan, "Apabila perang terjadi, kalian harus mengangkat Abu Ubaidah menjadi panglima (kalian)." Maka kami menulis surat kepada Abu Ubaidah yang isinya menyatakan bahwa maut sedang menggerogoti kami, dan kami minta bantuan kepadanya. Lalu Abu Ubaidah menulis surat kepada kami yang isinya menyatakan, "Sesungguhnya surat kalian telah kuterima yang isinya meminta bantuan kepadaku, dan sesungguhnya sekarang aku tunjukkan kalian kepada yang lebih kuat bantuan dan pertolongannya. Dia adalah Allah Swt., maka minta tolonglah kalian kepada-Nya. Karena sesungguhnya Muhammad Saw. pernah ditolong-Nya dalam Perang Badar, padahal bilangan pasukan beliau lebih sedikit daripada jumlah kalian sekarang. Karena itu, apabila suratku ini datang kepada kalian, maka perangilah mereka dan janganlah kalian meminta pendapat dariku lagi." Akhirnya kami berperang menghadapi orang-orang kafir, dan kami dapat memukul mereka mundur sejauh empat farsakh. Dalam perang tersebut kami memperoleh banyak harta ganimah. Kami bermusyawarah untuk pembagiannya, maka Iyad mengisyaratkan kepada kami agar kami memberi sebanyak sepuluh kepada tiap yang berkepala. Abu Ubaidah berkata, "Siapakah yang mau bertaruh denganku (dalam balapan kuda)?" Ada seorang pemuda berkata, "Aku, jika engkau tidak marah." Ternyata pemuda itu dapat menyusulnya. Aku melihat kedua kepangan rambut Abu Ubaidah awut-awutan, sedangkan Abu Ubaidah berada di belakang pemuda itu dengan mengendarai kuda Arab.
Sanad asar ini sahih. Ibnu Hibban mengetengahkannya di dalam kitab sahihnya melalui hadis Bandar, dari Gundar dengan lafaz yang semisal. Asar ini dipilih oleh Al-Hafiz Ad-Diya Al-Maqdisi di dalam kitabnya.
Badar adalah nama sebuah tempat yang terletak di antara Mekah dan Madinah, terkenal dengan sumurnya. Nama tempat (kampung) ini dikaitkan dengan nama seorang lelaki yang mula-mula menggali sumur tersebut, nama lelaki yang dimaksud adalah Badar ibnun Narain.
Asy-Sya'bi mengatakan bahwa Badar adalah nama sebuah sumur milik seorang lelaki yang dikenal dengan sebutan 'Badar'
*******************
Firman Allah Swt.:
فَاتَّقُوا
اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Karena itu, bertakwalah kepada Allah, supaya kalian
men-syukuri-Nya. (Ali Imran: 123)Yakni agar kalian dapat mengerjakan ketaatan kepada-Nya.
إِذْ
تَقُولُ لِلْمُؤْمِنِينَ أَلَنْ يَكْفِيَكُمْ أَنْ يُمِدَّكُمْ رَبُّكُمْ
بِثَلاثَةِ آلافٍ مِنَ الْمَلائِكَةِ مُنْزَلِينَ (124) بَلى إِنْ تَصْبِرُوا
وَتَتَّقُوا وَيَأْتُوكُمْ مِنْ فَوْرِهِمْ هَذَا يُمْدِدْكُمْ رَبُّكُمْ
بِخَمْسَةِ آلافٍ مِنَ الْمَلائِكَةِ مُسَوِّمِينَ (125) وَما جَعَلَهُ اللَّهُ
إِلاَّ بُشْرى لَكُمْ وَلِتَطْمَئِنَّ قُلُوبُكُمْ بِهِ وَمَا النَّصْرُ إِلاَّ
مِنْ عِنْدِ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ (126) لِيَقْطَعَ طَرَفاً مِنَ
الَّذِينَ كَفَرُوا أَوْ يَكْبِتَهُمْ فَيَنْقَلِبُوا خائِبِينَ (127) لَيْسَ لَكَ
مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَإِنَّهُمْ
ظالِمُونَ (128) وَلِلَّهِ
مَا فِي السَّماواتِ وَما فِي الْأَرْضِ يَغْفِرُ لِمَنْ يَشاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ
يَشاءُ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (129)
(Ingatlah) ketika kamu mengatakan kepada
orang-orang mukmin, "Apakah tidak cukup bagi kalian Allah membantu kalian dengan
tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?" Ya (cukup), jika kalian
bersabar dan bertakwa dan mereka datang menyerang kalian dengan seketika itu
juga, niscaya Allah menolong kalian dengan lima ribu malaikat yang memakai
tanda. Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai
kabar gembira bagi (kemenangan) kalian, dan agar tenteram hati kalian karenanya.
Dan kemenangan kalian itu hanyalah dari Allah Yang Mahaperkasa lagi
Maha-bijaksana. (Allah menolong kalian dalam Perang Badar dan memberi bala
bantuan itu) untuk membinasakan segolongan orang-orang yang kafir, atau untuk
menjadikan mereka hina, lalu mereka kembali dengan tidak memperoleh apa-apa. Tak
ada sedikit pun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima
tobat mereka, atau mengazab mereka, karena sesungguhnya mereka itu orang-orang
yang zalim. Kepunyaan Allah apa yang ada di langit dan yang ada di bumi. Dia
memberi ampun kepada siapa yang Dia kehendaki; Dia menyiksa siapa yang Dia
kehendaki; dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.Ulama tafsir berselisih pendapat sehubungan dengan janji ini, apakah hal tersebut terjadi dalam Perang Badar atau dalam Perang Uhud? Ada dua pendapat mengenainya.
Pertama mengatakan bahwa firman-Nya: ketika kamu mengatakan kepada orang-orang mukmin. (Ali Imran: 124) berkaitan dengan firman-Nya: Sungguh Allah telah menolong kalian dalam peperangan Badar. (Ali Imran: 123)
Pendapat ini bersumber dari Al-Hasan Al-Basri, Amir Asy-Sya'bi, dan Ar-Rabi' ibnu Anas serta selain mereka. Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir.
Abbad ibnu Mansur meriwayatkan dari Al-Hasan Al-Basri sehubungan dengan firman-Nya: (Ingatlah) ketika kamu mengatakan kepada orang-orang mukmin, "Apakah tidak cukup bagi kalian Allah membantu kalian dengan tiga ribu malaikat?" (Ali Imran: 124) Yang disebut dalam ayat ini terjadi dalam Perang Badar.
Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.
Selanjutnya Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Wuhaib, telah menceritakan kepada kami Daud, dari Amir (yakni Asy-Sya'bi), bahwa kaum muslim mendengar berita menjelang Perang Badar, bahwa Kurz ibnu Jarir memberikan bantuan kepada pasukan kaum musyrik. Hal tersebut membuat pasukan kaum muslim merasa berat. Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Apakah tidak cukup bagi kalian Allah membantu kalian dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)? (Ali Imran: 124) sampai dengan firman-Nya: yang memakai tanda. (Ali Imran: 125) Asy-Sya'bi melanjutkan kisahnya, bahwa lalu sampailah kepada Kurz kekalahan yang diderita pasukan kaum musyrik. Maka Kurz tidak jadi membantu pasukan kaum musyrik, dan Allah tidak lagi membantu pasukan kaum muslim dengan lima ribu malaikat.
Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan bahwa Allah membantu pasukan kaum muslim dengan seribu malaikat, kemudian bantuan menjadi tiga ribu malaikat, lalu ditambah lagi menjadi lima ribu malaikat.
Apabila dikatakan, bagaimanakah menggabungkan pengertian antara makna ayat ini dengan pendapat tersebut, juga dengan firman Allah Swt. dalam kisah Perang Badar, yaitu:
إِذْ
تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجابَ لَكُمْ أَنِّي مُمِدُّكُمْ بِأَلْفٍ مِنَ
الْمَلائِكَةِ مُرْدِفِينَ- إلى قوله- إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ
حَكِيمٌ
(Ingatlah) ketika kalian memohon pertolongan kepada Tuhan kalian, lalu
diperkenankan-Nya bagi kalian, "Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan
kepada kalian dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut." (Al-Anfal:
9) sampai dengan firman-Nya: Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi
Mahabijaksana. (Al-Anfal: 10)Maka sebagai jawabannya dapat dikatakan bahwa penyebutan seribu malaikat dalam ayat ini tidak bertentangan dengan jumlah tiga ribu dan yang lebih banyak lagi, karena berdasarkan nas firman-Nya yang mengatakan:
{مُردِفِينَ}
berturut-turut. (Al-Anfal: 9)Yakni kedatangan mereka diiringi dengan yang lainnya, dan ribuan malaikat lainnya menyusul mereka yang seribu itu secara berturut-turut. Ungkapan ini mirip dengan ungkapan yang ada di dalam ayat surat Ali Imran.
Yang jelas hal tersebut terjadi dalam Perang Badar, seperti yang dikenal bahwa para malaikat ikut perang hanya dalam peperangan Badar.
Sa'id ibnu Abu Arubah mengatakan bahwa pasukan kaum muslim mendapat bala bantuan lima ribu malaikat dalam Perang Badar.
Pendapat yang kedua mengatakan bahwa sesungguhnya janji ini berkaitan dengan firman-Nya:
وَإِذْ
غَدَوْتَ مِنْ أَهْلِكَ تُبَوِّئُ الْمُؤْمِنِينَ مَقاعِدَ
لِلْقِتالِ
Dan (ingatlah) ketika kamu berangkat pada pagi hari dari (rumah)
keluargamu akan menempaikan para mukmin pada beberapa tempat untuk
berperang. (Ali Imran: 121)Hal tersebut terjadi dalam Perang Uhud.
Demikianlah pendapat Mujahid, Ikrimah, Ad-Dahhak, Az-Zuhri, dan Musa ibnu Uqbah serta lain-lainnya.
Tetapi mereka mengatakan bahwa bala bantuan lima ribu malaikat belum terlaksana karena pasukan kaum muslim keburu lari pada hari itu (yakni mundur).
Ikrimah menambahkan, dan tidak pula dengan tiga ribu malaikat, karena berdasarkan kepada firman-Nya:
{بَلَى
إِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا}
Ya (cukup), jika kalian bersabar dan bertakwa. (Ali Imran: 125)Tetapi ternyata mereka tidak bersabar, bahkan lari dari medan perang. Karena itu, mereka tidak diberi pertolongan dengan seorang malaikat pun.
*******************
Firman Allah Swt.:
بَلى
إِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا
Ya (cukup), jika kalian bersabar dan bertakwa. (Ali Imran: 125)Maksudnya, jika kalian bersabar dalam menghadapi musuh kalian dan kalian bertakwa kepada-Ku serta taat kepada perintah-Ku.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَيَأْتُوكُمْ
مِنْ فَوْرِهِمْ هَذَا
dan mereka datang menyerang kalian dengan seketika itu juga. (Ali
Imran: 125)Menurut Qatadah, Al-Hasan, dan Ar-Rabi' ibnu Anas serta As-Saddi disebutkan bahwa arti min faurihim ialah dari arah mereka yang ini.
Menurut Mujahid, Ikrimah,dan Abu Saleh ialah dengan kemarahan mereka.
Menurut Ad-Dahhak, artinya dengan kemarahan mereka dan datang menyerang dari arah mereka.
Menurut Al-Aufi, dari Ibnu Abbas, disebutkan dari perjalanan mereka. Menurut pendapat yang lain, karena terdorong oleh kemarahan mereka.
*******************
Firman Allah Swt.:
يُمْدِدْكُمْ
رَبُّكُمْ بِخَمْسَةِ آلافٍ مِنَ الْمَلائِكَةِ مُسَوِّمِينَ
niscaya Allah menolong kalian dengan lima ribu malaikat yang memakai
tanda. (Ali Imran: 125)Yaitu memakai tanda khusus.
Abu Ishaq As-Subai'i meriwayatkan dari Harisah ibnu Mudarrib, dari Ali ibnu Abu Talib r.a. yang telah mengatakan bahwa tanda malaikat dalam Perang Badar ialah memakai kain bulu berwarna putih, dan tanda yang lainnya terdapat pada ubun-ubun kuda mereka. Demikian menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.
Kemudian Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, telah menceritakan kepada kami Hudbah ibnu Khalid, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Muhammad ibnu Amr ibnu Alqamah, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah r.a. sehubungan dengan ayat ini, yaitu firman-Nya: yang memakai tanda. (Ali Imran: 125), Bahwa mereka memakai tanda bulu berwarna merah.
Menurut Mujahid, makna firman-Nya: yang memakai tanda. (Ali Imran: 125), Yakni rambut kuda mereka dibuang, dan diberi tanda pada ekornya dengan kain bulu, juga pada ubun-ubun kuda mereka.
Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa para malaikat datang membantu Nabi Muhammad Saw. dengan memakai tanda kain bulu. Maka Nabi Muhammad Saw. dan para sahabatnya mengenakan tanda pula pada diri mereka dan kuda-kuda mereka seperti tanda yang dipakai oleh para malaikat.
Qatadah dan Ikrimah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: yang memakai tanda. (Ali Imran: 125), Yaitu tanda peperangan. Makhul mengatakan, "Dengan memakai tanda sorban."
Ibnu Murdawaih meriwayatkan melalui hadis Abdul Quddus ibnu Habib, dari Ata ibnu Abu Rabbah, dari ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda sehubungan dengan firman-Nya: Yang memakai tanda. (Ali Imran: 125). Yang dimaksud dengan musawwamln ialah memakai tanda, dan tersebutlah bahwa tanda yang dipakai oleh para malaikat dalam Perang Badar ialah memakai sorban hitam, sedangkan dalam Perang Hunain memakai sorban merah.
Diriwayatkan melalui hadis Husain ibnu Mukhariq, dari Sa'id, dari Al-Hakam, dari Miqsam, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa malaikat tidak ikut berperang kecuali hanya dalam peperangan Badar.
Ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan kepadaku orang yang tidak aku curigai, dari Miqsam, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa tanda pengenal malaikat pada Perang Badar ialah memakai sorban putih yang ujungnya mereka juraikan ke belakang punggung mereka. Sedangkan dalam Perang Hunain mereka memakai tanda kain sorban merah. Para malaikat belum pernah berperang dalam suatu hari pun kecuali dalam Perang Badar; mereka biasanya hanya membentuk pasukan dan bantuan, tetapi tidak ikut memukul dalam perang.
Kemudian Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Al-Hasan ibnu Imarah, dari Al-Hakam, dari Miqsam, dari Ibnu Abbas, lalu ia menyebutkan hadis yang semisal.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Ahmasi, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Urwah, dari Yahya ibnu Abbad, bahwa Az-Zubair r.a. di saat Perang Badar memakai kain sorban berwarna kuning seraya melipatkannya. Maka para malaikat turun membantu pasukan kaum muslim dengan memakai kain sorban kuning.
Ibnu Murdawaih meriwayatkannya melalui jalur Hisyam ibnu Urwah, dari ayahnya, dari Abdullah ibnuz Zubair, lalu ia mengetengahkan hadis ini.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَما
جَعَلَهُ اللَّهُ إِلَّا بُشْرى لَكُمْ وَلِتَطْمَئِنَّ قُلُوبُكُمْ
بِهِ
Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai
kabar gembira bagi (kemenangan) kalian, dan agar tenteram hati kalian
karenanya. (Ali Imran: 126)Yakni tiadalah Allah menurunkan para malaikat dan memberitahukan kepada kalian akan turunnya mereka kecuali sebagai berita gembira buat kalian, untuk menyenangkan serta menenangkan hati kalian. Jika bukan karena itu, sesungguhnya kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah; yang seandainya Dia menghendaki, niscaya Dia dapat menang atas musuh-musuh-Nya, sekalipun tanpa kalian, dan tanpa memerlukan kalian untuk memerangi mereka. Seperti yang diungkapkan oleh Allah Swt. sesudah memerintahkan kaum mukmin untuk berperang, melalui firman-Nya:
ذلِكَ
وَلَوْ يَشاءُ اللَّهُ لَانْتَصَرَ مِنْهُمْ وَلكِنْ لِيَبْلُوَا بَعْضَكُمْ
بِبَعْضٍ وَالَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَلَنْ يُضِلَّ أَعْمالَهُمْ
سَيَهْدِيهِمْ وَيُصْلِحُ بالَهُمْ وَيُدْخِلُهُمُ الْجَنَّةَ عَرَّفَها
لَهُمْ
Demikianlah, apabila Allah menghendaki, niscaya Allah akan membinasakan
mereka, tetapi Allah hendak menguji sebagian kalian dengan sebagian yang lain.
Dan orang-orang yang gugur pada jalan Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan
amal mereka. Allah akan memberi pimpinan kepada mereka dan memperbaiki keadaan
mereka, dan memasukkan mereka ke dalam surga yang telah diperkenankan-Nya kepada
mereka. (Muhammad: 4-6)Karena itu, dalam surat Ali Imran ayat 126 ini Allah Swt. berfirman:
{وَمَا
جَعَلَهُ اللَّهُ إِلا بُشْرَى لَكُمْ وَلِتَطْمَئِنَّ قُلُوبُكُمْ بِهِ وَمَا
النَّصْرُ إِلا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ}
Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai
berita gembira bagi (kemenangan) kalian, agar tenteram hati kalian karenanya.
Kemenangan kalian itu hanyalah dari Allah Yang Mahaperkasa lagi
Mahabijaksana. (Ali Imran: 126)Yakni Allah Yang mempunyai keperkasaan yang tak terperikan, dan mempunyai hikmah (kebijaksanaan) dalam takdir dan hukum-hukum-Nya.
*******************
Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
لِيَقْطَعَ
طَرَفاً مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا
untuk membinasakan segolongan orang-orang yang kafir. (Ali Imran:
127)Artinya, Allah telah memerintahkan kalian untuk berjihad dan berjuang karena di dalamnya mengandung hikmah dari berbagai seginya menurut Allah.
Karena itu, maka disebutkan semua bagian yang akan dialami oleh orang-orang kafir yang berperang melawan kaum muslim, melalui firman-Nya:
{لِيَقْطَعَ
طَرَفًا}
untuk membinasakan segolongan. (Ali Imran: 127) Yaitu untuk membinasakan suatu umat.
{مِنَ
الَّذِينَ كَفَرُوا أَوْ يَكْبِتَهُمْ أَوْ يَكْبِتَهُمْ
فَيَنْقَلِبُوا خَائِبِينَ}
Dan orang-orang yang kafir, atau menjadikan mereka hina. lalu
mereka kembali dengan tiada memperoleh apa-apa. (Ali Imran: 127)Maksudnya, mereka kembali ke tempatnya tanpa menghasilkan apa yang mereka harap-harapkan.
Kemudian Allah Swt. mengalihkan khitab-Nya yang isinya menunjukkan bahwa kekuasaan di dunia dan akhirat hanya milik Dia semata, tiada sekutu bagi-Nya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
لَيْسَ
لَكَ مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ
Tak ada sedikit pun campur tanganmu dalam urusan mereka. (Ali Imran:
128)Yakni bahkan semua urusan itu hanyalah kembali kepada-Ku. Seperti yang diungkapkan dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:
فَإِنَّما
عَلَيْكَ الْبَلاغُ وَعَلَيْنَا الْحِسابُ
karena sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, sedangkan
Kamilah yang menghisab mereka. (Ar-Ra'd: 40)
لَيْسَ
عَلَيْكَ هُداهُمْ وَلكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشاءُ
Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, tetapi Allah-lah
yang memberi petunjuk (memberi taufik) siapa yang dikehendaki-Nya.
(Al-Baqarah: 272)Serta firman-Nya:
إِنَّكَ
لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشاءُ
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu
kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya.
(Al-Qashash: 56)Muhammad ibnu Ishaq mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Tak ada sedikit pun campur tanganmu dalam urusan mereka. (Ali Imran: 128) Yakni tidak ada sedikit pun keputusanmu tentang hamba-hamba-Ku kecuali apa yang Aku perintahkan kepadamu terhadap mereka. Kemudian Allah Swt. menyebutkan bagian yang lainnya.
Untuk itu Allah Swt. berfirman:
أَوْ
يَتُوبَ عَلَيْهِمْ
atau Allah menerima tobat mereka. (Ali Imran: 128)Yakni mengampuni kekufuran mereka dengan cara memberi mereka petunjuk sesudah mereka sesat.
أَوْ
يُعَذِّبَهُمْ
atau mengazab mereka. (Ali Imran: 128)Yakni di dunia dan akhirat karena kekufuran dan dosa-dosa mereka. Karena itulah dalam penutup ayat disebutkan oleh firman-Nya:
فَإِنَّهُمْ
ظالِمُونَ
karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim. (Ali Imran:
128)Yakni mereka berhak untuk mendapatkannya.
قَالَ
الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا حِبّان بْنُ مُوسى، أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ،
أَخْبَرَنَا مَعْمَر، عَنِ الزُّهْرِيِّ، حَدَّثَنِي سَالِمٌ، عَنْ أَبِيهِ:
أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ، إِذَا
رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ فِي الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ مِنَ
الفجر
اللَّهُمَّ
الْعَنْ فُلانًا وفُلانًا" بَعْدَ مَا يَقُولُ: "سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ،
رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ" فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى {لَيْسَ لَكَ مِنَ الأمْرِ
شَيْءٌ} .
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hibban ibnu Musa,
telah menceritakan kepada kami Abdullah, telah menceritakan kepada kami Ma'mar,
dari Az-Zuhri, telah menceritakan kepadaku Salim, dari ayahnya, bahwa ia pernah
mendengar Rasulullah Saw. mengucapkan doa berikut ketika beliau mengangkat
kepalanya dari rukuk pada rakaat yang kedua dari salat Subuh: Ya Allah,
laknatilah si Fulan dan si Fulan. Nabi Saw. mengucapkan doa tersebut sesudah
membaca: Semoga Allah mendengar (memperkenankan) bagi orang yang memuji-Nya.
Ya Tuhan kami, bagi-Mulah segala puji. Maka Allah menurunkan
firman-Nya: Tak ada sedikit pun campur tanganmu dalam urusan mereka itu.
(Ali Imran: 128), hingga akhir ayat.Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Nasai melalui hadis Abdullah ibnul Mubarak dan Abdur Razzaq, keduanya menerima hadis ini dari Ma'mar dengan lafaz yang sama.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو النَّضْر، حَدَّثَنَا أَبُو عَقِيلٍ -قَالَ
أَحْمَدُ: وَهُوَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَقِيلٍ، صَالِحُ الْحَدِيثِ ثِقَةٌ-قَالَ:
حَدَّثَنَا عُمَر بْنُ حَمْزَةَ، عَنْ سَالِمٍ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "اللَّهُمَّ الْعَنْ
فَلَانَا، اللَّهُمَّ الْعَنِ الْحَارِثَ بْنَ هِشامِ، اللَّهُمَّ الْعَنْ سُهَيلَ
بنَ عَمْرو، اللَّهُمَّ الْعَنْ صَفْوانَ بْنَ أُمَيَّةَ". فَنَزَلَتْ هَذِهِ
الْآيَةُ: {لَيْسَ لَكَ مِنَ الأمْرِ شَيْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أَوْ
يُعَذِّبَهُمْ فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ} فَتِيبَ عَلَيْهِمْ
كُلِّهِمْ
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abun Nadr, telah
menceritakan kepada kami Abu Aqil (Abdullah ibnu Aqil yang hadisnya baik lagi
siqah), telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Hamzah, dari Salim, dari
ayahnya, bahwa ia telah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Ya Allah,
laknatilah si Fulan dan si Fulan. Ya Allah, laknatilah Al-Haris ibnu
Hisyam. Ya Allah, laknatilah Suhail ibnu Amr. Ya Allah, laknatilah Safwan ibnu
Umayyah. Maka turunlah ayat ini, yaitu firman-Nya: Tak ada sedikit
pun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima tobat mereka,
atau mengazab mereka, karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim.
(Ali Imran: 128) Pada akhimya Allah menerima tobat mereka semua.Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah Al-Ala-i, telah menceritakan kepada kami Khalid ibnul Haris, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ajlan, dari Nafi', dari Abdullah, bahwa Rasulullah Saw. sering mengucapkan doa untuk kebinasaan empat orang. Maka setelah itu Allah menurunkan firman-Nya: Tak ada sedikit pun campur tanganmu dalam urusan mereka itu. (Ali Imran: 128), hingga akhir ayat. Dan pada akhimya Allah memberi mereka petunjuk kepada agama Islam, maka masuk Islamlah mereka.
Imam Bukhari mengatakan bahwa Muhammad ibnu Ajlan meriwayatkan dari Nafi', dari ibnu Amr r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. melaknat (mendoakan untuk kebinasaan) beberapa orang dari kaum musyrik yang beliau sebut nama-nama mereka satu per satu, hingga Allah Swt. menurunkan ayat berikut ini: Tak ada sedikit pun campur tanganmu dalam urusan mereka itu. (Ali Imran: 128)
قَالَ
الْبُخَارِيُّ أَيْضًا: حَدّثنا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ
بْنُ سَعْد، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ المسيَّب، وَأَبِي سَلَمَةَ
بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَرَادَ أَنْ
يَدْعو عَلَى أَحَدٍ -أَوْ يَدْعُوَ لِأَحَدٍ-قَنَتَ بَعْدَ الرُّكُوعِ، وَرُبَّمَا
قَالَ -إِذَا قَالَ: "سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ-:
"اللَّهُمَّ انْجِ الْوَلِيد بْنَ الوليدِ، وسَلَمَة بْنَ هشَامٍ، وعَيَّاشَ بْنَ
أبِي رَبِيعَةَ، وَالْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الْمُؤْمِنينَ، اللَّهُمَّ اشْدُدْ
وَطْأَتَكَ عَلَى مُضَر، وَاجْعَلْهَا عَلَيْهِمْ سِنِينَ كَسَنِيِّ يُوسُفَ".
يَجْهَرُ بِذَلِكَ، وَكَانَ يَقُولُ -فِي بَعْضِ صَلَاتِهِ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ-:
"اللَّهُمَّ الْعَنْ فُلَانًا وَفُلَانًا" لِأَحْيَاءٍ مِنْ أَحْيَاءِ الْعَرَبِ،
حَتَّى أَنْزَلَ اللَّهُ {لَيْسَ لَكَ مِنَ الأمْرِ شَيْءٌ}
الْآيَةَ
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ismail,
telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Sa'd, dari Ibnu Syihab, dari Sa'id
ibnul Musayyah dan Abu Salamah ibnu Abdur Rahman, dari Abu Hurairah r.a. yang
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. bila hendak mendoakan untuk kebinasaan
seseorang atau mendoakan untuk kebaikan seseorang, beliau melakukan qunut
sesudah rukuk. Adakalanya Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa apabila beliau Saw.
usai mengucapkan doa berikut: Semoga Allah memperkenankan bagi orang yang
memuji kepada-Nya. Wahai Tuhan kami, hanya bagi-Mulah segala puji. Maka
beliau mengiringinya dengan bacaan berikut: Ya Allah, selamatkanlah Al-Walid
ibnul Walid, Salamah ibnu Hisyam, dan Iyasy ibnu Abu Rabi 'ah serta orang-orang
yang lemah dari kaum mukmin. Ya Allah, keraskanlah tekanan-Mu rerhadap Mudar;
dan jadikanlah tekanan-Mu terhadap mereka berupa paceklik seperti pacekliknya
Nabi Yusuf. Rasulullah Saw. membaca doa tersebut dengan mengeraskan
bacaannya. Tersebutlah bahwa Rasulullah Saw. dalam sebagian salat Subuh sering
mengucapkan doa berikut, yaitu: "Ya Allah, laknatilah si Fulan dan si
Fulan," ditujukan kepada beberapa kabilah dari kalangan orang-orang Arab,
hingga Allah menurunkan firman-Nya: Tidak ada sedikit pun campur tanganmu
dalam urusan mereka itu. (Ali Tmran: 128), hingga akhir ayat.
قَالَ
الْبُخَارِيُّ: قَالَ حُمَيْد وَثَابِتٌ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ: شُجّ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ أحُد، فَقَالَ: "كَيْفَ
يُفْلِحُ قُوْمٌ شَجُّوا نَبِيَّهُمْ؟ ". فَنَزَلَتْ: {لَيْسَ لَكَ مِنَ الأمْرِ
شَيْءٌ}
Imam Bukhari mengatakan bahwa Humaid ibnu Sabit meriwayatkan dari Anas ibnu
Malik, bahwa Nabi Saw. terluka pada wajahnya dalam Perang Uhud, lalu beliau
bersabda: Bagaimana memperoleh keberuntungan suatu kaum yang berani melukai
wajah nabi mereka? Maka turunlah ayat berikut, yaitu firman-Nya: Tak ada
sedikit pun campur tanganmu dalam urusan mereka itu. (Ali Imran: 128)Hadis ini sanadnya mu’alaq dalam shahih Al Bukhari.
Al Bukhari mengatakan dalam Bab "Perang Uhud":
حَدَّثَنَا
يَحْيَى بْنُ عَبْد اللَّهِ السُّلَمِيُّ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ -أَخْبَرَنَا
مَعْمَر،
عَنِ
الزُّهْرِيِّ، حَدّثَني سَالِمُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ سَمِعَ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ -إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ
مِنَ الرُّكُوعِ، فِي الرَّكْعَةِ الْأَخِيرَةِ مِنَ الْفَجْرِ-: "اللَّهُمَّ
الْعَنْ فُلَانًا وَفُلَانًا وَفُلانًا" بَعْدَ مَا يَقُولُ: "سَمِعَ اللهُ لِمَنْ
حَمِدَهُ، رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ". فَأَنْزَلَ اللَّهُ: {لَيْسَ لَكَ مِنَ
الأمْرِ شَيْءٌ} [إِلَى قَوْلِهِ: {فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ} ].
telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abdullah As-Sulami, telah
menceritakan kepada kami Abdullah, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari
Az-Zuhri, telah menceritakan kepadaku Salim ibnu Abdullah, dari ayahnya, bahwa
ia pernah mendengar Rasulullah Saw. mengucapkan doa berikut sesudah mengangkat
kepalanya dari rukuk pada rakaat terakhir dari salat Subuhnya, yaitu: Ya
Allah, laknatilah si Fulan dan si Fulan serta si Fulan. Hal ini diucapkannya
sesudah mengucapkan: Semoga Allah memperkenankan bagi orang yang memuji
kepada-Nya, wahai Tuhan kami, dan hanya bagi-Mulah segala puji. Maka Allah
Swt. menurunkan firman-Nya: Tidak ada sedikit pun campur tanganmu dalam
urusan mereka itu. (Ali Imran: 128), hingga akhir ayat.
