{يَا
أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تُحَاجُّونَ فِي إِبْرَاهِيمَ وَمَا أُنزلَتِ التَّوْرَاةُ
وَالإنْجِيلُ إِلا مِنْ بَعْدِهِ أَفَلا تَعْقِلُونَ (65) هَا أَنْتُمْ هَؤُلاءِ
حَاجَجْتُمْ فِيمَا لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ فَلِمَ تُحَاجُّونَ فِيمَا لَيْسَ لَكُمْ
بِهِ عِلْمٌ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ (66) مَا كَانَ
إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلا نَصْرَانِيًّا وَلَكِنْ كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا
وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (67) إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِإِبْرَاهِيمَ
لَلَّذِينَ اتَّبَعُوهُ وَهَذَا النَّبِيُّ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاللَّهُ وَلِيُّ
الْمُؤْمِنِينَ (68) }
Hai Ahli Kitab, mengapa kalian
bantah-membantah tentang hal Ibrahim, padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan
melainkan sesudah Ibrahim. Apakah kalian tidak berpikir? Beginilah kalian,
kalian ini (sewajarnya) bantah-membantah tentang hal yang kalian ketahui, maka
mengapa kalian bantah-membantah tentang hal yang tidak kalian ketahui? Allah
mengetahui, sedangkan kalian tidak mengetahui. Ibrahim bukan seorang Yahudi dan
bukan (pula) seorang Nasrani, tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi
menyerahkan diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia dari golongan
orang-orang musyrik." Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah
orang-orang yang mengikutinya dan nabi ini (Muhammad), serta orang-orang yang
beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah Pelindung semua orang yang
beriman.Allah Swt. mengingkari perbuatan orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani yang saling berbantah-bantahan tentang hal Ibrahim, kekasih Allah Swt. Masing-masing pihak mengakui bahwa Ibrahim adalah salah seorang dari mereka. Seperti apa yang diriwayatkan oleh Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar; ia mengatakan, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Abu Muhammad maula Zaid ibnu Sabit, telah menceritakan kepadaku Sa'id ibnu Jubair atau Berimah, dari Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan bahwa orang-orang Nasrani Najran dan para pendeta Yahudi berkumpul di hadapan Rasulullah Saw., lalu mereka saling berbantahan di antara mereka di hadapan Nabi Saw.
Para pendeta Yahudi berkata bahwa Ibrahim itu tiada lain adalah seorang Yahudi. Sedangkan orang-orang Nasrani berkata bahwa Ibrahim tiada lain adalah seorang Nasrani. Maka Allah menurunkan firman-Nya:
يَا
أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تُحَاجُّونَ فِي إِبْرَاهِيمَ
Hai Ahli Kitab, mengapa kalian berbantah-bantahan tentang hal Ibrahim.
(Ali Imran: 65), hingga akhir ayat.Yakni mengapa kalian mengakui, hai orang-orang Yahudi, bahwa dia (Nabi Ibrahim) adalah seorang Yahudi; padahal masa Nabi Ibrahim jauh sebelum Allah menurunkan kitab Taurat kepada Nabi Musa. Bagaimana pula kalian, hai orang-orang Nasrani, mengakui bahwa dia adalah seorang Nasrani; padahal Nasrani baru ada jauh sesudah Nabi Ibrahim dalam jarak zaman yang jauh sekali. Karena itulah dalam akhir ayat ini disebutkan:
{أَفَلا
تَعْقِلُونَ}
Apakah kalian tidak berpikir? (Ali Imran: 65)
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
هَا
أَنْتُمْ هَؤُلاءِ حَاجَجْتُمْ فِيمَا لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ فَلِمَ تُحَاجُّونَ
فِيمَا لَيْسَ لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ
Beginilah kalian, kalian ini (sewajarnya) bantah-membantah tentang hal
yang kalian ketahui, maka mengapa kalian bantah-membantah tentang hal yang tidak
kalian ketahui? (Ali Imran: 66), hingga akhir ayat.Hal ini merupakan sikap ingkar terhadap orang-orang yang melakukan bantah-berbantah tentang hal-hal yang tidak mereka ketahui. Karena sesungguhnya orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani berbantah-bantahan tentang hal Ibrahim tanpa ilmu. Seandainya mereka berbantah-bantahan tentang kitab yang ada di tangan mereka yang sebagiannya terdapat hal-hal yang berkaitan dengan agama mereka yang disyariatkan buat mereka hingga masa Nabi Muhammad Saw. diangkat menjadi seorang utusan, maka hal tersebut lebih utama bagi mereka. Sesungguhnya mereka hanyalah membicarakan hal-hal yang tidak mereka ketahui. Maka Allah Swt. mengingkari perbuatan mereka itu, dan memerintahkan kepada mereka agar mengembalikan hal-hal yang tidak mereka ketahui kepada Tuhan Yang mengetahui yang gaib dan yang nyata yang mengetahui semua perkara sesuai dengan hakikat dan kejelasannya. Karena itulah Allah Swt. berfirman dalam akhir ayat ini:
{وَاللَّهُ
يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ}
Allah mengetahui, sedangkan kalian tidak mengetahui. (Ali Imran:
66)
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{مَا
كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلا نَصْرَانِيًّا وَلَكِنْ كَانَ حَنِيفًا
مُسْلِمًا}
Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan pula seorang Nasrani, tetapi dia
adalah seorang yang hanif lagi muslim. (Ali Imran: 67)Yakni menyimpang dari kemusyrikan dan cenderung kepada iman.
{وَمَا
كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ}
dan sekali-kali bukanlah dia dari golongan orang-orang musyrik. (Ali
Imran: 67). Makna ayat ini sama dengan ayat terdahulu di dalam surat Al-Baqarah yang mengatakan:
وَقَالُوا
كُونُوا هُودًا أَوْ نَصَارَى تَهْتَدُوا
Dan mereka berkata, "Hendaklah kalian menjadi penganut agama Yahudi atau
Nasrani, niscaya kalian mendapat petunjuk." (Al-Baqarah: 135)
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{إِنَّ
أَوْلَى النَّاسِ بِإِبْرَاهِيمَ لَلَّذِينَ اتَّبَعُوهُ وَهَذَا النَّبِيُّ
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُؤْمِنِينَ}
Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang
mengikutinya dan nabi ini (Muhammad), serta orang-orang yang beriman (kepada
Muhammad), dan Allah adalah Pelindung orang-orang yang beriman. (Ali Imran:
68)Allah Swt. berfirman bahwa orang yang paling berhak mengakui Nabi Ibrahim ialah orang-orang yang mengikuti agamanya dan Nabi ini —yakni Nabi Muhammad Saw.— serta orang-orang yang beriman dari kalangan sahabat-sahabatnya, yaitu kaum Muhajirin dan kaum Ansar serta orang-orang yang mengikuti mereka sesudah mereka tiada.
قَالَ
سَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ: أَخْبَرَنَا أَبُو الْأَحْوَصِ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ
مَسْرُوقٍ، عَنْ أَبِي الضُّحَى، عَنْ مَسْرُوقٍ، عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ، رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى الله عليه وسلم قال: "إنَّ لِكُلِّ
نَبِيٍّ وُلاةً مِنَ النَّبِيِّينَ، وإنَّ وَليِّي مِنْهُمْ أَبِي وخَلِيلُ رَبِّي
عَزَّ وَجَلَّ". ثُمَّ قَرَأَ: {إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِإِبْرَاهِيمَ لَلَّذِينَ
اتَّبَعُوهُ [وَهَذَا النَّبِيُّ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاللَّهُ وَلِيُّ
الْمُؤْمِنِينَ]}
Sa'id ibnu Mansur mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Ahwas, dari
Sa'id ibnu Masruq.'dari Abud Duha, dari Masruq, dari Ibnu Mas'ud r.a. yang
menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tiap-tiap nabi mempunyai
seorang pelindung dari kalangan para nabi sendiri, dan sesungguhnya pelindungku
dari kalangan mereka (para nabi) adalah ayahku, yaitu kekasih Tuhanku (Nabi
Ibrahim a.s.). Kemudian beliau Saw. membacakan firman-Nya: Sesungguhnya orang
yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya. (Ali
Imran: 68), hingga akhir ayat.Imam Turmuzi dan Imam Al-Bazzar meriwayatkan hal yang sama melalui hadis Abu Ahmad Az-Zubairi, dari Sufyan As-Sauri, dari ayahnya.
Kemudian Al-Bazzar mengatakan bahwa hadis ini diriwayatkan pula oleh selain Abu Ahmad, dari Sufyan, dari ayahnya, dari Abud Duha, dari Abdullah, tanpa menyebut nama Masruq.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Turmuzi melalui jalur Waki', dari Sufyan; kemudian ia mengatakan bahwa sanad ini lebih sahih.
Akan tetapi, hadis ini diriwayatkan oleh Waki' di dalam kitab tafsirnya. Untuk itu ia mengatakan: telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari ayahnya, dari Abu Ishaq, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: .. kemudian menyebutkan hadits tersebut.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَاللَّهُ
وَلِيُّ الْمُؤْمِنِينَ
dan Allah adalah Pelindung semua orang-orang yang beriman. (Ali Imran:
68)Yakni Pelindung semua orang yang beriman kepada rasul-rasul-Nya.
{وَدَّتْ
طَائِفَةٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يُضِلُّونَكُمْ وَمَا يُضِلُّونَ إِلا
أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ (69) يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَكْفُرُونَ
بِآيَاتِ اللَّهِ وَأَنْتُمْ تَشْهَدُونَ (70) يَا
أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَلْبِسُونَ الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُونَ الْحَقَّ
وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ (71) وَقَالَتْ طَائِفَةٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ آمِنُوا
بِالَّذِي أُنزلَ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَجْهَ النَّهَارِ وَاكْفُرُوا آخِرَهُ
لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (72) وَلا تُؤْمِنُوا إِلا لِمَنْ تَبِعَ دِينَكُمْ قُلْ
إِنَّ الْهُدَى هُدَى اللَّهِ أَنْ يُؤْتَى أَحَدٌ مِثْلَ مَا أُوتِيتُمْ أَوْ
يُحَاجُّوكُمْ عِنْدَ رَبِّكُمْ قُلْ إِنَّ الْفَضْلَ بِيَدِ اللَّهِ يُؤْتِيهِ
مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ (73) يَخْتَصُّ بِرَحْمَتِهِ مَنْ يَشَاءُ
وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ (74) }
Segolongan Ahli Kitab ingin menyesatkan
kalian, padahal mereka (sebenarnya) tidak menyesatkan
melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak menyadarinya. Hai Ahli
Kitab, mengapa kalian mengingkari ayat-ayat Allah, padahal kamu mengetahui
(kebenarannya). Hai Ahli Kitab, mengapa kalian mencampuradukkan yang hak dengan
yang batil, dan menyembunyikan kebenaran, padahal kalian mengetahui? Segolongan
(lain) dari Ahli Kitab berkata (kepada sesamanya), "Perlihatkanlah (seolah-olah)
kalian beriman kepada apa yang diturunkan kepada orang-orang beriman
(sahabat-sahabat Rasul) pada permulaan siang dan ingkarilah ia pada akhirnya,
supaya mereka (orang-orang mukmin) kembali (kepada kekafiran). Dan janganlah
kalian percaya, melainkan kepada orang yang mengikuti agama kalian'.'
—Katakanlah, "Sesungguhnya petunjuk (yang harus diikuti) ialah petunjuk Allah"—
dan (janganlah kalian percaya) bahwa akan diberikan kepada seseorang seperti apa
yang diberikan kepada kalian, dan (jangan pula kalian percaya) bahwa mereka akan
mengalahkan hujah kalian di sisi Tuhan kalian." Katakanlah, "Sesungguhnya
karunia itu di tangan Allah, Allah memberikan karunia-Nya kepada siapa yang
dikehendaki-Nya; dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui." Allah
menentukan rahmat-Nya (kenabian) kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah
mempunyai karunia yang besar.Allah Swt. memberitakan perihal kedengkian orang-orang Yahudi kepada kaum mukmin dan mereka selalu menginginkan agar kaum mukmin menjadi sesat. Allah memberitakan pula bahwa perbuatan mereka itu justru menjadi senjata makan tuan, sedangkan mereka tidak merasakan bahwa tipu daya diri mereka justru akibat buruknya menimpa diri mereka sendiri.
Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
{يَا
أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَأَنْتُمْ
تَشْهَدُونَ}
Hai Ahli Kitab, mengapa kalian mengingkari ayat-ayat Allah, padahal
kalian menyaksikan. (Ali Imran: 70). Yakni kalian mengetahui kebenarannya dan menyaksikan bahwa itu adalah perkara yang hak.
{يَا
أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَلْبِسُونَ الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُونَ الْحَقَّ
وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ}
Hai Ahli Kitab, mengapa kalian mencampuradukkan yang hak dengan
yang batil, dan menyembunyikan kebenaran, padahal kalian mengetahui? (Ali
Imran: 71). Yaitu kalian telah menyembunyikan sifat-sifat Nabi Muhammad yang terdapat di dalam kitab-kitab kalian, padahal kalian mengetahui dan menyaksikan kebenarannya.
{وَقَالَتْ
طَائِفَةٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ آمِنُوا بِالَّذِي أُنزلَ عَلَى الَّذِينَ
آمَنُوا وَجْهَ النَّهَارِ وَاكْفُرُوا آخِرَهُ }
Segolongan dari Ahli Kitab berkata, "Perlihatkanlah (seolah-olah)
kalian beriman kepada apa yang diturunkan kepada orang-orang beriman pada
permulaan siang hari dan ingkarilah ia pada akhirnya." (Ali Imran: 72),
hingga akhir ayat.Hal ini merupakan tipu daya yang mereka lancarkan untuk mengelabui kalangan du'afa (orang-orang yang lemah) dari kalangan kaum muslim terhadap perkara agama mereka. Mereka melakukan musyawarah di antara sesamanya dan memutuskan agar menyusup ke dalam tubuh kaum muslim dengan menampakkan seakan-akan mereka beriman pada permulaan siang harinya dan salat Subuh bersama-sama kaum muslim. Tetapi apabila hari telah petang, mereka harus kembali kepada agama mereka sendiri. Tujuannya ialah agar orang-orang yang lemah akalnya dari kalangan kaum muslim mengatakan bahwa sesungguhnya mereka kembali lagi ke agamanya tiada lain karena mereka telah melihat adanya suatu kekurangan atau suatu keaiban pada agama kaum muslim. Karena itu, disebutkan di dalam akhir ayat ini:
{لَعَلَّهُمْ
يَرْجِعُونَ} .
supaya mereka (orang-orang mukmin) kembali (kepada kekafiran). (Ali
Imran: 72)Ibnu Abu Nujaih meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan firman Allah Swt. yang menceritakan perihal orang-orang Yahudi dalam ayat ini, bahwa orang-orang Yahudi ada yang ikut salat Subuh bersama Nabi Saw., lalu mereka kembali kafir pada akhir siang harinya. Hal tersebut sebagai pengelabuan agar orang-orang melihat telah tampak adanya kesesatan bagi mereka dalam agama Nabi Saw. setelah mereka mengikutinya.
Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa segolongan orang dari Ahli Kitab mengatakan, "Apabila kalian bersua dengan sahabat-sahabat Muhammad pada permulaan siang hari, tampakkanlah diri kalian seolah-olah kalian beriman. Apabila sore hari, lakukanlah kebaktian kalian sebagaimana biasanya, supaya mereka mengatakan, 'Mereka itu Ahli Kitab, mereka lebih alim daripada kita'." Hal yang sama diriwayatkan oleh Qatadah, As-Saddi,Ar-Rabi', dan Abu Malik.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَلا
تُؤْمِنُوا إِلَّا لِمَنْ تَبِعَ دِينَكُمْ
Dan janganlah kalian percaya, melainkan kepada orang yang mengikuti agama
kalian. (Ali Imran: 73)Artinya, janganlah kalian percaya atau menampakkan rahasia kalian dan apa yang kalian simpan kecuali kepada orang yang benar-benar mengikuti agama kalian. Janganlah kalian memperlihatkan keterangan yang ada di dalam kitab kalian (mengenai Nabi Saw.) kepada kaum muslim yang pada akhirnya mereka akan beriman kepadanya, lalu menjadikannya sebagai hujah yang memakan kalian sendiri.
*******************
Firman Allah Swt.:
قُلْ
إِنَّ الْهُدى هُدَى اللَّهِ
Katakanlah, "Sesungguhnya petunjuk (yang harus diikuti) adalah petunjuk
Allah." (Ali Imran: 73)Yakni hanya Allah-lah yang memberi petunjuk ke dalam kalbu kaum mukmin kepada iman yang sempurna melalui apa yang diturunkan kepada hamba dan Rasul-Nya —yaitu Nabi Muhammad Saw.— berupa ayat-ayat yang jelas dan dalil-dalil yang pasti serta hujah-hujah yang gamblang; sekalipun kalian —hai orang-orang Yahudi— menyembunyikan apa yang ada di tangan kalian tentang sifat Nabi Muhammad yang ummi di dalam kitab-kitab kalian yang telah kalian nukil dari para nabi terdahulu.
*******************
Firman Allah Swt.:
أَنْ
يُؤْتى أَحَدٌ مِثْلَ مَا أُوتِيتُمْ أَوْ يُحاجُّوكُمْ عِنْدَ
رَبِّكُمْ
dan (janganlah kalian percaya) bahwa akan diberikan kepada seseorang
seperti apa yang diberikan kepada kalian, dan (jangan pula kalian percaya) bahwa
mereka akan mengalahkan hujah kalian di sisi Tuhan kalian. (Ali Imran:
73)Mereka (Ahli Kitab) mengatakan (kepada sesamanya), "Janganlah kalian memperlihatkan ilmu (pengetahuan) yang ada pada kalian kepada kaum muslim, yang akhirnya mereka akan mempelajarinya dari kalian hingga mereka sejajar pengetahuannya dengan kalian, lalu mereka unggul dengannya atas diri kalian, mengingat kekuatan iman mereka kepadanya. Atau akan mengalahkan hujah kalian di sisi Tuhan kalian. Dengan kata lain, hal itu akan mereka jadikan hujah terhadap diri kalian dengan memakai pengetahuan yang ada di tangan kalian, hingga akhirnya menjadi senjata makan tuan; dan kalian kalah dalam berhujah, baik di dunia maupun di akhirat."
*******************
Allah Swt. berfirman:
قُلْ
إِنَّ الْفَضْلَ بِيَدِ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشاءُ
Katakanlah, "Sesungguhnya karunia itu di tangan Allah, Allah memberikan
karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya." (Ali Imran: 73)Yakni semua urusan berada di bawah kekuasaan Allah dan pengaturan-Nya, Dialah yang memberi dan yang mencegah. Dia memberikan anugerah-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, yaitu berupa iman, ilmu, dan kemampuan mengatur. Dia menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya sehingga orang yang bersangkutan menjadi buta pandangan dan penglihatan hatinya, dan Allah mengunci mati kalbu dan pendengarannya serta menjadikan penghalang pada penglihatannya. Dialah yang memiliki hujah yang sempurna dan hikmah yang sangat bijaksana.
وَاللَّهُ
واسِعٌ عَلِيمٌ يَخْتَصُّ بِرَحْمَتِهِ مَنْ يَشاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ
الْعَظِيمِ
"Allah Mahaluas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui." Allah
menentukan rahmat-Nya (kenabian) kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan
Allah mempunyai karunia yang besar. (Ali Imran: 73-74)Artinya, Allah mengkhususkan karunia-Nya kepada kalian —hai orang-orang mukmin— dengan karunia yang tak terbatas dan tak ter-perikan, yaitu dengan dimuliakan-Nya nabi kalian —Muhammad Saw.— di atas semua para nabi, dan memberi petunjuk kalian dengan melaluinya kepada syariat yang paling sempurna.
{وَمِنْ
أَهْلِ الْكِتَابِ مَنْ إِنْ تَأْمَنْهُ بِقِنْطَارٍ يُؤَدِّهِ إِلَيْكَ وَمِنْهُمْ
مَنْ إِنْ تَأْمَنْهُ بِدِينَارٍ لَا يُؤَدِّهِ إِلَيْكَ إِلا مَا دُمْتَ عَلَيْهِ
قَائِمًا ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا لَيْسَ عَلَيْنَا فِي الأمِّيِّينَ سَبِيلٌ
وَيَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ (75) بَلَى مَنْ أَوْفَى
بِعَهْدِهِ وَاتَّقَى فَإِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ (76)
}
Di antara Ahli Kitab ada orang yang jika kamu
mempercayakan kepadanya harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu; dan di
antara mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak
dikembalikannya kepadamu kecuali jika kamu selalu menagihnya. Yang demikian itu lantaran mereka mengatakan, "Tidak ada
dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi." Mereka berkata dusta terhadap Allah,
padahal mereka mengetahui. (Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati
janji (yang dibuat)nya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertakwa.Allah Swt. memberitakan perihal orang-orang Yahudi, bahwa di antara mereka ada orang-orang yang khianat; dan Allah Swt. memperingatkan kaum mukmin agar bersikap waspada terhadap mereka, jangan sampai mereka teperdaya, karena sesungguhnya di antara mereka terdapat orang-orang yang disebutkan oleh firman-Nya:
{مَنْ
إِنْ تَأْمَنْهُ بِقِنْطَارٍ}
ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya senilai satu qintar.
(Ali Imran: 75) Yakni sejumlah harta yang banyak.
{يُؤَدِّهِ
إِلَيْكَ}
dia mengembalikannya kepadamu. (Ali Imran: 75). Yaitu barang yang nilainya kurang dari satu qintar jelas lebih ditunaikannya kepadamu.
{وَمِنْهُمْ
مَنْ إِنْ تَأْمَنْهُ بِدِينَارٍ لَا يُؤَدِّهِ إِلَيْكَ إِلا مَا دُمْتَ عَلَيْهِ
قَائِمًا}
dan di antara mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu
dinar, dia tidak mengembalikannya kepadamu kecuali jika kamu selalu
menagihnya, (Ali Imran: 75) Maksudnya, terus-menerus menagih dan mendesaknya agar melunasi hakmu. Apabila demikian sikapnya terhadap satu dinar, maka terlebih lagi jika menyangkut yang lebih banyak, maka ia tidak akan mengembalikannya kepadamu.
Dalam pembahasan yang lalu pada permulaan surat ini telah diterangkan makna qintar. Adapun mengenai satu dinar, hal ini sudah dimaklumi kadarnya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Amr As-Sukuti, telah menceritakan kepada kami Baqiyyah, dari Ziad ibnul Haisam, telah menceritakan kepadaku Malik ibnu Dinar yang telah mengatakan bahwa sesungguhnya dinar disebut demikian karena merupakan gabungan dari dua kata, yaitu din (agama) dan nar (yakni api).
Menurut pendapat yang lain, makna dinar ialah 'barang siapa yang mengambilnya dengan jalan yang benar, maka ia adalah agamanya; dan barang siapa yang mengambilnya bukan dengan jalan yang dibenarkan baginya, maka baginya neraka'.
Sehubungan dengan masalah ini selayaknya disebutkan hadis-hadis yang di-ta'liq oleh Imam Bukhari dalam berbagai tempat dari kitab sahihnya. Yang paling baik konteksnya ialah yang ada di dalam Kitabul Kafalah.
Imam Bukhari mengatakan:
قَالَ
اللَّيْثُ: حَدَّثَنِي جَعْفَرُ بْنِ رَبِيعَةَ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ
بْنِ
هُرْمُز
الْأَعْرَجِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَنَّهُ ذَكَرَ رَجُلا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ
سَأَلَ [بَعْضَ] بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنْ يُسْلِفَهُ أَلْفَ دِينَارٍ، فَقَالَ:
ائْتِنِي بِالشُّهَدَاءِ أُشْهِدُهُمْ. فَقَالَ: كَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا. قَالَ:
ائْتِنِي بِالْكَفِيلِ. قَالَ: كَفَى بِاللَّهِ كَفِيلا. قَال: صَدَقْتَ.
فَدَفَعَهَا إِلَيْهِ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى، فَخَرَجَ فِي الْبَحْرِ فَقَضَى
حَاجَتَهُ، ثُمَّ الْتَمَسَ مَرْكَبًا يَرْكَبُهَا يَقْدَمُ عَلَيْهِ لِلأجَلِ
الَّذِي أَجَّلَهُ، فَلَمْ يَجِدْ مَرْكِبًا، فَأَخَذَ خَشَبَةً فَنَقَرَهَا
فَأَدْخَلَ فِيهَا أَلْفَ دِينَارٍ، وَصَحِيفَةً مِنْهُ إِلَى صَاحِبِهِ، ثُمَّ
زَجَّجَ مَوْضِعَهَا، ثُمَّ أَتَى بِهَا إِلَى الْبَحْرِ، فَقَالَ: اللَّهُمَّ
إِنَّكَ تَعْلَمُ أَنِّي استَسْلَفْت ُ فُلانًا أَلْفَ دِينَارٍ فَسَأَلَنِي
كَفِيلا فَقُلْتُ: كَفَى بِاللَّهِ كَفِيلا فَرَضِيَ بِكَ . وَسَأَلَنِي شَهِيدًا،
فَقُلْتُ: كَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا فَرَضِيَ بِكَ، وَإِنِّي جَهَدْتُ أَنْ أَجِدَ
مَرْكَبًا أَبْعَثُ إِلَيْهِ الَّذِي لَهُ فَلَمْ أَقْدِرْ، وَإِنِّي
اسْتَوْدَعْتُكَهَا. فَرَمَى بِهَا فِي الْبَحْرِ حَتَّى وَلَجَتْ فِيهِ، ثُمَّ
انْصَرَفَ وَهُوَ فِي ذَلِكَ يَلْتَمِسُ مَرْكَبًا يَخْرُجُ إِلَى بَلَدِهِ،
فَخَرَجَ الرَّجُلُ الَّذِي كَانَ أَسْلَفَهُ يَنْظُرُ لَعَلَّ مَرْكَبًا
يَجِيئُهَُ بِمَالِهِ، فَإِذَا بِالْخَشَبَةِ الَّتِي فِيهَا الْمَالُ، فَأَخَذَهَا
لأهْلِهِ حَطَبًا، فَلَمَّا كَسَرَهَا وَجَدَ الْمَالَ وَالصَّحِيفَةَ، ثُمَّ
قَدِمَ الَّذِي كَانَ تَسَلَّف مِنْهُ، فَأَتَاه بِأَلْفِ دِينَارٍ، وَقَالَ:
وَاللَّهِ مَا زِلْتُ جَاهِدًا فِي طَلَبِ مَرْكَبٍ لآتِيَكَ بِمَالِكَ، فَمَا
وَجَدْتُ مَرْكَبًا قَبْلَ الَّذِي أَتَيْتُ فِيهِ. قَالَ: هَلْ كُنْتَ بَعَثْتَ
إِلَيَّ بِشَيْءٍ؟ قَالَ: أَلَمْ أُخْبِرْكَ أَنِّي لَمْ أَجِدْ مَرْكَبًا قَبْلَ
هَذَا؟ قَالَ: فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ أَدَّى عَنْكَ الَّذِي بَعَثْتَ فِي
الْخَشَبَةِ، فَانْصَرِفْ بِأَلْفِ دِينَارٍ رَاشِدًا.
bahwa Al-Lais mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ja'far ibnu Rabi'ah,
dari Abdur Rahman ibnu Hurmuz Al-A'raj, dari Abu Hurairah r.a., dari Rasulullah
Saw. yang pernah menceritakan: bahwa di zaman dahulu ada seorang lelaki dari
kalangan umat Bani Israil berutang sejumlah seribu dinar kepada seorang lelaki
lain yang juga dari Bani Israil. Lelaki yang diminta berkata,
"Datangkanlah orang-orang yang aku akan jadikan mereka sebagai saksi." Lelaki
yang mengajukan utang berkata, "Cukuplah Allah sebagai saksinya." Lelaki
yang diminta berkata, "Datangkanlah kepadaku seorang penjamin." Lelaki yang
meminta menjawab, "Cukuplah Allah sebagai penjaminnya." Lelaki yang diminta
berkata, "Engkau benar," lalu ia memberikan utang itu kepadanya sampai waktu
yang telah ditentukan. Lelaki yang berutang itu berangkat melakukan suatu
perjalanan menempuh jalan laut. Setelah menyelesaikan urusan dan keperluannya,
maka ia mencari perahu yang akan ditumpanginya menuju tempat lelaki pemiutang
karena saat pembayarannya telah tiba, tetapi ia tidak menemukan sebuah perahu
pun. Lalu ia mengambil sebatang kayu dan kayu itu dilubanginya, kemudian
memasukkan ke dalamnya uang seribu dinar berikut sepucuk surat yang ditujukan
kepada pemiliknya, lalu lubang itu ia tutup kembali dengan rapat. Ia datang ke
tepi laut, lalu berkata, "Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa aku
telah berutang kepada si Fulan sebanyak seribu dinar. Lalu ia meminta saksi
kepadaku, maka kujawab bahwa cukuplah Allah sebagai saksinya. Ia meminta
kepadaku seorang penjamin, lalu kujawab bahwa cukuplah Allah sebagai
penjaminnya. Ternyata dia rida dengan-Mu. Sesungguhnya aku telah berupaya keras
untuk menemukan sebuah perahu untuk mengirimkan pembayaran ini kepadanya, tetapi
aku tidak mampu menemukannya. Sesungguhnya sekarang aku titipkan pembayaran ini
kepada-Mu." Kemudian ia melemparkan kayu itu ke laut hingga kayu itu
terapung-apung di atasnya. Setelah itu ia pergi seraya mencari perahu untuk
menuju tempat pemiutang. Lalu lelaki yang memiliki piutang itu keluar
melihat-lihat, barangkali ada perahu yang datang membawa hartanya. Ternyata ia
menemukan sebatang kayu, yaitu kayu tersebut yang di dalamnya terdapat hartanya.