وَعَنْ
حَنْظَلَةَ بْنِ أَبِي سُفْيَانَ قَالَ: سَمِعْتُ سَالِمَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ
قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْعُو عَلَى
صفوانَ بْنِ أمَيّة، وسُهَيل بْنِ عَمْرٍو، وَالْحَارِثِ بْنِ هِشَامٍ، فَنَزَلَتْ:
{لَيْسَ لَكَ مِنَ الأمْرِ شَيْءٌ [أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ]
فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ}
Diriwayatkan dari Hanzalah ibnu Abu Sufyan yang mengatakan bahwa ia pernah
mendengar Salim ibnu Abdullah mengatakan, "Rasulullah Saw. pernah mendoakan
kebinasaan yang ditujukan kepada Safwan ibnu Umayyah, Suhail ibnu Amr, dan
Al-Haris ibnu Hisyam. Maka turunlah ayat berikut, yaitu firman-Nya: 'Tak ada
sedikit pun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima tobat
mereka, atau mengazab mereka, karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang
zalim (Ali Imran: 128)."Demikianlah tambahan yang disebut oleh Imam Bukhari secara mu'allaqah dan mursalah. Hadis ini disebut secara musannadah lagi muttasilah dalam Musnad Imam Ahmad tadi.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا هُشَيم، حَدَّثَنَا حُمَيد، عَنْ أَنَسٍ، رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُسرَتْ
رَبَاعيتُهُ يومَ أُحدُ، وشُجَّ فِي جَبْهَتِهِ حَتَّى سَالَ الدَّمُ عَلَى
وَجْهِهِ، فَقَالَ: "كَيْفَ يُفْلِحُ قَوْمٌ فَعَلُوا هَذَا بِنَبِيِّهِمْ، وَهُوَ
يَدْعُوهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ، عَزَّ وَجَلَّ". فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى:
{لَيْسَ لَكَ مِنَ الأمْرِ شَيْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ
فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ}
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasyim, telah
menceritakan kepada kami Humaid, dari Anas r.a., bahwa gigi seri Nabi Saw.
pernah rontok dalam Perang Uhud dan wajahnya terluka, hingga darah membasahi
wajah beliau. Maka beliau bersabda: Bagaimana mendapai keberuntungan suatu
kaum yang berani melakukan perbuatan ini kepada nabi mereka, padahal nabi mereka
menyeru mereka untuk menyembah Tuhan mereka. Maka Allah menurunkan
firman-Nya: Tak ada sedikit pun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau
Allah menerima tobat mereka, atau mengazab mereka, karena sesungguhnya mereka
itu orang-orang yang zalim. (Ali Imran: 128)Riwayat ini hanya diketengahkan oleh Imam Muslim sendiri. Dia meriwayatkannya dari Al-Qa'nabi, dari Hammad ibnu Salamah, dari Sabit, dari Anas, lalu ia menuturkan hadis ini.
قَالَ
ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا ابْنُ حُمَيْدٍ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ وَاضِحٍ،
حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ وَاقِدٍ، عَنْ مَطَرٍ، عَنْ قَتَادَةَ قَالَ: أُصِيبَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ أُحُدٍ وكُسرت رَبَاعيته،
وَفُرِقَ حَاجِبُهُ، فَوَقَعَ وَعَلَيْهِ دِرْعَانِ وَالدَّمُ يَسِيلُ، فَمَرَّ
بِهِ سَالِمٌ مَوْلَى أَبِي حُذَيْفَةَ، فَأَجْلَسَهُ وَمَسَحَ عَنْ وَجْهِهِ،
فَأَفَاقَ وَهُوَ يَقُولُ: "كَيْفَ بِقَوْمٍ فَعَلُوا هَذَا بِنَبِيِّهِمْ، وَهُوَ
يَدْعُوهُمْ إِلَى اللهِ؟ " فَأَنْزَلَ اللَّهُ: {لَيْسَ لَكَ مِنَ الأمْرِ
شَيْءٌ}
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah
menceritakan kepada kami Yahya ibnu Wadih, telah menceritakan kepada kami
Al-Husain ibnu Waqid, dari Matar, dari Qatadah yang mengatakan bahwa Nabi Saw.
pernah mengalami luka dalam Perang Uhud hingga gigi serinya rontok dan alisnya
terluka, lalu beliau terjatuh yang saat itu beliau memakai baju besi dua lapis,
sedangkan darah mengalir dari lukanya. Maka Salim maula Abu Huzaifah
menghampirinya dan mendudukkannya serta mengusap wajahnya. Lalu Nabi Saw. sadar
dan bangkit seraya mengucapkan: Bagaimana akan memperoleh keberuntungan suaiu
kaum yang berani melakukan ini terhadap nabi mereka? Nabi Saw. mengucapkan
demikian seraya mendoakan untuk kebinasaan mereka kepada Allah Swt. Maka Allah
Swt. menurunkan firman-Nya: Tidak ada sedikit pun campur tanganmu dalam
urusan mereka itu. (Ali Imran: 128), hingga akhir ayat.Hal yang sama diriwayatkan oleh Abdur Razzaq, dari Ma'mar, dari Qatadah dengan lafaz yang semisal. Akan tetapi, di dalam riwayatnya tidak disebutkan fa'afaqa (lalu beliau sadar).
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
وَلِلَّهِ
مَا فِي السَّماواتِ وَما فِي الْأَرْضِ
Kepunyaan Allah apa yang ada di langit dan yang ada di bumi. (Ali
Imran: 129), hingga akhir ayat.Yakni semuanya adalah milik Allah, dan para penghuni keduanya merupakan hamba-hamba-Nya.
يَغْفِرُ
لِمَنْ يَشاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشاءُ
Dia memberi ampun kepada siapa yang Dia kehendaki; Dia menyiksa siapa yang
Dia kehendaki. (Ali Imran: 129)Artinya, Dialah yang mengatur dan tidak ada akibat bagi keputusan-Nya. Dia tidak dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang Dia kerjakan, tetapi mereka dimintai pertanggungjawaban.
وَاللَّهُ
غَفُورٌ رَحِيمٌ.
dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Ali Imran:
129)
يا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَأْكُلُوا الرِّبَوا أَضْعافاً مُضاعَفَةً
وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (130) وَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي
أُعِدَّتْ لِلْكافِرِينَ (131) وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ
تُرْحَمُونَ (132) وَسارِعُوا إِلى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا
السَّماواتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (133) الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي
السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعافِينَ عَنِ النَّاسِ
وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (134) وَالَّذِينَ
إِذا فَعَلُوا فاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ
فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ اللَّهُ وَلَمْ
يُصِرُّوا عَلى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ (135) أُولئِكَ جَزاؤُهُمْ
مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهارُ
خالِدِينَ فِيها وَنِعْمَ أَجْرُ الْعامِلِينَ (136)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kalian memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kalian kepada Allah
supaya kalian mendapat keberuntungan. Dan peliharalah diri kalian dari api
neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir. Dan taatilah Allah dan
Rasul, supaya kalian diberi rahmat. Dan bersegeralah kalian kepada ampunan dari
Tuhan kalian dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang
disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan
(hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan
amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang
berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan
keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun
terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengumpuni dosa selain dari
Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedangkan mereka
mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang
di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedangkan mereka kekal di dalamnya, dan
itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.Allah Swt. berfirman, melarang hamba-hamba-Nya yang mukmin memberlakukan riba dan memakan riba yang berlipat ganda, seperti yang dahulu biasa mereka lakukan bila telah tiba masa pelunasan utang; maka jalan keluar adakalanya si pengutang melunasi utangnya atau membayar bunga ribanya. Jika ia membayar, maka tidak ada masalah; tetapi jika ia tidak dapat membayar utangnya, dia harus menambah bayarannya sebagai ganti dari penangguhan masa pelunasannya. Demikianlah seterusnya sepanjang tahun, adakalanya utang sedikit menjadi bertambah banyak dan berlipat-lipat dari utang yang sebenarnya.
Allah Swt. juga memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk bertakwa, supaya mereka menjadi orang-orang yang beruntung dalam kehidupan di dunia ini dan di akhirat nanti. Selanjutnya Allah memperingatkan mereka agar mereka waspada terhadap siksa neraka. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{وَاتَّقُوا
النَّارَ الَّتِي أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ. وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ
لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ}
Dan peliharalah diri kalian dari api neraka, yang disediakan untuk
orang-orang yang kafir. Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kalian diberi
rahmat. (ali Imran: 131-132)Selanjutnya Allah Swt. menganjurkan mereka agar bersegera mengerjakan kebajikan dan berlomba untuk memperoleh derajat taqarrub. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{وَسَارِعُوا
إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ
أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ}
Dan bersegeralah kalian kepada ampunan dari Tuhan kalian dan kepada surga
yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang
bertakwa. (Ali Imran: 133)Seperti halnya neraka, disediakan untuk orang-orang yang kafir.
Menurut suatu pendapat, makna firman-Nya "Yang luasnya seluas langit dan bumi" untuk mengingatkan luas panjangnya seperti yang disebutkan dalam ayat lain yang menggambarkan tentang hamparan surga (permadaninya), yaitu melalui firman-Nya:
بَطائِنُها
مِنْ إِسْتَبْرَقٍ
di atas permadani yang bagian dalamnya dari sutra. (Ar-Rahman: 54)Dengan kata lain, dapat Anda bayangkan bagaimana keindahan bagian luarnya?
Menurut pendapat lain, lebar surga itu sama dengan panjangnya, mengingat bentuk surga seperti kubah yang terletak di bawah Arasy. Sedangkan sesuatu yang berbentuk seperti kubah, yakni bulat, ukuran panjang dan lebarnya sama. Pendapat ini diperkuat oleh sebuah hadis sahih yang mengatakan:
«إِذَا
سَأَلْتُمُ اللَّهَ الْجَنَّةَ فَاسْأَلُوهُ الْفِرْدَوْسَ فَإِنَّهُ أَعْلَى
الْجَنَّةِ وَأَوْسَطُ الْجَنَّةِ وَمِنْهُ تَفَجَّرُ أَنْهَارُ الْجَنَّةِ
وَسَقْفُهَا عَرْشُ الرَّحْمَنِ»
Apabila kalian memohon kepada Allah, maka mintalah kepada-Nya surga
Firdaus, karena sesungguhnya Firdaus adalah bagian yang paling tinggi dari surga
dan sekaligus pertengahannya. Darinya mengalir sungai-sungai surga, dan atap
surga adalah Arasy Tuhan Yang Maha Pemurah.Makna yang dikandung ayat ini sama dengan ayat lain yang ada di dalam surat Al-Hadid, yaitu firman-Nya:
سابِقُوا
إِلى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُها كَعَرْضِ السَّماءِ
وَالْأَرْضِ
Berlomba-lombalah kalian kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhan kalian
dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi. (Al-Hadid: 21), hingga akhir
ayat.Telah diriwayatkan kepada kami di dalam kitab Musnad Imam Ahmad, bahwa Heraklius pernah menulis surat kepada Nabi Saw. yang isinya menyatakan, "Sesungguhnya engkau telah mengajakku untuk memperoleh surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Kalau demikian, di mana neraka?" Maka Nabi Saw. menjawab dengan balik bertanya:
«سُبْحَانَ
اللَّهِ فَأَيْنَ اللَّيْلُ إِذَا جَاءَ النَّهَارُ؟»
Subhanallah (Mahasuci Allah), di manakah malam bila siang hari
tiba?Ibnu Jarir meriwayatkannya. Untuk itu ia mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yunus, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Muslim ibnu Khalid, dari Abu Khaisamah, dari Sa'id ibnu Abu Rasyid, dari Ya'la ibnu Murrah yang menceritakan bahwa ia pernah bersua dengan At-Tanukhi yang pernah menjadi utusan Heraklius kepada Rasulullah Saw. di Himsa; dia telah berusia lanjut dan lemah sekali. Ia berkata bahwa ia datang menghadap kepada Rasulullah Saw. dengan membawa surat Heraklius. Lalu surat itu diterima oleh seorang lelaki yang ada di sebelah kiri beliau. At-Tanukhi melanjutkan kisahnya, lalu ia berkata, "Siapakah teman kalian yang akan membaca surat ini?" Mereka (para sahabat) menjawab, "Mu'awiyah." Ternyata isi surat Heraklius mengatakan, "Sesungguhnya engkau telah berkirim surat kepadaku, yang isinya engkau menyeruku untuk memperoleh surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Kalau begitu, di manakah nerakanya?" At-Tanukhi melanjutkan kisahnya, bahwa Rasulullah Saw. menjawab dengan balik bertanya: Mahasuci Allah, di manakah malam hari bila siang hari datang?
Al-A'masy, Sufyan As-Sauri, dan Syu'bah meriwayatkan dari Qais ibnu Muslim, dari Tariq ibnu Syihab yang menceritakan bahwa segolongan orang-orang Yahudi pernah bertanya kepada Khalifah Umar ibnul Khattab tentang surga yang luasnya seluas langit dan bumi, lalu di manakah neraka? Maka Umar menjawab mereka, "Bagaimanakah pendapat kalian bila siang hari datang, di manakah malam hari? Bilamana malam hari datang, di manakah siang hari?" Mereka menjawab, "Sesungguhnya engkau telah memetik hal yang semisal dari kitab Taurat." Asar ini diriwayatkan oleh Ibnu Jarir melalui tiga jalur.
Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Hazim, telah menceritakan kepada kami Abu Na'im, telah menceritakan kepada kami Ja’far ibnu Barqan, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnul Asam, bahwa seorang lelaki dari kalangan Ahli Kitab mengatakan, "Mereka mengatakan bahwa surga itu luasnya seluas langit dan bumi, maka di manakah neraka?" Maka Ibnu Abbas r.a. menjawab, "Di manakah malam hari bila siang hari tiba? Di manakah siang hari bila malam hari tiba?"
Hal ini diriwayatkan pula secara marfu’. Untuk itu Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ma'mar, telah menceritakan kepada kami Al-Mugirah ibnu Salamah Abu Hasyim, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahid ibnu Ziyad, dari Ubaidillah ibnu Abdullah ibnul Asam, dari pamannya (yaitu Yazid ibnul Asam), dari Abu Hurairah yang menceritakan bahwa seorang lelaki datang kepada Rasulullah Saw., lalu mengatakan, "Bagaimanakah pendapatmu mengenai firman-Nya: 'dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi’ (Ali imran: 133).
Maka di manakah neraka?" Nabi Saw. menjawab:
«أَرَأَيْتَ
اللَّيْلَ إِذَا جَاءَ لَبِسَ كُلَّ شَيْءٍ، فَأَيْنَ النَّهَارُ؟» قَالَ: حَيْثُ
شَاءَ اللَّهُ، قَالَ «وَكَذِلَكَ النَّارُ تَكُونُ حَيْثُ شَاءَ اللَّهُ عَزَّ
وَجَلَّ»
"Bagaimanakah menurutmu apabila malam tiba menyelimuti segala sesuatu, di
manakah siang harinya?" Lelaki itu menjawab, "Di suatu tempat yang
dikehendaki oleh Allah." Maka Nabi Saw. bersabda, "Demikian pula neraka, ia
berada di suatu tempat yang dikehendaki oleh Allah Swt."Hadis ini mempunyai dua makna, yaitu:
Pertama, yang dimaksud ialah bahwa ketidakmampuan kita menyaksikan malam hari bila siang hari tiba bukan berarti malam itu tidak ada di suatu tempat, sekalipun kita tidak mengetahuinya. Demikian pula neraka, ia berada di suatu tempat yang dikehendaki oleh Allah Swt. Pengertian ini lebih jelas, seperti yang dikemukakan oleh hadis Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Al-Bazzar tadi.
Kedua, mengartikah bahwa siang hari apabila menyinari alam dari belahan ini, maka malam hari berada di belahan lainnya. Demikian pula halnya surga, ia berada di tempat yang paling atas di atas langit di bawah Arasy, yang luasnya adalah seperti yang diungkapkan di dalam firman-Nya:
{كَعَرْضِ
السَّمَاءِ وَالأرْضِ}
seluas langit dan bumi. (Al-Hadid: 21)Sedangkan neraka berada di tempat yang paling bawah. Dengan demikian, berarti tidaklah bertentangan antara pengertian luasnya surga yang seluas langit dan bumi dengan keberadaan neraka.
*******************
Kemudian Allah Swt. menyebutkan sifat ahli surga melalui firman-Nya:
{الَّذِينَ
يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ}
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang
maupun sempit. (Ali Imran: 134)Yakni dalam keadaan susah dan dalam keadaan makmur, dalam keadaan suka dan dalam keadaan duka, dalam keadaan sehat dan juga dalam keadaan sakit. Dengan kata lain, mereka rajin berinfak dalam semua keadaan. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat yang lain, yaitu firman-Nya:
الَّذِينَ
يُنْفِقُونَ أَمْوالَهُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهارِ سِرًّا
وَعَلانِيَةً
Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara
sembunyi dan terang-terangan. (Al-Baqarah: 274)Makna yang dimaksud ialah bahwa mereka tidak kendur dan lupa oleh suatu urusan pun dalam menjalankan ketaatan kepada Allah Swt. Mereka membelanjakan harta untuk keridaan-Nya serta berbuat baik kepada sesamanya dari kalangan kaum kerabatnya dan orang-orang lain dengan berbagai macam kebajikan.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَالْكاظِمِينَ
الْغَيْظَ وَالْعافِينَ
dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan)
orang. (Ali Imran: 134)Dengan kata lain, apabila mereka mengalami emosi, maka mereka menahannya (yakni memendamnya dan tidak mengeluarkannya); selain itu mereka memaafkan orang-orang yang berbuat jahat kepada mereka.
Disebutkan dalam sebagian asar yang mengatakan:
«يَقُولُ
اللَّهُ تعالى: يا ابْنَ آدَمَ اذْكُرْنِي إِذَا غَضِبْتَ، أَذْكُرُكَ إِذَا
غَضِبْتُ فَلَا أُهْلِكُكَ فِيمَنْ أُهْلِكُ»
Allah Swt. berfirman, "Hai anak Adam, ingatlah kepada-Ku jika kamu marah,
niscaya Aku mengingatmu bila Aku sedang murka kepadamu. Karena itu, Aku tidak
akan membinasakanmu bersama orang-orang yang Aku binasakan.Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.
قَالَ
أَبُو يَعْلَى فِي مُسْنَدِهِ: حَدَّثَنَا أَبُو مُوسَى الزَّمِنُ، حَدَّثَنَا
عِيسَى بْنُ شُعَيب الضَّرِير أَبُو الْفَضْلِ، حَدَّثَنَا الرَّبِيعُ بْنُ سليمان
الجيزي عَنْ أَبِي عَمْرِو بْنِ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "مَنْ كَفَّ غَضَبَهُ كَفَّ
اللهُ عَنْهُ عَذَابَهُ، وَمَنْ خزَنَ لِسَانَهُ سَتَرَ اللهُ عَوْرَتَهُ، وَمَنِ
اعْتَذَرَ إلَى اللهِ قَبِلَ عُذْرَهُ"
Abu Ya'la mengatakan di dalam kitab musnadnya, telah menceritakan kepada kami
Abu Musa Az-Zamin, telah menceritakan kepada kami Isa ibnu Syu'aib Ad-Darir
(yaitu Abul Fadl), telah menceritakan kepadaku Ar-Rabi' ibnu Sulaiman,
An-Numairi, dari Abu Amr ibnu Anas ibnu Malik, dari ayahnya yang mengatakan
bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang mengekang amarahnya,
maka Allah menahan siksa-Nya terhadapnya. Dan barang siapa yang mengekang
lisannya, maka Allah menutupi auratnya. Dan barang siapa yang meminta maaf
kepada Allah, maka Allah menerima permintaan maafnya.Hadis ini garib, dan di dalam sanadnya terdapat hal yang masih perlu dipertimbangkan.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ، حَدَّثَنَا مَالِكٌ، عَنِ
الزُّهْرِيِّ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ المسيَّب، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم، قال: "لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرُعة،
وَلَكِنَّ الشَّدِيدَ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman, telah
menceritakan kepada kami Malik, dari Az-Zuhri, dari Sa'id ibnul Musayyab, dari
Abu Hurairah r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Orang yang kuat itu
bukanlah karena jago gulat, tetapi orang kuat ialah orang yang dapat menahan
dirinya di kala sedang marah.Syaikhain meriwayatkan hadis ini melalui hadis Malik.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ
إِبْرَاهِيمَ التَّيْميّ، عَنِ الْحَارِثِ بْنِ سُوَيد، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ، هُوَ
ابْنُ مَسْعُودٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أيُّكُمْ مَالُ وَارِثِهِ أحَبُّ إلَيْه مِنْ
مَالِهِ؟ " قَالَ: قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا مِنَّا أَحَدٌ إِلَّا مَالهُ
أَحَبُّ إِلَيْهِ مِنْ مَالِ وَارِثِهِ. قَالَ: "اعْلَمُوا أَنَّهُ لَيْسَ مِنْكُمْ
أَحَدٌ إِلا مَالُ وَارِثِهِ أحَبُّ إلَيْه مِنْ مَالهِ مَالَكَ مِنْ مَالَكَ
إِلَّا مَا قَدَّمَتْ، ومَالُ وَارِثَكَ مَا أخَّرْتَ". قَالَ: وَقَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا تَعُدُّونَ فِيْكُمُ الصُّرعَة؟ "
قُلْنَا: الَّذِي لَا تَصْرَعه الرِّجَالُ، قَالَ: قَالَ "لَا وَلَكِنِ الَّذِي
يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ". قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا تَعُدُّونَ فِيْكُمُ الرَّقُوبَ؟ " قَالَ: قُلْنَا:
الَّذِي لَا وَلَدَ لَهُ. قَالَ: "لَا وَلَكِنَّ الرَّقُوبَ الَّذِي لَمْ
يُقَدِّمْ مِنْ ولَدِهِ شَيْئًا".
Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah,
telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Ibrahim At-Taimi, dari Al-Haris
ibnu Suwaid, dari Abdullah (yakni Ibnu Mas'ud r.a.) yang menceritakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: "Siapakah di antara kalian yang harta
warisnya lebih disukai olehnya daripada hartanya sendiri?" Mereka menjawab,
"Wahai Rasulullah, tiada seorang pun di antara kami melainkan hartanya sendiri
lebih disukainya daripada harta warisnya." Rasulullah Saw. bersabda,
"Ketahuilah oleh kalian, bahwa tiada seorang pun di antara kalian melainkan
harta warisnya lebih disukai olehnya daripada hartanya sendiri. Tiada bagianmu
dari hartamu kecuali apa yang kamu infakkan, dan tiada bagi warismu kecuali apa
yang kamu tangguhkan." Rasulullah Saw. pernah pula bersabda:
"Bagaimanakah menurut penilaian kalian orang yang kuat di antara kalian?"
Kami menjawab, "Orang yang tidak terkalahkan oleh banyak lelaki." Nabi Saw.
bersabda, "Bukan, tetapi orang yang kuat itu ialah orang yang dapat menahan
dirinya di kala sedang marah." "Tahukah kalian apakah yang dimaksud dengan
ar-raqub?" Kami menjawab, "Orang yang tidak mempunyai anak." Nabi Saw.
bersabda, "Bukan, tetapi ar-raqub ialah orang yang tidak menyuguhkan
sesuatupun dari anaknya."Imam Bukhari mengetengahkan hadis tersebut pada bagian pertamanya, sedangkan Imam Muslim mengetengahkannya berasal dari hadis ini melalui riwayat Al-A'masy.
Hadis lain diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا شُعْبة، سَمِعْتُ عُرْوة بْنَ عَبْدِ اللَّهِ
الجَعْفِيّ يُحَدِّثُ عَنْ أَبِي حَصْبَةَ، أَوِ ابْنِ حَصْبَةَ، عَنْ رَجُلٍ
شَهِدَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ فَقَالَ: "تَدْرُونَ
مَا الرَّقُوبُ؟ " قَالُوا الَّذِي لَا وَلَدَ لَهُ. قَالَ: "الرَّقُوبُ كُلُّ
الرَّقُوبِ الَّذِي لَهُ وَلَدٌ فَمَاتَ، وَلَمْ يُقَدِّمْ مِنْهُمْ شَيْئًا".
قَالَ: "تَدْرُونَ مَا الصُّعْلُوكُ؟ " قَالُوا: الَّذِي لَيْسَ لَهُ مَالٌ. قَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "الصُّعْلُوكُ كُلُّ الصُّعْلُوكِ
الَّذِي لَهُ مَالٌ، فَمَاتَ وَلَمْ يُقَدِّمْ مِنْهُ شَيْئًا". قَالَ: ثُمَّ قَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا الصُّرَعَةُ؟ " قَالُوا:
الصَّرِيعُ. قَالَ: فَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصُّرَعَةُ كُلُّ
الصُّرَعَةِ الَّذِي يَغْضَبُ فَيَشْتَدُّ غَضَبُهُ، وَيَحْمَرُّ وَجْهُهُ،
وَيَقْشَعِرُّ شَعْرُهُ، فَيَصْرَعُ غَضَبَهُ"
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah
menceritakan kepada kami Syu'bah, aku mendengar Urwah ibnu Abdullah Al-Ju'fi
menceritakan dari Abu Hasbah atau ibnu Abu Husain, dari seorang laki-laki yang
menyaksikan Nabi Saw. berkhotbah. Maka beliau bersabda: "Tahukah kalian
apakah yang dimaksud dengan ar-raqub?" Kami menjawab, "Orang yang tidak
mempunyai anak." Nabi Saw. bersabda, "Ar-raqub yang sesungguhnya ialah orang
yang mempunyai anak, lalu ia mati, sedangkan dia belum menyuguhkan sesuatu pun
dari anaknya." "Tahukah kalian, siapakah sa'luk itu?" Mereka
menjawab, "Orang yang tidak berharta." Nabi Saw. bersabda, "Sa'luk yang
sesungguhnya ialah orang yang berharta, lalu ia mati, sedangkan dia belum
menyuguhkan barang sepeser pun dari hartanya itu." Kemudian dalam
kesempatan lain Nabi Saw. bersabda: "Apakah arti jagoan itu?" Mereka
menjawab, "Seseorang yang tidak terkalahkan oleh banyak lelaki." Maka Nabi Saw.
bersabda, "Orang yang benar-benar jagoan ialah orang yang marah, lalu
marahnya itu memuncak hingga wajahnya memerah dan semua rambutnya berdiri, lalu
ia dapat mengalahkan kemarahannya."Hadis lain diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْر، حَدَّثَنَا هِشَامٌ -هُوَ ابْنُ
عُرْوَةَ-عَنْ أَبِيهِ، عَنِ الْأَحْنَفِ بْنِ قَيْسٍ، عَنْ عَمٍّ لَهُ يُقَالُ
لَهُ: جَارية بْنُ قُدامة السَّعْدِيُّ؛ أَنَّهُ سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، قُلْ لِي قَوْلًا
يَنْفَعُنِي وأقْلِل عَلَيَّ، لَعَلِّي أَعِيهِ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَا تَغْضَبْ". فَأَعَادَ عَلَيْهِ حَتَّى أَعَادَ
عَلَيْهِ مِرَارًا، كُلُّ ذَلِكَ يَقُولُ: "لَا تَغْضَبْ".
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair, telah
menceritakan kepada kami Hisyam (yaitu Ibnu Urwah), dari ayahnya, dari Al-Ahnaf
ibnu Qais, dari salah seorang pamannya yang dikenal dengan nama Harisah ibnu
Qudamah As-Sa'di yang menceritakan hadis berikut: Bahwa ia pernah bertanya
kepada Rasulullah Saw. Untuk itu ia mengatakan, "Wahai Rasulullah, ajarkanlah
kepadaku suatu nasihat yang bermanfaat bagi diriku, tetapi jangan banyak-banyak
agar aku selalu mengingatnya." Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Kamu jangan
marah." Ia mengulangi pertanyaannya kepada Nabi Saw. berkali-kali, tetapi
semuanya itu dijawab oleh Nabi Saw. dengan kalimat, "Kamu jangan
marah."Hal yang sama diriwayatkan dari Abu Mu'awiyah, dari Hisyam dengan lafaz yang sama. Ia meriwayatkan pula dari Yahya ibnu Sa'id Al-Qattan, dari Hisyam dengan lafaz yang sama yang isinya adalah seperti berikut: Bahwa seorang lelaki bertanya, "Wahai Rasulullah, berilah aku suatu nasihat, tetapi jangan terlalu banyak, barangkali saja aku selalu mengingatnya." Nabi Saw. bersabda, "Kamu jangan marah."
Hadis ini hanya diriwayatkan oleh Imam Ahmad sendiri.
*******************
Hadis lain diriwayatkan pula oleh Imam
Ahmad.
حَدَّثَنَا
عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أَخْبَرَنَا مَعْمَر، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ حُمَيد بْنِ
عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ رَجُلٍ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: قَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَوْصِنِي. قَالَ:
"لَا تَغْضَبْ". قَالَ الرَّجُلُ: فَفَكَّرْتُ حِينَ قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ مَا قَالَ، فَإِذَا الْغَضَبُ يَجْمَعُ الشَّرَّ كُلَّهُ.
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah
menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Az-Zuhri, dari Humaid ibnu Abdur Rahman,
dari seorang lelaki dari kalangan sahabat Nabi Saw. yang menceritakan: Seorang
lelaki bertanya, "Wahai Rasulullah, berwasiatlah untukku." Nabi Saw. menjawab,
"Kamu jangan marah." Lelaki itu melanjutkan kisahnya, "Maka setelah
kurenungkan apa yang telah disabdakan oleh Nabi Saw. tadi, aku berkesimpulan
bahwa marah itu menghimpun semua perbuatan jahat."Hadis ini hanya diriwayatkan oleh Imam Ahmad sendiri.
Hadis lain diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
حَدَّثَنَا
أَبُو مُعَاوِيَةَ، حَدَّثَنَا داود بن أبي هِنْد عن بن أَبِي حَرْب بْنِ أَبِي
الْأَسْوَدِ، عَنْ أَبِي الْأَسْوَدِ، عَنْ أَبِي ذَرّ قَالَ: كَانَ يَسْقِي عَلَى
حَوْضٍ لَهُ، فَجَاءَ قَوْمٌ قَالُوا أَيُّكُمْ يُورِدُ عَلَى أَبِي ذَرٍّ
وَيَحْتَسِبُ شَعَرَاتٍ مِنْ رَأْسِهِ فَقَالَ رَجُلٌ: أَنَا. فَجَاءَ الرَّجُلُ
فَأَوْرَدَ عَلَيْهِ الْحَوْضَ فَدَقَّهُ، وَكَانَ أَبُو ذَرٍّ قَائِمًا فَجَلَسَ،
ثُمَّ اضْطَجَعَ، فَقِيلَ لَهُ: يَا أَبَا ذَرٍّ، لِمَ جَلَسْتَ ثُمَّ اضْطَجَعْتَ؟
فَقَالَ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم قال لَنَا: "إذَا
غَضِبَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ قَائِمٌ فَلْيَجْلِسْ، فَإِنْ ذَهَبَ عَنْهُ الْغَضَبُ
وَإِلا فَلْيَضْطَجِعْ".
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah
menceritakan kepada kami Daud ibnu Abu Hindun, dari Abu Harb ibnu Abul Aswad,
dari Abul Aswad, dari Abu Zar r.a. yang menceritakan bahwa ketika ia hendak
mengambil air dari sumurnya, tiba-tiba datanglah suatu kaum, lalu mereka
berkata, "Siapakah di antara kalian yang mau mengambilkan air buat (minum
ternak) Abu Zar dan menghitung beberapa helai rambut dari kepalanya?" Kemudian
ada seorang lelaki berkata, "Saya," lalu lelaki itu menggiring ternak kambing
milik Abu Zar ke sumur tersebut (untuk diberi minum). Pada mulanya Abu Zar
berdiri, lalu duduk, kemudian berbaring. Ketika ditanyakan kepadanya, "Wahai Abu
Zar, mengapa engkau duduk, lalu berbaring?" Maka Abu Zar menjawab, "Sesungguhnya
Rasulullah Saw. pernah bersabda kepada kami (para sahabat): 'Apabila
seseorang di antara kalian marah, sedangkan ia dalam keadaan berdiri, hendaklah
ia duduk hingga marahnya hilang. Apabila marahnya masih belum hilang,
hendaklah ia berbaring."Imam Abu Dawud meriwayatkannya dari Ahmad ibnu Hambal berikut sanadnya. Hanya di dalam riwayatnya disebutkan dari Abu Harb, dari Abu Zar, padahal yang benar ialah Ibnu Abu Harb, dari ayahnya, dari Abu Zar, seperti yang disebutkan di dalam riwayat Abdullah ibnu Ahmad dari ayahnya.
Hadis lain.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ خَالِدٍ: حَدَّثَنَا أَبُو
وَائِلٍ الصَّنْعَاني قَالَ: كُنَّا جُلُوسًا عِنْدَ عرْوة بْنِ مُحَمَّدٍ إِذْ
دَخَلَ عَلَيْهِ رَجُلٌ، فَكَلَّمَهُ بِكَلَامٍ أَغْضَبَهُ، فَلَمَّا أَنْ غَضِبَ
قَامَ، ثُمَّ عَادَ إِلَيْنَا وَقَدْ تَوَضَّأَ فَقَالَ: حَدَّثَنِي أَبِي، عَنْ
جَدِّي عَطِيَّةَ -هُوَ ابْنُ سَعْدٍ السَّعْدِيُّ، وَقَدْ كَانَتْ لَهُ
صُحْبَةٌ-قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "إنَّ
الْغَضَبُ مِنَ الشَّيْطَانِ، وإنَّ الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنَ النَّارِ وإنَّمَا
تُطْفَأُ النَّارُ بِالماءِ، فَإذَا أُغْضِبَ أحَدُكُمْ
فَلْيَتَوضَّأْ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Khalid,
telah menceritakan kepada kami Wa-il As-San'ani yang mengatakan, "Ketika kami
sedang berada di dalam majelis Urwah ibnu Muhammad, tiba-tiba masuk menemuinya
seorang lelaki dan lelaki itu berbicara kepadanya tentang suatu pembicaraan yang
membuat Urwah marah. Ketika Urwah marah, maka ia pergi, lalu kembali lagi
menemui kami dalam keadaan telah berwudu. Kemudian ia mengatakan bahwa telah
menceritakan kepadaku ayahku di hadapan kakekku (yaitu Atiyyah ibnu Sa'd
As-Sa'di) yang berpredikat sebagai sahabat, bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda: 'Sesungguhnya marah itu perbuatan setan, dan setan itu diciptakan
dari api, dan sesungguhnya api itu hanya dapat dipadamkan dengan air.
Karena itu, apabila seseorang di antara kalian marah, hendaklah ia
berwudu'."Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Abu Daud melalui hadis Ibrahim ibnu Khalid As-San'ani, dari Abu Wa-il Al-Oas Al-Muradi As-San'ani. Imam Abu Daud mengatakan bahwa Abu Wa-il ini adalah Abdullah ibnu Buhair.
Hadis lain.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يَزِيدَ، حَدَّثَنَا نُوحُ
بْنُ جَعْوَنة السُّلَمي، عَنْ مُقَاتِلِ بْنِ حَيَّان، عَنْ عَطَاءٍ، عَنِ ابْنِ
عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ
أنْظَرَ مُعْسِرًا أَوْ وَضَعَ لَهُ وَقَاهُ اللهُ مِنْ فَيْحِ جَهَنَّمَ، أَلَا
إنَّ عَمَلَ الْجَنَّةِ حَزْنٌ بِرَبْوُةٍ -ثَلَاثًا-أَلَا إنَّ عَمَلَ النَّار
سَهْلٌ بسَهْوة. والسَّعِيدُ مَنْ وقيَ الفِتَنَ، ومَا مِنْ جَرْعَةٍ أحَبُّ إلَى
اللهِ [عَزَّ وَجَلَّ] مِنْ جَرْعَةِ غَيْظٍ يَكْظِمُهَا عَبْدٌ، مَا كَظَمَهَا
عَبْدٌ للهِ إِلَّا مَلأ جَوْفُه إيمَانًا".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Yazid,
telah menceritakan kepada kami Nuh ibnu Mu'awiyah As-Sulami, dari Muqatil ibnu
Hayyan, dari Ata, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda: Barang siapa yang memberikan masa tangguh kepada orang yang
sedang kesulitan atau memaafkan (utang)nya, niscaya Allah memelihara dirinya
dari panasnya neraka Jahannam. Ingatlah, sesungguhnya amal surga itu
bagaikan tanah licin yang ada di bukit —sebanyak tiga kali—. Ingatlah,
sesungguhnya amal neraka itu bagaikan tanah yang mudah dilalui yang berada di
tanah datar. Orang yang berbahagia ialah orang yang dipelihara dari segala
fitnah. Dan tiada suatu regukan pun yang lebih disukai oleh Allah selain dari
regukan amarah yang ditelan oleh seseorang hamba; tidak sekali-kali seorang
hamba Allah mereguk amarahnya karena Allah, melainkan Allah memenuhi rongganya
dengan iman.Hadis ini hanya diriwayatkan oleh Imam Ahmad sendiri, sanadnya hasan; tiada seorang perawi pun yang mempunyai kelemahan di dalamnya, dan matannya hasan pula.
Hadis lain yang semakna dengannya.
قَالَ
أَبُو دَاوُدَ: حَدَّثَنَا عُقْبَةُ بْنُ مُكرَم، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ
-يَعْنِي ابْنَ مَهْدي-عَنْ بِشْرٍ -يَعْنِي ابْنَ مَنْصُورٍ-عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ
عَجْلان، عَنْ سُوَيد بْنِ وَهْب، عَنْ رَجُلٍ مِنْ أَبْنَاءِ أَصْحَابِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عليه وسلم: "مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أنْ
يُنْفِذَه مَلأهُ اللهُ أَمْنًا وَإيمانًا، وَمَنْ تَرَكَ لُبْسَ ثَوْبِ جَمَال
وَهُوَ يَقْدِرُ عَلَيْه -قَالَ بِشر: أَحْسَبُهُ قَالَ: "تَوَاضُعًا"-كَسَاهُ
اللهُ حُلَّةَ الْكَرَامَةِ، وَمَنْ زَوَّجَ للهِ كَسَاهُ اللهُ تَاجَ
الْمُلْكِ"
Imam Abu Daud mengatakan, telah menceritakan kepada kami Uqbah ibnu Makram,
telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman (yakni Ibnu Mahdi), dari Bisyr
(yakni Ibnu Mansur), dari Muhammad ibnu Ajlan, dari Suwaid ibnu Wahb, dari
seorang lelaki anak seorang sahabat Rasulullah Saw., dari ayahnya yang
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang menahan
amarah, sedangkan dia mampu mengeluarkannya, maka Allah memenuhi rongganya
dengan keamanan dan iman. Dan barang siapa yang meninggalkan pakaian keindahan,
sedangkan dia mampu mengadakannya —Bisyr menduga bahwa Muhammad ibnu Ajlan
mengatakan karena tawadu (rendah diri)—, maka Allah memakaikan kepadanya pakaian
kehormatan. Dan barang siapa memakai mahkota karena Allah, niscaya Allah
akan memakaikan kepadanya mahkota seorang raja.Hadis lain.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يَزيد، حَدَّثَنَا سَعِيدٌ،
حَدَّثَنِي أَبُو مَرْحُوم، عَنْ سَهْل بْنِ مُعَاذ بْنِ أَنَسٍ، عَنْ أَبِيهِ؛
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مَنْ كَظَمَ
غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَه، دَعَاهُ اللهُ عَلَى رُؤُوسِ
الْخَلائِقِ، حَتَّى يُخيرَهُ مِنْ أيِّ الْحُورِ شَاءَ".
Imam Ahma'd mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Yazid,
telah menceritakan kepada kami Sa'id, telah menceritakan kepadaku Abu Marhum,
dari Sahl ibnu Mu'az ibnu Anas, dari ayahnya, bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda: Barang siapa menahan amarah, sedangkan dia mampu untuk
melaksanakannya, maka Allah kelak akan memanggilnya di mata semua makhluk,
hingga Allah menyuruhnya memilih bidadari manakah yang disukainya.Imam Abu Daud, Imam Turmuzi, dan Imam Ibnu Majah meriwayatkannya melalui hadis Sa'id ibnu Abu Ayyub dengan lafaz yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa predikat hadis ini hasan garib.
Hadis lain, diriwayatkan oleh Abdur Razzaq.
أَخْبَرَنَا
دَاوُدُ بن قَيْس، عن زيد بن أسلم، عن رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ الشَّامِ -يُقَالُ لَهُ:
عَبْدُ الْجَلِيلِ-عَنْ عَمٍّ لَهُ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ فِي قَوْلِهِ تَعَالَى:
{وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ} أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ: "مَنْ كَظَمَ غَيْظًا، وَهُوَ يَقْدِرُ عَلَى إِنْفَاذِهِ مِلْأَهُ اللَّهُ
أَمْنًا وَإِيمَانًا".
telah menceritakan kepada kami Daud ibnu Qais, dari Yazid ibnu Aslam, dari
seorang lelaki dari kalangan ulama Syam yang dikenal dengan nama Abdul Jalil,
dari seorang pamannya, dari Abu Hurairah r.a. sehubungan dengan firman-Nya:
dan orang-orang yang menahan amarahnya. (Ali Imran: 134) Bahwa Nabi Saw.
pernah bersabda: Barang siapa menahan amarahnya, sedangkan dia mampu
melaksanakannya, niscaya Allah memenuhi rongganya dengan keamanan dan
keimanan.Hadis lain.
قَالَ
ابْنُ مَرْدُويَه: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ زِيَادٍ، أَخْبَرَنَا
يَحْيَى بْنُ أَبِي طَالِبٍ، أَخْبَرَنَا عَلِيُّ بْنُ عَاصِمٍ، أَخْبَرَنِي
يُونُسُ بْنُ عُبَيْدٍ عَنِ الْحَسَنِ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا تَجَرَّعَ عَبْدٌ مِنْ جُرْعَةٍ
أَفْضَلَ أَجْرًا مِنْ جُرْعَةِ غَيْظٍ كَظَمَهَا ابْتِغَاءَ وَجْهِ
اللَّهِ".
Ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan bahwa Ahmad ibnu Muhammad ibnu
Ziyad telah menceritakan kepada kami, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu
Abu Talib, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Asim, telah menceritakan
kepadaku Yunus ibnu Ubaid, dari Al-Hasan, dari Ibnu Umar r.a. yang menceritakan
bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tiada suatu regukan pun yang ditelan
oleh seorang hamba dengan pahala yang lebih utama selain dari regukan amarah
yang ditelan olehnya karena mengharapkan rida Allah.Hadis diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Ibnu Majah, dari Bisyr ibnu Umar, dari Hammad ibnu Salamah, dari Yunus ibnu Ubaid dengan lafaz yang sama.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَالْكاظِمِينَ
الْغَيْظَ
dan orang-orang yang menahan amarahnya. (Ali Imran: 134)Yakni mereka tidak melampiaskan kemarahannya kepada orang lain, melainkan mencegah dirinya agar tidak menyakiti orang lain, dan ia lakukan hal tersebut demi mengharapkan pahala Allah Swt.
Kemudian Allah Swt. berfirman:
وَالْعافِينَ
عَنِ النَّاسِ
dan memaafkan (kesalahan) orang. (Ali Imran: 134)Yaitu selain menahan diri, tidak melampiaskan kemarahannya, mereka juga memaafkan orang yang telah berbuat aniaya terhadap dirinya, sehingga tiada suatu uneg-uneg pun yang ada dalam hati mereka terhadap seseorang. Hal ini merupakan akhlak yang paling sempurna. Karena itulah dalam akhir ayat ini disebutkan:
{وَاللَّهُ
يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ}
Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Ali Imran:
134)Hal yang disebut di atas merupakan salah satu dari kebajikan. Di dalam sebuah hadis disebutkan seperti berikut:
«ثَلَاثٌ
أُقْسِمُ عَلَيْهِنَّ: مَا نَقَصَ مَالٌ مِنْ صَدَقَةٍ، وَمَا زَادَ اللَّهُ
عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا، وَمَنْ تَوَاضَعَ لِلَّهِ رَفَعَهُ
اللَّهُ»
Ada tiga perkara yang aku berani bersumpah untuknya; tiada harta yang
berkurang karena sedekah, dan tidak sekali-kali Allah menambahkan kepada seorang
hamba yang pemaaf melainkan hanya keagungan; serta barang siapa yang merendahkan
dirinya karena Allah, niscaya Allah mengangkat (kedudukan)nya.
وَرَوَى
الْحَاكِمُ فِي مُسْتَدْرَكِهِ مِنْ حَدِيثِ مُوسَى بْنِ عُقبة، عَنْ إِسْحَاقَ
بْنِ يَحْيَى بْنِ طَلْحَةَ القُرشي، عَنْ عُبَادة بْنِ الصَّامِتِ، عَنْ أُبَيِّ
بْنِ كَعْبٍ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
"مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُشْرَف لَهُ الْبُنْيَانُ، وَتُرْفَعَ لَهُ الدَّرَجَاتُ
فَلْيَعْفُ عَمَّنْ ظَلَمَهُ، وَيُعْطِ مَنْ حَرَمَهُ، ويَصِلْ مَنْ
قَطَعَهُ".
Imam Hakim di dalam kitab Mustadrak-nya. meriwayatkan melalui hadis Musa ibnu
Uqbah, dari Ishaq ibnu Yahya ibnu Abu Talhah Al-Qurasyi, dari Ubadah ibnus
Samit, dari Ubay ibnu Ka'b, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang
siapa yang menginginkan bangunan untuknya (di surga; dimuliakan, dan derajat
(pahala)nya ditinggikan, hendaklah ia memaafkan orang yang berbuat aniaya
kepadanya, memberi kepada orang yang kikir terhadap dirinya, dan bersilaturahmi
kepada orang yang memutuskannya.Kemudian Imam Hakim mengatakan bahwa hadis ini sahih dengan syarat Syaikhain, tetapi keduanya tidak mengetengahkannya.
Ibnu Murdawaih meriwayatkannya melalui hadis ali, Ka'b ibnu Ujrah, dan Abu Hurairah serta Ummu Salamah hadis yang semakna.
Telah diriwayatkan melalui Ad-Dahhak, dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
«إذا
كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ نَادَى مُنَادٍ يَقُولُ: أَيْنَ الْعَافُونَ عَنِ
النَّاسِ؟ هَلُمُّوا إِلَى رَبِّكُمْ وَخُذُوا أُجُورَكُمْ، وَحُقَّ عَلَى كُلِّ
امْرِئٍ مُسْلِمٍ إِذَا عَفَا أَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ»
Apabila hari kiamat terjadi, maka ada seruan yang memanggil, "Di manakah
orang-orang yang suka memaafkan orang lain? Kemarilah kalian kepada Tuhan kalian
dan ambillah pahala kalian!" Dan sudah seharusnya bagi setiap orang muslim masuk
surga bila ia suka memaafkan (orang lain).
*******************
Firman Allah Swt.:
وَالَّذِينَ
إِذا فَعَلُوا فاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ
فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ
Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau
menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap
dosa-dosa mereka. (Ali Imran: 135)Yakni apabila mereka melakukan suatu dosa, maka mereka mengiringinya dengan tobat dan istigfar (memohon ampun kepada Allah).
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ، حَدَّثَنَا هَمّام بْنُ يَحْيَى، عَنْ
إِسْحَاقَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ
أَبِي عَمْرة، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ رَجُلًا أَذْنَبَ ذَنْبًا، فَقَالَ: رَبِّ إِنِّي
أَذْنَبْتُ ذَنْبًا فَاغْفِرْهُ. فَقَالَ اللَّهُ [عَزَّ وَجَلَّ] عَبْدِي عَمِلَ
ذَنْبًا، فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِهِ، قَدْ
غَفَرْتُ لِعَبْدِي، ثُمَّ عَمِلَ ذنبا آخر فقال: رب، إني عملت ذنبا فَاغْفِرْهُ.
فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: عَلِمَ عَبْدِي أَنَّ لَهُ رَبا يَغْفِرُ الذَّنْبَ
وَيَأْخُذُ بِهِ، قَدْ غَفَرَتْ لِعَبْدِي. ثُمَّ عَمِلَ ذَنْبًا آخَرَ فَقَالَ:
رَبِّ، إنِّي عَمِلْتُ ذَنْبًا فَاغْفِرْهُ لِي. فَقَالَ عَزَّ وجَلَّ: عَلِمَ
عَبْدَي أنَّ لَهُ رَبا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيأْخُذُ بِهِ، قَدْ غَفَرَتُ
لِعَبْدِي ثُمَّ عَمِلَ ذَنَبًا آخَرَ فَقَالَ: رَبِّ، إنِّي عَمِلَتُ ذَنَبًا
فَاغْفِرْهُ فَقَالَ عَزَّ وجَلَّ: عَبْدِي عَلِمَ أنَّ لَهُ رَبا يَغْفِرُ
الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِهِ، أُشْهِدُكُمْ أنِّي قَدْ غَفَرْتُ لِعَبْدِي،
فَلْيَعْمَلْ مَا شَاءَ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Hammam ibnu Yahya, dari Ishaq ibnu Abdullah ibnu Abu Talhah, dari Abdur Rahman ibnu Abu Amrah, dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya ada seorang lelaki melakukan suatu dosa, lalu ia berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah melakukan suatu dosa, maka berikanlah ampunan bagiku atas dosa itu." Maka Allah Swt. berfirman, "Hamba-Ku telah melakukan suatu dosa, lalu ia mengetahui bahwa dia mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan yang menghukumnya, sekarang Aku memberikan ampunan kepada hamba-Ku." Kemudian si hamba melakukan dosa yang lain, dan mengatakan, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah melakukan dosa lain, maka ampunilah dosa(ku) itu." Allah Swt. berfirman, "Hamba-Ku mengetahui bahwa dirinya mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan yang menghukumnya. Sekarang Aku mengampuni hamba-Ku." Kemudian si hamba melakukan dosa lagi dan berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah melakukan suatu dosa, maka ampunilah dosaku." Allah Swt. berfirman, "Hamba-Ku mengetahui bahwa dia mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan yang menghukumnya, sekarang Aku memberikan ampunan kepada hamba-Ku." Kemudian si hamba melakukan dosa yang lain, dan mengatakan, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah melakukan dosa lain, maka ampunilah dosa(ku) itu." Allah Swt. berfirman, "Hamba-Ku mengetahui bahwa dirinya mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan yang menghukumnya. Persaksikanlah oleh kalian (para malaikat) bahwa Aku telah mengampuni hamba-Ku, maka ia boleh berbuat semua apa yang dikehendakinya."
Di dalam kitab Sahihain hadis ini diketengahkan melalui jalur Ishaq ibnu Abu Talhah dengan lafaz yang semisal.
Hadis lain diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
حَدَّثَنَا
أَبُو النَّضْرِ وَأَبُو عَامِرٍ قَالَا حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ، حَدَّثَنَا سَعْدٌ
الطَّائِيُّ، حَدَّثَنَا أَبُو الْمُدِلَّة -مَوْلَى أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ-سَمِعَ
أَبَا هُرَيْرَةَ، قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِذَا رَأَيْنَاكَ رقَّت قلوبُنا،
وَكُنَّا مِنْ أَهْلِ الْآخِرَةِ، وَإِذَا فَارَقْنَاكَ أَعْجَبَتْنَا الدُّنْيَا
وشَمِمْنا النِّسَاءَ وَالْأَوْلَادَ، فَقَالَ لَوْ أَنَّكُمْ تَكُونُونَ عَلَى
كُلِّ حَالٍ، عَلَى الْحَالِ الَّتِي أَنْتُمْ عَلَيْهَا عِنْدِي، لَصَافَحَتْكُمْ
الْمَلائِكَةُ بِأَكُفِّهِمْ، وَلَزَارَتْكُمْ فِي بُيُوتِكُمْ، وَلَوْ لَمْ
تُذْنِبُوا لَجَاءَ اللَّهُ بِقَوْمٍ يُذْنِبُونَ كَيْ يُغْفَرَ لَهُمْ". قُلْنَا:
يَا رَسُولَ اللَّهِ، حَدِّثْنَا عَنْ الْجَنَّةِ مَا بِنَاؤُهَا؟ قَالَ:"لَبِنَةُ
ذَهَبٍ، وَلَبِنَةُ فِضَّةٍ، وَمِلاطُهَا الْمِسْكُ الأذْفَرُ، وَحَصْبَاؤُهَا
اللُّؤْلُؤُ وَالْيَاقُوتُ، وَتُرَابُهَا الزَّعْفَرَانُ، مَنْ يَدْخُلُهَا
يَنْعَمُ وَلا يَبْأَسُ، وَيَخْلُدُ وَلا يَمُوتُ، لَا تَبْلَى ثِيَابُهُ، وَلا
يَفْنَى شَبَابُهُ، ثَلاثَةٌ لَا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ: الإمَامُ الْعَادِلُ،
وَالصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ تُحْمَلُ عَلَى الْغَمَامِ
وَتُفْتَح لَهَا أَبْوَابُ السَّمَاءِ، وَيَقُولُ الرَّبُّ: وَعِزَّتِي
لأنْصُرَنَّكَ وَلَوْ بَعْدَ حِينٍ".
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Abun Nadr dan Abu Amir;
keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Zuhair, telah men¬ceritakan
kepada kami Sa'd At-Ta-i, telah menceritakan kepada kami Abul Mudallah maula
Ummul Mukminin yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar Abu Hurairah
menceritakan hadis berikut, bahwa kami (para sahabat) pernah berkata, "Wahai
Rasulullah, apabila kami melihatmu, maka hati kami terasa sejuk dan kami menjadi
orang-orang yang ahli akhirat. Tetapi apabila kami berpisah dengan engkau, maka
kami mengagumi duniawi dan mencium istri-istri dan anak-anak kami." Maka
Rasulullah Saw. bersabda: "Seandainya kalian dalam semua keadaan seperti
keadaan kalian bila berada di hadapanku, niscaya para malaikat akan menjabat
tangan kalian dengan telapak tangan mereka dan niscaya mereka mengunjungi kalian
di rumah-rumah kalian. Dan seandainya kalian tidak melakukan dosa, niscaya Allah
akan mendatangkan suatu kaum yang berdosa agar Dia mengampuni mereka."
Kami berkata lagi, "Wahai Rasulullah, ceritakanlah kepada kami tentang
surga, terbuat dari apakah bangunannya?" Nabi Saw. menjawab: Bata emas dan
bata perak, sedangkan plesterannya dari minyak kesturi azfar, batu kerikilnya
dari mutiara dan yaqut, dan pasir-nya adalah minyak za'faran. Barang siapa yang
memasukinya selalu dalam kenikmatan dan tidak akan susah; dan kekal, tidak akan
mati. Pakaiannya tidak akan rusak dan kemudaannya tidak akan pudar. Ada tiga
orang yang doanya tidak ditolak, yaitu imam yang adil, orang yang puasa hingga
berbuka, dan doa orang yang teraniaya dibawa di atas awan dan dibukakan baginya
semua pintu langit, lalu Tuhan berftrman kepadanya, "Demi Keagungan-Ku, Aku
benar-benar akan menolongmu, sekalipun sesudah beberapa waktu."Imam Turmuzi dan Imam Ibnu Majah meriwayatkannya melalui jalur lain dari hadis Sa'd dengan lafaz yang sama.
Ditekankan berwudu dan salat dua rakaat di kala hendak bertobat karena berdasarkan apa yang telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad ibnu Hambal.
حَدَّثَنَا
وَكِيع، حَدَّثَنَا مِسْعَر، وَسُفْيَانُ -هُوَ الثَّوْرِيُّ-عَنْ عُثْمَانَ بْنِ
الْمُغِيرَةِ الثَّقَفِيِّ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ رَبِيعَةَ، عَنْ أَسْمَاءَ بْنِ
الْحَكَمِ الْفَزَارِيِّ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ، رَضِيَ اللَّهُ عنه،
قال: كنت إذا
سَمِعْتُ
مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدِيثًا نَفَعَنِي
اللَّهُ بِمَا شَاءَ مِنْهُ، وَإِذَا حَدَّثَنِي عَنْهُ [غَيْرِي استَحْلفْتُه،
فَإِذَا حَلَفَ لِي صَدقته، وَإِنَّ أَبَا بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ حَدثني]
وصدَق أَبُو بَكْرٍ -أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: "مَا مِنْ رَجُلٍ يُذْنِبُ ذَنْبًا فَيَتَوَضَّأُ فَيُحْسِنُ
-الوُضُوءَ -قَالَ مِسْعر: فَيُصَلّي. وَقَالَ سُفْيَانُ: ثُمَّ يُصلِّي
رَكْعَتَيْنِ -فَيَسْتَغْفِرُ اللهَ عَزَّ وجَلَّ إِلَّا غَفَرَ
لَهُ".
Yaitu telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami
Mis'ar dan Sufyan As-Sauri, dari Usman ibnul Mugirah As-Saqafi, dari Ali ibnu
Rabi'ah, dari Asma ibnul Hakam Al-Fazzari, dari Ali r.a. yang telah mengatakan
bahwa apabila ia mendengar sebuah hadis dari Rasulullah Saw., maka Allah
memberikan manfaat kepadanya melalui hadis ini menurut apa yang dikehendaki oleh
Allah. Apabila ada orang lain yang menceritakan sebuah hadis kepadanya, maka
terlebih dahulu ia menyumpah orang itu atas kebenaran hadisnya. Apabila orang
yang bersangkutan mau bersumpah kepadanya, barulah ia percaya. Sesungguhnya
sahabat Abu Bakar r.a. pernah menceritakan hadis kepadanya, tetapi Abu Bakar
adalah orang yang siddiq (yakni tidak perlu disumpah lagi). Ia menceritakan
bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Tidak sekali-kali seorang
lelaki berbuat suatu dosa, lalu ia berwudu dan melakukan wudunya dengan
baik—menurut Mis'ar disebutkan, lalu ia salat. Menurut Sufyan
disebutkan bahwa kemudian ia salat sebanyak dua rakaat— dan memima
ampun kepada Allah Swt., melainkan Allah pasti memberikan ampun baginya.Hal yang sama diriwayatkan oleh Ali ibnul Madini, Al-Humaidi, Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, ahlus sunan dan ibnu Hibban di dalam kitab sahihnya, Al-Bazzar dan Ad-Daruqutni melalui berbagai jalur dari Usman ibnul Mugirah dengan lafaz yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan.
Kami menyebutkan jalur-jalurnya dan keterangan mengenainya secara rinci di dalam Musnad Abu Bakar As-Siddiq r.a. Secara garis besarnya hadis ini berpredikat hasan. Hadis ini merupakan salah satu di antara hadis riwayat Amirul Mukminin Ali ibnu Abu Talib, dari Khalifah Abu Bakar r.a.
Termasuk di antara bukti yang membenarkan hadis ini ialah sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim di dalam kitab sahihnya melalui Amirul Mukminin Umar ibnul Khattab r.a dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
«مَا
مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ يَتَوَضَّأُ فَيُبْلِغَ- أَوْ فَيُسْبِغَ- الْوُضُوءَ، ثُمَّ
يَقُولُ: أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ،
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، إِلَّا فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ
الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةُ، يَدْخُلُ مِنْ أَيِّهَا شَاءَ»
Tidak sekali-kali seseorang di antara kalian melakukan wudu, lalu ia
membaguskan atau meratakan wudunya dengan baik, kemudian mengucapkan, "Aku
bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan
aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, melainkan dibukakan
untuknya semua pimu surga yang delapan buah, ia boleh memasukinya dari pintu
mana pun yang dikehendakinya.Di dalam kitab Sahihain disebutkan dari Amirul Mukminin Usman ibnu Affan r.a., bahwa ia melakukan wudu untuk mereka seperti yang pernah dilakukan oleh Nabi Saw. Kemudian ia mengatakan bahwa dirinya pernah mendengar Nabi Saw. bersabda:
«مَنْ
تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ لَا يُحَدِّثُ
فِيْهِمَا نَفْسَهُ، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ»
Barang siapa melakukan wudu seperli wuduku ini. lalu salat dua rakaat,
yang di dalam keduanya ia tidak berbicara kepada dirinya sendiri, niscaya Allah
memberikan ampunan baginya atas semua dosanya yang terdahulu.Hadis ini terbukti melalui riwayat empat orang Imam dan Khulafaur Rasyidin, dari Rasulullah Saw., seperti apa yang telah ditunjukkan oleh Al-Qur'an yang mengatakan bahwa memohon ampun kepada Allah dari perbuatan dosa bermanfaat bagi orang-orang yang durhaka.
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Sulaiman, dari Sabit, dari Anas ibnu Malik r.a. yang menceritakan, telah sampai kepadanya bahwa iblis menangis ketika ayat berikut diturunkan, yaitu firman-Nya: Dan (Juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka. (ali Imran: 135), hingga akhir ayat.
قَالَ
الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى: حَدَّثَنَا مُحْرِز بْنُ عَون، حَدَّثَنَا عُثْمَانُ
بْنُ مَطَرَ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْغَفُورِ، عَنْ أَبِي نُضَيْرة عَنْ أَبِي
رَجَاءٍ، عَنْ أَبِي بَكْرٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "عَلَيْكُمْ بِلا إلَهَ إِلَّا اللهُ
والاسْتِغْفَار، فأكْثرُوا مِنْهُمَا، فإنَّ إبْليسَ قَالَ: أهْلَكْتُ النَّاسَ
بالذُّنُوبِ، وأهْلَكُونِي بِلا إلَهَ إِلَّا اللهُ والاسْتِغْفَار، فَلَمَّا
رَأيْتُ ذَلِكَ أهْلَكْتُهُمْ بِالأهْوَاءِ، فَهُمْ يَحْسَبُونَ أنَّهُم
مُهْتَدُونَ".