Lalu ia mengambil kayu itu dengan maksud untuk dijadikan sebagai kayu bakar bagi
keluarganya. Tetapi ketika ia membelah kayu itu, tiba-tiba ia menjumpai sejumlah
uang dan sepucuk surat. Ketika lelaki yang berutang kepadanya tiba seraya
membawa seribu dinar lagi dan berkata, "Demi Allah, aku terus berusaha keras
mencari kendaraan yang dapat mengantarkan diriku kepadamu guna membayar utangku
kepadamu, ternyata aku tidak menemukannya sebelum perahu yang membawaku sekarang
ini." Lelaki yang memiliki piutang bertanya, "Apakah engkau telah mengirimkan
sesuatu kepadaku?" Ia menjawab, "Bukankah aku telah ceritakan kepadamu bahwa aku
tidak menemui suatu perahu pun sebelum perahu yang membawaku sekarang." Lelaki
yang memiliki piutang berkata, "Sesungguhnya Allah telah menunaikan (melunaskan)
utangmu melalui apa yang engkau kirimkan di dalam kayu itu." Maka si lelaki yang
berutang itu pergi membawa seribu dinarnya dengan hati lega.Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari di salah satu tempat dari kitabnya dengan sigat jazm, sedangkan di lain tempat dari kitab sahihnya ia sandarkan hadis ini dari Abdullah ibnu Saleh, juru tulis Al-Lais, dari Lais sendiri.
Imam Ahmad meriwayatkannya di dalam kitab musnadnya seperti ini dengan kisah yang panjang lebar dari Yunus ibnu Muhammad Al-Muaddib, dari Lais dengan lafaz yang sama.
Al-Bazzar meriwayatkannya di dalam kitab musnadnya dari Al-Hasan ibnu Mudrik, dari Yahya ibnu Hammad, dari Abu Uwwanah, dari Umar ibnu Abu Salamah, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. dengan lafaz yang semisal. Kemudian ia mengatakan bahwa tidak diriwayatkan dari Nabi Saw. kecuali dari segi dan sanad ini. Demikianlah menurutnya, tetapi ia keliru, karena adanya keterangan di atas tadi.
*******************
Firman Allah Swt.:
ذلِكَ
بِأَنَّهُمْ قالُوا لَيْسَ عَلَيْنا فِي الْأُمِّيِّينَ سَبِيلٌ
Yang demikian itu lantaran mereka mengatakan, "Tidak ada dosa bagi kami
terhadap orang-orang ummi." (Ali Imran: 75)Yakni sesungguhnya yang mendorong mereka mengingkari perkara yang hak tiada lain karena mereka berkeyakinan bahwa tiada dosa dalam agama kami memakan harta orang-orang ummi —yaitu orang-orang Arab— karena sesungguhnya Allah telah menghalalkannya bagi kami.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَيَقُولُونَ
عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui. (Ali
Imran: 75)Yaitu mereka telah membuat-buat perkataan ini dan bersandar kepada kesesatan ini, karena sesungguhnya Allah telah mengharamkan atas mereka memakan harta benda kecuali dengan cara yang dihalalkan. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang suka berbuat kedustaan.
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Abu Ishaq Al-Hamdani, dari Abu Sa'sa'ah ibnu Yazid, bahwa seorang lelaki bertanya kepada Ibnu Abbas, "Sesungguhnya kami dalam perang memperoleh sejumlah barang milik ahli zimmah, yaitu berupa ayam dan kambing." Ibnu Abbas balik bertanya, "Lalu apakah yang akan kamu lakukan?" Ia menjawab, "Kami memandang tidak ada dosa bagi kami untuk memilikinya." Ibnu Abbas berkata, "Ini sama dengan apa yang dikatakan oleh Ahli Kitab, 'Bahwasanya tidak ada dosa bagi kami terhadap harta orang-orang ummi.' Sesungguhnya mereka apabila telah membayar jizyah, maka tidak dihalalkan bagi kalian harta benda mereka kecuali dengan suka rela mereka'."
Hal yang sama diriwayatkan oleh As-Sauri, dari Abu Ishaq.
قَالَ
ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى، أَخْبَرَنَا أَبُو
الرَّبِيعِ الزَّهْرَانِيُّ حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ، حَدَّثَنَا جَعْفَرٌ، عَنْ
سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ قَالَ: لَمَّا قَالَ أَهْلُ الْكِتَابِ: {لَيْسَ عَلَيْنَا
فِي الأمِّيِّينَ سَبِيلٌ} قَالَ نَبِيُّ اللَّهِ [صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ] كَذَبَ أَعْدَاءُ اللهِ، مَا مِنْ شِيٍء كَانَ فِي الجَاهِلِيَّةِ إِلا
وَهُوَ تَحْتَ قَدَمَيَّ هَاتَيْنِ إِلا الأمَانَةَ، فَإِنَّهَا مُؤَدَّاةٌ إِلَى
الْبَرِّ وَالفَاجِرِ"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Yahya, telah menceritakan kepada kami Abur Rabi' Az-Zahrani, telah menceritakan
kepada kami Ya'qub, telah menceritakan kepada kami Ja'far, dari Sa'id ibnu
Jubair yang menceritakan bahwa ketika Ahli Kitab mengatakan, "Tidak ada dosa
bagi kami terhadap orang-orang ummi" maka Nabi Allah Saw. bersabda: Dustalah
musuh-musuh Allah itu. Tiada sesuatu pun yang terjadi di masa Jahiliah,
melainkan ia berada di kedua telapak kakiku ini, kecuali amanat. Maka
sesungguhnya amanat harus disampaikan, baik kepada orang yang bertakwa maupun
kepada orang yang durhaka.
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
بَلى
مَنْ أَوْفى بِعَهْدِهِ وَاتَّقى
(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya,
dan bertakwa. (Ali Imran: 76)Yakni tetapi orang yang menunaikan janjinya dan bertakwa dari kalangan kalian, hai Ahli Kitab, yaitu janji yang kalian ikrarkan kepada Allah yang isinya menyatakan kalian akan beriman kepada Muhammad Saw. apabila telah diutus. Sebagaimana janji dan ikrar telah diambil dari para nabi dan umatnya masing-masing untuk mengikrarkan hal tersebut. Kemudian ia menghindari hal-hal yang diharamkan oleh Allah, lalu ia taat kepada-Nya dan kepada syariat-Nya yang dibawa oleh penutup para rasul yang juga sebagai penghulu mereka.
فَإِنَّ
اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ
maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa. (Ali
Imran: 76)
{إِنَّ
الَّذِينَ يَشْتَرُونَ بِعَهْدِ اللَّهِ وَأَيْمَانِهِمْ ثَمَنًا قَلِيلا أُولَئِكَ
لَا خَلاقَ لَهُمْ فِي الآخِرَةِ وَلا يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ وَلا يَنْظُرُ
إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (77)
}
Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji
Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak
mendapat bagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan
mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat dan tidak (pula)
akan menyucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih.Allah Swt. berfirman bahwa sesungguhnya orang-orang yang menukar apa yang telah mereka janjikan kepada Allah yaitu akan mengikuti Nabi Muhammad Saw. dan menceritakan sifat-sifatnya kepada orang-orang banyak serta menjelaskan perkaranya, dan menukar sumpah-sumpah mereka (yang pada hakikatnya adalah sumpah dusta lagi berdosa) dengan harga yang sedikit tak ada artinya. Yang dimaksud dengan harta yang sedikit ialah harta benda dalam kehidupan dunia yang fana ini lagi pasti akan lenyap.
أُولَئِكَ
لَا خَلاقَ لَهُمْ فِي الآخِرَةِ
mereka itu tidak mendapat bagian (pahala) di akhirat. (Ali Imran: 77).
Maksudnya, tiada suatu pahala pun yang mereka peroleh kelak di akhirat; dan akhirat adalah bukan milik mereka, mereka tidak mendapat bagian sama sekali.
وَلا
يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ وَلا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ
dan Allah tidak akan berkata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada
mereka pada hari kiamat. (Ali Imran: 77), Yakni tidak mau melimpahkan rahmat-Nya kepada mereka. Dengan kata lain, Allah tidak akan berbicara dengan mereka secara lemah-lembut dan tidak akan memandang mereka dengan pandangan yang mengandung rahmat.
وَلا
يُزَكِّيهِمْ
dan tidak (pula) akan menyucikan mereka. (Ali Imran: 77) Yaitu dari dosa-dosa dan kotoran-kotoran mereka, bahkan Allah memerintahkan agar mereka dicampakkan ke dalam neraka.
وَلَهُمْ
عَذَابٌ أَلِيمٌ
Bagi mereka azab yang pedih. (Ali Imran: 77)Sehubungan dengan hal ini, banyak hadis yang berkaitan dengan ayat ini akan kami kemukakan sebagian darinya yang mudah didapat.
Hadis pertama, diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
حَدَّثَنَا
عَفَّانُ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ: عَلِيُّ بْنُ مُدْرِك أخْبرَني قَالَ:
سَمِعْتُ أَبَا زُرْعَة، عَنْ خَرَشة بْنِ الحُر، عَنْ أَبِي ذَرٍّ، قَالَ: قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "ثَلاثَة لَا يُكَلِّمُهُمُ
اللهُ وَلا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ
عَذَابٌ أَلِيمٌ" قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَنْ هُمْ؟ خَابُوا وَخَسِرُوا.
قَالَ: وَأَعَادَهُ رَسُولُ اللَّهِ [صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ] ثَلَاثَ
مَرَّاتٍ قَالَ: "المُسْبِل، والمُنْفِقُ سِلْعَتَهُ
بِالْحَلِفِ
الْكاذِبِ،
والمنانُ".
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan
kepada kami Syu'bah, bahwa Ali ibnu Mudrik pernah menceritakan kepadanya bahwa
ia pernah mendengar hadis berikut dari Abu Zur'ah, dari Kharsyah ibnul Hur, dari
Abu Zar, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: "Ada tiga macam orang yang
Allah tidak akan berbicara dengan mereka, tidak akan melihat kepada mereka, dan
tidak pula akan menyucikan mereka, serta bagi mereka azab yang pedih." Aku
(Abu Zar) bertanya, "Siapakah mereka itu, wahai Rasulullah? Alangkah kecewa dan
meruginya mereka.” Rasulullah Saw. mengulangi sabdanya itu sebanyak tiga kali,
lalu bersabda, "Yaitu orang yang memanjangkan kainnya (hingga ke tanah),
orang yang melakukan dagangannya dengan sumpah dusta, dan orang yang suka
menyebut-nyebut pemberiannya."Imam Muslim dan ahlus sunan meriwayatkannya pula melalui hadis Syu'bah dengan lafaz yang sama.
Jalur lain menurut riwayat Imam Ahmad;
حَدَّثَنَا
إِسْمَاعِيلُ، عَنِ الحُرَيري، عَنْ أَبِي الْعَلَاءِ بْنِ الشِّخِّير، عَنْ أَبِي
الأحْمَس قَالَ: لقيتُ أَبَا ذَرٍّ، فقلتُ لَهُ: بَلَغَنِي عَنْكَ أَنَّكَ تُحدِّث
حَدِيثًا عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَقَالَ: أَمَا
إِنَّهُ لَا تَخَالُني أكذبُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بَعْدَ مَا سَمِعْتُهُ مِنْهُ، فَمَا الَّذِي بَلَغَكَ عَنِّي؟ قلتُ:
بَلَغَنِي أَنَّكَ تَقُولُ: ثَلَاثَةٌ يُحِبُّهُمُ اللَّهُ، وَثَلَاثَةٌ يَشْنَؤهم
اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ. قَالَ: قُلْتُهُ وَسَمِعْتُهُ. قُلْتُ: فَمَنْ هَؤُلَاءِ
الَّذِينَ يُحِبُّهُمُ اللَّهُ؟ قَالَ: الرَّجُلُ يَلْقَى الْعَدُوَّ فِي فِئَةٍ
فَيَنْصِبُ لَهُمْ نَحْرَه حَتَّى يُقْتَلَ أَوْ يُفْتَحَ لِأَصْحَابِهِ. والقومُ
يُسَافِرُونَ فَيَطُولُ سِرَاهُمْ حَتَّى يَحنُّوا أَنْ يُمْسُوا الْأَرْضَ
فَيَنْزِلُونَ، فَيَتَنَحَّى أَحَدُهُمْ فَيُصَلِّي حَتَّى يُوقِظَهُمْ
لِرَحِيلِهِمْ. والرجلُ يَكُونُ لَهُ الْجَارُ يُؤْذِيهِ فَيَصْبِرُ عَلَى أذاهُ
حَتَّى يُفَرِّقَ بَيْنَهُمَا مَوْتٌ أَوْ ظَعْن. قُلْتُ: وَمَنْ هَؤُلَاءِ
الَّذِينَ يَشْنَأُ اللَّهُ؟ قَالَ: التَّاجِرُ الْحَلَّافُ -أَوِ الْبَائِعُ
الْحَلَّافُ -وَالْفَقِيرُ الْمُخْتَالُ، وَالْبَخِيلُ الْمَنَّانُ
disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Ismail, dari Al-Jariri, dari
Abul Ala ibnusy Syikhkhir, dari Abul Ahmas yang mengatakan bahwa ia pernah
ber-sua dengan Abu Zar, lalu ia bertanya kepadanya, "Telah sampai kepadaku suatu
berita bahwa engkau pernah menceritakan sebuah hadis dari Rasulullah Saw." Abu
Zar menjawab, "Ingatlah, sesungguhnya aku tidak akan berdusta terhadap
Rasulullah Saw. sesudah aku mendengar darinya. Maka hadis apakah yang telah
sampai kepadamu dariku?" Aku (Abul Ahmas) menjawab, "Telah sampai kepadaku bahwa
engkau pernah mengatakan, ada tiga macam orang yang dicintai oleh Allah dan ada
tiga macam orang yang dibenci oleh-Nya." Abu Zar menjawab, "Aku memang
mengatakannya setelah mendengarnya (dari Rasulullah Saw.)." Aku bertanya,
"Siapakah mereka yang disukai oleh Allah itu?" Abu Zar menjawab, "Pertama,
seorang lelaki yang maju menghadapi musuhnya untuk memberi jalan bagi
teman-teman sepasukannya dengan menjadikan dirinya sebagai poros penghalang
pasukan musuh, hingga ia gugur atau dapat membuka kemenangan bagi teman-teman
sepasukannya. Kedua, suatu kaum yang melakukan perjalanannya dalam waktu yang
lama hingga ingin sekali mereka menyentuh tanah, akhirnya mereka turun
istirahat, kemudian seseorang dari mereka menjauh dari teman-temannya dan
melakukan salat seraya menunggu waktu keberangkatan selanjutnya, lalu
membangunkan mereka. Ketiga, seorang lelaki yang mempunyai tetangga yang selalu
menyakiti (mengganggu)nya, tetapi ia bersikap sabar terhadap gangguannya hingga
keduanya dipisahkan oleh mati atau pindah tempat." Aku bertanya, "Siapakah
mereka yang dibenci oleh Allah?" Abu Zar menjawab, "Pedagang yang suka bersumpah
—penjual yang suka bersumpah—, orang miskin yang sombong, dan orang kikir yang
suka menyebut-nyebut pemberiannya."Dari segi ini hadis ini dinilai garib (aneh).