Al-Hafiz Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muharriz ibnu
Aun, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Matar, telah menceritakan kepada
kami Abdul Gafur, dari Abu Nadrah, dari Abu Raja, dari Abu Bakar r.a., dari Nabi
Saw. yang telah bersabda: Berpeganglah kalian kepada kalimah La Ilaha
Illallah dan istigfar, perbanyaklah oleh kalian dalam membaca keduanya. Karena
sesungguhnya iblis mengatakan, "Aku binasakan manusia dengan dosa-dosa, dan
mereka membinasakan diriku dengan La Ilaha Illallah dan istigfar. Setelah aku
melihat hal tersebut, maka aku binasakan mereka dengan hawa nafsu, sedangkan
mereka menduga bahwa diri mereka diberi petunjuk."Usman ibnu Matar dan gurunya, kedua-duanya daif.
Imam Ahmad meriwayatkan di dalam kitab musnadnya melalui jalur Amr ibnu Abu Amr dan Abul Haisam Al-Atwari, dari Abu Sa'id, dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
«قَالَ
إِبْلِيسُ: يَا رَبِّ وَعِزَّتِكَ لَا أَزَالُ أُغْوِي عِبَادَكَ مَا دَامَتْ
أَرْوَاحُهُمْ فِي أَجْسَادِهِمْ، فَقَالَ اللَّهُ تعالى: وَعِزَّتِي وَجَلَالِي
لَا أَزَالُ أَغْفِرُ لَهُمْ مَا اسْتَغْفَرُونِي»
Iblis berkata, "Ya Tuhanku, demi keagungan-Mu, aku akan terus-menerus
menyesatkan anak Adam selagi roh berada di dalam tubuh mereka." Maka Allah Swt.
ber-firman, "Demi Keagungan dan Kebesaran-Ku, Aku terus-menerus memberikan
ampunan bagi mereka selagi mereka memohon ampun kepada-Ku."
قَالَ
الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى،
حَدَّثَنَا عُمر بْنُ أَبِي خَلِيفَةَ، سَمِعْتُ أَبَا بَدْر يُحَدِّثُ عَنْ
ثَابِتٍ، عَنْ أَنَسٍ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ،
أَذْنَبْتُ ذَنْبًا، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"إذَا أَذْنَبْتَ فَاسْتَغْفِرْ رَبَّكَ". [قَالَ: فَإِنِّي أَسْتَغْفِرُ، ثُمَّ
أَعُودُ فأُذْنِب. قَالَ فَإذا أَذْنَبْتَ فَعُدْ فَاسْتَغْفِرْ رَبَّكَ] "
فَقَالَهَا فِي الرَّابِعَةِ فَقَالَ: "اسْتَغْفِرْ رَبَّكَ حَتَّى يَكُونَ
الشَّيْطَانُ هُوَ المحسُورُ"
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Muhammad ibnul Musanna, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Khalifah; ia
pernah mendengar Abu Badar menceritakan hadis berikut dari Sabit, dari Anas,
bahwa ada seorang lelaki datang, lalu berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya
aku telah melakukan suatu dosa." Maka Rasulullah Saw. bersabda: "Apabila kamu
berbuat dosa, maka memohon ampunlah kepada Tuhanmu." Lelaki itu berkata,
"Sesungguhnya aku telah memohon ampun, kemudian sesudah itu aku kembali
melakukan dosa." Nabi Saw. bersabda, "Apabila kamu berbuat dosa lagi, maka
ulangilah istigfarmu kepada Tuhanmu." Lelaki itu mengulangi lagi
pertanyaannya untuk keempat kalinya, dan Nabi Saw. bersabda, "Minta ampunlah
kepada Tuhanmu, hingga setanlah yang kecewa."Hadis ini bila ditinjau dari jalur ini berpredikat garib.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَمَنْ
يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ
dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari Allah? (Ali
Imran: 135)Artinya, tiada seorang pun yang dapat memberikan ampun atas perbuatan dosa selain Allah Swt.
Seperti apa yang dikatakan oleh Imam Ahmad, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Mus'ab, telah menceritakan kepada kami Salam ibnu Miskin dan Al-Mubarak, dari Al-Aswad ibnu Sari':
أَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُتِيَ بِأَسِيرٍ، فَقَالَ:
اللَّهْمُ إِنِّي أَتُوبُ إِلَيْكَ وَلَا أَتُوبُ إِلَى مُحَمَّدٍ فَقَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «عَرَفَ الْحَقَّ لِأَهْلِهِ»
.
Bahwa pernah dihadapkan kepada Nabi Saw. seorang tawanan, lalu tawanan itu
berkata, "Ya Allah, sesungguhnya aku bertobat kepada-Mu dan tidak akan bertobat
kepada Muhammad." Maka Nabi Saw. bersabda, "Berikanlah hak itu kepada
pemiliknya (yakni Allah)."
*******************
Firman Allah Swt.:
وَلَمْ
يُصِرُّوا عَلى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedangkan mereka
mengetahui. (Ali Imran: 135)Yakni mereka bertobat kepada Allah dari perbuatan dosa mereka dalam waktu yang dekat, dan tidak melanjutkan perbuatan maksiat, tidak menetapinya, tidak pula menjadikannya sebagai langganan. Seandainya mereka mengulangi perbuatan dosanya, maka dengan segera mereka bertobat dari perbuatannya itu kepada Allah.
Seperti apa yang diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli di dalam kitab musnadnya. ia menyebutkan:
حَدَّثَنَا
إِسْحَاقُ بْنُ أَبِي إِسْرَائِيلَ وَغَيْرُهُ قَالُوا: حَدَّثَنَا أَبُو يَحْيَى
عَبْدُ الْحَمِيدِ الحِمَّانيّ، عَنْ عُثْمَانَ بْنِ وَاقِدٍ عَنْ أَبِي
نُصَيْرَةَ، عَنْ مَوْلًى لِأَبِي بَكْرٍ، عَنْ أَبِي بَكْرٍ، رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا
أصَرَّ مَنِ اسْتَغْفَرَ وَإنْ عَادَ فِي الْيَوْمِ سَبْعِينَ
مَرَّةً".
telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Israil dan lain-lainnya yang
mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Yahya Abdul Hamid Al-Hamani,
dari Usman ibnu Waqid, dari Abu Nadrah, dari maula Abu Bakar, dari Abu Bakar
r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Bukan dinamakan
orang yang menetapi dosa seseorang yang memohon ampun (kepada Allah), sekalipun
ia mengulangi dosanya dalam sehari sebanyak tujuh puluh kali.Imam Abu Daud, Imam Turmuzi, dan Al-Bazzar di dalam kitab musnadnya telah meriwayatkannya melalui hadis Usman ibnu Waqid —Usman ibnu Waqid dinilai siqah oleh Yahya ibnu Mu'in— dengan lafaz yang sama. Guru Usman ibnu Waqid ialah Abu Nasr Al-Muqasiti yang nama aslinya adalah Salim ibnu Ubaid, ia dinilai siqah oleh Imam Ahmad dan Ibnu Hibban.
Ali ibnul Madini dan Imam Turmuzi berpendapat bahwa predikat sanad hadis ini tidaklah seperti apa yang dikatakan mereka. Pendapat ini pada lahiriahnya karena tidak dikenalnya maula Abu Bakar. Tetapi ketidakjelasan orang seperti dia tidak menjadikan mudarat atau hambatan, mengingat dia adalah seorang tabi'in yang besar. Sudah dinilai cukup hanya dengan menisbatkan (mengaitkan)nya kepada Abu Bakar. Dengan demikian, berarti hadis ini adalah hasan.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَهُمْ
يَعْلَمُونَ
sedangkan mereka mengetahui. (Ali lmran: 135)Mujahid dan Abdullah ibnu Ubaid ibnu Umair mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: sedangkan mereka mengetahui. (Ali lmran: 135)
Yakni barang siapa yang bertobat, maka Allah menerima tobatnya. Ayat ini semakna dengan ayat lain, yaitu firman-Nya:
أَلَمْ
يَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ هُوَ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبادِهِ
Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah menerima tobat dari
hamba-hamba-Nya? (At-Taubah: 104)
وَكَقَوْلِهِ
وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءاً أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ
اللَّهَ غَفُوراً رَحِيماً
Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya
sendiri, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (An-Nisa: 110)Ayat-ayat lain yang semakna cukup banyak jumlahnya.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ أَخْبَرَنَا جَرِيرٌ، حَدَّثَنَا حِبَّانُ
-هُوَ ابْنُ زَيْدٍ الشَّرْعَبيّ-عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرو، عَنِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ-وَهُوَ عَلَى الْمِنْبَرِ-:
"ارْحَمُوا تُرْحَمُوا، واغْفِرُوا يُغْفَرْ لَكُمْ، وَيْلٌ لأقْمَاعِ الْقَوْلِ،
وَيْلٌ للْمُصِرِّينَ الَّذِينَ يُصرونَ عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ
يَعْلَمُونَ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid, telah
menceritakan kepada kami Jarir, telah menceritakan kepada kami Hibban (yaitu
Ibnu Zaid Asy-Syar'i), dari Abdullah ibnu Amr, dari Nabi Saw. yang pernah
bersabda ketika berada di atas mimbarnya: Belas kasihanlah kalian, niscaya
kalian dibelaskasihani; dan jadilah kalian orang-orang yang pemaaf, niscaya
kalian dimaafkan. Kecelakaanlah bagi orang-orang yang suka berkata kasar; dan
kecelakaanlah bagi orang-orang yang menetapi perbuatan dosa mereka, sedangkan
mereka mengetahui.Hadis ini hanya diriwayatkan oleh Imam Ahmad sendiri.
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman sesudah menggambarkan perihal mereka yang telah
disebutkan sifat-sifatnya, yaitu:
أُولئِكَ
جَزاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ
Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka. (Ali Imran:
136)Yaitu balasan mereka karena menyandang sifat-sifat tersebut ialah ampunan dari Tuhan mereka.
وَجَنَّاتٌ
تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهارُ
dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai. (Ali Imran:
136)Yakni berbagai macam minuman.
خالِدِينَ
فِيها
sedangkan mereka kekal di dalamnya. (Ali Imran: 136) Maksudnya, menetap di dalam surga untuk selama-lamanya.
وَنِعْمَ
أَجْرُ الْعامِلِينَ
dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yana beramal (Ali Imran:
136)Allah Swt memuji keindahan surga dan semua kenikmatan yang ada di dalamnya.
قَدْ
خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ سُنَنٌ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُروا كَيْفَ كانَ
عاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ (137) هَذَا بَيانٌ لِلنَّاسِ وَهُدىً وَمَوْعِظَةٌ
لِلْمُتَّقِينَ (138) وَلا تَهِنُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ
كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (139) إِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ
قَرْحٌ مِثْلُهُ وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُداوِلُها بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ
اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَداءَ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ
الظَّالِمِينَ (140) وَلِيُمَحِّصَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَمْحَقَ
الْكافِرِينَ (141)
أَمْ
حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ
جاهَدُوا مِنْكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ (142) وَلَقَدْ كُنْتُمْ تَمَنَّوْنَ
الْمَوْتَ مِنْ قَبْلِ أَنْ تَلْقَوْهُ فَقَدْ رَأَيْتُمُوهُ وَأَنْتُمْ
تَنْظُرُونَ (143)
Sesungguhnya telah berlalu sebelum
kalian sunnah-sunnah Allah Karena itu. berjalanlah kalian di muka bumi dan
perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).
(Al-Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta
pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. Janganlah kalian bersikap lemah, dan
jangan (pula) kalian bersedih hati, padahal kalianlah orang-orang yang paling
tinggi (derajatnya), jika kalian orang-orang yang beriman. Jika kalian (pada
Perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itu pun (pada Perang
Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami
pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah
membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya
sebagian kalian dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai
orang-orang yang zalim, dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman
(dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir. Apakah kalian
mengira bahwa kalian akan masuk surga, pada¬hal belum nyata bagi Allah
orang-orang yang berjihad di antara kalian, dan belum nyata orang-orang yang
sabar. Sesungguhnya kalian mengharapkan mati (syahid) sebelum kalian
menghadapinya; (sekarang) sungguh kalian telah melihatnya dan kalian
menyaksikannya.Allah Swt. berfirman, ditujukan kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin ketika mereka mengalami musibah dalam Perang Uhud hingga tujuh puluh orang di antara mereka gugur.
{قَدْ
خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ سُنَنٌ}
Sesungguhnya telah berlalu sebelum kalian sunnah-sunnah Allah. (Ali
Imran: 137)Yakni telah berlalu hal yang seperti ini di kalangan umat-umat sebelum kalian, yaitu mereka yang mengikuti nabi-nabi. Tetapi pada akhirnya akibat yang terpuji adalah bagi mereka, sedangkan kekalah-an dialami oleh orang-orang kafir. Karena itulah maka dalam firman selanjutnya disebutkan:
{فَسِيرُوا
فِي الأرْضِ فَانْظُروا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ}
Karena itu, berjalanlah kalian di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana
akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (Ali Imran: 137)
*******************
Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
{هَذَا
بَيَانٌ لِلنَّاسِ}
(Al-Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia. (Ali Imran:
138)Yaitu di dalam Al-Qur'an ini terkandung penjelasan semua perkara secara gamblang perihal apa yang dialami oleh umat-umat terdahulu bersama musuh-musuh mereka.
{وَهُدًى
وَمَوْعِظَةٌ}
dan petunjuk serta pelajaran. (Ali Imran: 138)Artinya, di dalam Al-Qur'an terkandung berita umat-umat sebelum kalian, petunjuk bagi hati kalian, serta peringatan bagi kalian agar kalian menghindari hal-hal yang diharamkan dan semua perbuatan dosa.
Kemudian Allah Swt. Berfirman menghibur hati kaum mukmin:
{وَلا
تَهِنُوا}
Janganlah kalian bersikap lemah. (Ali Imran: 139)Yakni janganlah kalian menjadi lemah dan patah semangat karena apa yang baru kalian alami.
{وَلا
تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الأعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ}
dan jangan (pula) kalian bersedih hati, padahal kalianlah orang-orang yang
paling tinggi (derajatnya), jika kalian orang-orang yang beriman. (Ali
Imran: 139)Maksudnya, akibat yang terpuji dan kemenangan pada akhirnya akan kalian peroleh, wahai orang-orang mukmin.
*******************
{إِنْ
يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ}
Jika kalian mendapat luka, maka sesungguhnya kaum itu pun mendapat luka
yang serupa. (Ali Imran: 140)Yakni apabila kalian mengalami luka dan sejumlah orang dari kalian ada yang gugur, maka sesungguhnya musuh-musuh kalian pun pernah mengalami nasib yang serupa, yaitu ada yang terbunuh dan ada yang terluka dalam perang sebelumnya.
{وَتِلْكَ
الأيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ}
Dan masa-masa itu, Kami pergilirkan di antara manusia. (Ali Imran:
140)Yaitu Kami pergilirkan kemenangan itu bagi musuh kalian atas diri kalian dalam sesekali waktu, sekalipun pada akhirnya akibat yang terpuji kalian peroleh, juga kemenangan. Kami lakukan demikian itu karena kebijaksanaan Kami yang mengandung hikmah (buat kalian). Karena itu, dalam firman selanjutnya disebutkan:
{وَلِيَعْلَمَ
اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا}
dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman. (Ali Imran:
140)Ibnu Abbas mengatakan bahwa dalam kondisi seperti itu kita dapat melihat siapa yang bersabar dan teguh dalam menghadapi musuh-musuh.
{وَيَتَّخِذَ
مِنْكُمْ شُهَدَاءَ}
dan supaya sebagian kalian dijadikan-Nya sebagai syuhada. (Ali Imran:
140)Yakni agar sebagian dari kalian gugur di jalan-Nya dan mengorbankan jiwanya untuk memperoleh keridaan-Nya.
وَاللَّهُ
لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ. وَلِيُمَحِّصَ اللَّهُ الَّذِينَ
آمَنُوا}
Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim, dan agar Allah
membersihkan orang-orang yang beriman. (Ali Imran: 140-141)Yaitu menghapuskan dosa-dosa mereka jika mereka mempunyai dosa. Jika mereka tidak mempunyai dosa, maka derajat mereka ditinggikan sesuai dengan musibah yang telah menimpanya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَيَمْحَقَ
الْكَافِرِينَ}
dan membinasakan orang-orang yang kafir. (Ali Imran: 141)Karena sesungguhnya apabila mereka memperoleh kemenangan, niscaya mereka akan bertindak sewenang-wenang dan congkak. Hal tersebut menjadi penyebab bagi kehancuran dan kebinasaan mereka, hingga lenyaplah mereka.
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{أَمْ
حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ
جَاهَدُوا مِنْكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ}
Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk surga, padahal belum nyata
bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kalian, dan belum nyata
orang-orang yang sabar. (Ali Imran: 142)Yakni apakah kalian mengira bahwa kalian masuk surga, sedangkan kalian belum mendapat ujian melalui peperangan dan keadaan-keadaan yang susah. Seperti halnya yang disebutkan di dalam surat Al-Baqarah, melalui firman-Nya:
أَمْ
حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ
خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْساءُ وَالضَّرَّاءُ
وَزُلْزِلُوا
Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk surga, padahal belum datang
kepada kalian (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian?
Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan serta diguncangkan (dengan
bermacam-macam cobaan). (Al-Baqarah: 214), hingga akhir ayat.Juga seperti makna yang terkandung di dalam firman-Nya:
الم
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا
يُفْتَنُونَ
Alif Lam Mim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)
mengatakan, "Kami telah beriman," sedangkan mereka tidak diuji lagi?
(Al-'Ankabut: 1-2)Karena itu, maka dalam surat Ali Imran ini disebutkan melalui firman-Nya:
{أَمْ
حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ
جَاهَدُوا مِنْكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ}
Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk surga, padahal belum nyata
bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kalian, dan belum nyata
orang-orang yang sabar. (Ali Imran: 142)Yakni kalian tidak dapat masuk surga sebelum diuji dan Allah melihat di antara kalian ada orang-orang yang berjihad di jalan-Nya, dan bersabar dalam melawan musuh-musuh Allah.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَلَقَدْ
كُنْتُمْ تَمَنَّوْنَ الْمَوْتَ مِنْ قَبْلِ أَنْ تَلْقَوْهُ فَقَدْ رَأَيْتُمُوهُ
وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ}
Sesungguhnya kalian mengharapkan mati (syahid) sebelum kalian
menghadapinya; (sekarang) sungguh kalian telah melihatnya dan kalian
menyaksikannya. (Ali Imran: 143)Yaitu sesungguhnya dahulu kalian, hai orang-orang mukmin, sebelum perang ini selalu mengharapkan agar bersua dengan musuh-musuh; dan kalian bersemangat menyala-nyala untuk menghadapinya, serta kalian bertekad bulat untuk melangsungkan peperangan dan bersabar dalam menghadapi mereka. Sekarang telah terjadi apa yang selama ini kalian dambakan dan harapkan. Karena itu, berperanglah kalian dan bersabarlah.
Telah ditetapkan di dalam kitab Sahihain, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"لَا
تَمَنَّوْا لِقَاءَ الْعَدُوِّ، وَسَلُوا اللَّهَ الْعَافِيَةَ، فَإذَا
لَقِيتُمُوهُمْ فَاصْبِرُوا، وَاعْلَمُوا أنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ ظِلالِ
السُّيُوفِ"
Janganlah kalian mengharapkan bersua dengan musuh, tetapi mintalah
keselamatan kepada Allah; dan apabila kalian bersua dengan mereka, maka
bersabarlah (teguhkanlah hati kalian). Dan ketahuilah bahwa surga itu berada di
bawah naungan pedang.Karena itu, dalam ayat ini disebutkan:
{فَقَدْ
رَأَيْتُمُوهُ}
Sungguh kalian telah melihatnya.. (Ali Imran:143)yakni kalian telah menyaksikan maut merenggut nyawa di saat tombak-tombak yang tajam beradu dan pedang berkilatan serta barisan pasukan terlibat dalam pertempuran sengit. Hal tersebut keadaannya tidaklah seperti yang digambarkan oleh orang-orang yang ahli bicara karena mereka menggambarkan hal ini hanya berdasarkan imajinasi belaka, bukan berdasarkan kesaksian mata. Gambaran mereka diserupakan dengan kejadian yang dapat disaksikan dengan mata kepala. perihalnya sama dengan imajinasi watak kambing yang pengertianya menunjukkan sikap berteman. sedaangkan kalau gambaran serigala menggambarkan tentang permusuhan.
وَمَا
مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ
قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَى عَقِبَيْهِ
فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ (144) وَمَا
كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تَمُوتَ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ كِتَابًا مُؤَجَّلًا وَمَنْ
يُرِدْ ثَوَابَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَنْ يُرِدْ ثَوَابَ الْآخِرَةِ
نُؤْتِهِ مِنْهَا وَسَنَجْزِي الشَّاكِرِينَ (145) وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ
قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ
اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ (146)
وَمَا كَانَ قَوْلَهُمْ إِلَّا أَنْ قَالُوا رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا
وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ
الْكَافِرِينَ (147) فَآتَاهُمُ اللَّهُ ثَوَابَ الدُّنْيَا وَحُسْنَ ثَوَابِ
الْآخِرَةِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (148)
Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang
rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia
wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang
berbalik ke belakang. maka ia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah
sedikit pun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.
Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai
ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia,
niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki
pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat. Dan Kami akan
memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. Dan berapa banyak nabi yang
berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa.
Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah,
dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah kepada musuh). Allah menyukai
orang-orang yang sabar. Tidak ada doa mereka selain ucapan: "Ya Tuhan kami,
ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam
urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum
yang kafir".Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala
yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebaikan.Setelah kaum muslim mengalami kekalahan dan terpukul mundur dalam perang uhud serta banyak yang gugur diantara mereka, maka setan berseru, "Ingatlah, sesungguhnya Muhammad telah terbunuh!"
Ibnu Qumaiah kembali kepada pasukan kaum musyrik, lalu berkata kepada mereka, "Aku telah membunuh Muhammad." Padahal sesungguhnya dia hanya memukul Rasulullah saw dan melukai kepala beliau. Tetapi seruan tersebut memang mempengaruhi sebagian besar pasukan kaum muslim sehingga mereka menyangka bahwa Rasulullah Saw. benar-benar telah terbunuh (gugur), dan mereka berkeyakinan bahwa terbunuh adalah suatu hal yang mungkin terjadi pada diri Rasulullah Saw. Seperti yang dikisahkan oleh Allah Swt. perihal nasib yang dialami oleh banyak nabi terdahulu. Maka mereka menjadi kendur semangatnya dan lemah serta mundur dari medan perang; sehubungan dengan peristiwa inilah diturunkan firman-Nya:
{وَمَا
مُحَمَّدٌ إِلا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ}
Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu
sebelumnya beberapa orang rasul. (Ali Imran: 144), hingga akhir ayat.Yakni dia mempunyai teladan pada mereka dalam hal kerasulan, juga dalam hal dapat terbunuh (sebagaimana banyak dari kalangan mereka yang dibunuh oleh kaumnya).
Ibnu Abu Nujaih meriwayatkan dari ayahnya, bahwa seorang lelaki dari kalangan Muhajirin bersua dengan seorang lelaki dari kalangan Ansar (dalam medan perang), sedangkan orang Ansar itu tubuhnya dipenuhi oleh darah (dari lukanya). Lalu lelaki Muhajirin berkata kepadanya, "Hai Fulan, tahukah kamu bahwa Muhammad Saw. telah terbunuh?" Maka lelaki Ansar itu menjawab, "Jika Muhammad telah terbunuh, berarti beliau telah menyampaikan risalahnya. Karena itu, berperanglah kalian untuk membela agama kalian." Lalu turunlah firman-Nya: Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. (Ali Imran: 144)
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Baihaqi meriwayatkannya di dalam kitab Dalailun Nubuwwah; kemudian ia mengatakan bahwa hadis ini berpredikat munkar mengingat ada di antara perawinya yang daif.
*******************
{أَفَإِنْ
مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ}
Apakah jika dia wafat atau dibunuh kalian berbalik ke belakang? (Ali
Imran: 144)Yakni kalian mundur ke belakang.
{وَمَنْ
يَنْقَلِبْ عَلَى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا وَسَيَجْزِي اللَّهُ
الشَّاكِرِينَ}
Barang siapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan
mudarat kepada Allah sedikit pun; dan Allah akan memberi balasan kepada
orang-orang yang bersyukur. (Ali Imran: 144)Yang dimaksud dengan 'orang-orang yang bersyukur' ialah mereka yang menjalankan ketaatan kepada-Nya, berperang membela agama-Nya, dan mengikuti Rasul-Nya, baik sewaktu beliau masih hidup ataupun sudah wafat.
Demikian pula telah ditetapkan di dalam kitab-kitab sahih serta kitab-kitab musnad, juga kitab-kitab sunnah serta kitab-kitab Islam lainnya sebuah hadis yang diriwayatkan melalui berbagai jalur yang memberikan pengertian adanya suatu kepastian. Kami mengetengahkan hal tersebut di dalam kedua kitab Musnad Syaikhain, yaitu Abu Bakar dan Umar radiyallahu anhuma. Disebutkan bahwa ketika Rasulullah Saw. wafat, Abu Bakar As-Siddiq r.a. membacakan ayat ini.
قَالَ
الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَير، حَدَّثَنَا اللَّيْثُ، عَنْ عُقيل
عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، أَخْبَرَنِي أَبُو سَلَمة؛ أَنَّ عَائِشَةَ، رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهَا، أَخْبَرَتْهُ أَنَّ أَبَا بَكْرٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَقْبَلُ عَلَى
فَرَس مِنْ مَسْكنه بالسَّنْح حَتَّى نَزَلَ فَدَخَلَ الْمَسْجِدَ، فَلَمْ يُكلم
النَّاسَ حَتَّى دَخَلَ عَلَى عَائِشَةَ فتيمَّم رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وسلم
وَهُوَ
مُغَشى بِثَوْبٍ حِبَرَةٍ، فَكَشَفَ عَنْ وَجْهِهِ [صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ] ثُمَّ أَكُبَّ عَلَيْهِ وقَبَّله وَبَكَى، ثُمَّ قَالَ: بِأَبِي أَنْتَ
وَأُمِّي. وَاللَّهِ لَا يَجْمَعُ اللَّهُ عَلَيْكَ موْتَتَين؛ أَمَّا الْمَوْتَةُ
الَّتِي كُتبت عَلَيْكَ فَقَدْ مُتَّها.
وَقَالَ
الزُّهْرِيُّ: وَحَدَّثَنِي أَبُو سَلمة عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، أَنَّ أَبَا بَكْرٍ
خَرَجَ وَعُمَرُ يُحَدِّث النَّاسَ فَقَالَ: اجْلِسْ يَا عُمَرُ فَأَبَى عمرُ أَنْ
يَجْلِسَ، فَأَقْبَلَ النَّاسُ إِلَيْهِ وَتَرَكُوا عُمَرَ، فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ:
أَمَّا بَعْدُ، مَنْ كانَ يَعْبُدُ مُحَمَّدًا فَإِنَّ مُحَمَّدًا قَدْ مَاتَ،
وَمَنْ كَانَ يَعْبُدُ اللَّهَ فَإِنَّ اللَّهَ حَيّ لَا يَمُوتُ، قَالَ اللَّهُ
تَعَالَى: {وَمَا مُحَمَّدٌ إِلا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ}
إِلَى قَوْلِهِ: {وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ} قَالَ: فَوَاللَّهِ لكَأنّ
النَّاسَ لَمْ يَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ أَنْزَلَ هَذِهِ الْآيَةَ حَتَّى تَلَاهَا
أَبُو بَكْرٍ، فَتَلَقَّاهَا النَّاسُ مِنْهُ كُلُّهُمْ، فَمَا سَمِعَهَا بَشَرٌ
مِنَ النَّاسِ إِلَّا تَلَاهَا.
وَأَخْبَرَنِي
سَعِيدُ بْنُ المُسَيَّب أَنَّ عُمر قَالَ: وَاللَّهِ مَا هُوَ إِلَّا أَنْ
سَمِعْتُ أَبَا بَكْرٍ تَلَاهَا فَعقرتُ حَتَّى مَا تُقِلُّنِي رِجْلَايَ وَحَتَّى
هَوَيتُ إِلَى الْأَرْضِ.
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Bukair,
telah menceritakan kepada kami Al-Lais, dari Aqil, dari Ibnu Syihab, telah
menceritakan kepadaku Abu Salamah, bahwa Siti Aisyah menceritakan kepadanya
bahwa Abu Bakar r.a. (di hari wafatnya Rasulullah Saw.) tiba memakai kendaraan
kuda dari tempat tinggalnya yang terletak di As-Sanah, lalu ia turun dan masuk
ke dalam Masjid (Nabawi). Orang-orang tidak ada yang berbicara, hingga Abu Bakar
masuk menemui Siti Aisyah. Lalu menuju ke arah jenazah Rasulullah Saw. yang saat
itu telah diselimuti dengan kain hibarah (kain yang bersalur). Kemudian ia
Membuka penutup wajah Rasulullah Saw., lalu menangkupinya dan menciuminya seraya
menangis. Setelah itu Abu Bakar berkata: Demi Ayah dan Ibuku menjadi
tebusanmu. Demi Allah, Allah tidak akan menghimpun dua kematian pada dirimu.
Adapun kematian yang telah ditetapkan atas dirimu sekarang telah engkau
laksanakan, Az-Zuhri mengatakan telah menceritakan kepadaku Abu Salamah, dari Ibnu Abbas bahwa ketika Umar sedang berbicara dengan orang-orang, Abu Bakar keluar, lalu berkata, "Duduklah kamu, hai Umar." Lalu Abu Bakar berkata: Amma ba'du Barang siapa yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah wafat Dan barang siapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah hidup kekal dan tidak akan mati.
Kemudian Ia membacakan firman-Nya: Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul Sampai dengan firman-Nya: dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (Ali Imran: 144) Selanjutnya Ibnu Abbas mengatakan, "Demi Allah, seakan-akan orang-orang tidak menyadari bahwa Allah Swt. telah menurunkan ayat ini sebelum Abu Bakar membacakannya kepada mereka. Maka semua orang ikut membacakannya bersama bacaan Abu Bakar dan tidak ada seorang pun yang mendengarnya melainkan ia ikut membacanya."
Telah menceritakan kepadaku Sa'id ibnul Musayab bahwa sahabat Umar r.a. pernah mengatakan, "Demi Allah aku masih dalam keadaan belum sadar kecuali setelah aku mendengar Abu Bakar rnembacakannya, maka tubuhku penuh dengan keringat hingga kedua kakiku tidak dapat menopang diriku lagi karena lemas, hingga aku terjatuh ke tanah."
Abul Qasim At-Tabrani mengatakan telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abdul Aziz, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Hammad ibnu Talhah Al-Qainad. telah menceritakan kepada kami Asbat ibnu Nasr dari samak ibnu Harb. dari ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa sahabat ali —-semasa Rasulullah Saw. masih hidup— pernah membacakan firman-Nya: Apakah jika dia wafat atau terbunuh kalian berbalik ke belakang? (Ali lmran: 144), hingga akhir ayat. Lalu ia berkata: "Demi Allah. kami tidak akan berbalik mundur ke belakang setelah Allah memberi kami petunjuk. Demi Allah, sekiranya beliau wafat atau terbunuh, sungguh aku akan tetap bertempur meneruskan perjuangannya hingga tetes darah penghabisan. Demi Allah, sesungguhnya aku adalah saudaranya, walinya anak paman-nya, dan ahli warisnya. siapakah orangnya yang lebih berhak terhadap beliau selain daripada diriku sendiri."
*******************
Firman Allah Swt.:
وَما
كانَ لِنَفْسٍ أَنْ تَمُوتَ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ كِتاباً
مُؤَجَّلًا
Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah sebagai
ketetapan yang telah ditentukan waktunya. (Ali Imran: 145)Artinya, tidak ada seorang pun yang mati melainkan berdasarkan takdir Allah dan setelah ia memenuhi waktu yang telah ditetapkan oleh Allah untuknya. Karena itulah dalam ayat ini diungkapkan:
{كِتَابًا
مُؤَجَّلا}
sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. (Ali Imran: 145)Makna ayat ini sama dengan ayat lain, yaitu firman-Nya:
وَما
يُعَمَّرُ مِنْ مُعَمَّرٍ وَلا يُنْقَصُ مِنْ عُمُرِهِ إِلَّا فِي
كِتابٍ
Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan
tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh
Mahfuz). (Fathir: 11)Seperti firman-Nya yang lain, yaitu:
هُوَ
الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ طِينٍ ثُمَّ قَضى أَجَلًا وَأَجَلٌ مُسَمًّى
عِنْدَهُ
Dialah Yang menciptakan kalian dari tanah, sesudah itu ditentukan-Nya ajal
(kematian kalian) dan ada lagi suatu ajal yang ditentukan (untuk berbangkit)
yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah mengetahuinya). (Al-An'am:
2)Ayat ini mengandung makna yang memberikan semangat kepada orang-orang yang pengecut dan membangkitkan keberanian mereka untuk berperang. Sesungguhnya maju dan menggeluti peperangan tidak dapat mengurangi atau menambah umur.
Seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim, telah menceritakan kepada kami Al-Abbas ibnu Yazid Al-Abdi, bahwa ia pernah mendengar Abu Mu'awiyah meriwayatkan dari Al-A'masy, dari Habib ibnu Zabyan yang mengatakan bahwa seorang lelaki dari kalangan pasukan kaum muslim yang dikenal dengan nama Hijr ibnu Addi berkata, "Apakah gerangan yang menghambat kalian untuk menyeberangi Sungai Tigris ini untuk menghadapi musuh kita, padahal seseorang tidak akan mati kecuali dengan seizin Allah menurut ketetapan waktu yang telah ditentukan-Nya." Selanjutnya lelaki itu maju, menyeberangi Sungai Tigris dengan kudanya. Ketika ia maju, maka semua pasukan kaum muslim mengikuti jejaknya. Ketika musuh melihat mereka berani menyeberangi sungai itu, maka musuh mereka menjadi kecut dan takut, lalu mereka lari.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَمَنْ
يُرِدْ ثَوَابَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَنْ يُرِدْ ثَوَابَ الآخِرَةِ
نُؤْتِهِ مِنْهَا}
Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya
pahala dunia itu; dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan
(pula) kepadanya pahala akhirat. (Ali Imran: 145)Yakni barang siapa yang amalnya hanya untuk dunia saja, niscaya dia akan mendapatkannya sesuai dengan apa yang telah ditetapkan oleh Allah untuknya, sedangkan di akhirat nanti ia tidak mendapat bagian apa pun. Barang siapa yang berniat dengan amalnya untuk pahala akhirat, niscaya Allah akan memberinya, juga diberikan apa yang telah dibagikan oleh Allah untuknya dalam kehidupan dunia ini. Seperti yang dijelaskan oleh ayat lain, yaitu firman-Nya:
{مَنْ
كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الآخِرَةِ نزدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ وَمَنْ كَانَ يُرِيدُ
حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنْ
نَصِيبٍ}
Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat. akan Kami tambah
keutungan itu baginya; dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia,
Kami berikan Kepadanya sebagian dari keumungan di dunia dan tidak ada baginya
suatu bagian pun di akhirat. (Asy-Syura: 20)
مَنْ
كانَ يُرِيدُ الْعاجِلَةَ عَجَّلْنا لَهُ فِيها مَا نَشاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ
جَعَلْنا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلاها مَذْمُوماً مَدْحُوراً وَمَنْ أَرادَ الْآخِرَةَ
وَسَعى لَها سَعْيَها وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولئِكَ كانَ سَعْيُهُمْ
مَشْكُوراً
Barang siapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka kami segerakan
baginya di dunia itu apa yang kami kehendaki dan kami tentukan baginya neraka
jahannam, ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. Dan barangsiapa
yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan
sungguh-sungguh, sedangkan ia mukmin maka mereka itu adalah orang-orang yang
usahanya dibalas dengan kebaikan. (Al-Isra 18-19)Karena itulah maka dalam ayat berikut ini disebutkan melalui firman-Nya:
{وَسَنَجْزِي
الشَّاكِرِينَ}
Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (Al-
Imran: 145)Yakni Kami akan memberikan kepada mereka sebapan anugerah dan ranmat Kami di dunia dan akhirat sebanding dengan rasa syukur dan amal mereka.
*******************
Kemudian Allah Swt. menghibur kaum mukmin dari musibah yang telah menimpa
mereka dalam Perang Uhud, yang sebelum itu mempengaruhi jiwa mereka. Untuk itu
Allah Swt. berfirman:
{وَكَأَيِّنْ
مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ}
Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama mereka sejumlah besar
dari pengikut(nya) yang bertakwa. (Ali Imran: 146)Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud ialah berapa banyak nabi yang terbunuh dan terbunuh pula bersamanya sejumlah besar pengikutnya yang bertakwa. Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir, karena sesungguhnya dia mengatakan, "Adapun orang-orang yang membaca qutila ma'ahu ribbiyyuna kasir, sesungguhnya mereka mengatakan bahwa yang dimaksud dengan orang yang terbunuh ialah nabi dan sebagian dari para ulama yang mengikutinya, bukan seluruhnya. Kemudian dinafikan (ditiadakan) rasa lesu dan lemah dari orang-orang yang tersisa yang tidak terbunuh."
Ibnu Jarir mengatakan bahwa orang yang membaca qatala mengemukakan alasan yang menjadi pilihannya itu, bahwa seandainya mereka terbunuh, maka firman Allah Swt. yang mengatakan: Mereka tidak menjadi lemah. (Ali Imran: 146) tidak mempunyai kaitan yang dapat dimengerti, mengingat mustahil bila mereka digambarkan sebagai orang-orang yang tidak lemah dan tidak lesu setelah mereka terbunuh.
Kemudian Ibnu Jarir memilih pendapat ulama yang membaca qutila ma'ahu ribbiyyuna kasir (yang terbunuh bersamanya sejumlah besar dari para pengikutnya). Alasannya ialah karena Allah Swt. melalui ayat ini dan ayat-ayat sebelumnya menegur orang-orang yang lari karena kalah dalam Perang Uhud dan meninggalkan medan perang ketika mereka mendengar seruan yang mengatakan bahwa Muhammad telah terbunuh. Maka Allah mencela dan menegur mereka karena mereka melarikan diri dan meninggalkan medan perang. Allah berfirman kepada mereka: Apakah jika dia wafat atau dibunuh, lalu kalian berbalik ke belakang? (Ali Imran: 144) Yaitu kalian murtad dari agama kalian, hai orang-orang mukmin? Menurut pendapat yang lain, makna yang dimaksud ialah berapa banyaknya nabi yang terbunuh di hadapannya sejumlah besar dari para pengikutnya yang setia.
Pendapat Ibnu Ishaq di dalam kitab As-Sirah menunjukkan pengertian yang lain, karena sesungguhnya dia mengatakan bahwa berapa banyaknya nabi yang terbunuh, padahal dia ditemani oleh sejumlah orang yang banyak, tetapi ternyata para pengikutnya tidak lesu dan tidak lemah dalam meneruskan perjuangan nabi mereka sesudah nabi mereka tiada. Mereka tidak takut menghadapi musuh mereka dan tidak menyerah kepada musuh karena kekalahan yang mereka derita dalam jihad demi membela Allah dan agama mereka. Sikap seperti inilah yang dinamakan sifat sabar. Allah menyukai orang-orang yang sabar. (Ali Imran: 146) Dengan demikian, berarti ia menjadikan firman-Nya: sedangkan ia ditemani oleh sejumlah besar pengikutnya yang bertakwa. (Ali Imran: 146) sebagai jumlah hal (kata keterangan keadaan).
Pendapat ini ternyata mendapat dukungan dari As-Suhaili, dan ia membela pendapat ini dengan pembelaan yang berlebihan. Tetapi dia memang beralasan karena berdasarkan firman-Nya: Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka. (Ali Imran: 146), hingga akhir ayat.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Al-Umawi di dalam kitab Al-Magazi, yang ia nukil dari kitab Muhammad ibnu Ibrahim; tiada orang lain yang meriwayatkan pendapat ini selain dia.
Sebagian dari mereka ada yang membaca firman-Nya: yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya). (Ali Imran: 146) Yang dimaksud dengan ribbiyyuna ialah ribuan.
Ibnu Abbas, Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Ikrimah, Al-Hasan, Qatadah, As-Saddi, Ar-Rabi', dan Ata Al-Khurrasani semuanya mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ribbiyyuna ialah jamaah-jamaah yang banyak jumlahnya.
Abdur Razzaq meriwayatkan dari Ma'mar, dari ibnul Hasan, sehubungan dengan firman-Nya: sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. (Ali Imran: 146) Yang dimaksud dengan ribbiyyuna kasir ialah ulama yang banyak jumlahnya. Diriwayatkan pula dari Ma'mar, dari ibnul Hasan, bahwa mereka adalah para ulama yang sabar, yakni yang berbakti dan bertakwa.
Ibnu Jarir meriwayatkan dari salah seorang ahli nahwu Basrah, bahwa ribbiyyun adalah orang-orang yang menyembah Rabb (Tuhan) Yang Mahaagung lagi Mahatinggi. Ibnu Jarir mengatakan bahwa pendapat ini disanggah oleh sebagian dari kalangan mereka. Disebutkan bahwa seandainya makna yang dimaksud adalah seperti itu, niscaya huruf ra-nya di-fathah-kan hingga menjadi rabbiyyun.
Ibnu Zaid mengatakan bahwa ribbiyyuna adalah para pengikut dan rakyat, sedangkan rabbabiyyun artinya para penguasa.
*******************
{فَمَا
وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا
اسْتَكَانُوا}
Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan
Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). (Ali Imran:
146)Menurut Qatadah dan Ar-Rabi' ibnu Anas, makna firman-Nya: dan mereka (sama sekali) tidak lesu. (Ali Imran: 146) Yakni mereka tidak lemah semangat karena terbunuhnya nabi mereka. dan tidak (pula) mereka menyerah. (Ali Imran: 146) Yaitu mereka sama sekali tidak pernah mundur dari kewajiban membantu nabi-nabi mereka dan agama mereka, yakni dengan berperang meneruskan perjuangan nabi Allah hingga bersua dengan Allah, sampai titik darah penghabisan.
Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan tidak pula mereka menyerah. (Ali Imran: 146) Maksudnya, tunduk dan menyerah kepada musuh. Menurut Ibnu Zaid, artinya mereka tidak pernah menyerah kepada musuh mereka.
Menurut Muhammad ibnu Ishaq, As-Saddi, dan Qatadah, semangat juang mereka sama sekali tidak pernah kendur karena bencana yang menimpa mereka, yaitu ketika nabi mereka terbunuh.
*******************
{وَاللَّهُ
يُحِبُّ الصَّابِرِينَ. وَمَا كَانَ قَوْلَهُمْ إِلا أَنْ قَالُوا رَبَّنَا اغْفِرْ
لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا
وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ}
Allah menyukai orang-orang yang sabar. Tidak ada doa mereka selain ucapan,
"Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang
berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah
kami terhadap kaum yang kafir." (Ali Imran: 146 — 147)Yakni mereka tidak mengucapkan kecuali hanya doa tersebut.
{فَآتَاهُمُ
اللَّهُ ثَوَابَ الدُّنْيَا}
Karena itu, Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia. (Ali
Imran: 148) Yaitu berupa pertolongan, kemenangan, dan akibat yang terpuji.
{وَحُسْنَ
ثَوَابِ الآخِرَةِ}
dan pahala yang baik di akhirat. (Ali Imran: 148) Artinya, dihimpunkan bagi mereka pahala di dunia dan pahala akhirat.
{وَاللَّهُ
يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ}
Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan. (Ali Imran:
148)
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تُطِيعُوا الَّذِينَ كَفَرُوا يَرُدُّوكُمْ عَلَى
أَعْقَابِكُمْ فَتَنْقَلِبُوا خَاسِرِينَ (149) بَلِ اللَّهُ مَوْلَاكُمْ وَهُوَ
خَيْرُ النَّاصِرِينَ (150) سَنُلْقِي فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُوا الرُّعْبَ
بِمَا أَشْرَكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَمَأْوَاهُمُ
النَّارُ وَبِئْسَ مَثْوَى الظَّالِمِينَ (151) وَلَقَدْ صَدَقَكُمُ اللَّهُ
وَعْدَهُ إِذْ تَحُسُّونَهُمْ بِإِذْنِهِ حَتَّى إِذَا فَشِلْتُمْ وَتَنَازَعْتُمْ
فِي الْأَمْرِ وَعَصَيْتُمْ مِنْ بَعْدِ مَا أَرَاكُمْ مَا تُحِبُّونَ مِنْكُمْ
مَنْ يُرِيدُ الدُّنْيَا وَمِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الْآخِرَةَ ثُمَّ صَرَفَكُمْ
عَنْهُمْ لِيَبْتَلِيَكُمْ وَلَقَدْ عَفَا عَنْكُمْ وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَلَى
الْمُؤْمِنِينَ (152) إِذْ تُصْعِدُونَ وَلَا تَلْوُونَ عَلَى أَحَدٍ وَالرَّسُولُ
يَدْعُوكُمْ فِي أُخْرَاكُمْ فَأَثَابَكُمْ غَمًّا بِغَمٍّ لِكَيْلَا تَحْزَنُوا
عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا مَا أَصَابَكُمْ وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
(153)
Hai orang-orang yang beriman, jika kalian
menaati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kalian ke
belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kalian orang-orang yang rugi. Tetapi
(ikutilah Allah), Allah-lah Pelindung kalian, dan Dia-lah sebaik-baik Penolong.
Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka
mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan
keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah
seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zalim. Dan sesungguhnya Allah
telah memenuhi janji-Nya kepada kalian, ketika kalian membunuh mereka dengan
izin-Nya sampai pada saat kalian lemah dan berselisih dalam urusan itu dan
mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepada kalian apa yang
kalian sukai. Di antara kalian ada orang yang menghendaki dunia dan di antara
kalian ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kalian
dari mereka untuk menguji kalian; dan sesungguhnya Allah telah memaafkan kalian.
Dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang-orang yang beriman.
(Ingatlah) ketika kalian lari dan tidak menoleh kepada seseorang pun, sedangkan
Rasul yang berada di antara kawan-kawan kalian yang lain memanggil kalian.
Karena itu, Allah menimpakan atas kalian kesedihan atas kesedihan, supaya kalian
jangan bersedih hati terhadap apa yang luput dari kalian dan terhadap apa yang
menimpa kalian. Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan.Allah Swt. memperingatkan hamba-hamba-Nya yang beriman terhadap sikap menaati orang-orang kafir dan orang-orang munafik, karena sesungguhnya taat kepada mereka dapat mengakibatkan kehancuran dan kehinaan di dunia dan akhirat. Karena itulah Allah Swt. berfirman:
{إِنْ
تُطِيعُوا الَّذِينَ كَفَرُوا يَرُدُّوكُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ فَتَنْقَلِبُوا
خَاسِرِينَ}
jika kalian menaati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka
mengembalikan kalian ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kalian
orang-orang yang rugi. (Ali Imran: 149)Selanjutnya Allah memerintahkan mereka agar taat kepada-Nya, berpihak kepada-Nya, membantu menegakkan agama-Nya, dan bertawakal kepada-Nya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{بَلِ
اللَّهُ مَوْلاكُمْ وَهُوَ خَيْرُ النَّاصِرِينَ}
Tetapi (ikutilah Allah), Allah-lah Pelindung kalian, dan Dialah
sebaik-baik Penolong. (Ali Imran: 150)
*******************
Kemudian Allah Swt. menyampaikan berita gembira kepada mereka bahwa Dia akan
menimpakan ke dalam hati musuh-musuh mereka rasa takut dan hina terhadap mereka,
disebabkan kekufuran dan kemusyrikan musuh-musuh mereka. Selain itu Allah telah
menyiapkan buat musuh-musuh mereka itu azab dan pembalasan di kampung akhirat
nanti. Hal ini diungkapkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
{سَنُلْقِي
فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُوا الرُّعْبَ بِمَا أَشْرَكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ
يُنزلْ بِهِ سُلْطَانًا وَمَأْوَاهُمُ النَّارُ وَبِئْسَ مَثْوَى
الظَّالِمِينَ}
Akan kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan
mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan
keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah
seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zalim. (Ali Imran: 151)Telah disebutkan di dalam kitab Sahihain sebuah hadis dari Jabir ibnu Abdullah, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
«أُعْطِيتُ
خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ أَحَدٌ مِنَ الْأَنْبِيَاءِ قَبْلِي: نُصِرْتُ
بِالرُّعْبِ مَسِيرَةَ شَهْرٍ، وَجُعِلَتْ لِي الْأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا،
وَأُحِلَّتْ لِيَ الْغَنَائِمُ، وَأُعْطِيتُ الشَّفَاعَةَ، وَكَانَ النَّبِيُّ
يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ
عَامَّةً»
Aku telah diberi lima perkara yang belum pernah diberikan kepada seorang
Nabi pun sebelumku, yaitu: Aku diberi pertolongan melalui rasa takut (yang
ditimpakan ke dalam hati musuh) sejauh perjalanan satu bulan, dijadikan untukku
tanah ini sebagai masjid (tempat salat) dan suci (lagi menyucikan), dihalalkan
bagiku ganimah-ganimah (rampasan perang), aku diberi izin untuk meruberikan
syafaat, dan dahulu seorang nabi diutus hanya khusus untuk kaumnya sendiri,
sedangkan aku diutus untuk seluruh umat manusia.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي عَدِيّ عَنْ سُلَيْمَانَ
-يَعْنِي التَّيْمِيَّ-عَنْ سَيّار، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عليه وسلم قال: "فَضَّلَني [رَبِّي] عَلَى الأنْبِيَاء -أَوْ قَالَ:
عَلَى الأمَمِ-بأَرْبَعٍ" قَالَ "أُرْسِلْتُ إلَى النَّاسِ كَافَّةً وَجُعِلَتْ
لِيَ الأرْضُ كُلُّهَا وَلأمَّتِي مَسْجِدًا وَطَهُورًا فَأيْنَمَا أدْرَكَتْ
رَجُلا مِنْ أُمَّتِي الصَّلاةُ فَعِنْدَهُ مَسْجِدُهُ و طَهُوُرهُ، ونُصِرْتُ
بِالرُّعْبِ مَسِيرَة شَهْرٍ يَقْذِفُهُ فِي قُلُوبِ أَعْدَائِي وأحَل لِيَ
الغنائِم".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abu Addi,
dari Sulaiman At-Taimi, dari Sayyar, dari Abu Umamah, bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda: Allah menjadikan aku lebih utama di atas para nabi —atau
atas seluruh umat (manusia)— dengan empat perkara. Aku diutus untuk seluruh umat
manusia; bumi seluruhnya dijadikan untukku dan umatku sebagai masjid dan suci
(lagi menyucikan), maka di mana pun seseorang dari umatku menjumpai waktu salat,
di tempat itulah masjid dan sarana bersucinya; aku diberi pertolongan melalui
rasa takut yang mencekam hati musuh-musuhku dalam jarak perjalanan satu bulan;
dan ganimah (rampasan perang) dihalalkan bagiku.Imam Turmuzi meriwayatkannya melalui hadis Sulaiman At-Taimi, dari Yasar Al-Qurasyi Al-Umawi —maula mereka adalah Ad-Dimasyqi, penduduk kota Basrah—, dari Abu Umamah (yaitu Sada ibnu Ajlan r.a.) dengan lafaz yang sama, dan Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.
قَالَ
سَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ: أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْب، أَخْبَرَنِي عَمْرُو بْنُ
الْحَارِثِ: أَنَّ أَبَا يُونُسَ حَدَّثَهُ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ؛ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى الله عليه وسلم قَالَ: "نُصِرْتُ بِالرُّعْبِ عَلَى
الْعَدُوِّ".
Sa'id ibnu Mansur mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah
menceritakan kepadaku Amr ibnul Haris, bahwa Abu Yunus telah menceritakan
kepadanya, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda: Aku diberi pertolongan dengan melalui rasa takut yang mencekam
musuh.Imam Muslim meriwayatkannya dari hadis Ibnu Wahb.
وَرَوَى
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا
إِسْرَائِيلُ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ عَنْ أَبِي بُرْدَة، عَنْ أَبِيهِ أَبِي
مُوسَى قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"أُعْطِيتُ خَمْسًا: بُعِثْتُ إلَى الأحْمَرِ وَالأسْوَدِ، وَجعلَتْ لِيَ الأرْض
طَهُورًا ومَسْجِدًا، وأُحِلَّتْ لِيَ الْغَنَائِم وَلَمْ تَحِل لِمَنْ كَانَ
قَبْلِي، ونُصِرْتُ بِالرُّعْبِ شَهْرًا، وأُعْطِيتُ الشَّفَاعَةَ، وَلَيْسَ مِنْ
نَبِيٍّ إِلَّا وَقَدْ سَأَل شَفَاعَتَهُ، وإنِّي اخْتَبَأتُ شَفَاعَتِي، ثُمَّ
جَعَلْتُهَا لِمَنْ مَاتَ لَا يُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئًا".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Husain ibnu Muhammad,
telah menceritakan kepada kami Israil, dari Abu Ishaq, dari Abu Burdah, dari Abu
Musa yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Aku dianugerahi
lima perkara, yaitu aku diutus kepada orang yang berkulit merah dan hitam
(seluruh umat manusia); tanah dijadikan untukku suci (lagi menyucikan) dan
sebagai masjid; ganimah dihalalkan bagiku, sedangkan sebelumku ganimah tidak
pernah dihalalkan buat seorang pun; aku diberi pertolongan dengan rasa takut
(yang mencekam hati musuh) dalam jarak perjalanan satu bulan; aku diberi izin
memberikan syafaat, tiada seorang nabi pun melainkan pernah meminta syafaat, dan
sesungguhnya aku simpan syafaatku buat orang yang meninggal dunia dalam keadaan
tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu pun.Hadis ini hanya diriwayatkan oleh Imam Ahmad sendiri.
Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut. (Ali Imran: 151). Allah menimpakan rasa takut ke dalam hati Abu Sufyan (dalam Perang Ahzab, pent.), maka ia kembali ke Mekah (bersama pasukan bersekutunya). Lalu Nabi Saw. bersabda:
«إِنَّ
أَبَا سُفْيَانَ قَدْ أَصَابَ مِنْكُمْ طَرَفًا، وَقَدْ رَجَعَ وَقَذَفَ اللَّهُ
فِي قَلْبِهِ الرُّعْبَ»
Sesungguhnya Abu Sufyan telah tertimpa suatu tekanan dari kalian; kini ia
kembali, sedangkan Allah telah memasukkan rasa takut ke dalam hatinya.Hadis ini diriwayatkan pula oleh Ibnu Abu Hatim.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَلَقَدْ
صَدَقَكُمُ اللَّهُ وَعْدَهُ إِذْ تَحُسُّونَهُمْ بِإِذْنِهِ
Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kalian, ketika
kalian membunuh mereka dengan izin-Nya. (Ali Imran: 152)Ibnu Abbas mengatakan bahwa Allah telah menjanjikan kepada kaum mukmin akan beroleh kemenangan. Menurut salah satu di antara dua pendapat yang disebut di muka, firman Allah Swt. yang mengatakan:
إِذْ
تَقُولُ لِلْمُؤْمِنِينَ أَلَنْ يَكْفِيَكُمْ أَنْ يُمِدَّكُمْ رَبُّكُمْ
بِثَلاثَةِ آلافٍ مِنَ الْمَلائِكَةِ مُنْزَلِينَ بَلى إِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا
وَيَأْتُوكُمْ مِنْ فَوْرِهِمْ هَذَا يُمْدِدْكُمْ رَبُّكُمْ بِخَمْسَةِ آلافٍ مِنَ
الْمَلائِكَةِ مُسَوِّمِينَ
(Ingatlah) ketika kamu mengatakan kepada orang-orang mukmin, "Apakah tidak
cukup bagi kalian Allah membantu kalian dengan tiga ribu malaikat yang
diturunkan (dari langit)?" Ya (cukup), jika kalian bersabar dan bertakwa dan
mereka datang menyerang kalian dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong
kalian dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda. (Ali Imran:
124-125)menunjukkan bahwa peristiwa ini terjadi dalam Perang Uhud. Karena jumlah pasukan musuh mereka terdiri atas tiga ribu personel. Ketika pasukan kaum muslim menghadapi mereka, maka kemenangan dan keberuntungan berada di pihak pasukan Islam pada permulaan siang harinya. Tetapi setelah terjadi pelanggaran perintah yang dilakukan oleh pasukan pemanah kaum muslim dan sebagian pasukan kaum muslim merasa frustasi, maka janji ini ditangguhkan, karena syarat dari janji ini ialah hendaknya mereka sabar dalam menghadapi musuh dan taat kepada pimpinan (Nabi Saw.). Karena itu, dalam ayat ini disebutkan:
{وَلَقَدْ
صَدَقَكُمُ اللَّهُ وَعْدَهُ}
Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kalian.
(Ali Imran: 152), Yakni pada permulaan siang hari.
{إِذْ
تَحُسُّونَهُمْ بِإِذْنِهِ}
Ketika kalian membunuh mereka dengan izin-Nya. (Ali Imran:
152), Yaitu kalian dapat membunuh mereka dengan kekuasaan Allah yang diberikan kepada kalian terhadap mereka.
{حَتَّى
إِذَا فَشِلْتُمْ}
sampai pada saat kalian lemah. (Ali Imran: 152)Ibnu Juraij mengatakan bahwa menurut Ibnu Abbas, yang dimaksud dengan al-fasyl ialah frustasi atau menjadi pengecut.
{وَتَنَازَعْتُمْ
فِي الأمْرِ وَعَصَيْتُمْ}
dan kalian berselisih dalam urusan itu dan kalian mendurhakai perintah
(Rasul). (Ali Imran: 152), Seperti yang terjadi pada pasukan pemanah kaum
muslim.
{مِنْ
بَعْدِ مَا أَرَاكُمْ مَا تُحِبُّونَ}
sesudah Allah memperlihatkan kepada kalian apa yang kalian sukai. (Ali
Imran: 152) Yakni kemenangan yang kalian raih atas mereka.
{مِنْكُمْ
مَنْ يُرِيدُ الدُّنْيَا}
Di antara kalian ada orang yang menghendaki dunia. (Ali Imran: 152)
Mereka adalah orang-orang yang menginginkan dapat ganimah setelah melihat pasukan musuh terpukul mundur.
{وَمِنْكُمْ
مَنْ يُرِيدُ الآخِرَةَ ثُمَّ صَرَفَكُمْ عَنْهُمْ
لِيَبْتَلِيَكُمْ}
dan di antara kalian ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah
memalingkan kalian dari mereka untuk menguji kalian. (Ali Imran: 152) Kemudian Allah memberikan kesempatan menang kepada mereka atas kalian untuk menguji dan mencoba kalian.
{وَلَقَدْ
عَفَا عَنْكُمْ}
dan sesungguhnya Allah telah memaafkan kalian. (Ali Imran: 152) Yakni mengampuni kalian atas perbuatan kalian yang demikian itu, karena —hanya Allah Yang lebih mengetahui— jumlah personel pasukan musuh dan peralatan mereka lebih banyak, sedangkan pasukan kaum muslim dan peralatannya sedikit.
Ibnu Juraij mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan sesungguhnya Allah telah memaafkan kalian. (Ali Imran: 152) Yaitu dengan tidak memusnahkan kalian. Hal yang sama dikatakan pula oleh Muhammad ibnu Ishaq; kedua riwayat ini diceritakan oleh Ibnu Jarir.