Hadis kedua, diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
حَدَّثَنَا
يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، عَنْ جَرِيرِ بْنِ حَازِمٍ قَالَ: حَدَّثَنَا عَدِيّ بْنُ
عَدِيٍّ، أَخْبَرَنِي رَجَاءُ بْنُ حَيْوة والعُرْس بْنُ عَمِيرة عَنْ أَبِيهِ
عَدِي -هَو ابْنُ عَمِيرَةَ الْكِنْدِيُّ-قَالَ: خَاصَمَ رَجُلٌ مِنْ كِنْدةَ
يُقَالُ لَهُ: امْرُؤُ الْقَيْسِ بْنُ عَابِسٍ رَجلا مِنْ حَضْرمَوْت إلى رسول الله
صلى الله عليه وسلم فِي أَرْضٍ، فَقَضَى عَلَى الْحَضْرَمِيِّ بِالْبَيِّنَةِ،
فَلَمْ يَكُنْ لَهُ بَيِّنَةٌ، فَقَضَى عَلَى امْرِئِ الْقَيْسِ بِالْيَمِينِ.
فَقَالَ الْحَضْرَمِيُّ: إِنْ أَمْكَنْتُهُ مِنَ الْيَمِينِ يَا رَسُولَ اللَّهِ
ذهبتْ وَرَبِّ الْكَعْبَةِ أَرْضِي. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "مَنْ حَلَفَ عَلَى يَمِينٍ كَاذِبَةٍ لِيقتطِعَ بِهَا مَال أحَد لَقِيَ
اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ وَهُوَ عَلَيْهِ غَضْبَانُ" قَالَ رَجَاءٌ: وَتَلَا رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {إِنَّ الَّذِينَ يَشْتَرُونَ بِعَهْدِ
اللَّهِ وَأَيْمَانِهِمْ ثَمَنًا قَلِيلا} فَقَالَ امْرُؤُ الْقَيْسِ: مَاذَا
لِمَنْ تَرَكَهَا يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ فَقَالَ الْجَنَّةُ" قَالَ: فاشهَدْ أَنِّي
قَدْ تَرَكْتُهَا لَهُ كُلَّهَا.
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id, dari Jarir
ibnu Hazim, telah menceritakan kepada kami Addi ibnu Addi, telah menceritakan
kepadaku Raja ibnu Haiwah dan Al-Urs ibnu Umairah, dari ayahnya (yaitu Addi
alias Ibnu Umairah Al-Kindi) yang menceritakan bahwa ada seorang lelaki dari
Kindah yang dikenal dengan nama Umru-ul Qais ibnu Amir bersengketa dengan
seorang lelaki dari Hadramaut di hadapan Rasulullah Saw. mengenai sebidang
tanah. Akhirnya Rasulullah Saw. memutuskan terhadap orang Hadramaut itu untuk
mengemukakan bukti, padahal ia tidak mempunyai bukti, dan beliau Saw. memutuskan
terhadap Umru-ul Qais untuk bersumpah. Maka orang Hadramaut itu berkata, "Wahai
Rasulullah, engkau telah memberinya kesempatan kepadanya dengan melalui sumpah.
Demi Tuhan Ka'bah, lenyaplah tanahku." Maka Nabi Saw. bersabda: Barang siapa
yang bersumpah dengan sumpah dusta untuk mengambil harta orang lain dengan
melalui sumpahnya itu, niscaya dia akan bersua dengan Allah Swt. sedangkan Allah
dalam keadaan murka terhadapnya. Raja mengatakan bahwa setelah itu
Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang menukar
janji Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit. (Ali Imran:
77) Maka Umru-ul Qais bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang akan diperoleh
bagi orang yang membiarkannya (merelakan tanah itu)!" Rasulullah Saw. menjawab,
"Surga." Lalu Umru-ul Qais berkata, "Maka saksikanlah bahwa aku
membiarkan tanah itu untuk dia semua."Hadis ini diriwayatkan pula oleh Imam Nasai melalui hadis Addi ibnu Addi dengan lafaz yang sama.
Hadis ketiga, diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
حَدَّثَنَا
أَبُو مُعَاوِيَةَ، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ شَقيق، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ حَلَفَ
عَلَى يَمِينٍ هُوَ فِيهَا فَاجِر، لِيقْتَطِعَ بِهَا مَال امْرِئٍ مُسْلِمٍ،
لَقِيَ الله عَزَّ
وجَلَّ
وَهُوَ عَليْهِ غَضْبَانُ".
فَقَالَ
الْأَشْعَثُ: فِيَّ وَاللَّهِ كَانَ ذَلِكَ، كَانَ بَيْنِي وَبَيْنَ رَجُلٍ مِنَ
الْيَهُودِ أَرْضٌ فجَحَدني، فقدَّمته إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "أَلَكَ بَيَّنة؟ " قلتُ: لَا فَقَالَ لِلْيَهُودِيِّ: "احْلِفْ" فقلتُ:
يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِذًا يَحْلِفُ فَيَذْهَبُ مَالِي. فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ
وَجَلَّ: {إِنَّ الَّذِينَ يَشْتَرُونَ بِعَهْدِ اللَّهِ وَأَيْمَانِهِمْ ثَمَنًا
قَلِيلا} [إِلَى آخِرِ] الْآيَةِ
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah
menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Syaqiq, dari Abdullah yang menceritakan
bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang melakukan suatu
sumpah, sedangkan dalam sumpahnya itu ia berdusta demi mengambil (merampas)
sejumlah harta milik orang muslim, niscaya ia bersua dengan Allah Swt. nanti,
sedangkan Allah dalam keadaan murka terhadapnya. Kemudian Al-Asy'as berkata
bahwa peristiwa tersebut benar-benar terjadi berkenaan dengan dirinya. Dahulu
pernah antara dia dan seorang Yahudi suatu persengketaan mengenai sebidang
tanah, lalu orang Yahudi itu mengklaim tanahnya, lalu ia ajukan perkaranya
kepada Rasulullah Saw. Rasulullah Saw. bertanya (kepada Asy'as), "Apakah
engkau mempunyai bukti?" Aku (Asy'as) menjawab, "Tidak." Kemudian beliau
Saw. bersabda kepada orang Yahudi, "Bersumpahlah kamu." Maka aku (Asy'as)
berkata, "Kalau demikian dia pasti bersumpah dan lenyaplah hartaku." Maka Allah
Swt. menurunkan firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji Allah
dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit. (Ali Imran: 77), hingga
akhir ayat.Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan melalui hadis Al-A'masy.
Jalur lain diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
حَدَّثَنَا
يَحْيَى بْنُ آدَمَ، حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ عَيَّاش، عَنْ عَاصِمِ بْنِ
أَبِي النَّجُود، عَنْ شَقِيق بْنِ سَلَمَةَ، حَدَّثَنَا عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
مَسْعُودٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنِ
اقْتَطَعَ مَالَ امْرِئٍ مسلمٍ بِغَيْرِ حَقٍّ لَقِيَ اللَّهَ وَهُوَ عَلَيْهِ
غَضْبَان" قَالَ: فَجَاءَ الأشْعث بْنُ قَيْس فَقَالَ: مَا يُحدِّثكم أَبُو عَبْدِ
الرَّحْمَنِ؟ فَحَدَّثْنَاهُ، فَقَالَ: فِيَّ كَانَ هَذَا الْحَدِيثُ، خاصمتُ ابْنَ
عمٍّ لِي إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي بِئْرٍ لِي
كَانَتْ فِي يَدِهِ، فجَحَدني، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "بَيِّنَتُكَ أنَّها بِئْرُكَ وَإلا فَيَمِينُهُ" قَالَ: قلتُ: يَا
رَسُولَ اللَّهِ، مَا لِي بَيِّنَةٌ، وَإِنْ تَجْعَلْهَا بِيَمِينِهِ تَذْهَبُ
بِئْرِي ؛ إنَّ خَصْمي امْرُؤٌ فَاجِرٌ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنِ اقْتَطَعَ مَالَ امْرِئٍ مسلمٍ بِغَيْرِ حَقٍّ لَقِيَ
اللَّهَ وَهُوَ عَلَيْهِ غَضْبَان" قَالَ: وَقَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَذِهِ الْآيَةَ: {إِنَّ الَّذِينَ يَشْتَرُونَ بِعَهْدِ
اللَّهِ وَأَيْمَانِهِمْ ثَمَنًا قَلِيلا [أُولَئِكَ لَا خَلاقَ لَهُمْ فِي
الآخِرَةِ وَلا يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ وَلا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ وَلا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ] }
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Adam, telah
menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Ayyasy, dari Asim ibnu Abun Nujud, dari
Syaqiq ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Mas'ud, bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang merampas harta seorang
muslim tanpa alasan yang dibenarkan, maka dia akan menjumpai Allah nanti,
sedangkan Allah dalam keadaan murka terhadapnya. Imam Ahmad melanjutkan
kisahnya, bahwa setelah itu datanglah Al-Asy'as ibnu Qais, lalu berkata, "Apakah
yang telah diceritakan Abu Abdur Rahman kepada kalian?" Maka kami menceritakan
hadis ini kepadanya, lalu ia berkata, "Sesungguhnya hadis ini berkenaan dengan
peristiwa yang ku alami." Al-Asy'as menceritakan bahwa ia pernah bersengketa
dengan anak lelaki pamannya mengenai sebuah sumur di hadapan Rasulullah Saw.
Sumur itu adalah miliknya, tetapi anak pamannya mengklaimnya. Lalu Rasulullah
Saw. bersabda, "Tunjukkanlah buktimu bahwa itu adalah sumurmu. Jika tidak, maka
yang didengar adalah sumpahnya." Al-Asy'as melanjutkan kisahnya, bahwa maka aku
berkata, "Wahai Rasulullah, aku tidak mempunyai bukti; jika engkau jadikan
sumurku ini bergantung kepada sumpahnya, niscaya akan lenyaplah sumurku.
Sesungguhnya lawanku ini adalah seorang yang dusta." Maka Rasulullah Saw.
bersabda: Barang siapa yang merampas harta seorang muslim tanpa alasan yang
dibenarkan, niscaya ia akan menjumpai Allah Swt. nanti, sedangkan Allah dalam
keadaan murka terhadapnya. Al-Asy'as melanjutkan kisahnya, bahwa setelah itu
Rasulullah Saw. membacakan ayat berikut, yaitu firman-Nya: Sesungguhnya
orang-orang yang menukar janji Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang
sedikit. (Ali Imran: 77), hingga akhir ayat.Hadis keempat, diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
حَدَّثَنَا
يَحْيَى بْنُ غَيْلان، حَدَّثَنَا رشْدين عن زَبّان، عَنْ سَهْلِ بْنِ مُعَاذِ بْنِ
أَنَسٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إنَّ
لِلَّهِ تَعَالى عِبَادًا لَا يُكَلِّمُهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلا يُزَكِّيهِمْ
وَلا يَنْظُرُ إلَيهِمْ" قِيلَ: وَمَنْ أُولَئِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ:
"مُتَبَرِّئٌ مَنْ وَالِدَيهِ رَاغِبٌ عَنْهُمَا، ومُتَبَرِّئٌ مِنْ وَلَدِهِ،
وَرَجُلٌ أنْعَمَ عَلِيْهِ قَوْمٌ فكَفَر نعْمَتَهُمْ وتَبَرَّأ
مِنْهُمْ"
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Gailan, telah
menceritakan kepada kami Rasyidin, dari Zaban, dari Sahl ibnu Mu'az ibnu Anas,
dari ayahnya, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya Allah
mempunyai hamba-hamba yang Dia tidak akan berbicara kepada mereka pada hari
kiamat nanti, dan tidak akan menyucikan mereka serta tidak akan melihat kepada
mereka. Ketika ditanyakan kepada beliau, "Siapakah mereka itu, wahai
Rasulullah?" Maka beliau Saw. menjawab melalui sabdanya: “Orang yang
berlepas diri (melalui sumpahnya) dari kedua orang tuanya karena benci terhadap
keduanya; orang yang berlepas diri dari anaknya; dan seorang lelaki yang pernah
diberi kenikmatan oleh suatu kaum, lalu ia mengingkari nikmat mereka dan
berlepas diri dari mereka.Hadis kelima, diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.