{وَاللَّهُ
ذُو فَضْلٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ}
Dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang-orang yang
beriman. (Ali Imran: 152)
*******************
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ أخبرنا عبد الرحمن ابن
أَبِي الزِّنَادِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عُبَيد اللَّهِ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ
قَالَ: مَا نَصَرَ اللَّهُ فِي مَوْطِن كَمَا نَصَرَهُ يَوْمَ أُحُدٍ. قَالَ:
فَأَنْكَرْنَا ذَلِكَ، فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: بَيْنِي وَبَيْنَ مَنْ أَنْكَرَ
ذَلِكَ كتابُ اللَّهِ، إِنَّ اللَّهَ يَقُولُ فِي يَوْمِ أُحُدٍ: {وَلَقَدْ
صَدَقَكُمُ اللَّهُ وَعْدَهُ إِذْ تَحُسُّونَهُمْ بِإِذْنِهِ} يَقُولُ ابْنُ
عَبَّاسٍ: والحَسُّ: الْقَتْلُ {حَتَّى إِذَا فَشِلْتُمْ وَتَنَازَعْتُمْ فِي
الأمْرِ وَعَصَيْتُمْ مِنْ بَعْدِ مَا أَرَاكُمْ مَا تُحِبُّونَ مِنْكُمْ مَنْ
يُرِيدُ الدُّنْيَا وَمِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الآخِرَةَ} الْآيَةَ وَإِنَّمَا عَنَى
بِهَذَا الرُّمَاةَ، وَذَلِكَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَقَامَهُمْ فِي مَوْضِعٍ، ثُمَّ قَالَ: "احْمُوا ظُهُورَنَا، فَإنْ رَأيْتُمُونَا
نُقْتَلُ فَلا تَنْصُرُونَا وَإنْ رَأَيْتُمُونَا قَدْ غَنِمْنَا فَلا
تُشْرِكُونَا. فَلَمَّا غَنِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وأباحُوا عَسْكَرَ الْمُشْرِكِينَ أَكَبَّتِ الرُّماة جَمِيعًا [وَدَخَلُوا] فِي
الْعَسْكَرِ يَنْهَبُونَ، وَلَقَدِ الْتَقَتْ صُفُوفُ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَهُم هَكَذَا -وَشَبَّكَ بَيْنَ
يَدَيْهِ-وَانْتَشَبُوا، فَلَمَّا أَخَلَّ الرُّمَاةُ تِلْكَ الْخَلَّةِ الَّتِي
كَانُوا فِيهَا، دَخَلَتِ الْخَيْلُ مِنْ ذَلِكَ الْمَوْضِعِ عَلَى أَصْحَابِ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَضَرَبَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا
وَالْتَبُسُوا، وقُتل من المسلمين ناس
كَثِيرٌ،
وَقَدْ كَانَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْحَابِهِ
أَوَّلَ النَّهَارِ، حَتَّى قُتِل مِنْ أَصْحَابِ لِوَاءِ الْمُشْرِكِينَ سَبْعَةٌ
أَوْ تسعةٌ، وَجَالَ الْمُسْلِمُونَ جَوْلَةً نَحْوَ الْجَبَلِ وَلَمْ يَبْلُغُوا
-حَيْثُ يَقُولُ النَّاسُ-الْغَارَ، إِنَّمَا كَانَ تَحْتَ المِهْراس، وَصَاحَ
الشَّيْطَانُ: قُتل مُحَمَّدٌ، فَلَمْ يُشَك فِيهِ أَنَّهُ حَقٌّ، فَمَا زِلْنَا
كَذَلِكَ مَا نَشُك أَنَّهُ حَقٌّ، حَتَّى طَلَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ السَّعْدَيْنِ، نَعْرِفُهُ بِتَلَفُّتِهِ إِذَا مَشَى
-قَالَ: فَفَرِحْنَا حَتَّى كَأَنَّهُ لَمْ يُصِبْنَا مَا أَصَابَنَا-قَالَ:
فَرَقِيَ نَحْوَنَا وَهُوَ يَقُولُ: "اشْتَدَّ غَضَبَ اللهِ عَلَى قَوْمٍ دَمَّوْا
وَجْهَ رَسُولِ اللهِ". وَيَقُولُ مَرَّةً أُخْرَى: "اللَّهم إِنَّهُ لَيْسَ لَهم
أنْ يَعْلُونَا". حَتَّى انْتَهَى إِلَيْنَا، فَمَكَثَ سَاعَةً، فَإِذَا أَبُو
سُفْيَانَ يَصِيحُ فِي أَسْفَلِ الْجَبَلِ: اعْلُ هُبَلُ، مَرَّتَيْنِ -يَعْنِي
آلِهَتَهُ-أَيْنَ ابْنُ أَبِي كَبْشة؟ أَيْنَ ابْنُ أَبِي قحَافة؟ أَيْنَ ابْنُ
الْخَطَّابِ؟ فَقَالَ عُمَرُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَلَا أُجِيبَهُ؟ قَالَ:
"بَلَى" قَالَ: فَلَمَّا قَالَ: اعْلُ هُبَلُ. قَالَ عُمَرُ: اللَّهُ أَعْلَى
وَأَجَلُّ. فَقَالَ أَبُو سُفْيَانَ: قَدْ أَنْعَمَتْ عَيْنُهَا فعَادِ عَنْهَا
أَوْ: فَعَالِ! فَقَالَ: أَيْنَ ابْنُ أَبِي كَبْشَةَ؟ أَيْنَ ابْنُ أَبِي قُحَافة؟
أَيْنَ ابْنُ الْخَطَّابِ؟ فَقَالَ عُمَرُ: هَذَا رَسُولُ اللَّهِ، وَهَذَا أَبُو
بَكْرٍ، وَهَا أَنَا ذَا عُمَرُ. قَالَ: فَقَالَ أَبُو سُفْيَانَ: يَوْمٌ بِيَوْمِ
بَدْرٍ، الْأَيَّامُ دُوَل، وَإِنَّ الْحَرْبَ سِجَال. قَالَ: فَقَالَ عُمَرُ: لَا
سَوَاءً، قَتْلَانَا فِي الْجَنَّةِ وَقَتْلَاكُمْ فِي النَّارِ. قَالَ إِنَّكُمْ
تَزْعُمُونَ ذَلِكَ، لَقَدْ خِبْنا إِذًا وخَسِرْنا ثُمَّ قَالَ أَبُو سُفْيَانَ:
إِنَّكُمْ سَتَجِدُونَ فِي قَتْلَاكُمْ مُثْلَةً وَلَمْ يَكُنْ ذَلِكَ عَلَى رَأْيِ
سُرَاتِنَا. قَالَ: ثُمَّ أدركَتْه حَمِيَّة الْجَاهِلِيَّةِ فَقَالَ: أَمَا
إِنَّهُ إِنْ كَانَ ذَلِكَ لَمْ نَكْرهْه.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Daud,
telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Abuz Zanad, dari ayahnya, dari
Ubaidillah, dari Ibnu Abbas, yang mengatakan bahwa Allah belum pernah menolong
Nabi Saw. seperti pertolongan-Nya dalam Perang Uhud. Ketika kami mengingkari hal
tersebut, maka Ibnu Abbas berkata bahwa ia berani bersumpah atas nama Kitabullah
antara dirinya dan orang yang mengingkari hal tersebut. Karena sesungguhnya
dalam Perang Uhud Allah Swt. telah berfirman: Dan sesungguhnya Allah telah
memenuhi janji-Nya kepada kalian, ketika kalian membunuh mereka dengan
izin-Nya. (Ali Imran: 152); Ibnu Abbas dan Al-Hasan mengatakan sehubungan
dengan makna al-fasyl yang ada dalam firman-Nya: sampai pada saat
kalian lemah dan berselisih pendapat dalam urusan itu dan mendurhakai perintah
(Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepada kalian apa yang kalian sukai. Di
antara kalian ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kalian ada orang
yang menghendaki akhirat. (Ali Imran: 152), hingga akhir ayat. Yang dimaksud
dengan 'kalian' dalam ayat ini adalah pasukan pemanah, karena Nabi Saw.
menempatkan mereka dalam suatu posisi yang sangat strategis, lalu beliau
bersabda: Lindungilah punggung kami; jika kalian melihat kami terpukul,
janganlah kalian membantu kami; dan jika kalian melihat kami menjarah ganimah,
janganlah kalian ikut-ikutan dengan kami (yakni tetaplah kalian pada posisi
kalian dalam keadaan apa pun). Tetapi ketika Nabi Saw. dan pasukannya
berhasil menjarah ganimah dan menyingkirkan pasukan kaum musyrik, maka semua
pasukan pemanah turun ke medan pertempuran, ikut menjarah ganimah. Ketika
pasukan kaum musyrik melihat posisi pasukan pemanah telah dikosongkan, maka
pasukan berkuda kaum musyrik masuk dari celah tersebut dan menyerang
sahabat-sahabat Rasulullah Saw. sehingga terjadilah perang sengit; sebagian
mereka memukul sebagian yang lain karena dalam keadaan kalut, sehingga banyak
dari kalangan pasukan kaum muslim yang terbunuh. Padahal pada awal pertempuran,
kemenangan berada di pihak pasukan Rasulullah Saw. sehingga mampu membunuh
sekitar tujuh atau sembilan orang pasukan kaum musyrik yang memegang panji.
Kemudian pasukan kaum musyrik beroleh kemenangan dan maju ke arah bukit, tetapi
mereka tidak mampu sampai ke bukit karena orang-orang mengatakan bahwa pasukan
kaum muslim berada di dalam posisi kuat. Lalu setan berseru bahwa Muhammad telah
terbunuh, dan mereka tidak meragukan kebenaran seruan tersebut. Kami (pasukan
kaum muslim) masih tetap dalam keadaan tidak meragukan bahwa berita itu benar
sebelum Rasulullah Saw. muncul dengan diapit oleh dua Sa'd; beliau kami kenal
melalui kedua pundaknya apabila berjalan. Maka kami gembira sehingga kami
merasakan bahwa seakan-akan kami tidak tertimpa bencana yang sekarang menimpa
diri kami. Lalu Rasulullah Saw. naik ke arah kami seraya bersabda: Murka
Allah sangat keras terhadap kaum yang berani melukai wajah Rasulullah.
Terkadang beliau bersabda: Mereka tidak akan dapat mengalahkan
kita. Ketika beliau Saw. sampai pada kami, maka beliau tinggal
sesaat. Tiba-tiba Abu Sufyan berseru dari arah bawah bukit, "Tinggilah Hubal,"
sebanyak dua kali menyebut nama berhala sesembahannya, "Di manakah Ibnu Abu
Kabsyah (maksudnya Nabi Saw.), di manakah Ibnu Abu Quhafah, di manakah Ibnul
Khattab?" Maka Umar r.a. berkata, "Wahai Rasulullah, bolehkah aku menjawabnya?"
Nabi Saw. bersabda, "Ya." Ketika Abu Sufyan menyerukan kalimat, "Tinggilah
Hubal," maka Umar r.a. menjawab, "Allah Mahatinggi lagi Mahaagung." Abu Sufyan
berkata, "Kamu telah enak sekarang?" Umar menjawab, "Karena meninggalkannya
(Hubal)." Abu Sufyan kembali berkata, "Di manakah Ibnu Abu Kabsyah, di manakah
Ibnu Abu Quhafah, di manakah Ibnul Khattab?" Umar berkata, "Inilah Rasulullah,
ini Abu Bakar, dan inilah aku, Umar." Abu Sufyan berkata, "Kemenangan hari ini
adalah pembalasan kekalahan dalam Perang Badar, hari-hari itu bergilir dan
sesungguhnya perang itu silih berganti." Umar menjawab, "Tidak sama. Orang-orang
kami yang gugur berada di dalam surga, sedangkan orang-orang kalian yang gugur
berada di dalam neraka." Abu Sufyan berkata, "Itu hanyalah menurut dugaan
kalian. Kalau demikian, berarti kami kecewa dan merugi." Lalu Abu Sufyan berkata
lagi, "Sesungguhnya kalian nanti akan menemukan di antara orang-orang kalian
yang gugur ada yang dicincang, tetapi hal tersebut bukan keluar dari pendapat
pemimpin-pemimpin kami." Kemudian hati Abu Sufyan terbakar oleh fanatisme
Jahiliah, lalu ia berkata lagi, "Ingatlah, jika hal tersebut terjadi, kami tidak
membencinya (yakni menyetujuinya)."Hadis ini garib, dan konteksnya mengherankan, ia termasuk salah satu di antara hadis mursal ibnu Abbas, karena sesungguhnya dia tidak ikut dalam Perang Uhud, baik dia sendiri ataupun ayahnya.
Imam Hakim mengetengahkannya di dalam kitab Mustadrak, dari Abun Nadr Al-Faqih, dari Usman ibnu Sa'id, dari Sulaiman ibnu Daud ibnu Ali ibnu Abdullah ibnu Abbas dengan lafaz yang sama.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dan Imam Baihaqi dalam kitab Dalailun Nubuwwah melalui hadis Sulaiman ibnu Daud Al-Hasyimi dengan lafaz yang sama. Sebagian dari hadis ini ada saksi penguatnya di dalam kitab-kitab sahih dan kitab lainnya.
حَدَّثَنَا
عَفَّانُ، حَدَّثَنَا حَمَّادٌ، حَدَّثَنَا عَطَاءُ بْنُ السَّائِبِ عَنِ
الشَّعْبِيِّ، عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: إِنَّ النِّسَاءَ كُنَّ يَوْمَ أُحُدٍ،
خلْف الْمُسْلِمِينَ، يُجْهزْن عَلَى جَرْحى الْمُشْرِكِينَ، فَلَوْ حَلَفت
يَوْمَئِذٍ رَجَوْتُ أَنْ أبَر: أَنَّهُ لَيْسَ أَحَدٌ مِنَّا يُرِيدُ الدُّنْيَا،
حَتَّى أَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: {مِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الدُّنْيَا
وَمِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الآخِرَةَ ثُمَّ صَرَفَكُمْ عَنْهُمْ لِيَبْتَلِيَكُمْ}
فَلَمَّا خَالَفَ أَصْحَابُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وعَصَوا
مَا أُمِرُوا بِهِ، أُفْرِدَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فِي تِسْعَةٍ: سَبْعَةٌ مِنَ الْأَنْصَارِ، وَرَجُلَيْنِ مِنْ قُرَيْشٍ، وَهُوَ
عَاشِرُهُمْ، فَلَمَّا رهقُوه [قَالَ: "رَحِمَ اللهُ رَجُلًا رَدَّهُمْ عَنَّا".
قَالَ: فَقَامَ رَجُلٌ مِنَ الْأَنْصَارِ فَقَاتَلَ سَاعَةً حَتَّى قُتِلَ،
فَلَمَّا رَهقُوه] أَيْضًا قَالَ: "رَحِمَ اللهُ رَجُلا رَدَّهُمْ عَنَّا". فَلَمْ
يَزَلْ يَقُولُ ذَا حَتَّى قُتِل السَّبْعَةُ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِصَاحِبِهِ: "مَا أَنْصَفْنَا
أَصْحَابَنَا".
فَجَاءَ
أَبُو سُفْيَانَ فَقَالَ: اعْلُ هُبَلُ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "قُولُوا: اللهُ أعْلَى وأجَلُّ". فَقَالُوا: اللَّهُ أَعْلَى
وَأَجَلُّ. فَقَالَ أَبُو سُفْيَانَ: لَنَا العُزَّى وَلَا عُزَّى لَكُمْ. فَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: قُولُوا: "اللهُ مَوْلانَا،
وَالْكَافِرُونَ لَا مَوْلَى لَهُم". ثُمَّ قَالَ أَبُو سُفْيَانَ: يومٌ بيوْم
بَدْر، يومٌ عَلَيْنَا وَيَوْمٌ لَنَا وَيَوْمٌ نُسَاءُ وَيَوْمٌ نُسَر. حَنْظَلَةَ
بِحَنْظَلَةَ، وَفُلَانٌ بِفُلَانٍ، وَفُلَانٌ بِفُلَانٍ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَا سَوَاء. أمَّا قَتْلانَا فَأْحَيْاءٌ
يُرْزَقُونَ، وَقْتَلاكُمْ فِي النَّارِ يُعَذَّبُونَ". قَالَ أَبُو سُفْيَانَ:
قَدْ كَانَ فِي الْقَوْمِ مَثُلَةٌ، وإنْ كانَتْ لَعَنْ غَيْرِ مَلأ منَّا، مَا
أمرتُ وَلَا نَهَيْتُ، وَلَا أحْبَبْتُ وَلَا كَرِهتُ، وَلَا سَاءَنِي وَلَا
سرَّني. قَالَ: فَنَظَرُوا فَإِذَا حمزةُ قَدْ بُقِرَ بَطْنُه، وأخذتْ هنْد كَبده
فلاكَتْها فَلَمْ تَسْتَطِعْ أَنْ تَأْكُلَهَا، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أكَلَتْ شَيْئًا؟ " قَالُوا: لَا. قَالَ: "مَا كَانَ
اللهُ ليُدْخِلَ شَيْئًا مِنْ حَمْزَةَ فِي النَّارِ".
قَالَ:
فَوَضَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَمْزَةَ فَصَلَّى
عَلَيْهِ، وَجِيء بِرَجُلٍ مِنَ الْأَنْصَارِ فَوُضِع إِلَى جَنْبِهِ فصلَّى
عَلَيْهِ، فَرُفِعَ الْأَنْصَارِيُّ وتُرِكَ حَمْزَةُ، ثُمَّ جِيءَ بِآخَرٍ فوضعَه
إِلَى جَنْبِ حَمْزَةَ فَصَلَّى [عَلَيْهِ] ثُمَّ رُفِعَ وتُرِكَ حَمْزَةُ، حَتَّى
صلَّى عَلَيْهِ يَوْمَئِذٍ سَبْعِينَ صَلَاةً.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah
menceritakan kepada kami Hammad, dari Ata ibnus Saib, dari Asy-Sya'bi, dari Ibnu
Mas'ud yang menceritakan bahwa kaum wanita dalam Perang Uhud berada di belakang
pasukan kaum muslim, tugas mereka mengobati orang-orang yang terluka dari
pasukan kaum musyrik. Seandainya aku bersumpah pada hari itu aku berharap dapat
menunaikannya, bahwa tidak ada seorang pun di antara kami yang menghendaki
duniawi hingga Allah menurunkan firman-Nya: Di antara kalian ada yang
menghendaki dunia dan di antara kalian ada orang yang menghendaki akhirat.
Kemudian Allah memalingkan kalian dari mereka untuk menguji kalian. (Ali
Imran: 152) Ketika sahabat-sahabat Rasulullah Saw. melanggar apa yang
diperintahkan kepada mereka oleh Rasulullah Saw., maka beliau Saw. menyendiri
bersama sembilan orang; tujuh orang dari kalangan Ansar dan yang dua orang lain
dari kalangan Quraisy, sedangkan Nabi Saw. adalah orang yang kesepuluhnya.
Ketika Nabi Saw. melihat bahwa mereka mengejar beliau, maka beliau bersabda:
Semoga Allah merahmati seseorang yang dapat mengusir mereka (pasukan musuh)
dari kami. Maka salah seorang Ansar maju bertempur selama sesaat
hingga ia gugur. Ketika mereka masih mengejar beliau, maka beliau bersabda pula:
Semoga Allah merahmati orang yang dapat mengusir mereka dari kami.
Nabi Saw. terus-menerus mengucapkan demikian hingga tujuh orang yang
melindungi dirinya gugur, lalu Rasulullah Saw. bersabda kepada kedua temannya
yang masih ada, "Kita tidak berbuat adil terhadap teman-teman kita." Lalu Abu
Sufyan tampil dan berkata, "Tinggilah Hubal!" Rasulullah Saw. bersabda,
"Katakanlah bahwa Allah Mahatinggi dan Mahaagung." Maka mereka
mengatakan, "Allah Mahatinggi dan Mahaagung." Abu Sufyan berkata, "Kami
mempunyai Uzza (yang artinya identik dengan pengertian kejayaan), sedangkan
kalian tidak mempunyai Uzza (berhala sesembahan mereka)." Maka Rasulullah Saw.
bersabda, "Jawablah oleh kalian, Penolong kami adalah Allah, dan orang-orang
kafir tidak mempunyai penolong." Abu Sufyan berkata, "Perang ini
pembalasan Perang Badar, sehari kekalahan kami dan hari yang lain kemenangan
kami, hari Nasa dan hari Nasar, Hanzalah dibalas dengan Hanzalah (kepahitan
dibalas dengan kepahitan), dan si Fulan dibalas dengan si Fulan." Maka
Rasulullah Saw. menjawab: Tidak sama. Adapun orang-orang kami yang gugur,
mereka hidup dengan diberi rezeki, sedangkan orang-orang yang gugur dari kalian
berada di dalam neraka dan diazab. Maka Abu Sufyan berkata.”Sesungguhnya di
antara kaum yang gugur terdapat pencincangan. Dan jika hal itu memang ada, maka
kami bersikap acuh terhadapnya. Aku tidak memerintahkan dan tidak pula melarang,
aku tidak suka dan tidak pula benci, serta tidak membuatku sedih dan tidak
membuatku senang." Maka kaum muslim melihat-lihat, dan ternyata menjumpai Hamzah
dalam keadaan perutnya telah dirobek. Hindun mengambil hatinya, lalu berupaya
menelannya, tetapi ia tidak mampu memakannya. Ketika Rasulullah Saw. bertanya,
"Apakah dia telah memakan sesuatu?" Mereka menjawab, "Tidak." Maka
Rasulullah Saw. bersabda: Allah tidak akan memasukkan sesuatu dari (tubuh)
Hamzah ke dalam neraka. Lalu Rasulullah Saw. meletakkan jenazah
Hamzah dan menyalatkannya. Lalu didatangkan jenazah seorang lelaki dari Ansar
yang langsung diletakkan di sebelah jenazah Hamzah, kemudian beliau
menyalatkannya. Jenazah orang Ansar itu diangkat, tetapi jenazah Hamzah tidak;
hingga didatangkan lagi jenazah lainnya, lalu diletakkan di sebelah jenazah
Hamzah, dan Rasulullah Saw. menyalatkannya. Setelah selesai, jenazah lain
diangkat, tetapi jenazah Hamzah tidak, hingga dalam hari itu Rasulullah Saw.
menyalatkan tujuh puluh jenazah.Hadis ini hanya diriwayatkan oleh Imam Ahmad seorang.
قَالَ
الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا عُبَيد اللَّهِ بْنُ مُوسَى، عَنْ إِسْرَائِيلَ، عَنْ
أَبِي إِسْحَاقَ: عَنِ الْبَرَاءِ قَالَ: لَقِينَا الْمُشْرِكِينَ يَوْمَئِذٍ،
وأجْلَس النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَيْشا مِنَ الرُّماة،
وأمَّر عَلَيْهِمْ عَبْدَ اللَّهِ -يَعْنِي ابْنَ جُبَيْر-وَقَالَ: "لَا تَبْرَحُوا
إنْ رأيْتُمُونَا ظَهَرْنَا عَلَيْهِمْ فَلا تَبْرَحُوا، وإنْ رَأَيْتُمُوهُمْ
ظَهَرُوا عَلَيْنَا فَلا تُعِينُونَا". فَلَمَّا لَقِينَاهُمْ هربُوا، حَتَّى
رَأَيْنَا النِّسَاءَ يَشْتَددْنَ فِي الْجَبَلِ، رَفَعْنَ عَنْ سُوقهن، وَقَدْ
بَدَتْ خَلاخلهن، فَأَخَذُوا يَقُولُونَ: الغنيمةَ الغَنيمة. فَقَالَ عَبْدُ
اللَّهِ: عَهدَ إِلَيَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلَّا
تَبْرَحُوا. فأبَوْا، فَلَمَّا أبَوْا صَرَفَ وُجُوهَهُمْ، فأُصِيب سَبْعُونَ
قَتِيلًا فَأَشْرَفَ أَبُو سُفْيَانَ فَقَالَ: أَفِي الْقَوْمِ مُحَمَّدٌ؟ فَقَالَ:
"لَا تُجِيبُوهُ". فَقَالَ: أَفِي الْقَوْمِ ابْنُ أَبِي قُحَافَةَ؟ فَقَالَ: "لَا
تُجِيبُوهُ". فَقَالَ: أَفِي الْقَوْمِ ابْنُ الْخَطَّابِ؟ فَقَالَ: إِنْ هَؤُلَاءِ
قَدْ قُتِلوا، فَلَوْ كَانُوا أَحْيَاءً لَأَجَابُوا. فَلَمْ يَمْلِكْ عُمَرُ
نَفْسَهُ فَقَالَ: كَذَبْتَ يَا عَدَوَّ اللهِ، قَدْ أَبْقَى اللَّهُ لَكَ مَا
يُحزِنكَ فَقَالَ أَبُو سُفْيَانَ: اعْل هُبَل. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أجِيبُوهُ". قَالُوا: مَا نَقُولُ؟ قَالَ: "قُولُوا: اللَّهُ
أعْلَى وأجَلُّ". فَقَالَ أَبُو سُفْيَانَ: لَنَا العُزَّى وَلَا عُزَّى لَكُمْ.
فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أجِيبُوهُ". قَالُوا: مَا
نَقُولُ؟ قَالَ: "قُولُوا: اللهُ مَوْلانَا، وَلا مَوْلَى لَكُمْ". قَالَ أَبُو
سُفْيَانَ: يَوْمٌ بِيَوْمِ بَدْرٍ، وَالْحَرْبُ سِجَال، وَتَجِدُونَ مَثُلَةً لَمْ
آمُرْ بِهَا وَلَمْ تَسُؤْنِي.
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Musa,
dari Israil, dari Abu Ishaq, dari Al-Barra yang menceritakan bahwa pada hari itu
kami bersua dengan pasukan kaum musyrik, lalu Nabi Saw. menempatkan sepasukan
pemanah (pada posisi yang strategis), dan mengangkat Abdullah ibnu Jubair
sebagai pemimpin (komandan) mereka, lalu beliau Saw. bersabda: Janganlah
kalian tinggalkan posisi ini; jika kalian melihat kami memperoleh kemenangan
atas mereka (musuh), kalian telap jangan meninggalkan ternpat ini. Dan
juga jika kalian melihat mereka beroleh kemenangan atas kami, janganlah kalian
membantu kami. Ketika kami bertempur dengan mereka dan mereka lari hingga
aku melihat kaum wanita (musyrik) menaiki bukit seraya mengangkat kain mereka
hingga gelang kaki mereka kelihatan. Maka pasukan kaum muslim berseru, "Ganimah,
ganimah!" Abdullah ibnu Jubair berkata, "Ingatlah kalian kepada pesan Nabi Saw.,
jangan sekali-kali kalian meninggalkan posisi ini!" Tetapi mereka menolak (dan
tetap turun merebut ganimah). Setelah mereka membangkang, perhatian mereka
berpaling (ke arah ganimah), akibatnya tujuh puluh orang dari pasukan kaum
muslim gugur di medan perang. Lalu muncullah Abu Sufyan dan berkata, "Apakah di
antara kaum ada Muhammad?" Nabi Saw. bersabda, "Jangan kalian jawab dia."
Abu Sufyan berkata lagi, "Apakah di antara kaum ada Abu Quhafah?" Nabi Saw.
bersabda, "Jangan kalian jawab dia." Abu Sufyan berseru lagi, "Apakah di
antara kaum ada Ibnul Khattab?" Karena tidak ada yang menjawab, akhirnya Abu
Sufyan mengatakan, "Sesungguhnya mereka telah terbunuh. Seandainya mereka masih
hidup, niscaya mereka akan menjawab seruanku ini." Tetapi Umar tidak dapat
menahan dirinya, maka ia berkata kepada Abu Sufyan, "Engkau dusta, hai musuh
Allah! Semoga Allah mengekalkan apa yang menyusahkanmu." Abu Sufyan berkata,
"Tinggilah Hubal." Nabi Saw. bersabda, "Jawablah dia." Mereka (para
sahabat) bertanya, "Apa yang harus kami katakan?" Nabi Saw. bersabda,
"Katakanlah oleh kalian bahwa Allah Mahatinggi lagi Mahaagung."
Abu Sufyan berkata, "Kami mempunyai Uzza (kejayaan), sedangkan kalian tidak
mempunyai Uzza" Nabi Saw. bersabda, "Jawablah dia." Mereka bertanya, "Apa yang
harus kami katakan?" Nabi Saw. bersabda: Katakanlah oleh kalian bahwa
Allah adalah Penolong kami, sedangkan kalian tidak mempunyai penolong.
Abu Sufyan berkata, "Perang hari ini pembalasan Perang Badar. peperangan itu
silih berganti, dan kalian akan menjumpai orang yang tercincang, tetapi aku
tidak memerintahkannya dan tidak pula membuatku sedih (susah)."Dari segi ini hadis hanya diriwayatkan oleh Imam Bukhari sendiri. Kemudian Imam Bukhari meriwayatkannya melalui Amr ibnu Khalid, dari Zuhair ibnu Mu'awiyah ibnu Abu Ishaq, dari Al-Barra dengan lafaz yang semisal. Nanti akan disebutkan hal yang lebih panjang lebar dari pembahasan ini.
Imam Bukhari mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah, dari Hisyam ibnu Urwah, dari ayahnya, dari Siti Aisyah r.a. yang menceritakan bahwa dalam peperangan Uhud ketika pasukan kaum musyrik terpukul mundur, iblis berseru, "Hai hamba-hamba Allah, mundurlah kalian ke belakang!" Maka pasukan yang terdepan mundur ke belakang hingga bertubrukan dengan pasukan yang berada di belakang (terlibat dalam pertempuran di antara sesama kawan). Dalam pertempuran itu tiba-tiba Huzaifah melihat ayahnya, yaitu Al-Yaman. Maka ia berseru, "Hai hamba-hamba Allah, dia adalah ayahku, dia adalah ayahku!" Akan tetapi, demi Allah, mereka tidak mempedulikannya hingga membunuhnya. Maka Huzaifah berkata, "Semoga Allah mengampuni kalian." Urwah mengatakan, "Demi Allah, di dalam diri Huzaifah masih ada lebihan kebaikan hingga ia bersua dengan Allah Swt."
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yahya ibnu Abbad ibnu Abdullah ibnuz Zubair, dari kakeknya, bahwa Az-Zubair ibnul Awwam pernah menceritakan kisah berikut.”Demi Allah, aku melihat pelayan-pelayan Hindun dan semua teman wanitanya lari terbirit-birit seraya menyingsingkan kain mereka dengan meninggalkan semua barang bawaan mereka, baik yang banyak maupun yang sedikit. Kemudian pasukan pemanah menyerbu ke arah medan perang di saat kami mencegah mereka supaya jangan meninggalkan tempat mereka. Tetapi mereka tidak mengindahkan cegahanku demi merebut ganimah. dan mereka membiarkan kami pasukan kaum muslim tidak terlindungi dari arah belakang dari pasukan berkuda kaum musyrik. Kami diserang oleh pasukan berkuda dari arah belakang, ada seseorang yang menyerukan bahwa Muhammad telah terbunuh. Kami mundur, dan semua kaum pun (pasukan kaum muslim) mundur, padahal sebelumnya kami banyak membunuh para pemegang panji pasukan kaum musyrik, hingga tidak ada seorang pun dari mereka yang berani mendekat kepadanya." Muhammad ibnu Ishaq melanjutkan kisahnya, bahwa pemegang panji pasukan kaum musyrik satu demi satu mati terbunuh hingga panji mereka dipegang oleh Amrah binti Alqamah Al-Harisiyyah, lalu ia menyerahkan panji itu kepada kabilah Quraisy, dan mereka langsung melipatnya.
As-Saddi meriwayatkan dari Abdu Khair, dari Ali ibnu Abdullah ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa ia sama sekali belum pernah berpendapat bahwa ada seseorang di antara sahabat Rasulullah Saw. yang menghendaki duniawi sebelum diturunkan kepada kami apa yang diturunkan oleh Allah dalam Perang Uhud, yaitu firman-Nya: Di antara kalian ada orang yang menghendaki dunia. dan di antara kalian ada orang yang menghendaki akhirat. (Ali Imran: 152)
Hadis ini diriwayatkan melalui berbagai jalur dari Ibnu Mas'ud. Hal yang sama diriwayatkan dari Abdur Rahman ibnu Auf dan Abu Talhah. Ibnu Murdawaih meriwayatkannya di dalam kitab tafsirnya.
*******************
Firman Allah Swt.:
ثُمَّ
صَرَفَكُمْ عَنْهُمْ لِيَبْتَلِيَكُمْ
Kemudian Allah memalingkan kalian dari mereka untuk menguji kalian.
(Ali Imran: 152)Ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan kepadaku Al-Qasim ibnu Abdur Rahman ibnu Rafi' —salah seorang dari Bani Addi ibnun Najjar— yang menceritakan hadis berikut, bahwa Anas ibnu Nadr (paman Anas ibnu Malik) sampai kepada Umar ibnul Khattab dan Talhah ibnu Ubaidillah yang berada di tengah-tengah kaum Muhajirin dan Ansar, mereka menjatuhkan semua senjata yang ada di tangan mereka. Anas ibnun Nadr bertanya, "Apakah yang menyebabkan kalian melepas senjata kalian?" Mereka menjawab, "Rasulullah Saw. telah gugur." Anas Ibnun Nadr berkata, "Lalu apakah yang akan kalian lakukan dalam kehidupan sesudah peristiwa ini? Ayo bangkitlah, dan majulah sampai titik darah penghabisan untuk membela apa yang telah dibela beliau." Kemudian Anas ibnun Nadr menghadapi pasukan musuh dan bertempur sendirian dengan gigihnya hingga gugur. Semoga Allah melimpahkan keridaan-Nya kepadanya.
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hassan ibnu Hassan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Talhah, telah menceritakan kepada kami Humaid, dari Anas ibnu Malik, bahwa pamannya (yaitu Anas ibnun Nadr) tidak ikut dalam Perang Badar, lalu ia mengatakan, "Aku tidak ikut dalam permulaan peperangan yang dilakukan oleh Nabi Saw. (yakni Perang Badar). Sekiranya Allah memperkenankan aku ikut perang bersama Rasulullah-Saw. di masa datang, sungguh Allah akan menyaksikan apa yang akan aku lakukan." Lalu ia ikut dalam Perang Uhud. Ketika orang-orang (pasukan kaum muslim) terpukul mundur, ia berkata, "Ya Allah, sesungguhnya aku meminta maaf kepada-Mu atas apa yang telah dilakukan mereka (pasukan kaum muslim yang mundur), dan aku nyatakan kepada-Mu berlepas diri dari apa yang dilakukan oleh orang-orang musyrik." Kemudian ia maju dengan senjata pedangnya. Ketika bersua dengan Sa'd ibnu Mu'az, ia bertanya, "Hendak ke manakah engkau, hai Sa'd? Sesungguhnya aku menjumpai bau surga dari arah Uhud ini." Lalu ia maju dan berperang dengan sengitnya hingga gugur. Tiada yang mengenalnya, hanya saudara perempuannya sendiri yang mengenalnya melalui tahi lalatnya atau jari jemarinya; sedangkan pada tubuhnya terdapat delapan puluh luka lebih akibat sabetan pedang, tusukan tombak, dan lemparan panah.
Demikianlah menurut lafaz hadis yang diketengahkan oleh Imam Bukhari.
Imam Muslim mengetengahkannya melalui hadis Sabit ibnu Anas dengan lafaz yang semisal.
قَالَ
الْبُخَارِيُّ [أَيْضًا] حَدَّثَنَا عَبْدَانُ، أَخْبَرَنَا أَبُو حَمْزَةَ عَنْ
عُثْمَانَ بْنِ مَوْهَب قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ حَجَّ الْبَيْتَ، فَرَأَى قَوْمًا
جُلُوسًا، فَقَالَ: مَنْ هَؤُلَاءِ القُعُودُ؟ قَالُوا: هَؤُلَاءِ قُرَيْشٌ. قَالَ:
مَنِ الشَّيْخُ؟ قَالُوا: ابْنُ عُمَر. فَأَتَاهُ فَقَالَ: إِنِّي سَائِلُكَ عَنْ
شَيْءٍ فَحَدِّثْنِي. قَالَ: أنْشُدُك بِحُرْمَةِ هَذَا الْبَيْتِ أَتَعْلَمُ أنَّ
عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ فَرَّ يَوْمَ أُحُدٍ؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: فَتَعْلَمُه
تَغَيَّب عَنْ بَدْرٍ فَلَمْ يَشْهَدْهَا؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: فتعْلم أَنَّهُ
تَخَلَّفَ عَنْ بَيْعَةِ الرّضْوان فَلَمْ يشهَدْها؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ:
فَكَبَّرَ، فَقَالَ ابْنُ عُمَرَ: تَعَالَ لأخبرَك ولأبيَّن لَكَ عَمَّا
سَأَلْتَنِي عَنْهُ. أَمَّا فِرَارُهُ يَوْمَ أُحُدٍ فَأَشْهَدُ أَنَّ اللَّهَ
عَفَا عَنْهُ، وَأَمَّا تَغَيُّبه عَنْ بَدْرٍ فَإِنَّهُ كَانَ تحتَه بنتُ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَكَانَتْ مَرِيضَةً، فَقَالَ لَهُ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إنَّ لَكَ أَجْرَ رَجُلٍ
مِمَّنْ شَهِدَ بَدْرًا وَسَهْمَه". وَأَمَّا تَغَيُّبُهُ عَنْ بَيْعَةِ
الرِّضْوَانِ فَلَوْ كَانَ أَحَدٌ أَعَزَّ بِبَطْنِ مَكَّةَ مِنْ عُثْمَانَ
لَبَعَثَهُ مَكَانَهُ، فَبَعَثَ عثمانَ، فَكَانَتْ بَيْعَةُ الرِّضْوَانِ بَعْدَ
مَا ذَهَبَ عُثْمَانُ إِلَى مَكَّةَ. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بِيَدِهِ الْيُمْنَى: "هِذِهِ يَدُ عُثْمَان". فَضَرَبَ بِهَا عَلَى
يَدِهِ، فَقَالَ: "هِذِهِ يَدُ عُثْمَان اذْهَبْ بِهَا الآنَ
مَعَكَ".
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdan, telah
menceritakan kepada kami Abu Hamzah. dari Usman ibnu Mauhib yang mengatakan
bahwa seorang lelaki datang melakukan ibadah haji, lalu ia melihat suatu kaum
yang sedang duduk, maka ia bertanya, "Siapakah mereka yang sedang duduk itu?"
Orang-orang menjawab, "Mereka adalah orang-orang Quraisy." Lelaki itu bertanya,
"Siapakah guru mengaji mereka?" Orang-orang menjawab, "Sahabat Ibnu Umar." Lalu
ia mendatanginya dan bertanya, "Sesungguhnya aku mau bertanya kepadamu tentang
sesuatu, maka aku memohon sudilah engkau menjawabnya." Ibnu Umar berkata,
"Bertanyalah." Ia berkata.”Aku bertanya kepadamu demi kesucian Baitullah ini,
tahukah engkau bahwa Usman ibnu Affan lari dalam Perang Uhud?" Ibnu Umar
menjawab, "Ya." Ia bertanya lagi, "Kalau demikian, berarti engkau mengetahui
pula bahwa dia absen dalam Perang Badar dan tidak (mengikuti)nya?" Ibnu Umar
menjawab, "Ya." Ia berkata lagi, "Dan engkau pun pasti tahu pula bahwa dia absen
pula dalam Bai'atur Ridwan dan tidak menyaksikan (mengikuti)nya." Ibnu Umar
menjawab, "Ya." Lalu ia bertakbir. Maka Ibnu Umar berkata: Kemarilah, aku akan
menceritakan kepadamu dan menjelaskan kepadamu hal-hal yang engkau tanyakan
kepadaku tadi. Adapun mengenai dia (Usman) lari dalam Perang Uhud, maka aku
bersaksi bahwa Allah telah memaafkannya. Adapun mengenai ketidakhadirannya dalam
Perang Badar, karena sesungguhnya dia sedang merawat putri Nabi Saw. yang
menjadi istrinya yang saat itu sedang sakit. Maka Rasulullah Saw. bersabda
kepadanya, "Sesungguhnya engkau beroleh pahala seorang lelaki yang ikut dalam
Perang Badar dan juga bagian (ganimah)nya." Adapun mengenai
ketidakhadirannya dalam Bai'at Ridwan, kisahnya adalah seperti berikut.
Seandainya ada seseorang yang lebih dihormati di lembah Mekah daripada Usman,
niscaya Nabi Saw. akan mengutusnya sebagai delegasi menjadi ganti Usman. Maka
Nabi Saw. mengutus Usman, lalu terjadilah Bai'at Ridwan sesudah keberangkatan
Usman ke Mekah. Maka Nabi Saw. bersabda seraya mengisyaratkan dengan tangan
kanannya, "Inilah tangan Usman," lalu beliau menepukkan tangan kanannya itu ke
tangan kirinya seraya bersabda, "Ini adalah tangan Usman, sekarang pergilah
engkau bersamanya!"Kemudian Imam Bukhari meriwayatkannya melalui jalur lain dari Abu Uwwanah, dari Usman ibnu Abdullah ibnu Mauhib.
*******************
Firman Allah Swt.:
إِذْ
تُصْعِدُونَ وَلا تَلْوُونَ عَلى أَحَدٍ
(Ingatlah) ketika kalian lari dan tidak menoleh kepada seseorang pun.
(Ali Imran: 153)Yakni kalian berpaling dari mereka (musuh kalian) ketika kalian terpaksa naik ke atas bukit, lari dari musuh kalian.
Al-Hasan dan Qatadah membacanya tas'aduna, yakni ketika kalian naik ke bukit.
{وَلا
تَلْوُونَ عَلَى أَحَدٍ}
dan tidak menoleh kepada seseorang pun. (Ali Imran: 153), Yaitu sedangkan kalian tidak menoleh kepada seorang pun karena dalam keadaan kalut, takut, dan ngeri.
{وَالرَّسُولُ
يَدْعُوكُمْ فِي أُخْرَاكُمْ}
sedangkan Rasul yang berada di belakang kalian memanggil kalian. (Ali
Imran: 153) Artinya, kalian telah meninggalkan beliau di belakang kalian, sedangkan beliau berseru memanggil kalian agar jangan lari dari musuh, dan memerintahkan kalian agar kembali dan berperang menghadapi musuh.
قَالَ
السُّدِّي: لَمَّا شَدّ الْمُشْرِكُونَ عَلَى الْمُسْلِمِينَ بِأُحُدٍ
فَهَزَمُوهُمْ، دَخَلَ بَعْضُهُمُ الْمَدِينَةَ، وَانْطَلَقَ بَعْضُهُمْ فَوْقَ
الْجَبَلِ إِلَى الصَّخْرَةِ فَقَامُوا عَلَيْهَا، وَجَعَلَ الرَّسُولُ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْعُو النَّاسَ: "إليَّ عِبَادَ اللهِ، إليَّ عِبَادَ
اللَّهِ". فَذَكَرَ اللَّهُ صُعُودَهُمْ عَلَى الْجَبَلِ، ثُمَّ ذَكَرَ دُعَاء
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِيَّاهُمْ فَقَالَ: {إِذْ
تُصْعِدُونَ وَلا تَلْوُونَ عَلَى أَحَدٍ وَالرَّسُولُ يَدْعُوكُمْ فِي
أُخْرَاكُمْ}
As-Saddi mengatakan, ketika tekanan pasukan kaum musyrik bertambah berat atas
pasukan kaum muslim dalam Perang Uhud dan pasukan kaum musyrik dapat memukul
mundur pasukan kaum muslim, maka sebagian di antara pasukan kaum muslim ada yang
lari masuk ke Madinah, sedangkan sebagian yang lain ada yang lari naik ke bukit
dan berdiri di atas batu besar. Sedangkan Rasulullah Saw. menyeru mereka melalui
sabdanya, "Kemarilah kepadaku, hai hamba-hamba Allah. Kemarilah kepadaku, hai
hamba-hamba Allah!" Allah Swt. menceritakan perihal naiknya mereka ke
atas bukit, lalu menceritakan pula perihal seruan Nabi Saw. yang ditujukan
kepada mereka melalui firman-Nya: (Ingatlah) ketika kalian lari dan tidak
menoleh kepada seseorang pun, sedangkan Rasul yang berada di belakang kalian
memanggil kalian. (Ali Imran: 153)Hal yang sama dikatakan pula oleh Ibnu Abbas, Qatadah, Ar-Rab'i, dan Ibnu Zaid.
Abdullah ibnuz Zaba'ri menceritakan perihal kekalahan pasukan kaum muslim dalam Perang Uhud melalui qasidahnya, saat itu ia masih musyrik dan belum masuk Islam. Dalam permulaan qasidahnya itu ia mengatakan:
يَا
غُرَابَ الْبَيْنِ أَسْمَعْتَ فَقُلْ ... إِنَّمَا
تَنْطِقُ شَيْئًا قَدْ فُعِلْ
إِنَّ
لِلْخَيْرِ وَلِلشَّرِّ مَدًى ... وَكِلَا ذَلِكَ
وَجْهٌ وَقَبَلْ
Wahai burung gagak pertanda
perpisahan, apakah engkau mendengar? Katakanlah, sesungguhnya engkau hanya
mengatakan sesuatu yang telah terjadi. Sesungguhnya bagi kebaikan dan keburukan
itu ada masanya, masing-masing dari keduanya mempunyai bagian muka dan bagian
belakang{nya).
Sampai ia mengatakan dalam qasidahnya:
لَيْتَ
أَشْيَاخِي بِبَدْرٍ شَهِدُوا ... جَزَعَ
الْخَزْرَجِ مِنْ وَقْعِ الْأَسَلْ
حِينَ
حَكَّتْ بِقُبَاءٍ بَرْكَهَا ... وَاسْتَحَرَّ
الْقَتْلُ فِي عَبْدِ الْأَشَلْ
ثُمَّ
خَفُّوا عِنْدَ ذَاكُمْ رُقَّصَا ... رَقَصَ
الْحَفَّانِ يَعْلُو فِي الْجَبَلْ
فَقَتَلْنَا
الضِّعْفَ مِنْ أَشْرَافِهِمْ ... وَعَدَلْنَا
مَيْلَ بَدْرٍ فَاعْتَدَلْ
Aduhai, sekiranya pemimpin-pemimpinku
(yang mati) di Badar menyaksikan rintihan orang-orang Khazraj karena tusukan
tombak. Yaitu ketika mereka mengistirahatkan unta kendaraannya di Quba, dan
pembunuhan banyak yang terjadi di kalangan Bani Abdul Asyal. Kemudian saat
itulah mereka lari terbirit-birit bagaikan larinya anak burung unta menaiki
bukit. Kami dapat membunuh banyak orang dari kalangan pemimpin mereka, maka
tertebuslah kekalahan kami dalam Perang Badar, hingga keadaan menjadi
seimbang.
Al-hifan artinya anak burung unta. Saat itu Nabi Saw. terkucil bersama
dua belas orang dari kalangan sahabat-sahabatnya. Seperti apa yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad. ia mengatakan:
حَدَّثَنَا
حَسَنُ بْنُ مُوسَى، حَدَّثَنَا زُهَير، حَدَّثَنَا أَبُو إِسْحَاقَ أَنَّ
الْبَرَاءَ بْنَ عَازِبٍ قَالَ: جَعَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ عَلَى الرُّمَاةِ يَوْمَ أُحُدٍ -وَكَانُوا خَمْسِينَ رَجُلًا-عَبْدَ
اللَّهِ بْنَ جُبير قَالَ: وَوَضَعَهُمْ مَوْضِعًا وَقَالَ: "إنْ رَأَيْتُمُونَا
تَخَطَّفَنَا الطَّيْرُ فَلا تَبْرَحُوا حَتَّى أُرْسِلَ إلَيْكُمْ وَإنْ
رَأيْتُمُونَا ظَهَرنَا عَلَى الْعَدُوّ وأوَطأناهُمْ فَلا تَبْرَحُوا حَتَّى
أُرسِلَ إلَيْكُمْ قَالَ: فَهَزَمُوهُمْ. قَالَ: فَأَنَا وَاللَّهِ رَأَيْتُ
النِّسَاءَ يَشْتددن عَلَى الْجَبَلِ، وَقَدْ بَدَتْ أسْؤُقُهنّ وخَلاخلُهُن
رَافِعَاتٌ ثيابهُن، فَقَالَ أَصْحَابُ عَبْدِ اللَّهِ: الغَنِيمة، أَيْ قَوْمُ
الْغَنِيمَةَ، ظَهَرَ أَصْحَابُكُمْ فَمَا تَنْتَظِرُونَ ؟ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ
بْنُ جُبَيْرٍ: أَنَسِيتُمْ مَا قَالَ لَكُمْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ فَقَالُوا: إنا والله لَنَأتيَن الناس فَلنُصِبيَنَّ مِنَ
الْغَنِيمَةِ. فَلَمَّا أَتَوْهُمْ صُرِفَتْ وُجُوهُهُمْ فَأَقْبَلُوا
مُنْهَزِمِينَ، فَذَلِكَ الَّذِي يَدْعُوهُمُ الرَّسُولُ فِي أُخْرَاهُمْ، فَلَمْ
يَبْقَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَيْرُ اثْنَيْ
عَشَرَ رَجُلًا فَأَصَابُوا مِنَّا سَبْعِينَ، وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وأصحابُه أَصَابُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ يَوْمَ بَدْر
أَرْبَعِينَ وَمِائَةً: سَبْعِينَ أَسِيرًا وَسَبْعِينَ قَتِيلًا. قَالَ أَبُو
سُفْيَانَ: أَفِي الْقَوْمِ مُحَمَّدٌ؟ أَفِي الْقَوْمِ مُحَمَّدٌ؟ أَفِي الْقَوْمِ
مُحَمَّدٌ؟ -ثَلَاثًا -قَالَ: فَنَهَاهُمْ رسولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَنْ يُجِيبُوهُ، ثُمَّ قَالَ: أَفِي الْقَوْمِ ابْنُ أَبِي قُحَافة؟
أَفِي الْقَوْمِ ابْنُ أَبِي قُحَافَةَ؟ أَفِي الْقَوْمِ ابْنُ الْخَطَّابِ؟ أَفِي
الْقَوْمِ ابْنُ الْخَطَّابِ؟ ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَى أَصْحَابِهِ فَقَالَ: أَمَّا
هَؤُلَاءِ فَقَدْ قُتِلُوا، قَدْ كُفيتُمُوه. فَمَا مَلَكَ عُمَر نفسَه أَنْ قَالَ:
كذبتَ وَاللَّهِ يَا عَدُوَّ اللَّهِ، إِنَّ الَّذِينَ عَدَدْتَ لِأَحْيَاءٌ
كُلُّهُمْ، وقد بَقى لك ما يسوؤك. فَقَالَ يَوْمٌ بِيَوْمِ بَدْرٍ، وَالْحَرْبُ
سِجَال، إِنَّكُمْ سَتَجِدُونَ فِي الْقَوْمِ مَثُلَةً لَمْ آمُرْ بِهَا وَلَمْ
تَسُؤْنِي ثُمَّ أَخَذَ يَرْتَجِزُ، يَقُولُ: اعلُ هُبَلْ. اعْلُ هُبَلْ. فَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَلَا تُجِيبُوه ؟ " قَالُوا:
يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا نَقُولُ؟ قَالَ: "قُولُوا: اللَّهُ أَعْلَى وَأَجَلُّ".
قَالَ: لَنَا العُزَّى وَلَا عزَّى لَكُمْ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَلَا تُجِيبُوهُ؟ ". قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا
نَقُولُ؟ قَالَ: "قُولُوا: اللهُ مَوْلانَا وَلا مَوْلَى لَكُمْ"
telah menceritakan kepada kami Hasan ibnu Musa, telah menceritakan kepada
kami Zuhair, telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq, dari Al-Barra ibnu Azib
r.a. yang menceritakan bahwa dalam Perang Uhud Rasulullah Saw. mengangkat
Abdullah ibnu Jubair sebagai komandan pasukan pemanah yang jumlahnya lima puluh
orang. Nabi Saw. menempatkan mereka pada suatu posisi yang strategis dan
berpesan kepada mereka melalui sabdanya: Jika kalian melihat kami disambar
oleh burung-burung, janganlah kalian tinggalkan tempat kalian sebelum aku
mengirimkan utusan kepada kalian. Kaum muslim dapat memukul mundur pasukan
kaum musyrik. Al-Barra ibnu Azib r.a. mengatakan, "Demi Allah, aku melihat kaum
wanita berlari-lari dengan kencangnya menuju ke arah bukit, sedangkan
betis-betis mereka dan gelang-gelang kaki mereka kelihatan karena mereka
mengangkat kain mereka." Lalu teman-teman Abdullah ibnu Jubair mengatakan,
"Ganimah, hai kaum. ganimah! Teman-teman kalian beroleh kemenangan, bagaimanakah
menurut pandangan kalian?" Abdullah ibnu Jubair berkata, "Apakah kalian lupa apa
yang telah dipesankan oleh Rasulullah Saw. kepada kalian?" Mereka menjawab,
"Sesungguhnya kami, demi Allah, tetap akan datang kepada mereka dan kita pasti
akan memperoleh bagian dari ganimah." Ketika pasukan pemanah mendatangi
teman-temannya yang beroleh kemenangan, maka perhatian mereka berpaling, lalu
pasukan kaum musyrik datang menyerang mereka. Akhirnya keadaan menjadi terbalik,
merekalah kini yang terpukul mundur. Dalam peristiwa itulah Rasulullah Saw.
memanggil mereka dari arah belakang mereka. Rasulullah Saw. saat itu hanya
ditemani oleh dua belas orang lelaki, tujuh di antaranya gugur dalam membela
Rasulullah Saw. Rasulullah Saw. dan sahabatnya berhasil menangkap seratus empat
puluh orang pasukan kaum musyrik dalam Perang Badar; tujuh puluh orang di
antaranya ditawan dalam keadaan hidup, sedangkan yang tujuh puluh lagi telah
gugur di medan perang. Abu Sufyan berseru, "Apakah di antara kaum ada Muhammad,
apakah di antara kaum (pasukan kaum muslim) terdapat Muhammad?" Hal ini
diucapkannya sebanyak tiga kali. Tetapi Rasulullah Saw. melarang mereka menjawab
seruan Abu Sufyan itu. Kemudian Abu Sufyan berseru pula, "Apakah di antara kaum
terdapat Abu Quhafah, apakah di antara kaum ada Abu Quhafah? Apakah di antara
kaum ada Ibnul Khattab, apakah di antara kaum ada Ibnul Khattab?" Setelah itu ia
kembali bergabung dengan pasukan kaum musyrik dan berkata kepada mereka, "Mereka
telah terbunuh, dan sekarang kalian telah membungkam mereka." Maka Umar tidak
dapat menahan dirinya lagi, lalu ia berkata, "Engkau dusta. Demi Allah, hai
musuh Allah, sesungguhnya orang-orang yang kamu sebutkan tadi semuanya masih
hidup, Allah tetap membiarkan bagimu apa yang menyusahkanmu." Abu Sufyan
berkata, "Hari ini adalah pembalasan dari Perang Badar; peperangan itu silih
berganti. Sesungguhnya kalian akan menemukan di antara kaum yang gugur ada orang
yang dicincang yang tidak aku perintahkan, maka janganlah kalian menyalahkan
diriku." Kemudian Abu Sufyan berdendang, mengalunkan syair yang bunyinya
mengatakan, "Tinggilah Hubal, tinggilah Hubal." Rasulullah Saw. bersabda,
"Mengapa tidak kalian jawab dia?" Mereka (para sahabat) bertanya, "Wahai
Rasulullah, apakah yang harus kami katakan?" Rasulullah Saw. bersabda,
"Katakanlah bahwa Allah Mahatinggi lagi Mahaagung." Abu Sufyan
berseru lagi, "Kami mempunyai Uzza, sedangkan kalian tidak mempunyai Uzza."
Rasulullah Saw. bersabda, "Mengapa kalian tidak menjawabnya?" Mereka
bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang harus kami katakan?" Rasulullah Saw.
bersabda memberikan petunjuknya: Katakanlah, "Allah Penolong kami,
sedangkan kalian tidak mempunyai seorang penolong pun."Imam Bukhari meriwayatkannya melalui hadis Zuhair ibnu Mu'awiyah secara ringkas. Dia meriwayatkannya melalui hadis Israil, dari Abu Ishaq dengan konteks yang lebih panjang dari hadis ini, seperti yang disebutkan sebelumnya.
وَرَوَى
الْبَيْهَقِيُّ فِي دَلَائِلِ النُّبُوَّةِ مِنْ حَدِيثِ عُمَارَةَ بْنِ غَزِيَّة،
عَنْ أَبِي الزُّبَير، عَنْ جَابِرٍ قَالَ: انْهَزَمَ النَّاسُ عَنْ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ أُحُدٍ وَبَقِيَ مَعَهُ أَحَدَ
عَشَرَ رَجُلًا مِنَ الْأَنْصَارِ، وَطَلْحَةُ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ وَهُوَ
يَصْعَدُ الْجَبَلَ، فَلَقِيَهُمُ الْمُشْرِكُونَ، فَقَالَ: "أَلَا أحَدٌ
لِهَؤُلاءِ؟ " فَقَالَ طَلْحَةُ: أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَقَالَ: "كمَا أنْتَ
يَا طَلْحَةُ". فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْأَنْصَارِ: فَأَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ،
فَقَاتَلَ عَنْهُ، وَصَعِدَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَمَنْ بَقِيَ مَعَهُ، ثُمَّ قُتل الْأَنْصَارِيُّ فَلَحِقُوهُ فَقَالَ: "أَلَا
رجُلٌ لِهؤُلاءِ؟ " فَقَالَ طَلْحَةُ مِثْلَ قَوْلِهِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِثْلَ قَوْلِهِ، فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ
الْأَنْصَارِ: فَأَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَقَاتَلَ عَنْهُ وَأَصْحَابُهُ
يَصْعَدْنَ، ثُمَّ قُتِلَ فَلَحِقُوهُ، فَلَمْ يَزَلْ يَقُولُ مِثْلَ قَوْلِهِ
الْأَوَّلِ فَيَقُولُ طَلْحَةُ: فَأَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَيَحْبِسُهُ،
فَيَسْتَأْذِنُهُ رَجُلٌ مِنَ الْأَنْصَارِ لِلْقِتَالِ فيأذَنُ لَهُ، فَيُقَاتِلُ
مِثْلَ مَنْ كَانَ قَبْلَهُ، حَتَّى لَمْ يَبْقَ مَعَهُ إِلَّا طَلْحَةُ
فَغشَوْهما، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ
لِهَؤلاءِ؟ " فَقَالَ طَلْحَةُ: أَنَا. فَقَاتَلَ مثْل قِتَالِ جَمِيعِ مَنْ كَانَ
قَبْلَهُ وَأُصِيبَتْ أَنَامِلُهُ، فَقَالَ: حَسِّ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ: "لوْ
قُلْتَ: بِاسْمِ اللهِ، وذَكرت اسْمَ اللَّهِ، لَرَفَعَتْكَ الملائِكَة والنَّاسُ
يَنْظُرونَ إلَيْكَ، حَتَّى تلجَ بِكَ فِي جَوِّ السَّمَاءِ"، ثُمَّ صَعِدَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى أَصْحَابِهِ وَهُمْ
مُجْتَمِعُونَ
Imam Baihaqi meriwayatkan di dalam kitab Dalailun Nubuwwah melalui hadis
Imarah ibnu Gazyah, dari Abuz Zubair, dari Jabir yang menceritakan bahwa ketika
pasukan kaum muslim terpukul mundur dan meninggalkan Rasulullah Saw. dalam
Perang Uhud bersama sebelas orang lelaki dari kalangan Ansar dan Talhah ibnu
Ubaidillah, ketika itu Rasulullah Saw. sedang naik ke bukit (mencari posisi yang
kuat agar tidak dapat diserang oleh musuh). Maka pasukan kaum musyrik
mengejarnya. Lalu Nabi Saw. bersabda, "Tidakkah ada seseorang yang menahan
mereka?" Talhah berkata, "Akulah yang akan menahan mereka, wahai
Rasulullah." Tetapi Rasulullah Saw. bersabda, "Engkau tetap bersamaku, hai
Talhah." Maka seorang lelaki dari kalangan Ansar berkata, "Akulah yang
menahan mereka, wahai Rasulullah." Lalu lelaki itu berperang, melindungi Nabi
Saw.,sedangkan Nabi Saw. terus naik ke bukit bersama orang-orang yang tersisa.
Lelaki Ansar itu gugur dan mereka melanjutkan pengejarannya, maka Nabi Saw.
bersabda, "Adakah seseorang yang mau menahan mereka?" Maka Talhah
mengucapkan kata-katanya seperti yang pertama tadi, dan Rasulullah Saw.
mengucapkan pula sabdanya seperti yang pertama (yakni mencegahnya). Kemudian
seorang lelaki Ansar berkata, "Wahai Rasulullah, akulah yang akan menahan
mereka." Lalu ia berperang, melindungi Nabi Saw.; sedangkan semua temannya naik
ke bukit. Tetapi akhirnya lelaki itu gugur, dan kaum musyrik terus mengejar Nabi
Saw. Nabi Saw. kembali mengatakan perkataannya yang pertama tadi, dan Talhah
selalu menjawabnya, "Wahai Rasulullah, akulah yang menahan mereka," tetapi
Rasulullah Saw. selalu menahannya. Lalu seorang lelaki dari Ansar meminta izin
kepada Nabi Saw. untuk berperang, dan Nabi Saw. mengizinkannya, lalu ia
berperang seperti teman-teman yang mendahuluinya, hingga tiada yang tersisa
bersama Nabi Saw. selain dari Talhah sendiri. Maka kaum musyrik mengepung
keduanya, lalu Rasulullah Saw. bersabda, "Siapakah yang mau menahan
mereka?" Talhah menjawab.”Akulah yang akan menahan mereka." Kemudian Talhah
berperang seperti yang dilakukan oleh semua orang yang mendahuluinya, dan dalam
perang itu jari tangannya terpotong, lalu ia mengucapkan, "Aduh!" Maka
Rasulullah Saw. bersabda: Seandainya engkau mengucapkan Bismillah dan
menyebut asrna Allah (ketika terkena luka itu), niscaya para malaikat
mengangkatmu, sedangkan semua orang melihatmu hingga para malaikat membawamu
masuk ke langit. Kemudian Rasulullah Saw. naik ke bukit, menyusul
sahabat-sahabatnya yang saat itu berkumpul di atas bukit.Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, dari Waki', dari Ismail, dari Qais ibnu Abu Hazim yang mengatakan: Aku melihat tangan Talhah yang pernah dipakai untuk melindungi Nabi Saw. (yakni dalam Perang Uhud) dalam keadaan lumpuh.
Di dalam kitab Sahihain disebutkan melalui hadis Mu'tamir ibnu Sulaiman, dari ayahnya, dari Abu Usman An-Nahdi yang menceritakan bahwa tiada seorang pun yang pernah berperang bersama-sama Rasulullah Saw. dalam peperangan yang dilakukannya masih hidup selain dari Talhah ibnu Ubaidillah dan Sa'd, yakni melalui hadis keduanya.
قَالَ
الْحَسَنُ بْنُ عَرَفَةَ: حَدَّثَنَا ابْنُ مَرْوَانَ بْنِ مُعَاوِيَةَ، عَنْ
هَاشِمِ بْنِ هَاشِمٍ الزُّهْرِيِّ، قَالَ سَمِعْتُ سَعِيدَ بْنَ المسيَّب يَقُولُ:
سَمِعْتُ سَعْدَ بْنَ أَبِي وَقَاصٍّ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ] يقول: نَثُل
لي
رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كِنَانَتَهُ يَوْمَ أُحُدٍ قَالَ:
"ارْمِ فِدَاكَ أبِي وأُمِّي".
Al-Hasan ibnu Arafah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Marwan ibnu
Mu'awiyah, dari Hisyam ibnu Hisyam Az-Zuhri yang mengatakan bahwa ia pernah
mendengar Sa'id ibnul Musayyab bercerita; ia pernah mendengar Sa'd ibnu Abu
Waqqas menceritakan hadis berikut, bahwa Rasulullah Saw. dalam Perang Uhud
mempersenjatai dirinya dengan panah seraya bersabda: "Bidikkanlah, ayah dan
ibuku menjadi tebusanmu."Hadis tersebut diketengahkan oleh Imam Bukhari, dari Abdullah ibnu Muhammad, dari Marwan ibnu Mu'awiyyah.