حَدَّثَنَا
الْحَسَنُ بْنُ عَرَفَةَ، حَدَّثَنَا هُشَيْم، أَنْبَأَنَا الْعَوَّامُ -يَعني
ابْنَ حَوْشَبَ-عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ -يَعْنِي
السَّكْسَكي-عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي أوْفَى: أَنَّ رَجُلًا أَقَامَ
سِلْعَةً لَهُ فِي السُّوقِ، فَحَلَفَ بِاللَّهِ لَقَدْ أعْطَى بِهَا مَا لَمْ
يُعْطه، ليُوقع فِيهَا رَجُلًا مِنَ الْمُسْلِمِينَ، فَنَزَلَتْ هَذِهِ الآية:
{إِنَّ الَّذِينَ يَشْتَرُونَ بِعَهْدِ اللَّهِ وَأَيْمَانِهِمْ ثَمَنًا
قَلِيلا}
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Arafah, telah
menceritakan kepada kami Hasyim, telah menceritakan kepada kami Al-Awwam (yakni
Ibnu Hausyab), dari Ibrahim ibnu Abdur Rahman (yakni As-Saksiki), dari Abdullah
ibnu Abu Aufa, bahwa ada seorang lelaki menggelarkan barang dagangannya di
pasar, lalu ia bersumpah dengan nama Allah bahwa dirinya belum pernah menjual
barangnya semurah ini, dengan tujuan untuk menjebak seorang lelaki dari kalangan
kaum muslim agar membelinya. Maka turunlah ayat ini, yaitu firman-Nya:
Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji Allah dan sumpah-sumpah mereka
dengan harga yang sedikit. (Ali Imran: 77), hingga akhir ayat.Imam Bukhari meriwayatkan hadis ini melalui berbagai jalur dari Al-Awwam.
Hadis keenam, diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
حَدَّثَنَا
وَكِيع، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ
أَبِي
هُرَيْرَةَ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "ثَلاثَةٌ لَا يُكَلِّمُهُمْ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَة وَلا يَنْظُرُ
إلَيْهِمْ، وَلا يُزَكِّيهِمْ ولَهم عذابٌ أَلِيمٌ: رَجُلٌ مَنَعَ ابْنَ السَّبِيلِ
فَضْلَ مَاءٍ عِنْدَهُ، وَرَجُلٌ حَلَفَ عَلَى سِلْعَةٍ بَعْدَ الْعَصْرِ -يَعْنِي
كَاذِبًا-وَرَجُلٌ بَايَعَ إِمَامًا، فَإِنْ أَعْطَاهُ وَفَى لَهُ، وَإِنْ لَمْ
يُعْطِهِ لَمْ يَفِ لَهُ".
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Waki', dari Al-A'masy, dari
Abu Saleh, dari Abu Hurairah yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda: Ada tiga macam orang yang Allah tidak akan berbicara kepada mereka
di hari kiamat, dan tidak akan melihat kepada mereka serta tidak akan menyucikan
mereka, dan bagi mereka siksa yang pedih. (Yaitu) seorang lelaki yang melarang
ibnu sabil lebihin air yang ada padanya, seorang lelaki yang bersumpah atas
jualannya sesudah Asar, yakni dengan sumpah dusta, dan seorang lelaki yang
mengucapkan baiat (janji setia) kepada seorang imam; tetapi jika imam
memberinya, maka ia menunaikan kesetiaannya; dan jika imam tidak memberinya,
maka ia tidak menunaikan kesetiaannya.Imam Abu Daud dan Imam Turmuzi meriwayatkan melalui hadis Waki', dan Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.
{وَإِنَّ
مِنْهُمْ لَفَرِيقًا يَلْوُونَ أَلْسِنَتَهُمْ بِالْكِتَابِ لِتَحْسَبُوهُ مِنَ
الْكِتَابِ وَمَا هُوَ مِنَ الْكِتَابِ وَيَقُولُونَ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ
وَمَا هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَيَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُمْ
يَعْلَمُونَ (78) }
Sesungguhnya di antara mereka ada segolongan
yang memutar-mutar lidahnya membaca Al-Kitab, supaya kalian menyangka yang
dibacanya itu sebagian dari Al-Kitab, padahal ia bukan dari Al-Kitab, dan mereka
mengatakan, "Ia (yang dibacanya itu datang) dari sisi Allah," padahal ia bukan
dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah, sedangkan mereka
mengetahui.Allah Swt. memberitakan perihal sepak terjang orang-orang Yahudi —semoga laknat Allah menimpa mereka— bahwa segolongan dari mereka ada yang mengubah-ubah banyak kalimat dari tempatnya masing-masing dan mengganti Kalamullah serta menyelewengkannya dari makna yang dimaksud. Tujuan mereka adalah untuk mengelabui orang-orang bodoh hingga orang-orang yang tidak mengerti menduga bahwa itu adalah isi Kitabullah, lalu menisbatkannya kepada Allah, padahal hal itu dusta terhadap Allah. Mereka melakukan demikian dengan penuh kesadaran bahwa mereka telah berdusta serta semua yang ia bacakan itu hanyalah buat-buatan mereka sendiri. Karena itulah disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{وَيَقُولُونَ
عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ}
Mereka berkata dusta terhadap Allah, sedangkan mereka mengetahui. (Ali
Imran: 78)Mujahid, Asy-Sya'bi, Al-Hasan, Qatadah, dan Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: yang memutar-mutar lidahnya membaca Al-Kitab. (Ali Imran: 78), Menurut mereka, yang dimaksud dengan memutar-mutar lidahnya ialah mengubah-ubah isi Al-Kitab.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Bukhari, dari Ibnu Abbas, bahwa mereka mengubah-ubah Al-Kitab dan menghapusnya (lalu menggantinya dengan yang lain), padahal tidak ada seorang pun dari makhluk Allah yang berani menghapus suatu lafaz dari Kitabullah. Dengan demikian, berarti makna yang dimaksud ialah mereka menyelewengkan artinya dan menakwilkannya bukan dengan takwil yang sebenarnya.
Wahb ibnu Munabbih mengatakan, sesungguhnya kitab Taurat dan Injil utuh seperti ketika diturunkan oleh Allah; tiada suatu huruf pun yang diubah, tetapi mereka menyesatkan dengan menyelewengkan makna dan takwilnya. Tetapi ada kitab-kitab yang mereka tulis hasil karangan mereka sendiri, lalu mereka mengatakan seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَيَقُولُونَ
هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَمَا هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ}
Dan mereka mengatakan bahwa ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah,
padahal ia bukan dari sisi Allah. (Ali Imran: 78)Adapun kitab-kitab Allah, sesungguhnya semua dalam keadaan terpelihara, tidak ada yang diubah. Demikianlah menurut apa yang dikatakan oleh Ibnu Abu Hatim.
Jika Wahb bermaksud apa yang ada di tangan mereka dari Kitabullah, maka tidak diragukan lagi sudah kemasukan penggantian, perubahan, penambahan, dan pengurangan. Adapun mengenai penerjemahan kitab aslinya ke dalam bahasa Arab, mengandung kekeliruan yang besar, di dalamnya banyak tambahan dan pengurangan serta pemahaman yang menyimpang. Hal ini termasuk ke dalam Bab "Tafsir Bahasa Ibrani yang Diarabkan". Kebanyakan dari mereka —bahkan semuanya— mempunyai pemahaman yang rusak (tidak benar). Tetapi jika yang dimaksud oleh Wahb adalah kitab-kitab Allah yang asli dari sisi-Nya, memang seperti apa yang dikatakannya, yaitu dalam keadaan utuh terpelihara dan tiada sesuatu pun yang mencampurinya.
{مَا
كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُؤْتِيَهُ اللَّهُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ
ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا عِبَادًا لِي مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَكِنْ كُونُوا
رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنْتُمْ
تَدْرُسُونَ (79) وَلا يَأْمُرَكُمْ أَنْ تَتَّخِذُوا الْمَلائِكَةَ
وَالنَّبِيِّينَ أَرْبَابًا أَيَأْمُرُكُمْ بِالْكُفْرِ بَعْدَ إِذْ أَنْتُمْ
مُسْلِمُونَ (80) }
Tidak wajar bagi seorang manusia yang Allah
berikan kepadanya Al-Kitab, hikmah, dan kenabian, lalu dia berkata kepada
manusia, "Hendaklah kalian menjadi penyembah-penyembahku, bukan penyembah
Allah." Akan tetapi (dia berkata), "Hendaklah kalian menjadi orang-orang
rabbani, karena kalian selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kalian tetap
mempelajarinya, dan (tidak wajar pula baginya) menyuruh kalian menjadikan
malaikat dan para nabi sebagai tuhan. Apakah
(patut) dia menyuruh kalian berbuat kekafiran di waktu kalian sudah (menganut
agama) Islam.''
قَالَ
مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بن أبي محمد، عن عِكْرِمة أو سعيد
بن جُبَير، عن ابن
عَبَّاسٍ
قَالَ: قَالَ أَبُو رَافِعٍ القُرَظِي، حِينَ اجْتَمَعَتِ الْأَحْبَارُ مِنَ
الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى مِنْ أَهْلِ نَجْرَانَ، عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَدَعَاهُمْ إِلَى الْإِسْلَامِ: أَتُرِيدُ يَا
مُحَمَّدُ أَنْ نعبدكَ كَمَا تَعْبُدُ النَّصَارَى عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ؟ فَقَالَ
رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ نَجْرَانَ نَصْرَانِيٌّ يقال له الرئيس: أوَ ذاك تُرِيدُ مِنَّا
يَا مُحَمَّدُ، وَإِلَيْهِ تَدْعُونَنَا؟ أَوْ كَمَا قَالَ. فَقَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَعَاذَ اللهِ أنْ نَعْبُدَ غَيْرَ
اللهِ، أَوْ أنْ نَأْمُرَ بِعِبَادَةِ غَيْرِه، مَا بِذَلِكَ بَعَثَنِي، وَلَا
بِذَلِكَ أَمَرَنِي". أَوْ كَمَا قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ فِي ذَلِكَ مِنْ قَوْلِهِمَا: {مَا كَانَ
لِبَشَرٍ أَنْ يُؤْتِيَهُ اللَّهُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ}
[الْآيَةَ] إِلَى قَوْلِهِ: {بَعْدَ إِذْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ}.
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Abu Muhammad, dari Ikrimah atau Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang
mengatakan bahwa Abu Rail' Al-Qurazi di saat para pendeta Yahudi dan orang-orang
Nasrani Najran berkumpul di hadapan Nabi Saw., lalu Nabi Saw. mengajak mereka
masuk Islam. Maka ia (Abu Rafi' Al-Qurazi) berkata, "Hai Muhammad, apakah engkau
menghendaki agar kami menyembahmu, sebagaimana orang-orang Nasrani menyembah Isa
ibnu Maryam?" Sedangkan seorang lelaki dari kalangan Nasrani Najran yang dikenal
dengan nama Ar-Rais mengatakan, "Apakah memang seperti itu yang engkau kehendaki
dari kami, hai Muhammad, dan yang kamu serukan kepada kami?" Atau perkataan
seperti itu pengertiannya. Maka Rasulullah Saw. menjawab melalui sabdanya:
Kami berlindung kepada Allah agar kami tidak menyembah kepada selain Allah,
dan (kami berlindung kepada Allah) agar kami tidak memerintahkan penyembahan
kepada selain Allah. Bukan itu yang Allah utuskan kepadaku, dan bukan itu
pula yang diperintahkan-Nya kepadaku. Atau dengan kalimat yang
semakna dengan pengertian di atas. Maka Allah menurunkan berkenaan dengan ucapan
kedua orang tersebut ayat berikut, yaitu firman-Nya: Tidak wajar bagi seorang
manusia yang Allah berikan kepadanya Al-Kitab, hikmah, dan kenabian. (Ali
Imran: 79) sampai dengan firman-Nya: di waktu kalian sudah (menganut agama)
Islam. (Ali Imran: 80).
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
مَا
كانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُؤْتِيَهُ اللَّهُ الْكِتابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ
يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا عِباداً لِي مِنْ دُونِ اللَّهِ
Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al-Kitab,
hikmah, dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia, "Hendaklah kalian menjadi
penyembah-penyembahku, bukan penyembah Allah.” (Ali Imran: 79)Maksudnya, tidak layak bagi seorang manusia yang diberi Al-Kitab, hikmah dan kenabian, berkata kepada manusia, "Sembahlah aku ber-sama Allah."
Apabila hal ini tidak layak bagi seorang nabi dan tidak pula bagi seorang rasul, terlebih lagi bagi seorang manusia selain dari kalangan para nabi dan para rasul. Karena itulah Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa tidak layak bagi seorang mukmin memerintahkan kepada manusia untuk menyembah dirinya. Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa dikatakan demikian karena umat terdahulu (yakni Ahli Kitab), sebagian dari mereka menyembah sebagian yang lain; mereka menyembah rahib-rahib dan pendeta-pendetanya. Seperti yang disebutkan di dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:
اتَّخَذُوا
أَحْبارَهُمْ وَرُهْبانَهُمْ أَرْباباً مِنْ دُونِ اللَّهِ
Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan
selain Allah. (At-Taubah: 31), hingga akhir ayat.Di dalam kitab Musnad —dan Imam Turmuzi seperti yang akan disebutkan kemudian— disebutkan bahwa Addi ibnu Hatim pernah berkata:
يَا
رَسُولَ اللَّهِ مَا عَبَدُوهُمْ. قَالَ «بَلَى إِنَّهُمْ أَحَلُّوا لَهُمُ
الْحَرَامَ وَحَرَّمُوا عَلَيْهِمُ الْحَلَالَ، فَاتَّبَعُوهُمْ فَذَلِكَ
عِبَادَتُهُمْ إِيَّاهُمْ»
"Wahai Rasulullah, mereka sama sekali tidak menyembahnya (para rahib dan
orang-orang alim mereka)." Nabi Saw. menyangkal, "Tidak demikian,
sesungguhnya mereka (para rahib dan orang-orang alim mereka) menghalalkan yang
haram dan mengharamkan atas mereka yang halal, lalu mereka (para pengikutnya)
mengikutinya. Yang demikian itulah cara penyembahan mereka kepada orang-orang
alim dan para rahib mereka."Orang-orang yang tidak mengerti dari kalangan para rahib dan para pendeta serta pemimpin-pemimpin kesesatanlah yang termasuk ke dalam golongan orang-orang yang dicela dan dicemoohkan oleh ayat ini. Lain halnya dengan para rasul dan para pengikut mereka dari kalangan ulama yang amilin (mengamalkan ilmunya). Maka sesungguhnya yang mereka perintahkan hanyalah apa-apa yang diperintahkan oleh Allah Swt., lalu disampaikan oleh para rasul kepada mereka. Sesungguhnya yang mereka larang hanyalah apa-apa yang dilarang oleh Allah Swt., kemudian disampaikan kepada mereka oleh rasul-rasul Allah yang mulia. Semua rasul merupakan delegasi yang menghubungkan antara Allah dan makhluk-Nya untuk menyampaikan risalah dan amanat yang diembankan kepada mereka oleh Allah Swt., lalu mereka menunaikan tugas ini dengan sempurna, menasihati makhluk Allah, dan menyampaikan kebenaran kepada makhluk-Nya.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَلكِنْ
كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِما كُنْتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتابَ وَبِما كُنْتُمْ
تَدْرُسُونَ
Akan tetapi (dia berkata), "Hendaklah kalian menjadi orang-orang rabbani,
karena kalian selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kalian telah
mempelajarinya." (Ali Imran: 79)Yakni tetapi rasul itu mengatakan kepada manusia, "Jadilah kalian orang-orang Rabbani." Arti Rabbani, menurut Ibnu Abbas, Abu Razin serta ulama lainnya yang bukan hanya seorang disebut orang-orang yang bijaksana, orang-orang alim lagi orang-orang penyantun. Sedangkan menurut Al-Hasan dan lain-lainnya disebut orang-orang ahli fiqih. Hal yang sama diriwayatkan pula dari Ibnu Abbas, Sa'id ibnu Jubair, Qatadah, Ata Al-Khurrasani, Atiyyah Al-Aufi, dan Ar-Rabi' ibnu Anas.
Disebutkan pula dari Al-Hasan, bahwa yang dimaksud dengan Rabbani ialah ahli ibadah dan ahli takwa.
Ad-Dahhak mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: karena kalian selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kalian tetap mempelajarinya. (Ali Imran: 79) Bahwa makna yang dimaksud ialah sudah merupakan suatu keharusan bagi orang yang memahami Al-Qur'an menjadi orang yang ahli fiqih.
Tu'allimuna di sini menurutnya dibaca ta'lamuna, yang artinya memahami maknanya. Menurut qiraat lain dibaca tu'allimuna yang artinya mempelajarinya, sedangkan makna tadrusuna ialah hafal lafaz-lafaznya.
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{وَلا
يَأْمُرَكُمْ أَنْ تَتَّخِذُوا الْمَلائِكَةَ وَالنَّبِيِّينَ
أَرْبَابًا}
dan tidak wajar pula baginya menyuruh kalian menjadikan malaikat dan
para nabi sebagai tuhan. (Ali Imran: 80) Maksudnya, dan tidak layak baginya memerintahkan kalian menyembah seseorang selain Allah, baik dia seorang rasul ataupun malaikat yang terdekat di sisi-Nya.
{أَيَأْمُرُكُمْ
بِالْكُفْرِ بَعْدَ إِذْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ}
Apakah (patut) dia menyuruh kalian berbuat kekafiran di waktu kalian sudah
(menganut agama) Islam? (Ali Imran: 80). Yakni tidak layak baginya melakukan demikian, melainkan hanya pantas dilakukan oleh orang yang menyeru kepada penyembahan selain Allah; dan barang siapa yang menyeru orang lain menyembah selain Allah, maka sesungguhnya dia menyeru kepada kekufuran. Tetapi para nabi hanya memerintahkan orang-orang untuk beriman, yaitu menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
وَما
أَرْسَلْنا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلهَ
إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami
wahyukan kepadanya, "Bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah
oleh kalian akan Aku." (Al-Anbiya: 25)
وَلَقَدْ
بَعَثْنا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا
الطَّاغُوتَ
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan), "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah tagut itu." (An-Nahl:
36), hingga akhir ayat.
وَسْئَلْ
مَنْ أَرْسَلْنا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رُسُلِنا أَجَعَلْنا مِنْ دُونِ الرَّحْمنِ
آلِهَةً يُعْبَدُونَ
Dan tanyakanlah kepada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum
kamu,"Adakah Kami menentukan tuhan-tuhan untuk disembah selain Allah Yang
Maha Pemurah?" (Az-Zukhruf: 45)Allah Swt. berfirman menceritakan hal malaikat:
وَمَنْ
يَقُلْ مِنْهُمْ إِنِّي إِلهٌ مِنْ دُونِهِ فَذلِكَ نَجْزِيهِ جَهَنَّمَ كَذلِكَ
نَجْزِي الظَّالِمِينَ
Dan barang siapa di antara mereka mengatakan, "Sesungguhnya aku adalah
tuhan selain dari Allah," maka orang itu Kami beri balasan dengan Jahannam.
Demikian Kami memberikan pembalasan kepada orang-orang zalim. (Al-Anbiya:
29)
{وَإِذْ
أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ النَّبِيِّينَ لَمَا آتَيْتُكُمْ مِنْ كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ
ثُمَّ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ
وَلَتَنْصُرُنَّهُ قَالَ أَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ عَلَى ذَلِكُمْ إِصْرِي
قَالُوا أَقْرَرْنَا قَالَ فَاشْهَدُوا وَأَنَا مَعَكُمْ مِنَ الشَّاهِدِينَ (81)
فَمَنْ تَوَلَّى بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ (82)
}
Dan (ingatlah) ketika Allah mengambil
perjanjian dari para nabi, "Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepada kalian
berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepada kalian seorang rasul yang
membenarkan apa yang ada pada kalian, niscaya kalian akan sungguh-sungguh
beriman kepadanya dan menolongnya." Allah
berfirman, "Apakah kalian mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang
demikian itu." Mereka menjawab, "Kami mengakui." Allah berfirman, "Kalau begitu,
saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kalian." Barang
siapa yang berpaling sesudah itu, maka mereka itulah orang-orang yang
fasik.Allah Swt. memberitakan bahwa Dia telah mengambil janji dari setiap nabi yang diutus-Nya sejak dari Adam a.s. hingga Isa a.s., manakala Allah memberikan kepada seseorang di antara mereka kitab dan hikmah, lalu ia menyampaikannya kepada manusia di masanya. Kemudian datanglah seorang rasul lain sesudahnya, maka ia benar-benar akan beriman kepada rasul yang baru ini dan membantunya, dan ilmu serta kenabian yang telah disandangnya tidak boleh menjadi penghalang baginya untuk mengikuti rasul yang baru dan membantunya. Untuk itulah Allah Swt. berfirman:
{وَإِذْ
أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ النَّبِيِّينَ لَمَا آتَيْتُكُمْ مِنْ كِتَابٍ
وَحِكْمَةٍ}
Dan (ingatlah) ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi, "Sungguh,
apa saja yang Aku berikan kepada kalian berupa kitab dan hikmah." (Ali
Imran: 81), Yakni betapapun Aku telah memberikan kepada kalian kitab dan hikmah.
{ثُمَّ
جَاءَكُمْ رَسُولٌ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنْصُرُنَّهُ
قَالَ أَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ عَلَى ذَلِكُمْ إِصْرِي}
"Kemudian datang kepada kalian seorang rasul yang membenarkan apa yang ada
pada kalian, niscaya kalian akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan
menolongnya." Allah berfirman, "Apakah kalian mengakui dan menerima
perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?" (Ali Imran: 81)Menurut Ibnu Abbas, Mujahid, Ar-Rabi' ibnu Anas, Qatadah, dan As-Saddi, makna isri ialah perjanjian-Ku.
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa isri artinya beban yang kalian pikul dari janji-Ku, yakni ikrar kalian kepada-Ku yang berat lagi dikukuhkan.
{قَالُوا
أَقْرَرْنَا قَالَ فَاشْهَدُوا وَأَنَا مَعَكُمْ مِنَ الشَّاهِدِينَ. فَمَنْ
تَوَلَّى بَعْدَ ذَلِكَ}
Mereka menjawab, "Kami mengakui." Allah berfirman, "Kalau begitu,
saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kalian." Barang
siapa yang berpaling sesudah itu. (Ali Imran: 81-82)Yaitu berpaling dari ikrar dan janji ini.
{فَأُولَئِكَ
هُمُ الْفَاسِقُونَ}
maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (Ali Imran: 82)Ali ibnu Abu Talib dan anak lelaki pamannya (yaitu Ibnu Abbas), keduanya mengatakan bahwa tidak sekali-kali Allah mengutus seorang nabi melainkan mengambil sumpah terlebih dahulu terhadapnya, yang isinya mengatakan bahwa sekiranya Allah mengutus Nabi Muhammad Saw., sedangkan dia masih hidup, maka sungguh dia harus beriman kepadanya dan menolongnya. Allah memerintahkan kepadanya agar dia mengambil janji yang sama terhadap umatnya, yaitu "Sungguh, jika Nabi Muhammad diutus, sedangkan mereka masih hidup, maka mereka harus benar-benar beriman kepadanya dan benar-benar menolongnya."
Tawus, Al-Hasan Al-Basri, dan Qatadah mengatakan bahwa Allah mengambil perjanjian dari para nabi, hendaknya sebagian dari mereka membenarkan sebagian yang lainnya. Pendapat ini tidak bertentangan dengan apa yang telah dikatakan oleh Ali dan Ibnu Abbas, bahkan memantapkan dan mengukuhkannya. Karena itulah maka Abdur Razzaq meriwayatkan dari Ma'mar dan Ibnu Tawus, dari ayahnya hal yang semisal dengan apa yang dikatakan oleh Ali dan Ibnu Abbas.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أَنْبَأَنَا سُفْيَانُ، عَنْ
جَابِرٍ، عَنِ الشَّعْبِيِّ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ ثَابِتٍ قَالَ: جَاءَ عُمَرُ
إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ،
إِنِّي مررتُ بأخٍ لِي مِنْ قُرَيْظَة، فَكَتَبَ لِي جَوَامعَ مِنَ التَّوْرَاةِ،
أَلَا أَعْرِضُهَا عَلَيْكَ؟ قَالَ: فتغيَّرَ وَجْهُ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ ثَابِتٍ: قُلْتُ لَهُ: أَلَا تَرَى
مَا بِوَجْهِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ فَقَالَ عُمَرُ:
رَضِينَا بِاللَّهِ رِبَّا، وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا، وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا
-قَالَ: فسُرِّيَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ:
"وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَوْ أَصْبَحَ فِيكُمْ مُوسَى عَلَيْهِ
السَّلَامُ، ثُمَّ اتَّبَعْتُمُوهُ وَتَرَكْتُمُونِي لَضَلَلْتُمْ، إِنَّكُمْ
حَظِّي مِنْ الأمَمِ، وَأَنَا حَظُّكُمْ مِنْ النَّبِيِّينَ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah
menceritakan kepada kami Sufyan, dari Jabir, dari Asy-Sya'bi, dari Abdullah ibnu
Sabit yang mengatakan bahwa Umar datang kepada Nabi Saw., lalu berkata, "Wahai
Rasulullah, sesungguhnya aku telah memerintahkan kepada seorang saudaraku yang
Yahudi dari kalangan Bani Quraizah untuk menulis kumpulan kitab-kitab Taurat
buatku. Bolehkah aku memaparkannya kepadamu?" Maka wajah Rasulullah Saw.
berubah, dan Abdullah ibnu Sabit berkata kepadanya (Umar), "Apakah engkau tidak
melihat perubahan roman muka Rasulullah Saw.?" Umar berkata, "Aku rela Allah
sebagai Tuhanku, Islam sebagai agamaku, dan Muhammad sebagai rasul." Maka
Rasulullah Saw. tenang kembali dan bersabda: Demi Tuhan yang jiwaku berada di
dalam genggaman kekuasaan-Nya, seandainya pagi hari ini Musa berada di antara
kalian, kemudian kalian mengikutinya seraya meninggalkan diriku, niscaya kalian
sesat. Sesungguhnya kalian adalah bagianku dari kalangan umat-umat, dan
aku adalah bagian kalian dari para nabi.Hadis lain diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu Ya'la.
حَدَّثَنَا
إِسْحَاقُ، حَدَّثَنَا حَمَّادٌ، عَنْ مُجالد، عَنِ الشَّعْبِيِّ، عَنْ جَابِرٍ
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَا تَسْأَلُوا
أَهْلَ الْكِتَابِ عَنْ شَيْءٍ، فَإِنَّهُمْ لَنْ يَهْدُوكُمْ وَقَدْ ضَلُّوا،
وَإِنَّكُمْ إِمَّا أَنْ تُصَدِّقُوا بِبَاطِلٍ وَإِمَّا أنْ تُكَذِّبُوا بِحَقٍّ،
وَإِنَّه -واللهِ-لَوْ كَانَ مُوسَى حَيًّا بَيْنَ أَظْهُرِكُمْ مَا حَلَّ لَهُ
إِلا أَنْ يَتَّبِعَنِي" .
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Ishaq, telah menceritakan
kepada kami Hammad, dari Mujahid, dari Asy-Sya'bi, dari Jabir yang menceritakan
bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: "Janganlah kamu bertanya kepada Ahli
Kitab tentang sesuatu, sesungguhnya mereka tidak akan memberikan petunjuk kepada
kamu, mereka itu telah sesat. Maka kamu akan membenarkan kebatilan atau
mendustakan kebenaran. Demi Allah, kalau saja Musa masih hidup di antara kamu,
maka tidak halal baginya kecuali mengikutiku."Nabi Muhammad, penutup para Nabi Shalawat dan Salam atasnya hingga hari kiamat.
{أَفَغَيْرَ
دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ طَوْعًا
وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ (83) قُلْ آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنزلَ
عَلَيْنَا وَمَا أُنزلَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ
وَالأسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى وَالنَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لَا
نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ (84) وَمَنْ يَبْتَغِ
غَيْرَ الإسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ
الْخَاسِرِينَ (85) }
Maka apakah mereka mencari agama yang lain
dari agama Allah, padahal kepada-Nyalah menyerahkan diri segala apa yang di
langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa, dan hanya kepada Allahlah
mereka dikembalikan. Katakanlah, "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang
diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub
dan anak-anaknya; dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa, dan para nabi dari
Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan
seorang pun di antara mereka, dan hanya kepada-Nyalah kami menyerahkan diri."
Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan
diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang
rugi.Allah Swt. mengingkari melalui firman-Nya terhadap orang yang menghendaki sebuah agama selain agama Allah yang diturunkan melalui kitab-kitab-Nya dengan perantara para rasul yang diutus-Nya. Agama Allah itu adalah yang memerintahkan hanya menyembah kepada Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya; semua makhluk yang ada di langit dan di bumi berserah diri kepada-Nya, baik dengan suka maupun terpaksa. Seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
وَلِلَّهِ
يَسْجُدُ مَنْ فِي السَّماواتِ وَالْأَرْضِ طَوْعاً وَكَرْهاً
Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di
bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa. (Ar-Ra'd: 15)
أَوَلَمْ
يَرَوْا إِلى مَا خَلَقَ اللَّهُ مِنْ شَيْءٍ يَتَفَيَّؤُا ظِلالُهُ عَنِ
الْيَمِينِ وَالشَّمائِلِ سُجَّداً لِلَّهِ وَهُمْ داخِرُونَ وَلِلَّهِ يَسْجُدُ
مَا فِي السَّماواتِ وَما فِي الْأَرْضِ مِنْ دابَّةٍ وَالْمَلائِكَةُ وَهُمْ لَا
يَسْتَكْبِرُونَ يَخافُونَ رَبَّهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ وَيَفْعَلُونَ مَا
يُؤْمَرُونَ
Dan apakah mereka tidak memperhatikan segala sesuatu yang telah diciptakan
Allah yang bayangannya berbolak-balik ke kanan dan ke kiri dalam keadaan sujud
kepada Allah, sedangkan mereka berendah diri? Dan kepada Allah sajalah bersujud
segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melala di bumi dan
(juga) para malaikat, sedangkan mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri.
Mereka takut kepada Tuhan mereka yang berkuasa atas mereka dan melaksanakan apa
yang diperintahkan (kepada mereka). (An-Nahl: 48-50)Orang yang benar-benar mukmin dengan segenap jiwa dan raganya berserah diri kepada Allah, sedangkan orang yang kafir berserah diri kepada Allah hanya karena terpaksa; karena sesungguhnya ia berada di bawah pengaruh, keperkasaan, dan kekuasaan Yang Mahaagung yang tidak dapat ditentang dan tidak pula dapat dicegah.
Di dalam sebuah hadis disebutkan pengertian lain sehubungan dengan tafsir ayat ini yang di dalamnya terkandung keanehan. Untuk itu, Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani mengatakan:
حَدَّثَنَا
أَحْمَدُ بْنُ النَّضْرِ الْعَسْكَرِيُّ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ حَفْصٍ
النُّفَيْلي، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مِحْصَن الْعُكَّاشِيُّ، حَدَّثَنَا
الْأَوْزَاعِيُّ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ أَبِي رَبَاحٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ طَوْعًا
وَكَرْهًا} أمَّا مَنْ فِي السَّمَاواتِ فَالْمَلائِكَةُ، وأمَّا مَنْ فِي الأرضِ
فَمَنْ وُلِدَ عَلَى الإسْلامِ، وأمَّا كَرْهًا فَمَنْ أُتِي بِهِ مِنْ سَبَايا
الأمَمِ فِي السَّلاسِلِ والأغْلالِ، يُقَادُونَ إلَى الْجَنَّةِ وَهُمْ
كَارِهُونَ".
telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnun Nadr Al-Askari, telah menceritakan
kepada kami Sa'id ibnu Hafs An-Nufaili, telah menceritakan kepada kami Muhammad
ibnu Mihsan Al-Ukasyi, telah menceritakan kepada kami Al-Auza'i, dari Ata ibnu
Abu Rabah, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: "Padahal kepada-Nyalah
menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun
terpaksa" (Ali Imran: 83). Adapun makhluk yang ada di langit, mereka
adalah para malaikat. Dan adapun makhluk yang ada di bumi, maka mereka adalah
orang yang dilahirkan dalam keadaan Islam. Dan adapun orang yang berserah diri
dengan terpaksa, maka mereka adalah para tawanan dari berbagai umat yang
didatangkan dalam keadaan terbelenggu oleh rantai; mereka digiring masuk surga,
sedangkan mereka dalam keadaan terpaksa.Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan:
«عَجِبَ
رَبُّكَ مِنْ قَوْمٍ يُقَادُونَ إِلَى الْجَنَّةِ فِي السَّلَاسِلِ»
Tuhanmu merasa kagum terhadap suatu kaum yang digiring ke surga dalam
keadaan dirantai.Dalam pembahasan berikut akan disebutkan dalil lain dan segi yang lain, tetapi makna yang pertama bagi ayat ini lebih kuat.
Waki' mengatakan di dalam kitab tafsirnya, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Mansur, dari Mujahid sehubungan dengan firman-Nya: padahal kepada-Nyalah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa. (Ali Imran; 83); Menurut Mujahid, makna ayat ini sama dengan yang terdapat di dalam ayat Lain, yaitu firman-Nya:
وَلَئِنْ
سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّماواتِ
وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ
Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka, "Siapakah yang
menciptakan langit dan bumi?. Tentu mereka akan menjawab, "Allah." (Luqman:
25)Waki' mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Al-A'masy, dari Mujahid dan Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: padahal kepada-Nyalah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa. (Ali Imran: 83) Yakni hal ini terjadi di saat Allah mengambil janji (dari mereka bahwa mereka tidak akan menyembah melainkan hanya kepada Allah, yaitu di zaman azali).
*******************
وَإِلَيْهِ
يُرْجَعُونَ
dan hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan. (Ali Imran: 83)Yakni pada hari kemudian, lalu Allah membalas tiap-tiap orang sesuai dengan amal perbuatannya.
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{قُلْ
آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنزلَ عَلَيْنَا}
Katakanlah, "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan
kepada kami." (Ali Imran: 84) Yang dimaksud adalah Al-Qur'an.
{وَمَا
أُنزلَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ}
dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, dan Ya'qub. (Ali
Imran: 84) Yakni semua suhuf (lembaran-lembaran kitab) dan wahyu yang diturunkan kepada mereka.
{وَالأسْبَاطِ}
dan anak-anaknya. (Ali Imran: 84) Mereka adalah kabilah-kabilah dari kalangan Bani Israil yang bercabang dari anak-anak Israil (yakni Nabi Ya'qub) yang jumlahnya ada dua belas orang.
{وَمَا
أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى}
dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa. (Ali Imran: 84) Yang dimaksud ialah kitab Taurat dan kitab Injil.
{وَالنَّبِيُّونَ
مِنْ رَبِّهِمْ}
dan para nabi dari Tuhan mereka. (Ali Imran: 84) Hal ini mencakup pengertiannya kepada semua nabi secara umum.
{لَا
نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ}
Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka. (Ali Imran:
84) Bahkan kami beriman kepada semuanya.
{وَنَحْنُ
لَهُ مُسْلِمُونَ}
dan hanya kepada-Nyalah kami menyerahkan diri. (Ali Imran: 84)Orang-orang mukmin dari kalangan umat ini beriman kepada semua nabi yang diutus dan beriman kepada semua kitab yang diturunkan. Mereka sama sekali tidak ingkar kepada sesuatu pun dari hal tersebut, bahkan mereka membenarkan bahwa semuanya itu diturunkan dari sisi Allah dan membenarkan semua nabi yang diutus oleh Allah.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَمَنْ
يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلامِ دِيناً فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ
Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah
akan diterima (agama itu) darinya. (Ali Imran: 85)Yakni barang siapa yang menempuh suatu jalan selain jalan yang telah disyariatkan oleh Allah, maka jalan itu tidak akan diterima darinya.
{وَهُوَ
فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ}
dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (Ali Imran: 85),
Perihalnya sama dengan apa yang telah dikatakan oleh Nabi Saw. dalam sebuah hadis sahih, yaitu:
«مَنْ
عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ»
Barang siapa yang melakukan suatu amal, sedangkan amal itu bukan termasuk
urusan kami, maka amal itu ditolak.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ مَوْلَى بَنِي هَاشِمٍ، حَدَّثَنَا
عَبَّادُ بْنُ رَاشِدٍ، حَدَّثَنَا الْحَسَنُ، حَدَّثَنَا أَبُو هُرَيْرَةَ، إِذْ
ذَاكَ وَنَحْنُ بِالْمَدِينَةِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "تَجِيءُ الأعْمَالُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَتَجِيءُ الصَّلاةُ
فَتَقُولُ: يَا رَبِّ، أَنَا الصَّلاةُ. فَيَقُولُ: إِنَّكِ عَلَى خَيْرٍ.
فَتَجِيءُ الصَّدَقَةُ فَتَقُولُ: يَا رَبِّ، أَنَا الصَّدَقَةُ. فَيَقُولُ:
إِنَّكِ عَلَى خَيْرٍ. ثُمَّ يَجِيءُ الصِّيَامُ فَيَقُولُ: أَيْ يَا رَبِّ، أَنَا
الصِّيَامُ. فَيَقُولُ: إِنَّكَ عَلَى خَيْرٍ. ثُمَّ تَجِيءُ الأعْمَالُ، كُل
ذَلِكَ يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: إِنَّكَ عَلَى خَيْرٍ، ثُمَّ يَجِيءُ الإسْلامُ
فَيَقُولُ: يَا رَب، أَنْتَ السَّلامُ وَأَنَا الإسْلامُ. فَيَقُولُ اللَّهُ
[تَعَالَى] : إِنَّكَ عَلَى خَيْرٍ، بِكَ الْيَوْمَ آخُذُ وَبِكَ أُعْطِي، قَالَ
اللَّهُ فِي كِتَابِهِ: {وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ
مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنْ الْخَاسِرِينَ}
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id maula Bani
Hasyim, telah menceritakan kepada kami Abbad ibnu Rasyid, telah menceritakan
kepada kami Al-Hasan, telah menceritakan kepada kami Abu Hurairah yang saat itu
kami berada di Madinah, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Kelak di hari
kiamat amal perbuatan datang. Maka datanglah salat, lalu berkata, "Wahai
Tuhanku, akulah salat." Allah berfirman, "Sesungguhnya kamu dalam kebaikan."
Sedekah datang, lalu berkata, "Wahai Tuhanku, akulah sedekah." Allah berfirman,
"Sesungguhnya kamu dalam keadaan baik." Kemudian datanglah puasa, lalu berkata,
"Wahai Tuhanku, akulah puasa." Allah berfirman, "Sesungguhnya kamu dalam keadaan
baik." Kemudian datanglah amal-amal yang lain, semuanya dijawab oleh Allah Swt.,
"Sesungguhnya kamu dalam keadaan baik." Lalu datanglah Islam dan berkata, "Wahai
Tuhanku, Engkau adalah sumber keselamatan, dan akulah Islam." Maka Allah
berfirman, "Sesungguhnya kamu dalam keadaan baik; atas dasar kamulah Aku
mengambil, dan atas dasar kamulah Aku memberi." Lalu Rasulullah Saw.
membacakan firman-Nya: Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka
sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat
termasuk orang-orang yang rugi. (Ali Imran: 85)Hadis ini hanya diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Abu Abdur Rahman (yaitu Abdullah ibnu Imam Ahmad) mengatakan bahwa Abbad ibnu Rasyid adalah orang yang siqah, tetapi Al-Hasan belurn pernah mendengar dari Abu Hurairah.
{كَيْفَ
يَهْدِي اللَّهُ قَوْمًا كَفَرُوا بَعْدَ إِيمَانِهِمْ وَشَهِدُوا أَنَّ الرَّسُولَ
حَقٌّ وَجَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
(86) أُولَئِكَ جَزَاؤُهُمْ أَنَّ عَلَيْهِمْ لَعْنَةَ اللَّهِ وَالْمَلائِكَةِ
وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ (87) خَالِدِينَ فِيهَا لَا يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ
وَلا هُمْ يُنْظَرُونَ (88) إِلا الَّذِينَ تَابُوا مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ
وَأَصْلَحُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (89) }
Bagaimana Allah akan menunjuki suatu kaum
yang kafir sesudah mereka beriman, serta mereka telah mengakui bahwa Rasul itu
(Muhammad) benar-benar rasul, dan keterangan-keterangan pun telah datang kepada
mereka? Allah tidak menunjuki orang-orang yang zalim. Mereka itu balasannya
ialah bahwa laknat Allah ditimpakan kepada mereka, (demikian pula) laknat para
malaikat dan manusia seluruhnya; mereka kekal di dalamnya, tidak diringankan
siksa dari mereka, dan tidak (pula) mereka diberi tangguh, kecuali orang-orang
yang tobat, sesudah (kafir) itu dan mengadakan perbaikan. Karena sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Bazi' Al-Basri, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Zurai,' telah menceritakan kepada kami Daud ibnu Abu Hindun dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa ada seorang dari kalangan Ansar murtad sesudah masuk Islam, lalu ia bergabung dengan orang-orang musyrik, tetapi setelah itu ia menyesal. Kemudian ia mengirimkan utusan kepada kaumnya agar mereka menanyakan kepada Rasulullah Saw., apakah masih ada jalan tobat baginya. Lalu turunlah firman-Nya: Bagaimana Allah akan menunjuki suatu kaum yang kafir sesudah mereka beriman. (Ali Imran: 86) sampai dengan firman-Nya: Karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Ali Imran: 89). Lalu kaumnya memanggilnya dan ia masuk Islam kembali.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Nasai, Imam Hakim, dan Imam Ibnu Hibban melalui jalur Daud ibnu Abu Hindun dengan lafaz yang sama. Imam Hakim mengatakan bahwa hadis ini sahih sanadnya, tetapi keduanya (Imam Bukhari dan Imam Muslim) tidak mengetengahkannya.
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Humaid Al-A'raj, dari Mujahid yang mengatakan bahwa Al-Haris ibnu Suwaid datang kepada Nabi Saw., lalu masuk Islam di tangannya. Tetapi setelah itu ia murtad dan kembali kepada kaumnya. Maka Allah menurunkan ayat berikut berkenaan dengan peristiwanya itu, yaitu firman-Nya: Bagaimana Allah akan menunjuki suatu kaum yang kafir sesudah mereka beriman. (Ali Imran: 86) sampai dengan firman-Nya: Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Ali Imran: 89). Kemudian hal ini disampaikan kepada seorang lelaki dari kaumnya, lalu dibacakan kepadanya. Maka Al-Haris berkata, "Sesungguhnya engkau, demi Allah, sepanjang pengetahuanku benar-benar orang yang jujur. Dan sesungguhnya Rasulullah Saw. lebih jujur lagi daripada kamu, dan sesungguhnya Allah lebih jujur lagi di antara kesemuanya." Setelah itu Al-Haris kembali masuk Islam dan berbuat baik dalam Islamnya.
*******************
Firman Allah Swt.:
كَيْفَ
يَهْدِي اللَّهُ قَوْماً كَفَرُوا بَعْدَ إِيمانِهِمْ وَشَهِدُوا أَنَّ الرَّسُولَ
حَقٌّ وَجاءَهُمُ الْبَيِّناتُ
Bagaimana Allah akan menunjuki suatu kaum yang kafir sesudah mereka
beriman, serta mereka telah mengakui bahwa Rasul itu benar-benar rasul, dan
keterangan-keterangan pun telah datang kepada mereka. (Ali Imran: 86)Yakni hujah dan bukti telah jelas baginya membuktikan kebenaran apa yang disampaikan oleh Rasulullah Saw. kepada mereka, dan beliau Saw. telah menerangkannya kepada mereka perkara tersebut. Kemudian mereka murtad dan kembali kepada kegelapan kemusyrikan. Maka bagaimana orang-orang seperti itu berhak mendapat petunjuk sesudah mereka diselamatkan dari kebutaannya? Karena itu, pada akhir ayat ini disebutkan:
{وَاللَّهُ
لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ}
Allah tidak menunjuki orang-orang yang zalim. (Ali Imran: 86) Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
{أُولَئِكَ
جَزَاؤُهُمْ أَنَّ عَلَيْهِمْ لَعْنَةَ اللَّهِ وَالْمَلائِكَةِ وَالنَّاسِ
أَجْمَعِينَ}
Mereka itu balasannya ialah bahwasanya laknat Allah ditimpakan kepada
mereka, (demikian pula) laknat para malaikat dan manusia seluruhnya. (Ali
Imran: 87). Yaitu mereka dilaknat oleh Allah Swt., juga dilaknat oleh makhluk-Nya.
{خَالِدِينَ
فِيهَا}
mereka kekal di dalamnya. (Ali Imran: 88) Yakni berada di dalam laknat yang abadi.
{لَا
يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ وَلا هُمْ يُنْظَرُونَ}
tidak diringankan siksa dari mereka dan tidak (pula) mereka diberi
tangguh. (Ali Imran: 88). Maksudnya, azab yang menimpa mereka tidak pernah terputus dan tidak pernah diberi keringanan, sekalipun hanya sesaat saja.
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{إِلا
الَّذِينَ تَابُوا مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ وَأَصْلَحُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ
رَحِيمٌ}
kecuali orang-orang yang tobat, sesudah (kafir) itu dan mengadakan
perbaikan. Karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(Ali Imran: 89). Hal ini merupakan bagian dari sifat lemah-lembut Allah, kebaikan-Nya, belas kasihan-Nya, rahmat, dan santunan-Nya kepada makhluk-Nya; yaitu barang siapa yang bertobat kepada-Nya, niscaya Dia menerima tobatnya.
{إِنَّ
الَّذِينَ كَفَرُوا بَعْدَ إِيمَانِهِمْ ثُمَّ ازْدَادُوا كُفْرًا لَنْ تُقْبَلَ
تَوْبَتُهُمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الضَّالُّونَ (90) إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا
وَمَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْ أَحَدِهِمْ مِلْءُ الأرْضِ ذَهَبًا
وَلَوِ افْتَدَى بِهِ أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ وَمَا لَهُمْ مِنْ
نَاصِرِينَ (91) }
Sesungguhnya orang-orang kafir sesudah
beriman, kemudian bertambah kekafirannya, sekali-kali tidak akan diterima
tobatnya; dan mereka itulah orang-orang yang sesat. Sesungguhnya orang-orang
yang kafir dan mati, sedangkan mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah
akan diterima dari seseorang di antara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia
menebus diri dengan emas (yang sebanyak) itu. Bagi mereka itulah siksa yang
pedih dan sekali-kali mereka tidak memperoleh penolong.Allah Swt. berfirman mengancam dan memperingatkan orang yang kafir sesudah imannya, kemudian kekafirannya makin bertambah, yakni terus-menerus dalam kekafirannya hingga mati, bahwa tobat mereka tidak diterima di saat matinya. Makna ayat ini sama dengan ayat lain, yaitu firman-Nya:
وَلَيْسَتِ
التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئاتِ حَتَّى إِذا حَضَرَ أَحَدَهُمُ
الْمَوْتُ
Dan tidaklah tobat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan
kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara
mereka. (An-Nisa: 18), hingga akhir ayat.Karena itulah maka dalam ayat ini Allah Swt. berfirman:
{لَنْ
تُقْبَلَ تَوْبَتُهُمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الضَّالُّونَ}
sekali-kali tidak akan diterima tobatnya; dan mereka itulah orang-orang
yang sesat. (Ali Imran: 90) Yakni mereka keluar dari jalan yang hak menuju ke jalan kesesatan.
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Bazi', telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Zurai', telah menceritakan kepada kami Daud ibnu Abu Hindun, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa ada suatu kaum masuk Islam, setelah itu mereka murtad, lalu masuk Islam lagi, dan murtad kembali. Kemudian mereka mengirimkan utusan kepada kaumnya, meminta kepada kaumnya untuk menanyakan hal tersebut bagi mereka. Lalu kaum mereka menceritakan hal tersebut kepada Rasulullah Saw. Maka turunlah ayat berikut, yaitu firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang kafir sesudah beriman, kemudian bertambah kekafirannya, sekali-kali tidak akan diterima tobatnya. (Ali Imran: 90)
Demikianlah bunyi riwayat Al-Bazzar, sanadnya adalah jayyid.
Kemudian Allah Swt. berfirman:
إِنَّ
الَّذِينَ كَفَرُوا وَماتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْ أَحَدِهِمْ
مِلْءُ الْأَرْضِ ذَهَباً وَلَوِ افْتَدى بِهِ
Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati, sedangkan
mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang di
antara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas (yang
sebanyak) itu. (Ali Imran: 91)Maksudnya, barang siapa yang mati dalam keadaan kafir, maka tidak akan diterima darinya suatu kebaikan pun untuk selama-lamanya, sekalipun dia telah menginfakkan emas sepenuh bumi yang menurutnya dianggap sebagai amal taqarrub.
Seperti yang pernah ditanyakan kepada Nabi Saw. tentang hal Abdullah ibnu Jad'an. Abdullah ibnu Jad'an semasa hidupnya gemar menjamu tamu, memberikan pertolongan kepada orang miskin, dan memberi makan orang kelaparan. Pertanyaan yang diajukan kepada beliau ialah, "Apakah hal itu bermanfaat baginya?" Maka Rasulullah Saw. menjawab:
«لَا،
إِنَّهُ لَمْ يَقُلْ يَوْمًا مِنَ الدهر: ربي اغْفِرْ لِي خَطِيئَتِي يَوْمَ
الدِّينِ»
Tidak, sesungguhnya dia belum pernah mengucapkan barang sehari pun
sepanjang hidupnya, "Ya Tuhanku, ampunilah bagiku semua kesalahanku di hari
pembalasan nanti."Demikian pula seandainya dia menebus dirinya dengan emas sepenuh bumi, niscaya hal itu tidak akan diterima darinya. Seperti yang dinyatakan di dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:
وَلا
يُقْبَلُ مِنْها عَدْلٌ وَلا تَنْفَعُها شَفاعَةٌ
dan tidak akan diterima suatu tebusan pun darinya dan tidak akan memberi
manfaat sesuatu syafaat kepadanya. (Al-Baqarah: 123)
لَا
بَيْعٌ فِيهِ وَلا خِلالٌ
Yang pada hari itu tidak ada jual beli dan persahabatan. (Ibrahim:
31)
إِنَّ
الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْ أَنَّ لَهُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعاً وَمِثْلَهُ
مَعَهُ لِيَفْتَدُوا بِهِ مِنْ عَذابِ يَوْمِ الْقِيامَةِ مَا تُقُبِّلَ مِنْهُمْ
وَلَهُمْ عَذابٌ أَلِيمٌ
Sesungguhnya orang-orang yang kafir, sekiranya mereka mempunyai apa yang
di bumi ini seluruhnya dan mempunyai yang sebanyak itu (pula) untuk menebus diri
mereka dengan itu dari azab hari kiamat, niscaya (tebusan itu) tidak akan
diterima dari mereka, dan mereka beroleh azab yang pedih. (Al-Maidah:
36)Karena itulah dalam ayat berikut ini disebutkan:
{إِنَّ
الَّذِينَ كَفَرُوا وَمَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْ أَحَدِهِمْ
مِلْءُ الأرْضِ ذَهَبًا وَلَوِ افْتَدَى بِهِ}
Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati, sedangkan mereka tetap
dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang di antara mereka
emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas (yang sebanyak)
itu. (Ali Imran: 91)Huruf ataf (wawu) yang terdapat di dalam firman-Nya:
{وَلَوِ
افْتَدَى بِهِ}
walaupun dia menebus diri dengan emas (sebanyak) itu. (Ali Imran: 91),
di-'ataf-kan kepada jumlah yang pertama. Hal ini menunjukkan bahwa yang kedua adalah bukan yang pertama. Pendapat yang kami kemukakan ini lebih baik daripada pendapat yang mengatakan bahwa huruf wawu di sini adalah zaidah (tambahan).
Makna ayat ini menyimpulkan bahwa tidak ada sesuatu pun yang dapat menyelamatkan dirinya dari azab Allah, sekalipun dia telah menginfakkan emas sebesar bumi. Walaupun dia berupaya menebus dirinya dari azab Allah dengan emas sebesar bumi yang beratnya sama dengan berat semua gunung-gunung, semua lembah-lembah, semua tanah, pasir, dataran rendah dan hutan belukarnya, serta daratan dan lautannya (niscaya tidak akan diterima).
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حجَّاج، حَدَّثَنِي شُعْبَة، عَنْ أَبِي عِمْرَانَ
الجَوْني، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: " يُقَالُ لِلرَّجُلِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ:
أَرَأَيْتَ لَوْ كَانَ لَكَ مَا عَلَى الأرْضِ مِنْ شَيْءٍ، أَكُنْتَ مُفْتَدِيًا
بِهِ؟ قَالَ: فَيَقُولُ: نَعَمْ. قَالَ: فَيَقُولُ: قَدْ أَرَدْتُ مِنْكَ أَهْوَنَ
مِنْ ذَلِكَ، قَدْ أَخَذْتُ
عَلَيْكَ
فِي ظَهْرِ أَبِيكَ آدَمَ أَلَّا تُشْرِكَ بِي شَيْئًا، فَأَبَيْتَ إِلا أَنْ
تُشْرِكَ ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hajjaj, telah
menceritakan kepadaku Syu'bah, dari Abu Imran Al-Juni, dari Anas ibnu Malik,
bahwa Nabi Saw. pernah bersabda: Dikatakan kepada seorang lelaki penghuni
neraka kelak di hari kiamat, "Bagaimanakah yang akan kamu lakukan seandainya
engkau mempunyai segala sesuatu yang ada di permukaan bumi, apakah itu akan
engkau pakai untuk menebus dirimu (dari azab-Ku)?" Ia menjawab, "Ya."
Allah berfirman, "Padahal Aku menghendaki darimu hal yang lebih mudah daripada
itu. Sesungguhnya Aku telah mengambil janji darimu ketika kamu masih berada di
dalam lulang sulbi kakek moyangmu, yaitu Adam; agar janganlah kamu
mempersekutukan Aku dengan sesuatu pun. Tetapi kamu menolak melainkan hanya
tetap mempersekutukan (Aku)."Demikian pula apa yang diketengalikan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim.
Jalur lain diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
حَدَّثَنَا
رَوْح، حَدَّثَنَا حَمَّاد، عَنْ ثَابِتٍ، عَنْ أَنَسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يُؤْتَى بِالرَّجُلِ مِنْ أَهْلِ
الْجَنَّةِ فَيَقُولُ لَهُ: يَا ابْنَ آدَمَ، كَيْفَ وَجَدْتَ مَنزلَكَ؟ فَيَقُولُ:
أَيْ رَبِّ، خَيْرُ مَنزلٍ. فَيَقُولُ: سَلْ وَتَمَنَّ. فَيَقُولُ: مَا أَسْأَلُ
وَلا أَتَمَنَّى إِلا أَنْ تَرُدَّنِي إِلَى الدُّنْيَا فَأُقْتَلَ فِي سَبِيلِكَ
عَشْرَ مِرَار -لِمَا يَرَى مِنْ فَضْلِ الشَّهَادَةِ. وَيُؤْتَى بِالرَّجُلِ مِنْ
أَهْلِ النَّارِ فَيَقُولُ لَهُ: يَا ابْنَ آدَمَ، كَيْفَ وَجَدْتَ مَنزلَكَ؟
فَيَقُولُ: يَا رَبِّ شَرُّ مَنزلٍ. فَيَقُولُ لَهُ: تَفْتَدِي مِني بِطِلاعِ
الأرْضِ ذَهَبًا؟ فَيَقُولُ: أَيْ رَبِّ، نَعَمْ. فَيَقُولُ: كَذَبْتَ، قَدْ
سَأَلْتُكَ أَقَلَّ مِنْ ذَلِكَ وَأَيْسَرَ فَلَمْ تَفْعَلْ، فيُرَد إِلَى
النَّارِ"
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Rauh, telah menceritakan
kepada kami Hammad, dari Sabit, dari Anas yang nicngatakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda: Didatangkan seorang lelaki dari penduduk surga, lalu
dikatakan kepadanya, "Hai anak Adam, bagaimanakah kamu jumpai tempat
kedudukanmu?" Lelaki itu menjawab, "Wahai Tuhanku, (aku jumpai tempat tinggalku
adalah) sebaik-baik tempat tinggal." Allah berfirman, "Mintalah dan
berharaplah." Lelaki iiu menjawab, "Aku tidak akan meminta dan berharap lagi,
kecuali kumohon Engkau mengembalikan aku ke dunia, lalu aku akan berperang
hingga gugur di jalan-Mu," sebanyak sepuluh kali —ia mengatakan demikian karena
keutamaan yang dirasakannya berkat mati syahid—. Dan didatangkan pula
seorang lelaki dari penduduk neraka, lalu dikatakan kepadanya, "Hai anak Adam,
bagaimanakah kamu jumpai tempat tinggalmu?" Ia menjawab, "Wahai Tuhanku (aku
jumpai tempat tinggalku adalah) seburuk-buruk tempat tinggal." Dikatakan
kepadanya, "Apakah engkau mau menebus dirimu dari (azab)-Nya dengan emas sepenuh
bumi?" Ia menjawab, "Ya, wahai Tuhanku." Allah berfirman, "Kamu dusta, karena
sesungguhnya Aku pernah memintamu melakukan hal yang lebih ringan daripada itu
dan lebih mudah, tetapi kamu tidak mau melakukannya." Lalu lelaki itu
dicampakkan kembali ke dalam neraka.Karena itulah dalam ayat ini disebutkan:
{أُولَئِكَ
لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ}
Bagi mereka itulah siksa yang pedih dan sekali-kali mereka tidak
memperoleh penolong. (Ali Imran: 91), Yakni tidak ada seorang pun yang dapat menyelamatkan mereka dari azab Allah, dan tidak ada seorang pun yang melindungi mereka dari siksa-Nya yang amat pedih.
*******************************
Akhir
Juz 3
*******************************
Tidak ada komentar:
Posting Komentar