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan kepadaku Saleh ibnu Kaisan, dari salah seorang keluarga Sa'd, dari Sa'd ibnu Abu Waqqas, bahwa dia dalam Perang Uhud membidik musuh untuk melindungi Rasulullah Saw. Sa'd mengatakan, "Sesungguhnya aku melihat Rasulullah Saw. memberikan anak panah kepadaku seraya bersabda: 'Bidikkanlah, ayah dan ibuku menjadi tebusanmu!' hingga beliau memberiku anak panah yang tidak ada ujung besinya. Maka aku pakai juga untuk membidik musuh."
Di dalam kitab Sahihain disebutkan melalui hadis Ibrahim ibnu Sa'd ibnu Abu Waqqas dari ayahnya yang menceritakan: Aku melihat dalam Perang Uhud di sebelah kanan Nabi Saw. dan di sebelah kirinya terdapat dua orang lelaki yang memakai pakaian putih, keduanya berperang melindungi Rasulullah Saw. dengan gigih. Aku belum pernah melihat keduanya, baik sebelum itu ataupun sesudahnya. Yang dimaksud oleh sahabat Sa’d dengan "keduanya' adalah Malaikat Jibril dan Malaikat Mikail a.s.
Hammad ibnu Salamah meriwayatkan dari Ali ibnu Zaid dan Sabit, dari Anas ibnu Malik, bahwa Rasulullah Saw. dalam Perang Uhud terkucilkan bersama tujuh orang dari kalangan Ansar dan dua orang dari kalangan Quraisy. Ketika pasukan kaum musyrik mengejar beliau, beliau bersabda, "Siapakah yang mau mengusir mereka dari kita, dan baginya surga," atau "Dia akan menjadi temanku di surga." Maka majulah seorang lelaki dari kalangan Ansar yang langsung bertempur hingga gugur. Kemudian pasukan kaum musyrik mengejar beliau, maka beliau bersabda, "Siapakah yang mau mengusir mereka dari kita, dan baginya surga." Maka majulah seorang lelaki dari kalangan Ansar yang langsung bertempur hingga gugur. Demikianlah seterusnya hingga gugur tujuh orang. Maka Rasulullah Saw. bersabda kepada kedua temannya, "Kita tidak berlaku adil kepada teman-teman kita."
Imam Muslim meriwayatkannya melalui Hudbah ibnu Khalid, dari Hammad ibnu Salamah dengan lafaz yang semakna.
قَالَ
أَبُو الْأَسْوَدِ، عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ قَالَ: كَانَ أبَيُّ بْنُ
خَلَف، أَخُو بَنِي جُمَح، قَدْ حَلَفَ وَهُوَ بِمَكَّةَ لَيَقْتُلَن رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَلَمَّا بلغتْ رسولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَلْفَتُه قَالَ: "بَلْ أنَا أقْتُلُهُ، إنْ شَاءَ
اللَّهُ". فَلَمَّا كَانَ يَوْمُ أُحُدٍ أَقْبَلَ أبَي فِي الْحَدِيدِ مُقَنَّعا،
وَهُوَ يَقُولُ: لَا نَجَوْتُ إِنْ نَجَا مُحَمَّدٌ. فَحَمَلَ عَلَى رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُرِيدُ قتْله، فَاسْتَقْبَلَهُ مُصْعَب
بْنُ عُمَير، أَخُو بَنِي عَبْدِ الدَّارِ، يَقِي رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِنَفْسِهِ، فَقُتِلَ مُصْعَبُ بْنُ عُمَيْرٍ، وَأَبْصَرَ رسولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَرْقُوَة أُبَيِّ بْنِ خَلَفٍ مِنْ
فَرْجةَ بَيْنَ سَابِغَةِ الدِّرْعِ وَالْبَيْضَةِ، وَطَعَنَهُ فِيهَا
بِحَرْبَتِهِ، فَوَقَعَ إِلَى الْأَرْضِ عَنْ فَرَسِهِ، لَمْ يَخْرُجْ مِنْ
طَعْنَتِهِ دَمٌ، فَأَتَاهُ أَصْحَابُهُ فَاحْتَمَلُوهُ وَهُوَ يَخُورُ خُوار
الثَّوْرِ، فَقَالُوا لَهُ: مَا أَجْزَعَكَ إِنَّمَا هُوَ خَدْشٌ؟ فَذَكَرَ لَهُمْ
قَوْلَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَنَا أقْتُلُ أُبيا".
ثُمَّ قَالَ: وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ كَانَ هَذَا الَّذِي بِي بِأَهْلِ
ذِي المَجَاز لَمَاتُوا أَجْمَعُونَ. فَمَاتَ إِلَى النَّارِ، فَسُحْقًا
لِأَصْحَابِ السَّعِيرِ.
Abul Aswad meriwayatkan dari Urwah ibnuz Zubair yang menceritakan bahwa
dahulu Ubay ibnu Khalaf —saudara lelaki Bani Jumah— telah bersumpah ketika di
Mekah, bahwa dirinya benar-benar akan membunuh Rasulullah Saw. Tatkala sumpahnya
itu sampai terdengar oleh Rasulullah Saw, maka beliau Saw. bersabda: Tidak,
bahkan akulah yang akan membunuhnya, jika Allah mengizinkan. Ketika Perang
Uhud berkobar, Ubay maju ke medan perang dengan memakai topi besi yang menutupi
seluruh kepalanya seraya berkata, "Aku tidak akan selamat jika Muhammad
selamat." Lalu ia langsung maju menyerang ke arah Rasulullah Saw. dengan maksud
untuk membunuhnya, tetapi ia dihadang oleh Mus'ab ibnu Umair (saudara lelaki
Bani Abdud Dar) untuk melindungi Rasulullah Saw. dengan dirinya, hingga Mus'ab
ibnu Umair gugur sebagai tameng Rasulullah Saw. Saat itu juga Rasulullah Saw.
melihat tenggorokan Ubay ibnu Khalaf yang tampak di antara celah topi besi dan
baju besinya, lalu beliau menusuk celah tersebut dengan tombak pendeknya, hingga
Ubay ibnu Khalaf terjatuh dari kudanya ke tanah, tetapi dari tusukan itu tidak
ada darah yang mengalir. Teman-teman Ubay ibnu Khalaf datang membopongnya,
sedangkan Ubay ibnu Khalaf menjerit-jerit seperti suara sapi jantan (karena
kesakitan). Lalu mereka berkata kepadanya, "Apakah yang membuatmu merintih,
sesungguhnya luka ini hanyalah goresan saja." Kemudian disampaikan kepada mereka
sabda Rasulullah Saw. yang mengatakan, "Tidak, bahkan akulah yang akan membunuh
Ubay." Kemudian Nabi Saw. bersabda, "Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam
genggaman kekuasaan-Nya, seandainya apa yang telah menimpaku ini ditimpakan
kepada penduduk Zul Majaz, niscaya mereka mati semuanya." Akhirnya Ubay ibnu
Khalaf mati dan dimasukkan ke dalam neraka. Maka kebinasaanlah bagi
penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala. (Al-Mulk: 11)Musa ibnu Uqbah di dalam kitab Magazi-nya telah meriwayatkan hadis ini melalui Az-Zuhri, dari Sa'id ibnul Musayyab dengan lafaz yang semisal.
Muhammad ibnu Ishaq menceritakan, ketika Rasulullah Saw. dalam keadaan terjepit di lereng bukit, Ubay ibnu Khalaf mengejarnya seraya berkata, "Aku tidak akan selamat jika engkau selamat." Maka pasukan kaum muslim berkata, "Wahai Rasulullah, ada seorang lelaki yang menghadangnya dari kalangan kita." Rasulullah Saw. bersabda, "Biarkanlah dia!' Ketika Ubay mendekat kepada Rasulullah Saw., maka Rasulullah Saw. mengambil sebilah tombak dari Al-Haris ibnus Summah. Menurut yang diceritakan kepadaku dari salah seorang kaum yang hadir, disebutkan bahwa ketika Rasulullah Saw. mengambil tombak itu dari Al-Haris ibnus Summah, maka Rasulullah Saw. terlebih dahulu menggerak-gerakkan tombak itu sekali gerak hingga kami semua menjauh, bagaikan bulu unta yang berterbangan bila seekor unta menggerak-gerakkan tubuhnya. Kemudian Ubay dihadapi oleh Rasulullah Saw., dan Rasulullah Saw. langsung dapat menusuknya pada lehernya dengan sekali tusuk, hingga Ubay ibnu Khalaf terjatuh berkali-kali dari atas kudanya karena tusukan tersebut.
Al-Waqidi meriwayatkan dari Yunus ibnu Bukair, dari Muhammad ibnu Ishaq, dari Asim ibnu Amr ibnu Qatadah, dari Abdullah ibnu Ka'b ibnu Malik, dari ayahnya hal yang semisal.
Al-Waqidi mengatakan, Ibnu Umar pernah mengatakan bahwa Ubay ibnu Khalaf mati di Lembah Rabig. Sesungguhnya aku melewati Lembah Rabig sesudah malam hari tiba, ternyata aku melihat api yang menyala-nyala di hadapanku hingga aku takut. Tiba-tiba aku melihat seorang lelaki keluar dari api itu dalam keadaan dibelenggu dengan rantai; ia diseret dan dalam keadaan terbakar oleh kehausan. Tiba-tiba aku melihat ada seorang lelaki lain berkata, "Jangan beri dia minum, karena sesungguhnya orang ini adalah orang yang terbunuh oleh Rasulullah Saw. Inilah Ubay ibnu Khalaf."
Di dalam kitab Sahihain disebutkan melalui riwayat Abdur Razzaq, dari Ma'mar, dari Hamman ibnu Munabbih, dari Abu Hurairah yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
«اشْتَدَّ
غَضَبُ اللَّهِ على قوم فعلوا بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ- وَهُوَ حينئذ يشير إلى رباعيته- واشتد غَضَبُ اللَّهِ عَلَى رَجُلٍ
يَقْتُلُهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَبِيلِ
اللَّهِ»
Murka Allah sangat keras terhadap suatu kaum yang berani melakukan hal ini
—seraya mengisyaratkan kepada gigi serinya— kepada diri Rasulullah Saw. Dan
murka Allah sangat keras terhadap lelaki yang dibunuh oleh Rasulullah Saw. dalam
perang sabilillah.Imam Bukhari mengetengahkannya melalui hadis Ibnu Juraij, dari Amr ibnu Dinar, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa murka Allah amat keras terhadap orang yang telah dibunuh oleh Rasulullah Saw. dengan tangannya dalam perang sabilillah. Murka Allah amat keras terhadap suatu kaum yang berani melukai wajah Rasulullah Saw.
Ibnu Ishaq mengatakan bahwa gigi seri Rasulullah Saw. dirontokkan dan pelipisnya dilukai, juga bibirnya. Orang yang berani melakukan demikian terhadap diri beliau adalah Atabah ibnu Abu Waqqas.
فَحَدَّثَنِي
صَالِحُ بْنُ كَيْسان، عَمَّنْ حَدَّثَهُ، عَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍّ قَالَ:
مَا حَرَصْتُ عَلَى قَتْلِ أَحَدٍ قَط مَا حَرَصْتُ عَلَى قَتْلِ عُتْبة بْنِ أَبِي
وَقَّاصٍّ وَإِنْ كَانَ مَا عَلِمْتُهُ لَسَيِّئَ الخلُق، مُبْغَضًا فِي قَوْمِهِ،
وَلَقَدْ كَفَانِي فِيهِ قَوْلَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "اشْتَدَّ غَضَبُ اللهِ عَلَى مَنْ دَمَّى وَجْهَ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ".
Saleh ibnu Kaisan meriwayatkan dari orang yang menceritakan hadis ini dari Sa'd ibnu Abu Waqqas. Disebutkan bahwa Sa'd ibnu Abu Waqqas pernah berkata, "Aku belum pernah ingin membunuh seseorang seperti keinginanku untuk membunuh Atabah ibnu Abu Waqqas. Menurut sepengetahuanku, dia adalah orang yang jahat perangainya lagi dibenci di kalangan kaumnya. Sesungguhnya telah cukup bagiku mengenai dirinya, yaitu sabda Rasulullah Saw. yang mengatakan: 'Murka Allah amat keras terhadap orang yang berani melukai wajah Rasulullah Saw.'."
قَالَ
عَبْدُ الرَّزَّاقِ: أَنْبَأَنَا معْمَر، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عن عُثْمَانَ الجزَري،
عَنْ مقْسَم؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعَا عَلَى
عُتْبةَ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍّ يَوْمَ أحُد حِينَ كَسر رَبَاعيتَه ودَمى وَجْهَهُ
فَقَالَ: "اللَّهُمَّ لَا تَحُلْ عَلَيْهِ الْحَوْل حَتَّى يموتَ كَافِرًا". فَمَا
حَالَ عَلَيْهِ الحولُ حَتَّى مَاتَ كَافِرًا إِلَى النَّارِ
Abdur Razzaq meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari
Az-Zuhri, dari Usman Al-Hariri, dari Miqsam, bahwa Rasulullah Saw. telah
mendoakan kebinasaan atas Atabah ibnu Abu Waqqas dalam Perang Uhud, yaitu ketika
Atabah berani merontokkan gigi serinya dan melukai wajahnya. Beliau Saw. berdoa:
Ya Allah, janganlah engkau lewatkan atas dirinya masa satu tahun sebelum dia
mati dalam keadaan kafir. Ternyata belum lagi lewat masa satu tahun,
dia telah mati dalam keadaan kafir dan masuk neraka.Al-Waqidi meriwayatkan dari Ibnu Abu Sabrah, dari Ishaq ibnu Abdullah ibnu Abu Farwah, dari Abul Huwairis, dari Nafi' ibnu Jubair yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar seorang Muhajirin menceritakan kisah berikut, bahwa ia ikut dalam Perang Uhud, dan menyaksikan anak-anak panah bertaburan dari berbagai arah mengarah ke suatu tempat, sedangkan Rasulullah Saw. berada di tengah-tengah tempat itu, tetapi semua anak panah meleset darinya. Sesungguhnya ia melihat Abdullah ibnu Syihab Az-Zuhri pada hari itu (Perang Uhud) mengatakan, "Tunjukkanlah aku kepada Muhammad, aku tidak akan selamat jika dia selamat," padahal saat itu Rasulullah Saw. berada di sebelahnya tanpa ditemani oleh seorang pun, kemudian Abdullah ibnu Syihab Az-Zuhri melewatinya. Maka Safwan mencelanya karena peristiwa tersebut. Tetapi Ibnu Syihab menjawabnya, "Demi Allah, aku tidak melihatnya, aku bersumpah dengan nama Allah bahwa dia terlindungi dari kita. Kami berangkat bersama empat orang, dan kami berjanji untuk membunuhnya, tetapi kami tidak dapat melakukan hal tersebut." Al-Waqidi mengatakan, menurut apa yang telah terbuktikan pada kami, orang yang melukai kedua pelipis Rasulullah Saw. adalah Ibnu Qumaiah, sedangkan yang melukai bibirnya dan merontokkan gigi serinya adalah Atabah ibnu Abu Waqqas.
قَالَ
أَبُو دَاوُدَ الطَّيَالِسِيُّ: حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ، عَنْ إِسْحَاقَ
بْنِ يَحْيَى بْنِ طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ الله،
أَخْبَرَنِي
عِيسَى بْنُ طَلْحَةَ، عَنْ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ عَائِشَةَ، رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهَا، قَالَتْ: كَانَ أَبُو بَكْرٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، إِذَا ذَكَرَ يَوْمَ
أُحُدٍ قَالَ ذَاكَ يَوْمٌ كُله لِطَلْحَةَ، ثُمَّ أَنْشَأَ يُحَدِّثُ قَالَ:
كُنْتُ أَوَّلَ مَنْ فَاء يَوْمَ أُحُدٍ، فَرَأَيْتُ رَجُلًا يُقَاتِلُ مَعَ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دُونَهُ -وَأُرَاهُ قَالَ:
حَميَّة فَقَالَ فَقُلْتُ: كُنْ طَلْحَةَ، حَيْثُ فَاتَنِي مَا فَاتَنِي، فَقُلْتُ:
يَكُونُ رَجُلًا مِنْ قَوْمِي أَحَبُّ إِلَيَّ، وَبَيْنِي وَبَيْنَ الْمُشْرِكِينَ
رَجُلٌ لَا أَعْرِفُهُ، وَأَنَا أَقْرَبُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْهُ، وَهُوَ يَخْطِفُ الْمَشْيَ خَطْفًا لَا أَحْفَظُهُ
فَإِذَا هُوَ أَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الْجَرَّاحِ، فَانْتَهَيْنَا إِلَى رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: وَقَدْ كُسِرَتْ رَبَاعِيتُه وشُجّ فِي
وَجْهِهِ، وَقَدْ دَخَلَ فِي وَجْنَته حَلْقَتَانِ مِنْ حِلَق المِغْفَر، قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "عَليكُما صَاحِبَكُما".
يُرِيدُ طَلْحَةَ، وَقَدْ نَزَفَ، فَلَمْ نَلْتَفِتْ إِلَى قَوْلِهِ، قَالَ:
وَذَهَبْتُ لِأَنْ أَنْزِعَ ذَلِكَ مِنْ وَجْهِهِ، فَقَالَ أَبُو عُبَيْدَةَ:
أَقْسَمْتُ عَلَيْكَ بِحَقِّي لَمَا تَرَكْتَنِي. فَتَرَكْتُهُ، فَكَرِهَ أَنْ
يَتَنَاوَلَهَا بِيَدِهِ فَيُؤْذِيَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
فَأزَمَّ عَلَيْهَا بِفِيهِ فَاسْتَخْرَجَ إِحْدَى الْحَلْقَتَيْنِ، وَوَقَعَتْ
ثَنيَّته مَعَ الْحَلْقَةِ، ذَهَبْتُ لِأَصْنَعَ مَا صَنَعَ، فَقَالَ: أَقْسَمْتُ
عَلَيْكَ بِحَقِّي لَمَا تَرَكْتَنِي، قَالَ: فَفَعَلَ مِثْلَ مَا فَعَلَ فِي
الْمَرَّةِ الْأُولَى، فَوَقَعَتْ ثَنِيَّتُهُ الْأُخْرَى مَعَ الْحَلْقَةِ،
فَكَانَ أَبُو عُبَيْدَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَحْسَنَ النَّاسِ هَتْما،
فَأَصْلَحْنَا مِنْ شَأْنِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
ثُمَّ أَتَيْنَا طَلْحَةَ فِي بَعْضِ تِلْكَ الْجِفَارِ، فَإِذَا بِهِ بِضْعٌ
وَسَبْعُونَ أَوْ أَقَلُّ أَوْ أَكْثَرُ مِنْ طَعْنَةٍ ورَمْيَة وَضَرْبَةٍ،
وَإِذَا قَدْ قُطعَتْ إِصْبَعُهُ، فَأَصْلَحْنَا مِنْ شَأْنِهِ.
Abu Daud At-Tayalisi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnul
Mubarak, dari Ishaq ibnu Yahya ibnu Talhah ibnu Ubaidillah, telah menceritakan
kepadaku Isa ibnu Talhah, dari Ummul Mukminin r.a. yang menceritakan bahwa
sahabat Abu Bakar apabila teringat akan Perang Uhud, ia selalu mengatakan, "Hari
itu keseluruhannya merupakan hari bagi Talhah." Selanjutnya Abu Bakar
menceritakan peristiwa tersebut, bahwa dia adalah orang yang mula-mula kembali
ke medan perang dalam Perang Uhud. Lalu ia melihat seorang lelaki yang sedang
bertempur dengan gigihnya bersama Rasulullah Saw. untuk melindunginya. Lalu aku
(Abu Bakar) berkata, "Mudah-mudahan engkau adalah Talhah, mengingat aku sendiri
tidak dapat melakukannya karena ada halangan yang menghambatku. Kalau memang
demikian, berarti dia (Talhah) adalah seorang lelaki dari kaumku yang paling aku
cintai." Saat itu antara aku (Abu Bakar) dan pasukan kaum musyrik terdapat
seorang lelaki yang tidak aku kenal, sedangkan posisiku lebih dekat kepada
Rasulullah Saw. ketimbang dia. Dia berjalan dengan langkah-langkah yang tidak
kukenal sebelumnya, tetapi cukup cepat. Setelah dekat, temyata dia adalah Abu
Ubaidah ibnul Jarrah. Ketika aku sampai kepada Rasulullah Saw., kujumpai gigi
serinya rontok dan wajahnya terluka, dua mata rantai dari kerudung besinya
melukai pipi beliau. Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Kamu berdua harus
menolong teman kamu," yang beliau maksud adalah Talhah. Saat itu darah
mengucur dari luka beliau, maka kami tidak mempedulikan ucapan beliau. Aku
segera bersiap-siap mencabut kedua mata rantai itu dari wajahnya, tetapi Abu
Ubaidah berkata, "Aku mohon kepadamu, biarkanlah aku yang menangani ini." Maka
aku biarkan dia melakukannya. Abu Ubaidah tidak suka mencabut dengan tangannya
karena khawatir akan membuat Rasulullah Saw. kesakitan, maka ia menggigit dengan
mulutnya. Ia dapat mencabut salah satu dari kedua mata rantai, tetapi bersamaan
dengan itu satu gigi serinya rontok. Maka aku (Abu Bakar) bermaksud untuk
melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Abu Ubaidah, tetapi Abu Ubaidah
berkata, "Aku mohon kepadamu, biarkanlah aku yang melakukan ini." Maka ia
lakukan seperti yang ia lakukan pada pertama kalinya tadi, dan gigi serinya
rontok pula bersama tercabutnya mata rantai terakhir. Sejak itu Abu Ubaidah
adalah orang ompong yang paling baik. Setelah kami merawat dan mengobati
Rasulullah Saw., kemudian kami menemui Talhah yang ada di salah satu galian,
ternyata kami jumpai pada tubuhnya kurang lebih tujuh puluh luka akibat tusukan
tombak, pukulan pedang, dan lemparan panah. Kami jumpai pula jari telunjuknya
terpotong, maka kami urus jenazahnya.Al-Haisam ibnu Kulaib dan Imam Tabrani meriwayatkannya melalui hadis Ishaq ibnu Yahya dengan lafaz yang sama.
Tetapi di dalam riwayat Al-Haisam disebutkan bahwa Abu Ubaidah mengatakan, "Aku mohon kepadamu, hai Abu Bakar, biarkanlah aku yang melakukan ini." Lalu Abu Ubaidah mencabut panah itu dengan mulutnya secara pelan-pelan karena takut membuat Rasulullah Saw. kesakitan. Akhimya anak panah itu berhasil ia cabut, tetapi bersamaan dengan itu gigi serinya rontok. Lalu Al-Haisam melanjutkan kisahnya. Hadis ini dipilih oleh Al-Hafiz Ad-Diya Al-Maqdisi di dalam kitabnya.
Ali ibnul Madini menilai daif hadis ini ditinjau dari jalur Ishaq ibnu Yahya. Karena sesungguhnya Ishaq ibnu Yahya dibicarakan mempunyai kelemahan oleh Yahya ibnu Sa'id Al-Qattan, Imam Ahmad, Yahya ibnu Mu'in, Imam Bukhari, Abu Zar'ah, Abu Hatim, Muhammad ibnu Sa'd, Imam Nasai serta lain-lainnya.
قَالَ
ابْنُ وَهْب: أَخْبَرَنِي عَمْرو بْنُ الْحَارِثِ: أَنَّ عُمَر بْنَ السَّائِبِ
حَدَّثَهُ: أَنَّهُ بَلَّغَهُ أَنَّ مَالِكًا أَبَا [أَبِي] سَعِيدٍ الخُدْري لمَّا
جُرِحَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ أُحُدٍ مَصّ الْجُرْحَ
حَتَّى أَنْقَاهُ وَلَاحَ أَبْيَضَ، فَقِيلَ لَهُ: مُجَّه. فَقَالَ: لَا وَاللَّهِ
لَا أَمُجُّهُ أَبَدًا. ثُمَّ أَدْبَرَ يُقَاتِلُ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ أَرَادَ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ
الْجَنَّةِ، فلينظُرْ إِلَى هَذَا " فَاسْتُشْهِدَ
Ibnu Wahb meriwayatkan, telah menceritakan kepadaku Amr ibnul Haris, bahwa
Umar ibnus Saib pernah menceritakan kepadanya bahwa Malik (yaitu ayah sahabat
Abu Sa'id Al-Khudri) ketika Rasulullah Saw. terluka dalam Perang Uhud, maka ia
menyedot luka itu dengan mulutnya hingga bersih dan tampak putih. Lalu dikatakan
kepadanya, "Ludahkanlah!" Malik menjawab, "Tidak, demi Allah, aku tidak akan
mengeluarkannya untuk selama-lamanya." Kemudian Malik berbalik dan maju
bertempur, maka Nabi Saw. bersabda: Barang siapa yang ingin melihat seorang
lelaki dari penduduk surga, hendaklah ia memandang orang ini.
Akhirnya Malik gugur sebagai syuhada.Telah disebutkan di dalam kitab Sahihain melalui jalur Abdul Aziz ibnu Abu Hazm, dari ayahnya, dari Sahl ibnu Sa'd, bahwa ia pernah ditanya mengenai luka yang dialami oleh Rasulullah Saw. Maka ia menjawab: Wajah Rasulullah Saw. terluka dan gigi serinya rontok serta topi besi yang ada di kepalanya pecah. Maka Siti Fatimah mencuci darahnya, dan sahabat Ali mengucurkan air dengan tameng. Ketika Fatimah melihat bahwa air tidak dapat menghentikan darah, bahkan justru bertambah banyak; maka ia mengambil sepotong tikar, lalu ia bakar hingga menjadi abu, kemudian abunya ia tempelkan ke anggota yang luka, maka barulah darah berhenti.
*******************
Firman Allah Swt.:
فَأَثابَكُمْ
غَمًّا بِغَمٍّ
Karena itu, Allah menimpakan atas kalian kesedihan atas kesedihan.
(ali Imran: 153)Yakni Allah membalas kalian dengan kesusahan di atas kesusahan yang lain. Perihalnya sama dengan perkataan orang-orang Arab, "Engkau tinggal di Bani Fulan, juga tinggal di Bani Anu." Menurut Ibnu Jarir, demikian pula makna firman-Nya:
وَلَأُصَلِّبَنَّكُمْ
فِي جُذُوعِ النَّخْلِ
dan sesungguhnya aku akan menyalib kamu sekalian pada pangkal pohon
kurma. (Taha: 71)'Ala juzu'in nakhli, artinya pada pangkal pohon kurma.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa kesusahan pertama disebabkan kekalahan dan ketika diserukan bahwa Muhammad Saw. telah terbunuh. Sedangkan kesusahan yang kedua ialah ketika pasukan kaum musyrik menduduki posisi yang lebih tinggi daripada mereka di atas bukit, dan Nabi Saw. bersabda:
«اللَّهُمَّ
لَيْسَ لَهُمْ أَنْ يَعْلُونَا»
Ya Allah, mereka tidak boleh lebih tinggi daripada kita.Dan diriwayatkan dari Abdur Rahman ibnu Auf, bahwa kesusahan yang pertama disebabkan kekalahan, sedangkan kesusahan yang kedua terjadi ketika diserukan bahwa Nabi Muhammad Saw. telah terbunuh. Berita yang kedua ini mereka rasakan lebih berat ketimbang kekalahan yang mereka derita.
Kedua asar tersebut diriwayatkan oleh Ibnu Murdawaih. Telah diriwayatkan pula hal yang semisal dari Umar ibnul Khattab. Ibnu Abu Hatim meriwayatkan hal yang semisal dari Qatadah.
As-Saddi mengatakan bahwa kesusahan pertama disebabkan telah luput dari mereka ganimah dan kemenangan. Kesusahan yang kedua karena musuh beroleh kemenangan atas mereka.
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Karena itu, Allah menimpakan atas kalian kesedihan atas kesedihan. (Ali Imran: 153) Yaitu kesusahan di atas kesusahan, dengan terbunuhnya sebagian di antara saudara-saudara kalian, musuh kalian menang atas kalian, dan kesedihan yang mencekam hati kalian ketika mendengar bahwa Nabi kalian telah dibunuh. Hal tersebut terjadi menimpa kalian secara berturut-turut, hingga menjadi kesedihan di atas kesedihan.
Mujahid dan Qatadah mengatakan bahwa kesusahan pertama karena mereka mendengar bahwa Nabi Muhammad dibunuh, kesusahan yang kedua ialah pembunuhan dan pelukaan yang diderita mereka dalam perang itu. Telah diriwayatkan dari Qatadah serta Ar-Rabi' ibnu Anas hal yang sebaliknya.
Diriwayatkan dari As-Saddi bahwa kesedihan yang pertama karena kemenangan dan ganimah terlepas dari tangan mereka. Kesedihan kedua karena musuh dapat mengalahkan mereka dan berada di atas mereka. Pendapat ini telah disebut keterangannya dari As-Saddi.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa pendapat yang benar di antara semuanya ialah pendapat orang yang mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Karena itu, Allah menimpakan atas kalian kesedihan atas kesedihan. (Ali Imran: 153) karena itu, Allah menggantikan nikmat kalian —hai orang-orang mukmin— dengan terhalangnya kalian mendapat ganimah dari kaum musyrik dan kemenangan atas mereka serta mendapat bantuan untuk menghadapi mereka, sehingga kalian banyak yang gugur dan mengalami luka-luka pada hari itu. Padahal pada mulanya Allah telah memperlihatkan kepada kalian dalam kesemuanya itu hal-hal yang kalian sukai. Hal ini terjadi karena kalian durhaka terhadap Tuhan kalian dan kalian berani melanggar perintah nabi kalian. Kini kalian menjadi sedih setelah kalian menduga bahwa nabi kalian telah dibunuh, musuh berhasil memukul mundur kalian, dan keadaannya menjadi terbalik.
*******************
Firman Allah Swt:
{لِكَيْلا
تَحْزَنُوا عَلَى مَا فَاتَكُمْ}
supaya kalian jangan bersedih hati terhadap apa yang luput dari
kalian. (Ali Imran: 153) Yakni ganimah dan kemenangan atas musuh kalian yang luput dari tangan kalian.
{وَلا
مَا أَصَابَكُمْ}
dan terhadap apa yang menimpa kalian. (Ali Imran: 153) Yaitu berupa luka-luka yang banyak dialami oleh kalian, juga yang terbunuh. Demikianlah menurut penafsiran Ibnu Abbas, Abdur Rahman ibnu Auf, Al-Hasan, Qatadah, dan As-Saddi.
{وَاللَّهُ
خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ}
Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan. (Ali Imran: 153) Mahasuci Allah dengan segala puji-Nya, tidak ada Tuhan selain Allah Yang Mahaagung lagi Mahatinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar