{هُنَالِكَ
دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُ قَالَ رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً
إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ (38) فَنَادَتْهُ الْمَلائِكَةُ وَهُوَ قَائِمٌ
يُصَلِّي فِي الْمِحْرَابِ أَنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحْيَى مُصَدِّقًا
بِكَلِمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَسَيِّدًا وَحَصُورًا وَنَبِيًّا مِنَ الصَّالِحِينَ (39)
قَالَ رَبِّ أَنَّى يَكُونُ لِي غُلامٌ وَقَدْ بَلَغَنِيَ الْكِبَرُ وَامْرَأَتِي
عَاقِرٌ قَالَ كَذَلِكَ اللَّهُ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ (40) قَالَ رَبِّ اجْعَلْ لِي
آيَةً قَالَ آيَتُكَ أَلا تُكَلِّمَ النَّاسَ ثَلاثَةَ أَيَّامٍ إِلا رَمْزًا
وَاذْكُرْ رَبَّكَ كَثِيرًا وَسَبِّحْ بِالْعَشِيِّ وَالإبْكَارِ (41)
}
Di sanalah Zakaria mendoa kepada Tuhannya
seraya berkata, "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang
baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa." Kemudian Malaikat (Jibril)
memanggil Zakaria, sedangkan ia tengah berdiri salat di mihrab (katanya),
"Sesungguhnya Allah menggembirakan kalian dengan kelahiran (seorang putramu)
Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan,
menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang nabi serta keturunan orang-orang
saleh. Zakaria berkata, "Ya Tuhanku,
bagaimana aku bisa mendapat anak, sedangkan aku telah sangat tua dan istriku pun
seorang yang mandul?" Allah berfirman, "Demikianlah, Allah berbuat apa yang
dikehendaki-Nya." Berkata Zakaria, "Berilah aku suatu tanda (bahwa istriku telah
mengandung)." Allah berfirman, "Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata
dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. Sebutlah (nama) Tuhanmu
sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di wakyu petang dan pagi
hari."Ketika Zakaria melihat bahwa Allah Swt. telah memberi Maryam rezeki berupa buah-buahan musim dingin pada musim panas dan buah-buahan musim panas pada musim dingin, maka saat itulah ia menginginkan punya seorang anak, sekalipun usianya telah lanjut dan tulang-tulang tubuhnya telah rapuh, uban telah mewarnai semua rambut kepalanya, istrinya pun sudah berusia lanjut lagi mandul.
Akan tetapi, sekalipun demikian ia tetap memohon kepada Tuhannya dan bermunajat kepadanya dengan doa-doa yang dibacanya pelan-pelan, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{رَبِّ
هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ} أَيْ: مِنْ عِنْدِكَ {ذُرِّيَّةً
طَيِّبَةً}
Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. (Ali
Imran: 38)Yakni dari sisi-Mu seorang anak yang saleh.
{إِنَّكَ
سَمِيعُ الدُّعَاءِ}
Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa. (Ali Imran: 38)
*******************
Firman Allah Swt.:
فَنادَتْهُ
الْمَلائِكَةُ وَهُوَ قائِمٌ يُصَلِّي فِي الْمِحْرابِ
Kemudian malaikat (Jibril) memanggil Zakaria yang tengah berdiri salat di
mihrab. (Ali Imran: 39)Yakni malaikat berbicara langsung kepadanya dengan pembicaraan yang dapat didengar Zakaria, sedangkan ia tengah berdiri salat di mihrab tempat ibadahnya yang khusus buat dia sendiri di saat ia bermunajat dan melakukan salat menyembah Tuhannya.
Kemudian Allah Swt. menceritakan perihal berita gembira yang disampaikan oleh malaikat kepada Zakaria:
أَنَّ
اللَّهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحْيى
Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang putramu)
Yahya. (Ali Imran: 39)Yaitu seorang anak laki-laki yang diciptakan buatmu dari tulang sul-bimu, bernama Yahya.
Qatadah dan lain-lainnya mengatakan bahwa anak tersebut dinamakan Yahya tiada lain karena Allah menghidupkannya melalui iman (Zakaria).
*******************
Firman Allah Swt.:
مُصَدِّقاً
بِكَلِمَةٍ مِنَ اللَّهِ
yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah. (Ali Imran: 39)Al-Aufi dan lain-lainnya meriwayatkan dari Ibnu Abbas, Al-Hasan, Qatadah, Ikrimah, Mujahid, Abusy Sya'sa, As-Saddi, Ar-Rabi' ibnu Anas, Ad-Dahhak dan lain-lainnya (dari kalangan tabi'in) sehubungan dengan ayat ini, yaitu firman-Nya: yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah. (Ali Imran: 39). Bahwa yang dimaksud dengan kalimah Allah ialah Isa ibnu Maryam.
Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan bahwa Yahya adalah orang yang mula-mula percaya kepada Isa ibnu Maryam. Qatadah mengatakan, yang dimaksud ialah berada pada sunnah dan tuntunannya.
Ibnu Juraij mengatakan bahwa Ibnu Abbas pernah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah. (Ali Imran: 39). Yahya dan Isa adalah saudara sepupu. Tersebutlah bahwa ibu Yahya pernah berkata kepada Maryam, "Sesungguhnya aku merasakan anak yang ada di dalam perutku ini bersujud kepada anak yang berada di dalam perutmu." Yang demikian itu merupakan pembenaran yang dilakukan oleh Yahya kepada Isa selagi Isa masih berada di dalam perut ibunya. Yahya adalah orang yang mula-mula percaya kepada Isa. Isa diciptakan melalui kalimat (perintah) Allah. Yahya lebih tua daripada Isa a.s.
Hal yang sama dikatakan pula oleh As-Saddi.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَسَيِّداً
menjadi ikutan. (Ali Imran: 39)Menurut Abul Aliyah, Ar-Rabi'-ibnu Anas, Qatadah, Sa'id ibnu Jubair, dan lain-lainnya, yang dimaksud dengan sayyidan ialah halimah, yakni orang yang penyantun.
Menurut Qatadah, dia adalah seorang yang dijadikan ikutan dalam hal ilmu dan ibadah.
Ibnu Abbas, As-Sauri, dan Ad-Dahhak mengatakan bahwa as-sayyid artinya orang yang penyantun lagi bertakwa.
Sa'id ibnul Musayyab mengatakan, yang dimaksud dengan sayyid ialah orang yang mengerti fiqih lagi alim.
Menurut Atiyyahyas-sayyid artinya orang yang dijadikan ikutan dalam akhlak dan agama.
Menurut Ikrimah, as-sayyid artinya orang yang tidak terpengaruh oleh emosinya. Sedangkan menurut Ibnu Zaid, artinya orang yang mulia. Dan menurut yang lainnya, artinya orang yang bersikap mulia kepada Allah Swt.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَحَصُوراً
menahan diri (dari pengaruh hawa nafsu). (Ali Imran: 39)Telah diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Abusy Sya'sa, dan Atiyyah Al-Aufi, bahwa mereka mengatakan, "Yang dimaksud dengan hasur ialah orang yang tidak mau beristri."
Diriwayatkan dari Abul Aliyah dan Ar-Rabi' ibnu Anas bahwa yang dimaksud dengan hasur ialah orang yang tidak beranak dan tidak mempunyai air mani.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Qabus, dari ayahnya, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna al-hasur dalam ayat ini, bahwa makna yang dimaksud ialah orang yang tidak pernah mengeluarkan air mani.
Ibnu Abu Hatim sehubungan dengan masalah ini meriwayatkan sebuah hadis yang garib (aneh) sekali. Dia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Ja'far Muhammad ibnu Galib Al-Bagdadi, telah menceritakan kepadaku Sa'id ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Abbad (yakni Ibnul Awwam), dari Yahya ibnu Sa'id, dari Al-Musayyab, dari Ibnul As —tetapi dia tidak mengetahui apakah yang dimaksud adalah Abdullah ibnul As ataukah Amr ibnul As—, dari Nabi Saw. sehubungan dengan firman-Nya: menjadi ikutan dan menahan diri (dari pengaruh hawa nafsu). (Ali Imran: 39) Ibnul As melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Nabi Saw. mengambil sebuah benda dari tanah dan bersabda,
«كَانَ
ذَكَرُهُ مِثْلَ هَذَا»
"Kemaluannya (Yahya) adalah semisal dengan ini (yakni kecilnya)."Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id Al-Qattan, dari Yahya ibnu Sa'id Al-Ansari, bahwa ia pernah mendengar Sa'id ibnul Musayyab sebuah asar dari Abdullah ibnu Amr ibnul As yang mengatakan bahwa tidak ada seorang pun dari makhluk Allah yang menghadap kepada Allah tanpa membawa dosa kecuali Yahya ibnu Zakaria. Kemudian Sa'id membacakan firman-Nya: dan seorang yang menjadi ikutan serta menahan diri (dari pengaruh hawa nafsu). (Ali Imran: 39) Kemudian Sa'id mengambil sebuah benda dari tanah, lalu berkata, "Al-hasur ialah orang laki-laki yang kemaluannya seperti ini." Lalu Yahya ibnu Sa'id Al-Qattan mengisyaratkan dengan jari telunjuknya.
Asar yang mauquf ini lebih sahih sanadnya daripada yang marfu'.
Ibnul Munzir di dalam kitab tafsirnya meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Daud As-Samnani, telah menceritakan kepada kami Suwaid ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Mishar, dari Yahya ibnu Sa'id, dari Sa'id ibnul Musayyab yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abdullah ibnu Amr ibnul As menceritakan hadis berikut, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
«ما
من عبد يلقى الله إِلَّا ذَا ذَنْبٍ إِلَّا يَحْيَى بْنَ زَكَرِيَّا، فإن الله يقول
وَسَيِّداً وَحَصُوراً
Tidak ada seorang hamba pun yang bersua dengan Allah melainkan pasti
membawa dosa, kecuali Yahya ibnu Zakaria. Karena sesungguhnya Allah telah
berfirman, "Dan menjadi ikutan serta menahan diri (dari pengaruh hawa
nafsu)." (Ali Imran: 39)Selanjutnya Nabi Saw. bersabda:
«وإنما
ذكره مثل هدبة الثوب»
Sesungguhnya kemaluan Yahya lemas seperti ujung kain.Abdullah ibnu Amr ibnul As menceritakan hadis ini seraya memperagakannya dengan ujung jarinya (yakni kemaluan Yahya kecil sekali).
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Isa ibnu Hammad dan Muhammad Ibnu Salimah Al-Muradi; keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hajjaj ibnu Sulaiman Al-Muqri, dari Al-Lais ibnu Sa'd, dari Muhammad ibnu Ajlan, dari Al-Qa'qa', dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Saw. pernah bersabda:
«كُلُّ
ابْنِ آدَمَ يَلْقَى اللَّهَ بذنب يُعَذِّبُهُ عَلَيْهِ إِنْ شَاءَ أَوْ
يَرْحَمُهُ، إِلَّا يَحْيَى بْنَ زَكَرِيَّا فَإِنَّهُ كَانَ سَيِّدًا وَحَصُورًا
وَنَبِيًّا مِنَ الصَّالِحِينَ»
Semua anak Adam menghadap kepada Allah dengan membawa dosa yang jika Allah
menghendaki, Dia pasti mengazabnya karena dosanya itu atau Allah
membelaskasihaninya, kecuali Yahya ibnu Zakaria. Karena sesungguhnya dia adalah
orang yang menjadi ikutan, menahan diri (dari pengaruh hawa nafsu), dan seorang
nabi serta dari keturunan orang-orang yang saleh.Kemudian Nabi Saw. membungkukkan tubuhnya ke arah sebuah kerikil kecil di tanah, lalu mengambilnya, kemudian bersabda:
«وكان
ذكره مثل هذه القذاة»
Dan tersebutlah bahwa kemaluan dia (Yahya) kecil sekali seperti batu
kerikil kecil ini.Al-Qadi Iyad di dalam kitab Asy-Syifa mengatakan, "Perlu diketahui bahwa pujian Allah Swt. kepada Yahya —yang mengatakan bahwa Yahya adalah seorang yang hasur— tidaklah seperti yang dikatakan oleh sebagian dari mereka yang mengatakan bahwa Yahya adalah lelaki yang impoten atau tidak mempunyai zakar, melainkan hal ini dibantah oleh ahli tafsir yang jeli dan para ulama ahli kritik."
Mereka mengatakan bahwa penilaian seperti itu kurang benar dan tercela, mengingat tidak pantas ditujukan kepada para nabi. Sesungguhnya makna yang dimaksud ialah bahwa Yahya terpelihara dari dosa-dosa. Dengan kata lain, dia tidak melakukannya sama sekali sehingga diumpamakan seakan-akan dia impoten.
Menurut pendapat yang lain, makna hasur ialah menahan diri dari pengaruh hawa nafsu. Menurut pendapat yang lainnya lagi Yahya tidak mempunyai selera terhadap wanita. Tetapi pendapat ini jelas bagi Anda, bahwa tidak mampu kawin merupakan suatu kekurangan. Tetapi hal yang utama ialah bila nafsu syahwat itu ada, lalu tidak dituruti adakalanya dengan menahan diri, seperti yang dilakukan oleh Nabi Isa; atau dengan pemeliharaan dari Allah Swt., seperti yang terjadi pada diri Nabi Yahya.
Selanjutnya masalah wanita ini bagi lelaki yang mampu terhadapnya, lalu ia menunaikan semua kewajibannya tanpa melalaikan kewajibannya terhadap Tuhannya, maka baginya derajat yang tinggi, yaitu seperti derajat yang diperoleh oleh Nabi kita Nabi Muhammad Saw. Sekalipun istri beliau banyak, tetapi hal tersebut tidak melalaikan dirinya dari menyembah Tuhannya, bahkan menambah pahala ibadahnya, karena memelihara kehormatan mereka, mengatur, dan menafkahi mereka serta memberi mereka petunjuk.
Bahkan beliau Saw. telah menjelaskan bahwa wanita bukanlah merupakan bagian dunianya, sekalipun bagi selainnya wanita merupakan bagian dari dunianya. Seperti yang dinyatakan di dalam salah satu sabdanya:
"حُبِّبَ
إليَّ مِنْ دُنْيَاكُمْ"
Diriku dijadikan menyukai sebagian dari urusan dunia kalian.Makna yang dimaksud ialah bahwa Nabi Saw. memuji Nabi Yahya sebagai orang yang hasur. Tetapi bukan berarti bahwa Nabi Yahya adalah seorang lelaki yang tidak dapat mendatangi wanita (kawin), melainkan makna yang dimaksud ialah sederhana saja, yaitu dia (Yahya a.s.) dipelihara oleh Allah dari perbuatan-perbuatan keji dan kotor. Akan tetapi, hal ini bukan berarti bahwa dia tidak mampu kawin dengan wanita secara halal dan menggauli mereka serta beranak dari mereka. Bahkan tersirat pula pengertian yang menunjukkan bahwa Yahya mempunyai keturunan, seperti yang tersimpul dari doa Zakaria ketika ia berdoa: Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. (Ali Imran: 38)
Seakan-akan dia mengatakan seorang anak yang mempunyai keturunan (karena dalam ayat diungkapkan dengan memakai lafaz zurriyyah yang artinya keturunan).
*******************
Firman Allah Swt.:
وَنَبِيًّا
مِنَ الصَّالِحِينَ
dan seorang nabi serta keturunan orang-orang saleh. (Ali Imran:
39)Hal ini merupakan berita gembira kedua, yaitu kenabian Yahya sesudah berita gembira kelahirannya. Berita gembira yang kedua ini lebih utama daripada yang pertama. Perihalnya sama dengan pengertian yang ada dalam ayat lain, yaitu firman Allah Swt. kepada ibu Nabi Musa a.s.:
إِنَّا
رَادُّوهُ إِلَيْكِ وَجاعِلُوهُ مِنَ الْمُرْسَلِينَ
karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya
(salah seorang) dari para rasul. (Al-Qashash: 7)Setelah nyata bagi Zakaria a.s. berita gembira tersebut, ia merasa heran akan mempunyai seorang anak, padahal usianya telah lanjut.
{قَالَ
رَبِّ أَنَّى يَكُونُ لِي غُلامٌ وَقَدْ بَلَغَنِيَ الْكِبَرُ وَامْرَأَتِي عَاقِرٌ
قَالَ}
Zakaria berkata, "Ya Tuhanku, bagaimana aku dapat beranak, sedangkan aku
telah sangat tua dan istriku pun seorang yang mandul? (Ali Imran: 40), Maka malaikat yang menyampaikan berita gembira itu berkata:
{كَذَلِكَ
اللَّهُ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ}
Demikianlah, Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya. (Ali Imran:
40)Yakni demikianlah urusan Allah itu sangat besar. Tiada sesuatu pun yang tidak mampu dilakukan-Nya, dan tiada suatu urusan pun yang berat bagi-Nya; semuanya dapat dilakukan-Nya.
{قَالَ
رَبِّ اجْعَلْ لِي آيَةً}
Zakaria berkata, "Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda."(Ali Imran:
41). Maksudnya, suatu tanda yang menunjukkan bahwa istriku telah mengandung dariku.
{قَالَ
آيَتُكَ أَلا تُكَلِّمَ النَّاسَ ثَلاثَةَ أَيَّامٍ إِلا رَمْزًا}
Allah berfirman, "Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan
manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat." (Ali Imran: 41). Yang dimaksud dengan ramzan ialah isyarat, yakni 'kamu tidak dapat berkata-kata, sekalipun kamu adalah orang yang sehat'. Seperti pengertian yang terdapat di dalam ayat lainnya, yaitu firman-Nya:
ثَلاثَ
لَيالٍ سَوِيًّا
selama tiga malam, padahal kamu sehat. (Maryam: 10)Kemudian Allah memerintahkan kepada Zakaria agar banyak berzikir, bertakbir, dan membaca tasbih selama masa tersebut. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{وَاذْكُرْ
رَبَّكَ كَثِيرًا وَسَبِّحْ بِالْعَشِيِّ وَالإبْكَارِ}
Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu
petang dan pagi hari. (Ali Imran: 41)Dalam pembahasan yang lain akan diterangkan kelanjutan dari kisah ini, yaitu dalam tafsir surat Maryam.
{وَإِذْ
قَالَتِ الْمَلائِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاكِ وَطَهَّرَكِ
وَاصْطَفَاكِ عَلَى نِسَاءِ الْعَالَمِينَ (42) يَا مَرْيَمُ اقْنُتِي لِرَبِّكِ
وَاسْجُدِي وَارْكَعِي مَعَ الرَّاكِعِينَ (43) ذَلِكَ مِنْ أَنْبَاءِ الْغَيْبِ
نُوحِيهِ إِلَيْكَ وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ إِذْ يُلْقُونَ أَقْلامَهُمْ أَيُّهُمْ
يَكْفُلُ مَرْيَمَ وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ إِذْ يَخْتَصِمُونَ (44)
}
Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril)
berkata, "Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu,
dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu).
Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud
dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk." Yang demikian itu adalah sebagian
dari berita-berita gaib yang Kami wahyukan kepada kamu (ya Muhammad); padahal
kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah
mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan
kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa.Allah Swt. menceritakan khitab malaikat yang ditujukan kepada Maryam a.s. atas perintah dari Allah Swt. yang isinya menyatakan bahwa Allah Swt. telah memilihnya menjadi wanita yang terpilih, karena ibadahnya yang banyak, zuhudnya, kemuliaannya, dan kesuciannya dari semua kotoran dan godaan setan. Allah memilihnya kembali dari suatu waktu ke waktu yang lain karena kemuliaan yang dimilikinya berada di atas semua wanita di dunia (pada masanya).
قال
عَبْدُ الرَّزَّاقِ: أَنْبَأَنَا مَعْمَر، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ
الْمُسَيَّبِ فِي قَوْلِهِ: {إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاكِ وَطَهَّرَكِ وَاصْطَفَاكِ
عَلَى نِسَاءِ الْعَالَمِينَ} قَالَ: كَانَ أَبُو هُرَيْرَةَ يُحَدِّثُ عَنْ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "خَيْرُ نِسَاءٍ رَكبْن الإبلَ
نِسَاءُ قُرَيْشٍ، أحْناهُ عَلَى وَلَدٍ فِي صِغَرِهِ، وأرْعَاهُ عَلَى زَوْجٍ فِي
ذَاتِ يَدِهِ، ولمَ تَرْكَبْ مَرْيَمُ بنْتُ عِمْرَانَ بَعِيرًا
قَطُّ".
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari
Az-Zuhri, dari Sa'id ibnul Musayyab sehubungan dengan firman-Nya:
Sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu, dan melebihkan kamu atas
segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu). (Ali Imran: 42) Bahwa
sahabat Abu Hurairah r.a. pernah menceritakan bahwa Rasulullah Saw. telah
bersabda: Sebaik-baik wanita yang naik unta ialah wanita Quraisy, paling
penyayang kepada anak semasa masih bayi, dan paling memelihara kehormatan diri
suami, sedangkan Maryam binti Imran belum pernah naik unta sama sekali.Tidak ada yang mengetengahkannya dari jalur ini selain Imam Muslim, karena sesungguhnya Imam Muslim telah meriwayatkannya dari Muhammad ibnu Rafi' dan Abdu ibnu Humaid; keduanya meriwayatkan hadis ini dari Abdur Razzaq.
قَالَ
هِشَامُ بْنُ عُرْوَة، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ جَعْفَرٍ، عَنْ
عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم يَقُولُ: "خَيْرُ نِسَائِهَا مَرْيَمُ بِنْتُ
عِمْرَانَ، وخَيْرُ نِسَائِهَا خَدِيجَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ".
Hisyam ibnu Urwah meriwayatkan dari ayahnya, dari Abdullah ibnu Ja'far, dari
Ali ibnu Abu Talib r.a. yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah
Saw. bersabda: Sebaik-baik wanitanya adalah Maryam binti Imran, dan
sebaik-baik wanitanya adalah Khadijah binti Khuwailid.Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan hadis yang semisal melalui Hisyam dengan lafaz yang sama.
قَالَ
التِّرْمِذِيُّ: حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ زَنْجَوِيْه، حَدَّثَنَا عَبْدُ
الرَّزَّاقِ، حَدَّثَنَا مَعْمَر، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَنَسٍ؛ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلم قال: "حَسْبُكَ مِنْ نِسَاءِ الْعَالَمِينَ
مَرْيَمُ ابْنَةُ عِمْرَانَ وَخَدِيجَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ وَفَاطِمَةُ بِنْتُ
مُحَمَّدٍ وَآسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ."
Imam Turmuzi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu
Zanjawaih, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan
kepada kami Ma'mar, dari Qatadah, dari Anas, bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda: Cukuplah bagimu dari wanita di dunia ini dengan Maryam binti Imran,
Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, dan Asiah istri
Fir'aun.Hadis ini hanya diketengahkan oleh Imam Turmuzi sendiri, dan ia menilainya sahih.
قَالَ
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي جَعْفَرٍ الرَّازِيُّ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: كَانَ
ثَابِتٌ البُنَاني يُحَدِّثُ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "خَيْرُ نِسَاءِ الْعَالَمِينَ أرْبَع،
مَرْيَمُ بِنْتُ عِمْرَانَ، وآسِيَةُ امْرَأةُ فِرْعَوْنَ، وَخَدِيجَةُ بِنْتُ
خُوَيْلِدٍ، وَفَاطِمَةُ بَنْتُ رَسُولِ اللهِ [صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ]
Abdullah ibnu Abu Ja'far Ar-Razi menceritakan dari ayahnya bahwa Sabit
Al-Bannani pernah menceritakan dari Anas ibnu Malik bahwa Rasulullah Saw. telah
bersabda: Sebaik-baik wanita di dunia ada empat orang, yaitu Maryam binti
Imran, Asiah istri Fir'aun, Khadijah binti Khuwailid, dan Fatimah binti
Rasulullah.Hadis ini diriwayatkan pula oleh Ibnu Murdawaih.
وَرَوَى
ابْنُ مَرْدَوَيْهِ مِنْ طَرِيقِ شُعْبَةَ، عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ قُرَّة، عَنْ
أَبِيهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "كَمُلَ
مِنَ الرِّجَالِ كَثِيرٌ وَلَمْ يَكْمُلْ مِنَ النِّسَاءِ إِلا ثَلاث: مَرْيَمُ
بِنْتُ عِمْرَانَ وَآسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ، وَخَدِيجَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ،
وَفَضْلُ عَائِشَةَ عَلَى النِّسَاءِ كَفَضْلِ الثَّرِيدِ عَلَى سَائِرِ الطَّعَامِ
"
Ibnu Murdawaih meriwayatkan pula dari jalur Syu'bah, dari Mu'awiyah ibnu
Qurrah, dari ayahnya yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Orang lelaki yang mencapai kesempurnaan banyak jumlahnya, tetapi dari
kalangan wanita hanya ada tiga orang, yaitu Maryam binti Imran, Asiah istri
Fir'aun, dan Khadijah binti Khuwailid. Sedangkan keutamaan Aisyah atas
kaum wanita sama dengan keutamaan makanan Sarid atas makanan lainnya.
وَقَالَ
ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي الْمُثَنَّى، حَدَّثَنَا آدَمُ الْعَسْقَلَانِيُّ،
حَدَّثَنَا شُعْبة، حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ مُرَّة، سَمِعْتُ مُرَّة الهَمْداني
بِحَدِيثٍ عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "كَمُلَ مِنَ الرِّجَالِ كَثِيرٌ وَلَمْ يَكْمُلْ مِنَ
النِّسَاءِ إِلا مَرْيَمُ بِنْتُ عِمْرَانَ وَآسِيَةُ امْرَأَةُ
فِرْعَوْنَ".
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Al-Musanna, telah
menceritakan kepada kami Adam Al-Asqalani, telah menceritakan kepada kami
Syu'bah, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Murrah; ia pernah mendengar
Murrah Al-Hamdani menceritakan hadis berikut dari Abu Musa Al-Asy'ari yang
menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Telah mencapai
kesempurnaan orang-orang banyak dari kalangan kaum lelaki, tetapi tidak ada yang
mencapai kesempurnaan dari kalangan kaum wanita selain Maryam binti Imran dan
Asiah istri Fir'aun.Jamaah menceritakan pula hadis ini selain Imam Abu Daud melalui berbagai jalur dari Syu'bah dengan lafaz yang sama.
Lafaz yang diketengahkan oleh Imam Bukhari adalah seperti berikut:
"كَمُلَ
مِنَ الرِّجَالِ كَثِيرٌ وَلَمْ يَكْمُلْ مِنَ النِّسَاءِ إِلا آسِيَةُ امْرَأَةُ
فِرْعَوْنَ، وَمَرْيَمُ بِنْتُ عِمْرَانَ، وَإنَّ فَضْلَ عَائِشَةَ عَلَى
النِّسَاءِ كَفَضْلِ الثَّرِيدِ عَلَى سَائِرِ الطَّعَامِ ".
Banyak dari kaum lelaki yang mencapai tingkat kesempurnaan, tetapi dari
kalangan kaum wanita tidak ada yang mencapai tingkat kesempurnaan kecuali Asiah
istri Fir'aun dan Maryam binti Imran, dan sesungguhnya keutamaan Aisyah
dibandingkan dengan wanita-wanita lainnya sama dengan keutamaan makanan Sarid di
atas semua jenis makanan.Kami memerincikan hadis ini berikut semua lafaznya dalam kisah Isa ibnu Maryam a.s. di dalam kitab kami yang berjudul Al-Bidayah wan Nihayah.
*******************
Kemudian Allah Swt. kembali menceritakan khitab para malaikat kepada Maryam,
bahwa mereka memerintahkannya untuk banyak melakukan ibadah, khusyuk, rukuk, dan
sujud serta membiasakan diri beramal, karena Allah Swt. hendak menganugerahkan
kepadanya suatu perkara yang telah ditakdirkan-Nya untuk dia. Anugerah tersebut
merupakan batu ujian baginya dan meninggikan derajatnya di dua negeri (dunia dan
akhirat). Melalui dirinya Allah akan menampilkan kekuasaan-Nya yang besar, yaitu
Allah akan menciptakan darinya seorang anak tanpa ayah. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{يَا
مَرْيَمُ اقْنُتِي لِرَبِّكِ وَاسْجُدِي وَارْكَعِي مَعَ
الرَّاكِعِينَ}
Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang
yang rukuk. (Ali Imran: 43)Yang dimaksud dengan al-qunut ialah taat dengan penuh kekhusyukan, seperti pengertian yang terkandung di dalam firman-Nya:
بَلْ
لَهُ مَا فِي السَّماواتِ وَالْأَرْضِ كُلٌّ لَهُ قانِتُونَ
Dan kepunyaan-Nyalah siapa saja yang ada di langit dan di bumi. Semuanya
hanya kepada-Nya tunduk. (Ar-Rum: 26)
قَالَ
ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى، أَخْبَرَنَا
ابْنُ وَهْبٍ، أَخْبَرَنِي عَمْرو بْنُ الْحَارِثِ: أَنَّ دَرَّاجا أَبَا السَّمْحِ
حَدَّثَهُ عَنْ أَبِي الْهَيْثَمِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صلى
الله عليه وسلم قال: "كُلُّ حَرْفٍ فِي الْقُرآنِ يُذْكَرُ فِيهِ القُنُوتُ فَهُوَ
الطَّاعَةُ".
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Abdul
A'la, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Amr
dan Ibnul Haris, bahwa Darij yang dikenal dengan sebutan Abus Samh pernah
menceritakan hadis berikut kepadanya, dari Abul Haisam, dari Abu Sa'id, dari
Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Setiap kalimat yang ada di dalam
Al-Qur'an disebut di dalamnya lafaz al-qunut, artinya taat.Ibnu Jarir meriwayatkannya pula melalui jalur Ibnu Luhai'ah dari Darij dengan lafaz yang sama, tetapi di dalam hadis ini terkandung nakarah (predikat mungkar).
Mujahid mengatakan bahwa Maryam a.s. selalu berdiri (melakukan ibadah) sehingga kedua telapak kakinya bengkak-bengkak. Al-qunut artinya rukuk yang lama di dalam salat, yakni karena mengamalkan perintah yang terkandung di dalam firman-Nya: Hai Maryam, berqunutlah kepada Tuhanmu. (Ali Imran: 43)
Al-Hasan mengatakan bahwa makna uqnuti lirabbiki ialah sembahlah Tuhanmu. sujudlah dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk. (Ali Imran: 43) Yakni jadilah kamu salah seorang dari mereka yang rukuk.
Al-Auza'i mengatakan bahwa Maryam tetap tinggal di dalam mihrabnya seraya rukuk, sujud, dan berdiri, hingga air kuning keluar dari telapak kakinya. Semoga Allah melimpahkan keridaan-Nya kepadanya dan memberinya pahala yang memuaskan.
Al-Hafiz Ibnu Asakir menyebutkan di dalam kitab Turjumah melalui jalur Muhammad ibnu Yunus Al-Kadimi (yang masih diragukan), telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Bahr ibnu Barri, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Muslim, dari Al-Auza'i, dari Yahya ibnu Abu Kasir sehubungan dengan firman-Nya: Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu dan sujudlah (kepada-Nya). (Ali Imran: 43) bahwa Maryam terus-menerus melakukan sujud hingga air kuning turun ke kedua matanya.
Ibnu Abud Dunya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Abdul Aziz, telah menceritakan kepada kami Damrah, dari Syauzab yang mengatakan bahwa Maryam a.s. selalu mandi di setiap malamnya.
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman kepada Rasul-Nya Saw. sesudah memaparkan
kepadanya dengan jelas semua kisah tersebut, yaitu:
ذلِكَ
مِنْ أَنْباءِ الْغَيْبِ نُوحِيهِ إِلَيْكَ
Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita gaib yang Kami
wahyukan kepada kamu (ya Muhammad). (Ali Imran: 44)Yang dimaksud dengan wahyu ialah kisah yang diceritakan kepada Nabi Saw.
وَما
كُنْتَ لَدَيْهِمْ
padahal kamu tidak hadir beserta mereka. (Ali Imran: 44)Yakni kamu, hai Muhammad, tidaklah bersama mereka. Karena itu, lalu kamu dapat menceritakan kepada mereka kejadian yang engkau saksikan. Melainkan Allah memperlihatkannya kepadamu hal tersebut, seakan-akan kamu ikut hadir dan menyaksikan apa yang terjadi di antara mereka ketika mereka melakukan undian perihal Maryam, yakni siapakah di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Demikian itu dilakukan karena keinginan mereka untuk mendapat pahala Allah Swt.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Qasim, telah menceritakan kepada kami Al-Husain, telah menceritakan kepadaku Hajaj, dari Ibnu Juraij, dari Al-Qasim ibnu Buzzah, bahwa ia telah menceritakan kepadanya dari Ikrimah, juga dari Bakar, dari Ikrimah yang menceritakan bahwa Maryam dikeluarkan dari kemahnya, lalu dibawa ke tempat Banil Kahin, keturunan Harun, saudara Musa a.s. Ketika itu mereka sedang mengecat bagian dari Baitul Maqdis yang letaknya lurus dengan Ka'bah. Lalu ibu Maryam berkata kepada mereka, 'Terimalah oleh kalian bayi nazirah ini, karena sesungguhnya aku telah menazarkannya untuk berkhidmat pada Baitul Maqdis. Sedangkan dia adalah bayi perempuan, dan tidak boleh ada orang berhaid yang masuk masjid, tetapi aku tidak akan membawanya kembali pulang ke rumahku." Mereka menjawab, "Ini adalah anak perempuan imam kita —Imran adalah imam salat mereka— dan pemimpin kurban kami," Maka Zakaria berkata, "Serahkanlah dia kepadaku, karena sesungguhnya bibi bayi itu adalah istriku." Mereka berkata, "Kami belum puas, mengingat dia adalah anak perempuan imam kami." Yang demikian itu terjadi ketika mereka akan melakukan undian dengan pena-pena yang biasa mereka gunakan untuk menulis kitab Taurat, dan ternyata undian yang keluar adalah pena milik Zakaria a.s. Akhirnya ia memelihara Maryam.
Ikrimah menceritakan pula, begitu juga As-Saddi, Qatadah, dan Ar-Rabi' ibnu Anas serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang, kisah sebagian dari mereka dimasukkan ke dalam kisah sebagian yang lain, bahwa mereka pergi ke Sungai Yordan, lalu melakukan undian di sungai tersebut, dengan ketentuan bahwa mereka diharuskan melempar pena-pena mereka ke dalam sungai itu. Barang siapa yang penanya tetap bertahan melawan arus air, maka dialah yang bakal memelihara Maryam. Lalu mereka melemparkan penanya masing-masing, tetapi semuanya hanyut dibawa oleh arus air sungai, kecuali pena milik Zakaria yang tetap berada di tempatnya. Menurut suatu pendapat, pena Zakaria justru bergerak melawan arus air. Selain itu Zakaria adalah pemimpin dan penghulu mereka, juga orang yang paling alim di antara mereka, serta imam dan nabi mereka.
{إِذْ
قَالَتِ الْمَلائِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٍ مِنْهُ
اسْمُهُ الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ وَجِيهًا فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ
وَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ (45) وَيُكَلِّمُ النَّاسَ فِي الْمَهْدِ وَكَهْلًا وَمِنَ
الصَّالِحِينَ (46) قَالَتْ رَبِّ أَنَّى يَكُونُ لِي وَلَدٌ وَلَمْ يَمْسَسْنِي
بَشَرٌ قَالَ كَذَلِكِ اللَّهُ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ إِذَا قَضَى أَمْرًا
فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ (47) }
(Ingatlah) ketika malaikat berkata, "Hai
Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putra
yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) dari-Nya, namanya Al-Masih Isa
putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan salah seorang di
antara orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), dan dia berbicara dengan
manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa, dan dia adalah salah seorang di
antara orang-orang yang saleh." Maryam berkata, "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku
mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-laki pun.''
Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril),
"Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya." Apabila Allah
berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya,
"Jadilah," lalu jadilah dia.Hal ini merupakan berita gembira yang disampaikan oleh malaikat kepada Maryam, bahwa kelak dia akan mempunyai seorang anak yang agung dan mempunyai peran yang besar. Allah Swt. berfirman:
{إِذْ
قَالَتِ الْمَلائِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٍ
مِنْهُ}
(Ingatlah) ketika malaikat berkata, "Hai Maryam, sesungguhnya Allah
menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putra yang diciptakan) dengan
kalimat (yang datang) dari-Nya." (Ali Imran: 45)Yakni seorang anak yang proses kejadiannya hanya melalui kalimat (perintah) dari Allah Swt., yaitu dengan ucapan, "Kun (jadilah)," maka jadilah dia. Hal inilah yang dimaksud dengan tafsir firman-Nya:
{مُصَدِّقًا
بِكَلِمَةٍ مِنَ اللَّهِ}
yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah. (Ali Imran: 39)
menurut pendapat jumhur ulama, sebagaimana yang telah disebutkan penjelasannya.
*******************
اسْمُهُ
الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ
namanya Al-Masih Isa putra Maryam. (Ali Imran: 45)Yakni nama itulah yang terkenal baginya di dunia, semua orang mukmin mengetahuinya.
Menurut sebagian ulama Salaf, ia dinamakan Al-Masih karena banyak melakukan pengembaraan. Menurut pendapat yang lainnya, ia dinamakan demikian karena kedua telapak kakinya rata, tidak ada lekukan dan tonjolannya.
Menurut pendapat yang lainnya lagi, ia dinamakan Al-Masih karena apabila ia mengusap seseorang yang mempunyai penyakit, maka dengan seizin Allah orang tersebut sembuh dari penyakitnya.
Firman Allah Swt:
{عِيسَى
ابْنُ مَرْيَمَ}
Isa putra Maryam. (Ali Imran: 45), menunjukkan pengertian bahwa namanya dinisbatkan kepada ibunya, karena ia tidak berayah.
{وَجِيهًا
فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ}
seorang terkemuka di dunia dan di akhirat, dan salah seorang di antara
orang-orang yang didekatkan (kepada Allah). (Ali Imran: 45)Artinya, dia adalah orang yang terkemuka dan mempunyai kedudukan di sisi Allah ketika di dunia, karena wahyu diturunkan oleh Allah kepadanya berupa syariat agama, dan Allah menurunkan Al-Kitab kepadanya serta hal-hal lainnya yang dianugerahkan Allah kepadanya. Sedangkan di akhirat nanti dia dapat memberi syafaat di sisi Allah terhadap orang-orang yang diizinkan-Nya untuk diberi syafaat. Lalu Allah menerima syafaatnya karena mengikuti jejak saudara-saudaranya dari kalangan ulul azmi. Semoga Allah melimpahkan salawat dan salam-Nya kepada mereka semua.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَيُكَلِّمُ
النَّاسَ فِي الْمَهْدِ وَكَهْلًا
dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa.
(Ali Imran: 46)yang isi pembicaraannya ialah menyeru manusia untuk menyembah kepada Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Hal itu dilakukan selagi ia masih bayi, sebagai mukjizat dan tanda kekuasaan Allah Swt. Juga ia berbicara setelah dewasa, yaitu ketika Allah telah menurunkan wahyu kepadanya.
وَمِنَ
الصَّالِحِينَ
dan dia adalah salah seorang di antara orang-orang yang saleh. (Ali
Imran: 46)yaitu dalam semua ucapan dan amal perbuatannya berdasarkan ilmu yang benar dan amal yang saleh.
قَالَ
مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ قُسَيط، عَنْ
مُحَمَّدِ بْنِ شُرَحْبِيلَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا تَكَلَّمَ مَوْلُود فِي صِغَرِهِ إِلَّا
عِيسَى وصَاحِبَ جُرَيْج"
Muhammad ibnu Ishaq meriwayatkan dari Yazid ibnu Abdullah ibnu Qasit, dari
Muhammad ibnu Syurahbil, dari Abu Hurairah yang menceritakan bahwa Rasulullah
Saw. pernah bersabda: Tidak ada seorang pun semasa bayinya dapat berbicara
kecuali Isa dan teman Juraij.
قَالَ
ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو الصَّقْرِ يَحْيَى بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ
قَزْعَة، حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ -يَعْنِي الْمَرْوَزِيَّ-حَدَّثَنَا جَرِيرٌ
-يَعْنِي ابْنَ حَازِمٍ-عَنْ مُحَمَّدٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "لم يَتَكَّلَمْ فِي المهدِ إِلَّا
ثَلاثَة، عِيسى، وصَبِيٌّ كَانَ فِي زَمَنِ جُرَيْج، وصبيٌّ آخَرُ"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abus Saqr Yahya
ibnu Muhammad ibnu Quza'ah, telah menceritakan kepada kami Al-Husain (yakni
Al-Marwazi), telah menceritakan kepada kami Jarir (yakni Ibnu Abu Hazim), dari
Muhammad, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Tidak ada
yang dapat berbicara di dalam buaian kecuali tiga orang, yaitu Isa, bayi yang
ada di masa Juraij, dan bayi lainnya (anak Masyitah, pent.).
*******************
Setelah Maryam mendengar berita gembira yang disampaikan oleh malaikat
kepadanya dari Allah Swt., maka ia berkata dalam munajatnya:
رَبِّ
أَنَّى يَكُونُ لِي وَلَدٌ وَلَمْ يَمْسَسْنِي بَشَرٌ
Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah
disentuh oleh seorang laki-laki pun? (Ali Imran: 47)Maryam bertanya, "Bagaimana aku dapat mempunyai anak, sedangkan aku tidak bersuami, dan tidak pula aku berniat untuk bersuami, serta aku bukan wanita yang nakal?" Maka malaikat berkata kepadanya, menjawab pertanyaan tersebut:
{كَذَلِكِ
اللَّهُ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ}
Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. (Ali Imran:
47).Yakni demikianlah urusan Allah itu Mahahebat, tiada sesuatu pun yang melemahkan-Nya, dan hal ini dijelaskan melalui firman-Nya: menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. (Ali Imran: 47) dan tidak disebutkan dengan kalimat, "Demikianlah Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya," seperti yang terdapat di dalam kisah Zakaria. Melainkan disebutkan di sini dengan jelas dan tegas bahwa Allah Swt. menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, tujuannya ialah agar tidak ada jalan bagi orang yang ingkar untuk meragukannya. Lalu hal tersebut diperkuat lagi oleh firman selanjutnya, yaitu:
{إِذَا
قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ}
Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup
berkata kepadanya, "Jadilah," lalu jadilah dia. (Ali Imran: 47)Yakni sesuatu itu jadi setelah diperintahkan oleh Allah, tanpa ada keterlambatan barang sedikit pun. Begitu Allah mengatakan, "Kun" maka jadilah ia seketika itu juga. Perihalnya sama dengan pengertian yang terkandung di dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:
وَما
أَمْرُنا إِلَّا واحِدَةٌ كَلَمْحٍ بِالْبَصَرِ
Dan perintah Kami hanyalah satu perkataan seperti kejapan mata.
(Al-Qamar. 50)Yakni sesungguhnya Kami hanya mengatakan sekali perintah tanpa mengulanginya lagi, maka terjadilah apa yang Kami kehendaki itu dengan cepat seperti kejapan mata.
{وَيُعَلِّمُهُ
الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَالتَّوْرَاةَ وَالإنْجِيلَ (48) وَرَسُولا إِلَى بَنِي
إِسْرَائِيلَ أَنِّي قَدْ جِئْتُكُمْ بِآيَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ أَنِّي أَخْلُقُ
لَكُمْ مِنَ الطِّينِ كَهَيْئَةِ الطَّيْرِ فَأَنْفُخُ فِيهِ فَيَكُونُ طَيْرًا
بِإِذْنِ اللَّهِ وَأُبْرِئُ الأكْمَهَ وَالأبْرَصَ وَأُحْيِي الْمَوْتَى بِإِذْنِ
اللَّهِ وَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا تَأْكُلُونَ وَمَا تَدَّخِرُونَ فِي بُيُوتِكُمْ
إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (49) وَمُصَدِّقًا لِمَا
بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَلأحِلَّ لَكُمْ بَعْضَ الَّذِي حُرِّمَ
عَلَيْكُمْ وَجِئْتُكُمْ بِآيَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ
(50) إِنَّ اللَّهَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ
(51) }
Dan Allah mengajarkan kepadanya Al-Kitab,
hikmah, Taurat, dan Injil. Dan (sebagai) rasul kepada Bani Israil (yang berkata
kepada mereka), "Sesungguhnya aku telah datang kepada kalian dengan membawa
sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhan kalian, yaitu aku membuat untuk kalian dari
tanah sebagai bentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor
burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari
lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati
dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepada kalian apa yang kalian makan dan
apa yang kalian simpan di rumah kalian. Sesungguhnya pada yang demikian itu
adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagi kalian, jika kalian
sungguh-sungguh beriman.'" Dan (aku datang kepada kalian) membenarkan Taurat
yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagi kalian sebagian yang telah
diharamkan untuk kalian, dan aku datang kepada kalian dengan membawa suatu tanda
(mukjizat) dari Tuhan kalian. Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan taatlah
kepadaku. Sesugguhnya Allah Tuhanku dan Tuhan kalian. Karena itu, sembahlah Dia.
Inilah jalan yang lurus."Allah Swt. berfirman menceritakan kesempurnaan berita gembira yang disampaikan oleh para malaikat kepada Maryam mengenai putranya, yaitu Isa a.s. Bahwa sesungguhnya Allah mengajarkan kepada Isa Al-Kitab dan hikmah. Menurut makna lahiriah, yang dimaksud dengan Al-Kitab ialah menulis dan mengenai hikmah. Tafsirnya telah disebutkan di dalam surat Al-Baqarah.
وَالتَّوْراةَ
وَالْإِنْجِيلَ
dan Taurat serta Injil. (Ali Imran: 48)Taurat ialah kitab yang diturunkan kepada Musa ibnu Imran, sedangkan kitab Injil ialah kitab yang diturunkan kepada Isa ibnu Maryam a.s. Disebutkan bahwa Nabi Isa a.s. hafal kitab Taurat dan kitab Injil yang diturunkan kepadanya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَرَسُولا
إِلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ}
Dan (sebagai) seorang rasul kepada Bani Israil. (Ali Imran: 49) yang berkata kepada mereka:
أَنِّي
قَدْ جِئْتُكُمْ بِآيَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ أَنِّي أَخْلُقُ لَكُمْ مِنَ الطِّينِ
كَهَيْئَةِ الطَّيْرِ فَأَنْفُخُ فِيهِ فَيَكُونُ طَيْراً بِإِذْنِ
اللَّهِ
"Sesungguhnya aku telah datang kepada kalian dengan membawa sesuatu tanda
(mukjizat) dari Tuhan kalian, yaitu aku membuat untuk kalian dari tanah sebagai
bentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan
seizin Allah." (Ali Imran: 49)Memang demikianlah yang dilakukan oleh Nabi Isa a.s. Ia membuat sebuah patung berupa seekor burung, kemudian ia meniup patung burung itu, maka dengan serta-merta patung itu menjadi burung sungguhan dan dapat terbang dengan seizin Allah Swt. Hal ini dijadikan untuknya sebagai mukjizat yang menunjukkan bahwa dia diutus oleh Allah Swt. kepada mereka.
وَأُبْرِئُ
الْأَكْمَهَ
dan aku menyembuhkan orang yang buta. (Ali Imran: 49)Menurut suatu pendapat, yang dimaksud dengan al-akmah ialah orang yang dapat melihat di siang hari, tetapi di malam hari ia tidak dapat melihat. Menurut pendapat lain adalah sebaliknya. Menurut pendapat yang lainnya, orang yang buta di kala malam hari. Sedangkan menurut pendapat yang lainnya lagi yaitu orang yang rabun.
Menurut pendapat yang lain, yang dimaksud dengan al-akmah ialah orang yang buta sejak lahirnya. Pendapat ini lebih dekat kepada kebenaran, mengingat hal ini lebih jelas menunjukkan kemukjizatannya dan lebih kuat dalam tantangannya.
Yang dimaksud dengan al-abras ialah penyakit sopak.
وَأُحْيِ
الْمَوْتى بِإِذْنِ اللَّهِ
dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah. (Ali Imran:
49)Mayoritas ulama mengatakan bahwa Allah mengutus setiap nabi dengan membekalinya mukjizat yang sesuai dengan ahli zamannya. Di zaman Nabi Musa a.s., hal yang paling terkenal di kalangan umatnya ialah permainan sihir dan mengagungkan orang-orang yang pandai sihir. Maka Allah mengutus Nabi Musa a.s. dengan membawa mukjizat yang menyilaukan mata dan membingungkan para ahli sihir. Ketika para ahli sihir merasa yakin bahwa hal yang dipamerkan oleh Musa a.s. adalah berasal dari sisi Tuhan Yang Mahabesar lagi Mahaperkasa, maka barulah mereka taat memeluk agama Nabi Musa a.s. dan jadilah mereka hamba-hamba Allah yang bertakwa.
Adapun Nabi Isa a.s., di masanya terkenal ilmu ketabiban dan ilmu biologi. Maka Nabi Isa a.s. datang kepada mereka dengan membawa mukjizat-mukjizat yang tidak ada jalan bagi seorang manusia pun untuk dapat menirunya, kecuali jika diperkuat oleh Tuhan yang membuat syariat. Karena bagaimana mungkin seorang tabib dapat mampu menghidupkan orang yang telah mati, atau menyembuhkan orang yang buta dan yang berpenyakit sopak, serta membangkitkan orang yang telah dikubur, yang seharusnya baru dapat bangkit dari kuburnya di hari kiamat nanti, yaitu hari pembalasan.
Demikian pula Nabi Muhammad Saw. Beliau diutus di zaman orang-orang yang ahli dalam hal kefasihan berbahasa, ahli dalam hal berparamasastra, dan ahli dalam bersyair secara alami. Maka beliau Saw. datang kepada mereka dengan membawa Al-Qur'an dari sisi Allah Swt.; yang seandainya berkumpul manusia dan jin untuk mendatangkan hal yang semisal atau sepuluh surat yang semisal atau sebuah surat yang semisal dengannya, niscaya mereka tidak akan mampu melakukannya untuk selama-lamanya, sekalipun sebagian dari mereka membantu sebagian yang lainnya. Hal tersebut tiada lain karena Kalam Tuhan tidaklah sama dengan perkataan makhluk-Nya sama sekali.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَأُنَبِّئُكُمْ
بِما تَأْكُلُونَ وَما تَدَّخِرُونَ فِي بُيُوتِكُمْ
dan aku kabarkan kepada kalian apa yang kalian makan dan apa yang kalian simpan di dalam rumah kalian. (Ali Imran: 49)
Artinya, aku akan menceritakan kepada kalian semua yang dimakan oleh seseorang di antara kalian sekarang dan apa yang disimpan oleh-nya di dalam rumahnya untuk keesokan harinya.
إِنَّ
فِي ذلِكَ
Sesungguhnya pada yang demikian itu. (Ali Imran: 49)Yakni dalam kesemuanya itu, dari awal sampai akhir.
لَآيَةً
لَكُمْ
adalah suatu tanda bagi kalian. (Ali Imran: 49)yang menunjukkan kebenaran dari apa yang aku datangkan kepada kalian.
إِنْ
كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ. وَمُصَدِّقاً لِما بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ
التَّوْراةِ
jika kalian sungguh-sungguh beriman, dan (aku datang kepada kalian)
membenarkan Taurat yang datang sebelumku. (Ali Imran: 49-50)Yaitu mengakui dan mengukuhkannya.
وَلِأُحِلَّ
لَكُمْ بَعْضَ الَّذِي حُرِّمَ عَلَيْكُمْ
Dan untuk menghalalkan bagi kalian sebagian yang
telah diharamkan untuk kalian. (Ali Imran: 50)Di dalam ayat ini terkandung pengertian yang menunjukkan bahwa Nabi Isa a.s. me-nasakh (merevisi) sebagian dari syariat Taurat. Hal ini merupakan pendapat yang sahih (benar) di antara kedua pendapat mengenainya.
Di antara ulama ada yang mengatakan bahwa Nabi Isa a.s. sama sekali tidak me-nasakh sesuatu hukum pun yang ada di dalam kitab Taurat, melainkan hanya menghalalkan bagi mereka sebagian hal yang diperselisihkan di antara mereka karena kesalahpahaman mereka, lalu Isa a.s. datang menyingkapkan duduk masalah yang sebenarnya. Seperti yang disebutkan dalam ayat lainnya, yaitu :
وَلِأُبَيِّنَ
لَكُمْ بَعْضَ الَّذِي تَخْتَلِفُونَ فِيهِ
dan untuk menjelaskan kepada kalian sebagian dari apa yang kalian
berselisih tentangnya. (Az-Zukhruf: 63)
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
وَجِئْتُكُمْ
بِآيَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ
dan aku datang kepada kalian dengan membawa suatu tanda (mukjizat) dari
Tuhan kalian. (Ali Imran: 50)Yakni berupa hujah dan dalil yang membuktikan kebenaran dari apa yang aku katakan kepada kalian.
{فَاتَّقُوا
اللَّهَ وَأَطِيعُونِ. إِنَّ اللَّهَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ
فَاعْبُدُوهُ}
Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku, Sesungguhnya
Allah Tuhanku dan Tuhan kalian. Karena itu, sembahlah Dia. (Ali Imran:
50-51)Maksudnya, aku dan kalian sama saja, diharuskan menyembah Allah, tunduk dan patuh kepada-Nya.
{هَذَا
صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ}
Inilah jalan yang lurus. (Ali Imran: 51)
{فَلَمَّا
أَحَسَّ عِيسَى مِنْهُمُ الْكُفْرَ قَالَ مَنْ أَنْصَارِي إِلَى اللَّهِ قَالَ
الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللَّهِ آمَنَّا بِاللَّهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّا
مُسْلِمُونَ (52) رَبَّنَا آمَنَّا بِمَا أَنزلْتَ وَاتَّبَعْنَا الرَّسُولَ
فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ (53) وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللَّهُ وَاللَّهُ
خَيْرُ الْمَاكِرِينَ (54) }
Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran dari
mereka (Bani Israil), berkatalah dia, "Siapakah yang akan menjadi
penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?" Para hawariyyin menjawab, "Kamilah penolong-penolong
(agama) Allah, kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya
kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri. Ya Tuhan kami, kami telah beriman
kepada apa yang telah Engkau turunkan dan telah kami ikuti rasul. Karena itu,
masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi (tentang
keesaan Allah)." Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas
tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.Allah Swt. berfirman:
{فَلَمَّا
أَحَسَّ عِيسَى}
Maka tatkala Isa mengetahui. (Ali Imran: 52), Yakni Isa a.s. merasakan kebulatan tekad mereka dalam kekufurannya dan keberlangsungan mereka dalam kesesatan, maka ia berkata:
{مَنْ
أَنْصَارِي إِلَى اللَّهِ}
Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama)
Allah? (Ali Imran: 52)Mujahid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah 'siapakah yang akan mengikutiku menegakkan agama Allah?'.
Sufyan As-Sauri dan lain-lainnya mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah 'siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku bersama dengan Allah?'. Pendapat Mujahid lebih dekat kepada kebenaran.
Menurut makna lahiriahnya, Nabi Isa bermaksud siapakah orang-orang yang mau menjadi penolong-penolongku untuk menyeru manusia menyembah Allah. Perihalnya sama dengan apa yang pernah dikatakan oleh Nabi Saw. dalam musim-musim haji sebelum hijrah, yaitu:
"مَنْ
رَجُل يُؤْوِيني عَلى [أَنْ] أُبَلِّغَ كلامَ رَبِّي، فإنَّ قُرَيْشًا قَدْ
مَنَعُونِي أنْ أُبَلِّغَ كَلامَ رَبِّي"
Siapakah orangnya yang mau membantuku hingga aku dapat menyampaikan kalam
Tuhanku, karena sesungguhnya orang-orang Quraisy telah melarangku untuk
menyampaikan kalam Tuhanku!Hingga beliau Saw. bersua dengan orang-orang Ansar, lalu mereka memberinya perlindungan dan pertolongan. Kemudian Nabi Saw. berhijrah kepada mereka, lalu mereka semuanya yang terdiri atas berbagai bangsa —ada yang berkulit hitam dan ada yang berkulit merah— membantunya dan melindunginya; semoga Allah melimpahkan keridaan-Nya kepada mereka (orang-orang Ansar) dan semoga Allah memberi pahala yang memuaskan mereka.
Demikian pula halnya Nabi Isa a.s. Ia dibantu oleh segolongan orang-orang dari kalangan Bani Israil, lalu mereka beriman kepadanya, membela dan menolongnya serta mengikuti cahaya yang diturunkan oleh Allah kepadanya. Karena itulah dalam ayat selanjutnya disebutkan oleh Allah Swt.:
{قَالَ
الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللَّهِ آمَنَّا بِاللَّهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّا
مُسْلِمُونَ. رَبَّنَا آمَنَّا بِمَا أَنزلْتَ وَاتَّبَعْنَا الرَّسُولَ
فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ}
Para hawariyyin menjawab, "Kamilah penolong-penolong (agama) Allah. Kami
beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang
yang menyerahkan diri. Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang telah
Engkau turunkan dan telah kami ikuti rasul. Karena itu, masukkanlah kami ke
dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi (tentang keesaan Allah). (Ali
Imran: 52-53)Al-hawariyyun, menurut suatu pendapat mereka adalah orang-orang yang bertubuh pendek. Menurut pendapat yang lainnya, mereka dinamakan hawariyyin karena pakaian yang selalu mereka kenakan berwarna putih. Menurut' pendapat yang lainnya lagi, mereka adalah para pemburu.
Menurut pendapat yang sahih, arti hawari ialah penolong. Seperti yang disebutkan di dalam kitab Sahihain, bahwa ketika Rasulullah Saw. menganjurkan kaum muslim dalam Perang Ahzab untuk bersiap-siap menghadapi peperangan, maka sahabat Az-Zubair membantu Nabi Saw. dan mengambil alih tugas ini, lalu Az-Zubair menyerukan hal tersebut kepada mereka. Maka Nabi Saw. bersabda:
"إنَّ
لِكُلِّ نَبِيٍّ حَوَاريًا وَحَوَارِيي الزُّبَيْرُ"
Setiap nabi mempunyai penolong, dan penolongku adalah Az-Zubair.Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami israil, dari Samak, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan firman-Nya: Karena itu, masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi. (Ali Imran: 53) Ibnu Abbas mengatakan bahwa yang dimaksud ialah menjadi saksi bersama-sama umat Muhammad Saw.
Sanad asar ini jayyid.
Kemudian Allah Swt. menceritakan perihal segolongan orang-orang terkemuka Bani Israil dalam rencana mereka yang hendak membinasakan Nabi Isa a.s. Mereka bertujuan ingin menimpakan kejahatan terhadapnya dan menyalibnya. Mereka semuanya bergabung untuk menentangnya dan menghasutnya ke hadapan raja di masa itu yang kafir. Mereka menyampaikan berita hasutan kepada si raja bahwa di sana ada seorang lelaki yang menyesatkan orang-orang banyak, menghalang-halangi mereka untuk taat kepada raja, merusak rakyat serta memecah-belah antara seorang ayah dan anaknya; dan hasutan-hasutan lainnya yang biasa mengakibatkan sanksi yang berat bagi pelakunya. Mereka melemparkan tuduhan terhadap Nabi Isa sebagai seorang pendusta, dan bahwa dia adalah anak zina. Hal tersebut membangkitkan kemarahan si raja, lalu ia mengirimkan orang-orangnya untuk menangkap dan menyalibnya serta menyiksanya.
Ketika mereka mengepung rumah Nabi Isa dan mereka menduga pasti dapat menangkapnya, maka Allah menyelamatkan Nabi Isa dari sergapan mereka. Allah mengangkatnya dari atap rumah tersebut ke langit. Kemudian Allah memiripkan rupa seorang lelaki yang ada di dalam rumah tersebut dengan Nabi Isa a.s.
Ketika mereka masuk ke dalam rumah itu, mereka menduga lelaki tersebut sebagai Nabi Isa dalam kegelapan malam, lalu mereka menangkapnya dan menghinanya serta menyalibnya, lalu meletakkan duri di atas kepalanya.
Hal tersebut merupakan tipu daya dari Allah terhadap mereka, karena Dia akan menyelamatkan Nabi-Nya dan mengangkatnya dari hadapan mereka ke langit, serta meninggalkan mereka bergelimangan di dalam kesesatan. Mereka menduga bahwa mereka telah berhasil mencapai sasarannya. Dan Allah menempatkan di dalam hati mereka kekerasan dan keingkaran terhadap perkara yang hak. Hal ini melekat di hati mereka, dan Allah menimpakan kepada mereka kehinaan yang tidak pernah lekang dari diri mereka sampai hari kiamat nanti. Allah Swt. berfirman:
{وَمَكَرُوا
وَمَكَرَ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ}
Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya
mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. (Ali Imran:
54)
{إِذْ
قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ
مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا وَجَاعِلُ الَّذِينَ اتَّبَعُوكَ فَوْقَ الَّذِينَ
كَفَرُوا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأَحْكُمُ
بَيْنَكُمْ فِيمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ (55) فَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا
فَأُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَمَا لَهُمْ مِنْ
نَاصِرِينَ (56) وَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
فَيُوَفِّيهِمْ أُجُورَهُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ (57) ذَلِكَ
نَتْلُوهُ عَليْكَ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ (58) }
(Ingatlah) ketika Allah berfirman, "Hai Isa,
sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu
kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan
orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari
kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembali
kalian, lalu Aku memutuskan di antara kalian tentang hal-hal yang selalu kalian
berselisih padanya." Adapun orang-orang yang kafir, maka akan Kusiksa mereka
dengan siksa yang sangat keras di dunia dan di akhirat, dan mereka tidak
memperoleh penolong. Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang
saleh, maka Allah akan memberikan kepada mereka dengan sempurna pahala amalan
mereka; dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim. Demikianlah (kisah
Isa), Kami membacakannya kepada kamu sebagian dari bukti-bukti (kerasulannya)
dan (membacakan) Al-Qur'an yang penuh hikmah.Ahli tafsir berbeda pendapat sehubungan dengan firman-Nya:
إِنِّي
مُتَوَفِّيكَ وَرافِعُكَ إِلَيَّ
Sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajal mu dan
mengangkat kamu kepada-Ku. (Ali Imran: 55)Qatadah dan lain-lainnya mengatakan bahwa ungkapan ini termasuk versi ungkapan muqaddam dan mu'akhkhar, yakni mendahulukan yang akhir dan mengakhirkan yang dahulu. Bentuk lengkapnya ialah, "Sesungguhnya Aku akan mengangkat kamu kepada-Ku dan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu, sesudah diangkat."
Ali ibnu Abu Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan mutawaffika ialah mematikan kamu.
Muhammad ibnu Ishak telah meriwayatkan dari orang yang tidak dicurigai, dari Wahb ibnu Munabbih yang mengatakan bahwa Allah mematikannya selama tiga saat (jam) pada permulaan siang hari, yaitu ketika Allah mengangkatnya kepada Dia.
Ibnu Ishaq mengatakan bahwa orang-orang Nasrani menduga bahwa Allah mematikannya selama tujuh jam, kemudian menghidupkannya kembali.
Ishaq ibnu Bisyr meriwayatkan dari Idris, dari Wahb, bahwa Allah mematikannya selama tiga hari, kemudian menghidupkannya dan mengangkatnya.
Matar Al-Waraq mengatakan, yang dimaksud ialah sesungguhnya Aku akan mewafatkan kamu dari dunia, tetapi bukan wafat dalam arti kata mati. Hal yang sama dikatakan oleh Ibnu Jarir, bahwa yuwaffihi artinya mengangkatnya.
Kebanyakan ulama mengatakan bahwa yang dimaksud dengan wafat dalam ayat ini ialah tidur, seperti pengertian yang terkandung di dalam firman-Nya:
وَهُوَ
الَّذِي يَتَوَفَّاكُمْ بِاللَّيْلِ
Dan Dialah yang menidurkan kalian di malam hari. (Al-An'am: 60)Juga dalam firman Allah Swt.:
اللَّهُ
يَتَوَفَّى الْأَنْفُسَ حِينَ مَوْتِها وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي
مَنامِها
Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang)
yang belum mati di waktu tidurnya. (Az-Zumar: 42)Disebutkan bahwa Rasulullah Saw. apabila terbangun dari tidurnya selalu membaca doa berikut, yaitu:
"الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِي أحْيَانَا بَعْدَمَا أمَاتَنَا وإلَيْهِ
النُّشُورُ"
Segala puji bagi Allah yang telah membangunkan kami sesudah
menidurkannya.Makna yang terkandung di dalam firman-Nya:
وَبِكُفْرِهِمْ
وَقَوْلِهِمْ عَلى مَرْيَمَ بُهْتاناً عَظِيماً. وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا
الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللَّهِ وَما قَتَلُوهُ وَما صَلَبُوهُ
وَلكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ
Dan karena kekafiran mereka (terhadap Isa), dan tuduhan mereka terhadap
Maryam dengan kedustaan besar (zina), dan karena ucapan mereka, "Sesungguhnya
kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah, " padahal mereka
tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah)
orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. (An-Nisa: 156-157)sampai dengan firman-Nya:
وَما
قَتَلُوهُ يَقِيناً بَلْ رَفَعَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ وَكانَ اللَّهُ عَزِيزاً
حَكِيماً. وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتابِ
إِلَّا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ وَيَوْمَ الْقِيامَةِ يَكُونُ
عَلَيْهِمْ شَهِيداً
mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa, tetapi
(sebenarnya) Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Mahaperkasa
lagi Mahabijaksana. Tidak ada seorang pun dari ahli kitab, kecuali akan beriman
kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari kiamat nanti Isa itu akan
menjadi saksi terhadap mereka. (An-Nisa: 157-159)Damir yang terdapat di dalam firman-Nya, "Qabla mautihi," kembali (merujuk) kepada Isa a.s. Dengan kata lain, tidak ada seorang pun dari ahli kitab melainkan akan beriman kepada Isa. Hal ini terjadi di saat Nabi Isa turun ke bumi sebelum hari kiamat, seperti yang akan diterangkan kemudian. Maka saat itu semua ahli kitab pasti beriman kepadanya karena menghapuskan jizyah dan tidak mau menerima kecuali agama Islam (yakni ia memerangi ahli kitab yang tidak mau masuk Islam).
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Abu Ja'far, dari ayahnya, telah menceritakan kepada kami Ar-Rabi' ibnu Anas, dari Al-Hasan, bahwa ia telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: sesungguhnya Aku akan mewafatkan kamu. (Ali Imran: 55), Yaitu wafat dengan pengertian tidur. Maksudnya, Allah mengangkatnya dalam tidurnya. Al-Hasan mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah berkata kepada orang-orang Yahudi:
"إنَّ
عِيسَى لم يَمُتْ، وَإنَّه رَاجِع إلَيْكُمْ قَبْلَ يَوْمِ
الْقَيامَةِ"
Sesungguhnya Isa itu belum mati, dan sesungguhnya dia akan kembali kepada
kalian sebelum hari kiamat.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَمُطَهِّرُكَ
مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا
serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir. (Ali Imran:
55)Yakni dengan mengangkatmu ke langit oleh-Ku.
{وَجَاعِلُ
الَّذِينَ اتَّبَعُوكَ فَوْقَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِلَى يَوْمِ
الْقِيَامَةِ}
dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang
kafir hingga hari kiamat. (Ali Imran: 55)Dan memang demikianlah kejadiannya, karena sesungguhnya ketika Al-Masih diangkat oleh Allah ke langit, semua sahabatnya berpecah-belah menjadi berbagai macam golongan dan sekte sesudah ia tiada. Di antara mereka ada yang tetap beriman kepada apa yang diturunkan oleh Allah kepadanya, yaitu bahwa dia adalah hamba Allah, rasul-Nya, dan anak dari hamba perempuan-Nya. Ada yang berlebih-lebihan dalam menganggapnya, lalu mereka menjadikannya sebagai anak Allah. Golongan yang lainnya mengatakan bahwa dia adalah Allah, dan golongan yang lainnya lagi mengatakan bahwa dia adalah salah satu dari tuhan yang tiga.
Allah Swt. menceritakan pendapat mereka di dalam Al-Qur'an dan sekaligus membantah tiap-tiap pendapat tersebut. Mereka terus-menerus dalam keadaan demikian selama masa kurang lebih tiga ratus tahun.
Kemudian muncullah bagi mereka seorang raja negeri Yunani yang dikenal dengan julukan Konstantin. Ia masuk ke dalam agama Nasrani. Menurut suatu pendapat, dia masuk ke dalam agama Nasrani sebagai siasat untuk merusaknya dari dalam, karena sesungguhnya dia adalah seorang ahli filsafat. Menurut pendapat yang lainnya lagi, dia orang yang tidak mengerti tentang agama Nasrani, tetapi dia mengubah agama Al-Masih buat mereka dan menyelewengkannya; serta melakukan penambahan dan pengurangan pada agama tersebut, lalu ia membuat kaidah-kaidah dan amanat yang besar, yang hal ini adalah merupakan pengkhianatan yang rendah. Di masanya daging babi dihalalkan, dan mereka salat menurutinya dengan menghadap ke arah timur, membuat gambar-gambar dan patung-patung di gereja-gereja dan tempat-tempat ibadah mereka atas perintahnya. Dan. dia menambahkan ke dalam puasa mereka sepuluh hari untuk menebus dosa yang telah dilakukannya, menurut dugaan mereka. Sehingga agama Al-Masih bukan lagi agama yang asli, melainkan agama Konstantin, hanya saja dia sempat membangun buat mereka banyak gereja dan tempat-tempat kebaktian yang jumlahnya lebih dari dua belas ribu rumah ibadat. Lalu ia membangun sebuah kota yang namanya diambil dari nama dirinya. Alirannya ini diikuti oleh keluarga raja dari kalangan mereka. Keadaan mereka yang demikian itu dapat mengalahkan orang-orang Yahudi. Semoga Allah membantu Yahudi dalam melawan mereka, karena Yahudi lebih dekat kepada kebenaran ketimbang mereka, sekalipun semuanya adalah orang-orang kafir. Semoga tetap atas mereka laknat Allah.
Ketika Allah mengutus Nabi Muhammad Saw., maka orang-orang yang beriman kepadanya beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya dengan iman yang benar. Mereka adalah pengikut semua nabi yang ada di bumi ini, mengingat mereka percaya kepada Rasul, Nabi yang Ummi dari Arab, penutup para rasul dan penghulu Bani Adam secara mutlak. Beliau Saw. menyeru mereka untuk percaya kepada semua perkara yang hak. Oleh karena itu, mereka lebih berhak kepada setiap nabi daripada umat nabi itu sendiri yang menduga bahwa mereka berada dalam agama dan tuntunannya, padahal mereka telah mengubah dan menyelewengkannya. Kemudian seandainya tidak ada perubahan dan tidak diselewengkan, sesungguhnya Allah telah me-nasakh syariat semua rasul dengan diutus-Nya Nabi Muhammad Saw. yang membawa agama yang hak yang tidak akan berubah dan tidak akan diganti lagi sampai hari kiamat nanti. Agamanya tetap tegak, menang, dan unggul di atas agama lainnya. Karena itulah maka Allah membukakan bagi sahabat-sahabatnya belahan timur dan barat dari dunia ini. Mereka menjelajah semua kerajaan, dan semua negeri tunduk kepada mereka. Kerajaan Kisra mereka patahkan, dan kerajaan kaisar mereka hancurkan serta semua perbendaharaannya mereka jarah, lalu dibelanjakan untuk kepentingan jalan Allah. Seperti yang diberitakan kepada mereka oleh Nabi mereka dari Tuhannya, yaitu di dalam firman-Nya:
وَعَدَ
اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الأرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ
وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ
مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا} الْآيَةَ
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian
dan mengerjakan amal-amal yang saleh, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan
mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum
mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah
diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka,
sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap
menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku.
(An-Nur: 55), hingga akhir ayat.Karena itulah, mengingat mereka adalah orang-orang yang sungguh beriman kepada Al-Masih, maka mereka dapat merebut negeri Syam dari tangan orang-orang Nasrani; dan mengusir mereka ke negeri Romawi, lalu orang-orang Nasrani kembali ke kota mereka, yaitu Konstantinopel. Islam dan para pemeluknya masih tetap berada di atas mereka sampai hari kiamat.
Nabi Saw. telah memberitakan kepada umatnya bahwa akhirnya mereka kelak akan mengalahkan Konstantinopel dan memperoleh banyak ganimah darinya serta banyak sekali pasukan Romawi yang terbunuh hingga orang-orang belum pernah melihat korban perang yang banyak seperti itu, baik sebelum ataupun sesudahnya. Kami telah menulis sehubungan dengan hal ini dalam sebuah kitab yang tersendiri.
*******************
Allah Swt. telah berfirman:
وَجاعِلُ
الَّذِينَ اتَّبَعُوكَ فَوْقَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِلى يَوْمِ الْقِيامَةِ ثُمَّ
إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأَحْكُمُ بَيْنَكُمْ فِيما كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
فَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَأُعَذِّبُهُمْ عَذاباً شَدِيداً فِي الدُّنْيا
وَالْآخِرَةِ وَما لَهُمْ مِنْ ناصِرِينَ
dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang
kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembali kalian, lalu Aku
memutuskan di antara kalian tentang hal-hal yang selalu kalian berselisih
padanya." Adapun orang-orang yang kafir, maka akan Kusiksa mereka dengan siksa
yang sangat keras di dunia dan di akhirat, dan mereka tidak memperoleh
penolong. (Ali Imran: 55-56)Demikian pula dilakukan terhadap orang-orang yang kafir kepada Al-Masih dari kalangan orang-orang Yahudi atau berlebih-lebihan menilainya atau menyanjung-nyanjungnya secara kelewat batas dari kalangan pemeluk Nasrani. Allah pasti mengazab mereka di dunia dengan pembunuhan dan ditawan serta harta benda mereka dirampas, dan kekuasaan mereka dicabut serta di akhirat kelak azab yang diterima mereka lebih keras dan lebih berat.
وَما
لَهُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ واقٍ
dan tak ada bagi mereka seorang pelindung pun dari (azab) Allah.
(Ar-Ra'd: 34)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
وَأَمَّا
الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحاتِ فَيُوَفِّيهِمْ
أُجُورَهُمْ
Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang saleh, maka
Allah akan memberikan kepada mereka dengan sempurna pahala mereka. (Ali
Imran: 57)Yakni di dunia dan di akhirat. Di dunia dengan mendapat pertolongan dan kemenangan, sedangkan di akhirat dengan mendapat surga yang tinggi.
{وَاللَّهُ
لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ}
Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim. (Ali Imran: 57)
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
ذلِكَ
نَتْلُوهُ عَلَيْكَ مِنَ الْآياتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ
Demikian (kisah Isa), Kami membacakannya
kepada kamu sebagian dari bukti-bukti (kerasulannya) dan (membacakan) Al-Qur'an
yang penuh hikmah. (Ali Imran: 58)Apa yang telah Kami ceritakan kepadamu, hai Muhammad, mengenai perkara Isa —permulaan kelahirannya dan urusan yang dialaminya— merupakan sebagian dari apa yang difirmankan oleh Allah Swt. dan diwahyukan-Nya kepadamu. Ia diturunkan kepadamu dari lauh mahfuz, maka tiada kebimbangan dan tiada keraguan padanya. Perihalnya sama dengan makna firman-Nya yang terdapat di dalam surat Maryam, yaitu:
ذلِكَ
عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ قَوْلَ الْحَقِّ الَّذِي فِيهِ يَمْتَرُونَ مَا كانَ لِلَّهِ
أَنْ يَتَّخِذَ مِنْ وَلَدٍ سُبْحانَهُ إِذا قَضى أَمْراً فَإِنَّما يَقُولُ لَهُ
كُنْ فَيَكُونُ
Demikianlah kisah Isa putra Maryam, kisah yang sesungguhnya, yang mereka
berbantah-bantahan tentang kebenarannya. Tidak layak bagi Allah mempunyai anak,
Mahasuci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata
kepadanya, "Jadilah." Maka jadilah ia. (Maryam: 34-35)Sedangkan di dalam surat ini disebutkan seperti berikut:
{إِنَّ
مَثَلَ عِيسَى عِنْدَ اللَّهِ كَمَثَلِ آدَمَ خَلَقَهُ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ
لَهُ كُنْ فَيَكُونُ (59) الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلا تَكُنْ مِنَ الْمُمْت َرِينَ
(60) فَمَنْ حَاجَّكَ فِيهِ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ فَقُلْ
تَعَالَوْا نَدْعُ أَبْنَاءَنَا وَأَبْنَاءَكُمْ وَنِسَاءَنَا وَنِسَاءَكُمْ
وَأَنْفُسَنَا وَأَنْفُسَكُمْ ثُمَّ نَبْتَهِلْ فَنَجْعَلْ لَعْنَةَ اللَّهِ عَلَى
الْكَاذِبِينَ (61) إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْقَصَصُ الْحَقُّ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلا
اللَّهُ وَإِنَّ اللَّهَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (62) فَإِنْ تَوَلَّوْا
فَإِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِالْمُفْسِدِينَ (63) }
Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi
Allah adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah,
kemudian Allah berfirman kepadanya, "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah
dia. (Apa yang telah Kami ceritakan itu), itulah yang benar, yang datang dari
Tuhanmu. Karena itu, janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu. Siapa
yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu),
maka katakanlah (kepadanya), "Marilah kita memanggil anak-anak kami dan
anak-anak kalian, istri-istri kami dan istri-istri kalian, diri kami dan diri
kalian, kemudian marilah kita ber-mubahalah kepada Allah dan kita minta supaya
laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta." Sesungguhnya ini adalah
kisah yang benar, dan tak ada Tuhan selain Allah; dan sesungguhnya Allah, Dialah
Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Kemudian jika mereka berpaling (dari
menerima kcbenaran), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui siapa-siapa
orang-orang yang berbuat kerusakan.Allah Swt. berfirman:
{إِنَّ
مَثَلَ عِيسَى عِنْدَ اللَّهِ}
Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah. (Ali Imran: 59)
dalam hal kekuasaan Allah, mengingat Allah menciptakannya tanpa melalui seorang ayah.
{كَمَثَلِ
آدَمَ}
adalah seperti (penciptaan) Adam. (Ali Imran: 59) mengingat Allah menciptakannya tanpa melalui seorang ayah dan tanpa ibu, melainkan:
{خَلَقَهُ
مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ}
Allah menciptakannya dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya,
"Jadilah!" Maka jadilah dia. (Ali Imran: 59)Tuhan yang menciptakan Adam tanpa melalui ayah dan ibu, jelas lebih mampu menciptakan Isa. Jika ada jalan untuk mendakwakan Isa sebagai anak Tuhan, mengingat ia diciptakan tanpa melalui seorang ayah, maka terlebih lagi terhadap Adam. Akan tetapi, telah dimaklumi secara sepakat bahwa anggapan seperti itu batil; terlebih lagi jika ditujukan kepada Isa a.s., maka lebih batil dan lebih jelas rusaknya.
Allah Swt. sengaja melakukan demikian dengan maksud untuk menampakkan kekuasaan-Nya kepada makhluk-Nya dengan menciptakan Adam tanpa kedua orang tua, dan menciptakan Hawa dari laki-laki tanpa wanita, serta menciptakan Isa dari wanita tanpa laki-laki, sebagaimana dia menciptakan makhluk lainnya dari jenis jantan dan jenis betina (melalui perkawinan keduanya). Karena itulah dalam surat Maryam Allah Swt. berfirman:
وَلِنَجْعَلَهُ
آيَةً لِلنَّاسِ
dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia. (Maryam:
21)Sedangkan dalam surat ini Allah Swt. berfirman:
{الْحَقُّ
مِنْ رَبِّكَ فَلا تَكُنْ مِنَ الْمُمْتَرِينَ}
Itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu. Karena itu, janganlah kamu
termasuk orang-orang yang ragu-ragu. (Ali Imran: 60)Yakni inilah pendapat (kisah) yang benar mengenai Isa yang tidak diragukan lagi, sedangkan yang lainnya tidak benar, dan tiada sesudah perkara yang benar melainkan hanya kesesatan belaka.
Selanjutnya Allah Swt. berfirman seraya memerintahkan kepada Rasul-Nya untuk melakukan mubahalah terhadap orang yang ingkar kepada kebenaran tentang Isa sesudah adanya keterangan, yaitu:
{فَمَنْ
حَاجَّكَ فِيهِ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ فَقُلْ تَعَالَوْا نَدْعُ
أَبْنَاءَنَا وَأَبْنَاءَكُمْ وَنِسَاءَنَا وَنِسَاءَكُمْ وَأَنْفُسَنَا
وَأَنْفُسَكُمْ}
Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang
meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya), "Marilah kita memanggil anak-anak
kami dan anak-anak kalian, istri-istri kami dan istri-istri kalian, diri kami
dan diri kalian. (Ali Imran: 61)Maksudnya, kita hadirkan mereka semua untuk mubahalah.
{ثُمَّ
نَبْتَهِلْ}
kemudian marilah kita bermubahalah (Ali Imran: 61) Yakni berbalas laknat.
{فَنَجْعَلْ
لَعْنَةَ اللَّهِ عَلَى الْكَاذِبِينَ}
supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta. (Ali
Imran: 61)Yaitu antara kami dan kalian, siapakah yang berhak dilaknat.
Disebutkan bahwa asbabun nuzul (latar belakang sejarah) turunnya ayat mubahalah ini dan ayat-ayat yang sebelumnya yang dimulai dari permulaan surat Ali Imran hingga ayat ini berkenaan dengan delegasi dari Najran. Bahwa orang-orang Nasrani itu ketika tiba, mereka mengemukakan hujahnya tentang Isa, dan mereka menduga bahwa Isa adalah anak dan tuhan. Maka Allah menurunkan awal dari surat Ali Imran ini untuk membantah mereka, seperti yang disebut oleh Imam Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar dan lain-lainnya.
Ibnu Ishaq mengatakan di dalam kitab Sirah-nya yang terkenal dan mengatakan pula yang lainnya bahwa delegasi orang-orang Nasrani Najran datang kepada Rasulullah Saw. terdiri atas enam puluh orang, mereka datang berkendaraan. Di antara mereka ada empat belas orang laki-laki dari kalangan orang-orang yang terhormat di kalangan mereka yang merupakan dewan penasihat mereka dalam segala urusan. Mereka adalah Al-Aqib yang nama julukannya adalah Abdul Masih, As-Sayyid (yakni Al-Aiham), Abu Harisah ibnu Alqamah (saudara Bakr ibnu Wail), Uwais ibnul Haris, Zaid, Qais, Yazid dan kedua anaknya, Khuwalid, Amr, Khalid dan Abdullah, serta Muhsin. Dewan tertinggi di antara mereka ada tiga orang, yaitu Al-Aqib yang menjabat sebagai amir mereka dan pemutus perkara serta ahli musyawarah; tiada suatu pendapat pun yang timbul melainkan dari dia. Orang yang kedua adalah Sayyid. Dia orang yang paling alim di antara mereka, pemilik kendaraan mereka, dan yang mempersatukan mereka. Sedangkan orang yang ketiga ialah Abu Harisah ibnu Alqamah; dia adalah uskup mereka dan pemimpin yang mengajari mereka kitab Injil. Pada asalnya dia adalah orang Arab, yaitu dari kalangan Bani Bakr ibnu Wail. Tetapi ia masuk agama Nasrani, lalu orang-orang Romawi dan raja-rajanya menghormatinya serta memuliakannya. Bahkan mereka membangun banyak gereja, lalu mengangkatnya sebagai pengurus gereja tersebut karena mereka mengetahui keteguhan agamanya di kalangan mereka. Padahal dia telah mengetahui perihal Rasulullah Saw. dan sifat-sifatnya serta keadaannya melalui apa yang ia ketahui dari kitab-kitab terdahulu. Akan tetapi, ia tetap berpegang kepada agama Nasrani karena sayang kepada kedudukan dan penghormatan yang diperolehnya selama itu dari kalangan pemeluk Nasrani.
Ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Ja'far ibnuz Zubair, bahwa mereka tiba di Madinah untuk bersua dengan Rasulullah Saw. Mereka masuk menemuinya di masjidnya ketika ia sedang salat Asar. Mereka datang memakai pakaian ciri khas mereka sebagai pemeluk Nasrani dengan penampilan paling baik dari kalangan kaum lelaki Banil Haris ibnu Ka'b. Orang yang melihat mereka dari kalangan sahabat Nabi Saw. pasti mengatakan, "Kami belum pernah melihat delegasi seperti mereka sesudah mereka." Waktu salat mereka telah tiba, lalu mereka berdiri di dalam masjid Rasulullah Saw. Tetapi Rasulullah Saw. bersabda, "Biarkanlah mereka." Lalu mereka salat dengan menghadap ke arah timur. Berbicaralah dengan Rasulullah Saw. wakil dari mereka yang terdiri atas Abu Harisah ibnu Alqamah, Al-Aqib Abdul Masih, dan As-Sayyid Al-Aiham. Mereka bertiga pemeluk Nasrani yang sealiran dengan agama raja mereka. Orang-orang Nasrani berselisih pendapat di antara sesama mereka. Sebagian mereka mengatakan bahwa Isa adalah tuhan, sebagian yang lain mengatakan anak tuhan, dan sebagian yang lainnya lagi mengatakan tuhan yang ketiga. Mahatinggi Allah dari ucapan mereka dengan ketinggian yang setinggi-tingginya. Begitu pula orang-orang Nasrani. Mereka mengatakan bahwa dia adalah tuhan dengan alasan karena dia dapat menghidupkan orang yang mati, menyembuhkan orang yang buta, penyakit belang dan berbagai penyakit lainnya, memberitakan masalah-masalah gaib, membuat bentuk burung dari tanah liat, lalu ia meniupnya sehingga menjadi burung sungguhan; padahal semuanya itu dengan seizin Allah, dan Allah menjadikannya demikian sebagai bukti untuk manusia. Orang-orang Nasrani berhujah sehubungan dengan ucapan mereka yang mengatakan bahwa Isa adalah putra tuhan, mereka mengatakan bahwa dia tidak punya ayah yang diketahui dan dapat berbicara dalam buaian dengan pembicaraan yang belum pernah dilakukan oleh seorang manusia pun sebelumnya. Sedangkan mereka yang berhujah bahwa Isa adalah tuhan yang ketiga mengatakan bahwa perkataan Isa sama dengan perkataan tuhan, yaitu kami lakukan, kami perintahkan, kami ciptakan, dan kami putuskan. Mereka berkata, "Seandainya dia hanya seorang, niscaya dia tidak mengatakan kecuali aku lakukan, aku perintahkan, dan aku putuskan serta aku ciptakan. Maka hal ini menunjukkan tuhan, Isa dan Maryam." Mahatinggi dan Mahasuci Allah Swt. dari apa yang dikatakan oleh orang-orang yang zalim dan orang-orang yang ingkar itu dengan ketinggian yang setinggi-tingginya. Untuk menjawab masing-masing pendapat tersebut, diturunkanlah Al-Qur'an. Ketika dua pendeta berbicara kepada Rasulullah Saw., maka beliau bersabda kepada keduanya, "Masuk Islamlah kamu." Keduanya menjawab, "Kami telah Islam." Nabi Saw. bersabda, "Kamu belum masuk Islam, maka masuk Islamlah." Keduanya menjawab, "Tidak, kami telah Islam." Nabi Saw. bersabda, "Kamu berdua dusta, kamu bukan orang Islam karena pengakuanmu bahwa Allah beranak, menyembah salib, dan makan daging babi." Keduanya bertanya, "Siapakah bapaknya, hai Muhammad?" Rasulullah Saw. diam, tidak menjawab keduanya. Maka Allah menurunkan sehubungan dengan peristiwa tersebut penjelasan mengenai perkataan mereka dan perselisihan yang terjadi di antara mereka, yaitu pada permulaan surat Ali Imran sampai dengan delapan puluh ayat lebih darinya.
Selanjutnya Ibnu Ishaq mengemukakan tafsir ayat-ayat tersebut, lalu melanjutkan kisahnya, bahwa setelah diturunkan berita dari Allah kepada Rasulullah Saw. dan cara untuk memutuskan perkara yang terjadi antara dia dan mereka, yaitu Allah menganjurkan kepadanya untuk menantang mereka bermubahalah jika mereka mengajukan pertanyaan seperti itu kepadanya. Maka Nabi Saw. mengajak mereka ber-mubahalah. Akhirnya mereka takut dan berkata, "Hai Abul Qasim (nama julukan Nabi Saw. di kalangan mereka), berilah waktu bagi kami untuk mempertimbangkan perkara kami ini, setelah itu kami akan datang kembali kepadamu memutuskan apa yang telah kami rembukkan bersama orang-orang kami tentang ajakanmu itu." Mereka pergi meninggalkan Nabi Saw., lalu berembuk dengan Al-Aqib yang merupakan orang paling berpengaruh di antara mereka. Mereka berkata kepadanya, "Hai Abdul Masih, bagaimanakah menurut pendapatmu?" Al-Aqib menjawab, "Demi Allah, hai orang-orang Nasrani, sesungguhnya kalian telah mengetahui bahwa Muhammad adalah seorang nabi yang diutus. Sesungguhnya dia telah datang kepada kalian dengan membawa berita perihal teman kalian (Isa) secara rinci dan benar. Sesungguhnya kalian telah mengetahui bahwa tidak sekali-kali suatu kaum berani ber-mubahalah (berbalas laknat) dengan seorang nabi, lalu orang-orang dewasa mereka masih hidup dan anak-anak mereka masih ada. Sesungguhnya tawaran ini untuk memberantas kalian, jika kalian mau melakukannya. Sesungguhnya jika kalian masih ingin tetap berpegang kepada agama kalian dan pendapat kalian sehubungan dengan teman kalian (Isa), maka pamitlah kepada lelaki ini (Nabi Saw.), lalu kembalilah ke negeri kalian." Lalu mereka datang kepada Nabi Saw. dan berkata, "Wahai Abul Qasim, kami telah sepakat untuk tidak bermubahalah denganmu dan meninggalkan (membiarkan)mu tetap pada agamamu dan kami tetap pada agama kami. Tetapi kirimkanlah bersama kami seorang lelaki dari kalangan sahabatmu yang kamu sukai buat kami, kelak dia akan memutuskan banyak hal di antara kami yang kami berselisih pendapat mengenainya dalam masalah harta benda, karena sesungguhnya kalian di kalangan kami mendapat simpati."
Muhammad ibnu Ja'far mengatakan bahwa setelah itu Rasulullah Saw. bersabda, "Datanglah kalian kepadaku sore hari, maka aku akan mengirimkan bersama kalian seorang yang kuat lagi dipercaya."
Tersebutlah bahwa Umar ibnul Khattab r.a. sehubungan dengan peristiwa tersebut mengatakan, "Aku belum pernah menginginkan imarah (jabatan) sama sekali seperti pada hari itu. Pada hari itu aku berharap semoga dirikulah yang terpilih untuk menjabatnya. Maka aku berangkat untuk melakukan salat Lohor ketika waktu hajir (panas matahari mulai terik). Setelah Rasulullah Saw. salat Lohor dan bersalam, lalu beliau melihat ke arah kanan dan kirinya, sedangkan aku menonjolkan kepalaku dengan harapan beliau melihatku. Akan tetapi, pandangan mata beliau masih terus mencari-cari, dan akhirnya beliau melihat Abu Ubaidah ibnul Jarrah. Maka beliau memanggilnya, lalu bersabda, 'Berangkatlah bersama mereka dan jalankanlah peradilan di antara mereka dengan benar dalam hal yang mereka perselisihkan'."
Umar melanjutkan kisahnya, bahwa pada akhirnya Abu Ubaidah-lah yang terpilih untuk melakukan tugas itu.
Ibnu Murdawaih meriwayatkan melalui jalur Muhammad ibnu Ishaq, dari Asim ibnu Umar ibnu Qatadah, dari Mahmud ibnu Labid, dari Rafi' ibnu Khadij yang menceritakan bahwa delegasi Najran datang menghadap Rasulullah Saw. hingga akhir hadis yang isinya semisal dengan hadis di atas. Hanya dalam riwayat ini disebutkan bahwa Nabi Saw. bersabda kepada orang-orang yang terhormat (dari kalangan mereka) yang jumlahnya ada dua belas orang. Sedangkan kisah hadis lainnya lebih panjang daripada hadis di atas dengan tambahan-tambahan lainnya.
قَالَ
الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا عَبَّاسُ بْنُ الْحُسَيْنِ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ
آدَمَ، عَنْ إِسْرَائِيلَ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ صِلَة بْنِ زُفَر، عَنْ
حُذَيْفَةَ قَالَ: جَاءَ العاقبُ والسيدُ صَاحِبًا نَجْرَانَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُرِيدَانِ أن
يُلَاعِنَاهُ،
قَالَ: فَقَالَ أَحَدُهُمَا لِصَاحِبِهِ: لَا تَفْعَلْ، فَوَاللَّهِ إِنْ كَانَ
نَبِيًّا فَلَاعَنَّاهُ لَا نفلحُ نحنُ وَلَا عَقبنا مِنْ بَعْدِنَا. قَالَا إِنَّا
نُعْطِيكَ مَا سَأَلْتَنَا، وَابْعَثْ مَعَنَا رَجُلًا أَمِينًا، وَلَا تَبْعَثْ
مَعَنَا إِلَّا أَمِينًا. فَقَالَ: "لأبْعَثَنَّ مَعَكُمْ رَجُلا أَمِينًا حَقَّ
أمِينٍ"، فاستشرفَ لَهَا أصحابُ رسول الله صلى الله عليه وسلم، فَقَالَ: "قُمْ يَا
أبَا عُبَيْدَةَ بْنَ الْجَرَّاحِ" فَلَمَّا قَامَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "هَذَا أمِينُ هَذِهِ الأمَّةِ".
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abbas ibnul Husain,
telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Adam, dari Israil, dari Abu Ishaq,
dari Silah ibnu Zufar, dari Huzaifah r.a. yang menceritakan hadis berikut, bahwa
Al-Aqib dan As-Sayyid —pemimpin orang-orang Najran— datang menghadap Rasulullah
Saw. dengan maksud untuk melakukan mubahalah dengan Rasulullah Saw. Salah
seorang berkata kepada temannya, "Jangan kamu lakukan. Demi Allah, seandainya
dia adalah seorang nabi, lalu kita melakukan mula'anah (berbalas laknat)
terhadapnya, niscaya kita ini tidak akan beruntung, tidak pula bagi anak cucu
kita sesudah kita." Akhirnya keduanya mengatakan, "Sesungguhnya kami setuju
memberimu apa yang kamu minta dari kami (yakni jizyah). Tetapi kirimkanlah
bersama kami seorang lelaki yang amin (dapat dipercaya), dan janganlah engkau
kirimkan bersama dengan kami melainkan seorang yang dapat dipercaya." Maka
Rasulullah Saw. menjawab: Aku sungguh-sungguh akan mengirimkan bersama kalian
seorang lelaki yang benar-benar dapat dipercaya. Maka sahabat-sahabat
Nabi Saw. mengharapkan untuk diangkat menjadi orang yang mengemban tugas ini.
Lalu Rasulullah Saw. bersabda: "Berdirilah engkau, hai Abu Ubaidah ibnul
Jarrah." Ketika Abu Ubaidah berdiri, maka Rasulullah Saw. bersabda,
"Inilah orang yang dipercaya dari kalangan umat ini."Hadis riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim, Imam Turmuzi, Imam Nasai, dan Ibnu Majah melalui jalur Israil, dari Abu Ishaq, dari Silah, dari Huzaifah dengan lafaz yang semisal.
Imam Ahmad meriwayatkan pula, begitu pula Imam Nasai dan Imam Ibnu Majah, melalui hadis Israil, dari Abu Ishaq, dari Silah, dari Ibnu Mas'ud dengan lafaz yang semisal.
قَالَ
الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ خَالِدٍ،
عَنْ أَبِي قِلابة، عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ: "لِكُلِّ أُمَّةٍ أمينٌ وَأَمِينُ هَذِهِ الأمَّة أبُو عُبَيْدَةَ بْنُ
الْجَرَّاحِ"
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Walid, telah
menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Khalid, dari Abu Qilabah, dari Anas, dari
Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Setiap umat memiliki amin (orang yang
dipercaya)nya sendiri, dan amin dari umat ini adalah Abu Ubaidah ibnul
Jarrah.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ يَزِيدَ الرَّقِّي أَبُو
يَزِيدَ، حَدَّثَنَا فُرَات، عَنْ عَبْدِ الْكَرِيمِ ابن مَالِكٍ الجزَري" عَنْ
عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَالَ أَبُو جَهْلٍ: إِنْ رأيتُ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي عِنْدَ الْكَعْبَةِ
لَآتِيَنَّهُ حَتَّى أطَأ عَلَى عُنُقِهِ. قَالَ: فَقَالَ: "لَوْ فعلَ لأخَذته
الملائكةُ عِيَانًا، وَلَوْ أَنَّ الْيَهُودَ تمنَّوا الْمَوْتَ لَمَاتُوا
وَرَأَوْا مَقَاعِدَهُمْ مِنَ النَّارِ، وَلَوْ خَرَجَ الَّذِينَ يُبَاهِلُونَ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لرَجَعوا لَا يَجِدُونَ مَالًا
وَلَا أَهْلًا"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Yazid
Ar-Ruqqi Abu Yazid, telah menceritakan kepada kami Qurrah, dari Abdul Karim ibnu
Malik Al-Jazari, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa Abu Jahal
pernah mengatakan, "Seandainya aku melihat Muhammad sedang salat di dekat
Ka'bah, aku benar-benar akan mendatanginya, lalu aku akan menginjak lehernya."
Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, bahwa Rasulullah SAW bersabda: Seandainya
dia (Abu Jahal) melakukannya, niscaya malaikat akan membinasakannya secara
terang-terangan, dan seandainya orang-orang Yahudi itu mengharapkan kematian
dirinya, niscaya mereka benar-benar akan mati, dan niscaya mereka akan melihat
tempat mereka di neraka. Dan seandainya orang-orang yang berangkat untuk
melakukan mubahalah terhadap Rasulullah Saw. (secara sungguhan), niscaya
sepulangnya mereka ke tempat kediamannya benar-benar tidak menjumpai lagi harta
dan keluarganya.Imam Bukhari, Imam Turmuzi, dan Imam Nasai meriwayatkan hadis ini melalui Abdur Razzaq, dari Ma'mar, dari Abdul Karim dengan lafaz yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan lagi sahih.
Imam Baihaqi di dalam kitab Dalaitun Nubuwwah meriwayatkan kisah delegasi Najran ini dengan kisah yang panjang sekali. Kami akan mengetengahkannya, mengingat di dalamnya terkandung banyak faedah; sekalipun di dalamnya terkandung hal yang aneh, tetapi ada kaitannya dengan pembahasan kita sekarang ini.
قَالَ
الْبَيْهَقِيُّ:حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ وَأَبُو سَعِيدٍ
مُحَمَّدُ بْنُ مُوسَى بْنِ الْفَضْلِ، قَالَا حَدَّثَنَا أَبُو الْعَبَّاسِ
مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ، حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ الْجَبَّارِ،
حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ بُكَيْر، عَنْ سَلَمَةَ بْنِ عبدِ يَسُوع، عَنْ أَبِيهِ،
عَنْ جَدِّهِ قَالَ يُونُسُ -وَكَانَ نَصْرَانِيًّا فَأَسْلَمَ-: إِنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَتَبَ إِلَى أَهْلِ نَجْرَانَ قَبْلَ
أَنْ يَنْزِلَ عَلَيْهِ طس سُلَيْمَانَ: "بِاسْم إلَهِ إِبْرَاهِيمَ وإسْحَاقَ
ويَعْقُوبَ، مِنْ مُحَمَّدٍ الَّنِبيِّ رَسُولِ اللهِ إلَى
أسْقف
نَجْرانَ
وأهْلِ نَجْرانَ سِلْم أَنْتُم، فإنِّي أحْمَدُ إلَيْكُمْ إلَهَ إبْرَاهِيمَ
وإِسْحَاقَ ويَعْقُوبَ. أَمَّا بَعْدُ، فإنِّي أَدْعُوكُم إلَى عِبَادَةِ اللهِ
مِنْ عِبَادَةِ الْعِبَادِ، وأدْعُوكُمْ إلَى وِلايَةِ اللهِ مِنْ وِلايَةِ
الْعِبَادِ، فَإِنْ أَبَيْتُمْ فَالْجِزْيَةُ، فَإِنْ أَبَيْتُمْ آذَنْتُكُمْ
بِحَرْبٍ والسَّلامُ".
فَلَمَّا
أَتَى الْأُسْقُفَ الْكِتَابُ فَقَرَأَهُ فَظعَ بِهِ، وذَعَره ذُعرًا شَدِيدًا،
وَبَعَثَ إِلَى رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ نَجْرَانَ يُقَالُ لَهُ: شُرَحْبيل بْنُ وَداعة
-وَكَانَ مِنْ هَمْدان وَلَمْ يَكُنْ أَحَدٌ يُدْعَى إِذَا نَزَلَتْ مُعْضلة
قَبْلَه، لَا الْأَيْهَمُ وَلَا السِّيد وَلَا الْعَاقِبُ-فَدَفَعَ الأسْقُفُ كتابَ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى شُرَحْبيل، فَقَرَأَهُ،
فَقَالَ الْأَسْقُفُ: يَا أَبَا مريمَ، مَا رَأْيُكَ ؟ فَقَالَ شُرَحْبِيلُ: قَدْ
عَلِمْتَ مَا وَعَدَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ فِي ذُرِّيَّةِ إِسْمَاعِيلَ مِنَ
النُّبُوَّةِ، فَمَا يُؤْمنُ أَنْ يَكُونَ هَذَا هُوَ ذَاكَ الرَّجُلُ، لَيْسَ لِي
فِي النُّبُوَّةِ رَأْيٌ، وَلَوْ كَانَ أَمْرٌ مِنْ أُمُورِ الدُّنْيَا لَأَشَرْتُ
عَلَيْكَ فِيهِ بِرَأْيِي، وجَهِدتُ لَكَ، فَقَالَ لَهُ الْأَسْقُفُ: تَنَحَّ
فَاجْلِسْ. فَتَنَحَّى شُرَحْبِيلُ فَجَلَسَ نَاحِيَةً، فَبَعَثَ الْأَسْقُفُ إِلَى
رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ نَجْرَانَ، يُقَالُ لَهُ: عَبْدُ اللَّهِ بْنُ شُرَحْبِيلَ،
وَهُوَ مِنْ ذِي أَصْبَحَ مِنْ حمْير، فَأَقْرَأَهُ الْكِتَابَ، وَسَأَلَهُ عَنِ
الرَّأْيِ فِيهِ، فَقَالَ لَهُ مِثْلَ قَوْلِ شُرَحْبِيلَ، فَقَالَ لَهُ
الْأَسْقُفَ: فَاجْلِسْ، فتَنَحى فَجَلَسَ نَاحِيَةً. وَبَعَثَ الْأَسْقُفُ إِلَى
رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ نَجْرَانَ، يُقَالُ لَهُ: جَبَّارُ بْنُ فَيْضٍ، مِنْ بَنِي
الْحَارِثِ بْنِ كَعْبٍ، أَحَدُ بَنِي الْحَمَاسِ، فَأَقْرَأَهُ الْكِتَابَ،
وَسَأَلَهُ عَنِ الرَّأْيِ فِيهِ؟ فَقَالَ لَهُ مِثْلَ قَوْلِ شُرَحبيل وَعَبْدِ
اللَّهِ، فَأَمْرَهُ الْأَسْقُفَ فَتَنَحَّى فَجَلَسَ نَاحِيَةً.
فَلَمَّا
اجْتَمَعَ الرَّأْيُ مِنْهُمْ عَلَى تِلْكَ الْمَقَالَةِ جَمِيعًا، أَمَرَ
الْأَسْقُفُ بِالنَّاقُوسِ فضُرب بِهِ، ورُفعت النِّيرَانُ وَالْمُسُوحُ فِي
الصَّوَامِعِ، وَكَذَلِكَ كَانُوا يَفْعَلُونَ إِذَا فَزعوا بِالنَّهَارِ، وَإِذَا
كَانَ فزعُهم لَيْلًا ضَرَبُوا بِالنَّاقُوسِ، وَرَفُعِتِ النِّيرَانُ فِي
الصَّوَامِعِ، فَاجْتَمَعُوا حِينَ ضُرِبَ بِالنَّاقُوسِ وَرُفِعَتِ الْمُسُوحُ
أَهْلَ الْوَادِي أَعْلَاهُ وَأَسْفَلَهُ -وطولُ الْوَادِي مَسِيرة يَوْمٍ
لِلرَّاكِبِ السَّرِيعِ، وَفِيهِ ثَلَاثٌ وَسَبْعُونَ قَرْيَةً، وَعِشْرُونَ
وَمِائَةُ أَلْفِ مُقَاتِلٍ. فَقَرَأَ عَلَيْهِمْ كتابَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَسَأَلَهُمْ عَنِ الرَّأْيِ فِيهِ، فَاجْتَمَعَ رأيُ
أَهْلِ الرَّأْيِ مِنْهُمْ عَلَى أَنْ يَبْعَثُوا شُرَحْبِيلَ بْنَ ودَاعة
الْهَمْدَانِيَّ، وَعَبْدَ اللَّهِ ابن شُرَحبيل الْأَصْبَحِيَّ، وَجَبَّارَ بْنَ
فَيْضٍ الْحَارِثِيَّ، فَيَأْتُونَهُمْ بِخَبَرِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَانْطَلَقَ الْوَفْدُ حَتَّى إِذَا كَانُوا بِالْمَدِينَةِ
وَضَعُوا ثِيَابَ السَّفَرِ عَنْهُمْ، وَلَبِسُوا حُلَلا لَهُمْ يَجُرُّونَهَا مِنْ
حِبَرَةٍ، وَخَوَاتِيمَ الذَّهَبِ، ثُمَّ انْطَلَقُوا حَتَّى أَتَوْا رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَسَلَّمُوا عَلَيْهِ، فَلَمْ يَرُدَّ
عَلَيْهِمْ وَتَصَدَّوْا لِكَلَامِهِ نَهَارًا طَوِيلًا فَلَمْ يُكَلِّمْهُمْ
وَعَلَيْهِمْ تِلْكَ الْحُلَلُ وخواتيم الذهب. فانطلقوا يتبعون عثمان ابن عَفَّانَ
وَعَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ عَوْفٍ، وَكَانَا مَعْرفة لَهُمْ، فَوَجَدُوهُمَا فِي
نَاسٍ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ فِي مَجْلِسٍ، فَقَالُوا: يَا عُثْمَانُ
وَيَا عَبْدَ الرَّحْمَنِ، إِنْ نَبِيَّكُمْ كَتَبَ إِلَيْنَا بِكِتَابٍ،
فَأَقْبَلْنَا مُجِيبِينَ لَهُ، فَأَتَيْنَاهُ فَسَلَّمْنَا عَلَيْهِ فَلَمْ
يَرُدَّ سَلَامَنَا، وَتَصَدَّيْنَا لِكَلَامِهِ نَهَارًا طَوِيلًا فَأَعْيَانَا
أَنْ يُكَلِّمَنَا، فَمَا الرَّأْيُ مِنْكُمَا، أَتَرَوْنَ أَنْ نَرْجِعَ؟ فَقَالَا
لِعَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ -وَهُوَ فِي
الْقَوْمِ-:
مَا تَرَى يَا أَبَا الْحَسَنِ فِي هَؤُلَاءِ الْقَوْمِ؟ فَقَالَ عَليّ لِعُثْمَانَ
وَلِعَبْدِ الرَّحْمَنِ: أَرَى أَنْ يَضَعُوا حُللهم هَذِهِ وَخَوَاتِيمَهُمْ،
وَيَلْبَسُوا ثِيَابَ سَفَرِهِمْ ثُمَّ يَعُودَا إِلَيْهِ. فَفَعَلُوا فَسَلَّمُوا،
فَرَدَّ سَلَامَهُمْ، ثُمَّ قَالَ: "والَّذِي بَعَثَنِي بِالحَقِّ لَقَدْ أَتَوْنِي
الْمرَّةَ الأولَى، وإنَّ إبْلِيسَ لَمَعَهُم" ثُمَّ سَاءَلَهُمْ وَسَاءَلُوهُ،
فَلَمْ تَزَلْ بِهِ وَبِهِمُ الْمَسْأَلَةُ حَتَّى قَالُوا: مَا تَقُولُ فِي
عِيسَى، فَإِنَّا نَرْجِعُ إِلَى قَوْمِنَا وَنَحْنُ نَصَارَى، يَسُرُّنَا إِنْ
كُنْتَ نَبِيًّا أَنْ نَسْمَعَ مَا تَقُولُ فِيهِ ؟ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا عِنْدِي فِيهِ شِيء يَوْمِي هَذَا، فَأَقِيمُوا
حَتَّى أُخْبِرَكُمْ بِمَا يَقُولُ لِي رَبِّي فِي عيسَى". فَأَصْبَحَ الْغَدُ
وَقَدْ أَنْزَلَ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ، هَذِهِ الْآيَةَ: {إِنَّ مَثَلَ عِيسَى
عِنْدَ اللَّهِ كَمَثَلِ آدَمَ [خَلَقَهُ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُنْ
فَيَكُونُ. الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلا تَكُنْ مِنَ الْمُمْتَرِينَ. فَمَنْ
حَاجَّكَ فِيهِ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ فَقُلْ تَعَالَوْا نَدْعُ
أَبْنَاءَنَا وَأَبْنَاءَكُمْ وَنِسَاءَنَا وَنِسَاءَكُمْ وَأَنْفُسَنَا
وَأَنْفُسَكُمْ ثُمَّ نَبْتَهِلْ فَنَجْعَلْ لَعْنَةَ اللَّهِ عَلَى]
الْكَاذِبِينَ} فَأَبَوْا أَنْ يُقِرُّوا بِذَلِكَ، فَلَمَّا أَصْبَحَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْغَدَ بَعْدَ مَا أَخْبَرَهُمُ
الْخَبَرَ، أَقْبَلَ مُشْتَمِلًا عَلَى الْحَسَنِ وَالْحُسَيْنِ فِي خَمِيل لَهُ
وَفَاطِمَةُ تَمْشِي عِنْدَ ظَهْرِهِ لِلْمُلَاعَنَةِ، وَلَهُ يَوْمَئِذٍ عِدَّةُ
نِسْوَةٍ، فَقَالَ شُرَحْبِيلُ لِصَاحِبَيْهِ: قَدْ عَلِمْتُمَا أَنَّ الْوَادِيَ
إِذَا اجْتَمَعَ أَعْلَاهُ وَأَسْفَلُهُ لَمْ يَرِدُوا وَلَمْ يَصْدُرُوا إِلَّا
عَنْ رَأْيِي وَإِنِّي وَاللَّهِ أَرَى أَمْرًا ثَقِيلًا وَاللَّهِ لَئِنْ كَانَ
هَذَا الرَّجُلُ مَلِكًا مَبْعُوثًا، فَكُنَّا أَوَّلَ الْعَرَبِ طَعَنَ فِي
عَيْنَيْهِ وَرَدَّ عَلَيْهِ أَمْرَهُ، لَا يَذْهَبُ لَنَا مِنْ صَدْرِهِ وَلَا
مِنْ صُدُورِ أَصْحَابِهِ حَتَّى يُصِيبُونَا بِجَائِحَةٍ، وَإِنَّا لَأَدْنَى
الْعَرَبِ مِنْهُمْ جِوَارًا، وَلَئِنْ كَانَ هَذَا الرَّجُلُ نَبِيًّا مُرْسَلًا
فلاعَنَّاه لَا يَبْقَى عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ مِنَّا شَعْر وَلَا ظُفُر إِلَّا
هَلَكَ. فَقَالَ لَهُ صَاحِبَاهُ: يَا أَبَا مَرْيَمَ، فَمَا الرَّأْيُ؟ فَقَالَ:
أَرَى أَنْ أُحَكِّمَهُ، فَإِنِّي أَرَى رَجُلًا لَا يَحْكُمُ شَطَطًا أَبَدًا.
فَقَالَا لَهُ: أَنْتَ وَذَاكَ. قَالَ: فَلَقِيَ شرحبيلُ رسولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ لَهُ: إِنِّي قَدْ رَأَيْتُ خَيْرًا مِنْ
مُلَاعَنَتِكَ. فَقَالَ: "وَمَا هُوَ؟ " فَقَالَ: حُكْمُكَ الْيَوْمَ إِلَى
اللَّيْلِ وَلَيْلَتُكَ إِلَى الصَّبَاحِ، فَمَهْمَا حَكَّمْتَ فِينَا فَهُوَ
جَائِزٌ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَعَلَّ
وَرَاءكَ أحَدًا يَثْرِبُ عَلْيكَ؟ " فَقَالَ شُرَحْبِيلُ: سَلْ صَاحِبَيَّ.
فَسَأَلَهُمَا فَقَالَا مَا يَرِدُ الْوَادِي وَلَا يَصْدرُ إِلَّا عَنْ رَأْيِ
شُرَحْبِيلَ: فَرَجع رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ
يُلَاعِنْهُمْ، حَتَّى إِذَا كَانَ الْغَدُ أَتَوْهُ فَكَتَبَ لَهُمْ هَذَا
الْكِتَابَ: "بِسْم اللَّهِ الرحمنِ الرَّحِيم، هَذَا مَا كَتَبَ مُحَمَّدٌ
النَّبِي رَسُولُ اللهِ لِنَجْرَانَ -إنْ كَانَ عَلَيْهِمْ حُكْمَهُ-فِي كُلِّ
ثَمَرَةٍ وَكُلِّ صَفْرَاءَ وَبَيْضَاءَ وَسَودَاءَ وَرَقِيقٍ فَاضِلٍ عَلَيْهِمْ،
وتَرْك ذَلِكَ كُلُّهُ لَهُمْ، عَلَى أَلْفَي حُلَّةٍ، فِي كُلِّ رَجَبٍ أَلْفُ
حُلَّةٍ، وفِي كُلِّ صَفَرٍ ألْفُ حُلَّةٍ" وَذَكَرَ تَمَامَ الشُّرُوطِ
وَبَقِيَّةَ السِّيَاقِ .
Imam Baihaqi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah Al-Hafiz
Abu Sa'id dan Muhammad ibnu Musa ibnul Fadl; keduanya mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Abul Abbas Muhammad ibnu Ya'qub, telah menceritakan
kepada kami Ahmad ibnu Abdul Jabbar, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu
Bukair, dari Salamah ibnu Abdu Yusu', dari ayahnya, dari kakeknya, bahwa Yunus
—yang tadinya beragama Nasrani, kemudian masuk Islam— menceritakan bahwa
sesungguhnya Rasulullah Saw. mengirim surat kepada penduduk Najran sebelum
diturunkan kepada beliau surat Ta Sin Sulaiman, yang bunyinya seperti
berikut: Dengan menyebut nama Tuhan Nabi Ibrahim, Nabi Ishaq, dan Nabi
Ya'qub, dari Muhammad, nabi utusan Allah, ditujukan kepada Uskup Najran dan
penduduk Najran. Masuk Islamlah. Sesungguhnya aku menganjurkan kepada kalian
untuk memuji Tuhan Nabi Ibrahim, Nabi Ishaq, dan Nabi Ya'qub. Amma Ba'du:
Sesungguhnya aku mengajak kalian untuk menyembah Allah dan meninggalkan
menyembah sesama makhluk; aku mengajak kalian untuk membantu (agama) Allah dan
tidak membantu (agama buatan) makhluk. Jika kalian menolak, maka kalian
harus membayar jizyah; dan jika kalian menolak (membayar jizyah), maka aku
mempermaklumatkan perang terhadap kalian. Wassalam. Ketika surat itu
sampai ke tangan uskup yang dimaksud, lalu ia membacanya, maka ia sangat
terkejut dan hatinya sangat takut. Lalu ia mengundang seorang lelaki dari
kalangan penduduk Najran yang dikenal dengan nama Syurahbil ibnu Wida'ah dari
Hamdan. Sebelum peristiwa ini tidak pernah ada seseorang dipanggil untuk
memecahkan perkara yang sulit, baik Aiham, Sayyid, ataupun Al-Aqib. Ketika
Syurahbil datang, uskup menyerahkan surat Rasulullah Saw. itu kepadanya. Ia
membacanya, dan uskup berkata, "Hai Abu Maryam (nama julukan Syurahbil),
bagaimanakah pendapatmu?" Syurahbil menjawab, "Sesungguhnya engkau mengetahui
apa yang telah dijanjikan oleh Allah kepada Ibrahim, yaitu kenabian yang akan
dianugerahkan-Nya kepada keturunan Ismail. Maka sudah dapat dipastikan bahwa
anugerah itu diberikan kepada lelaki ini (Nabi Saw.), sedangkan aku sehubungan
dengan perkara kenabian itu tidak mempunyai pendapat apa-apa. Tetapi seandainya
perkara yang dimaksud menyangkut urusan duniawi, niscaya aku benar-benar dapat
mengemukakan pendapatku dan aku berupaya semampuku untuk menyelesaikannya
buatmu." Uskup berkata kepadanya, "Minggirlah kamu dan duduklah," lalu Syurahbil
duduk di salah satu tempat. Kemudian uskup menyuruh seseorang untuk memanggil
seorang lelaki penduduk Najran yang dikenal dengan nama Abdullah ibnu Syurahbil,
keturunan Zu Asbah, dari Himyar. Lalu uskup membacakan surat itu kepadanya dan
menanyakan kepadanya bagaimana cara memutuskan permasalahan itu. Maka Abdullah
menjawabnya dengan jawaban yang sama dengan yang telah dikatakan oleh Syurahbil.
Uskup berkata kepadanya, "Minggirlah kamu dan duduklah," lalu Abdullah minggir
dan duduk di suatu tempat. Kemudian uskup mengirimkan seseorang untuk mengundang
seorang lelaki dari penduduk Najran yang dikenal dengan nama Jabbar ibnu Faid
dari kalangan Banil Haris ibnu Ka'b, salah seorang Banil Hammas. Lalu uskup
membacakan kepadanya surat itu. Setelah selesai dibaca, ia menanyakan
pendapatnya sehubungan dengan permasalahan itu. Tetapi ternyata lelaki ini pun
mengatakan hal yang sama seperti yang dikatakan oleh Syurahbil dan Abdullah.
Maka uskup memerintahkan kepadanya untuk minggir, lalu ia duduk di suatu tempat.
Setelah semua pendapat dari kalangan mereka sepakat menunjukkan pendapat yang
telah disebutkan di atas, maka uskup memerintahkan agar lonceng dibunyikan, api
dinyalakan, dan semua pelita di dalam gereja dinyalakan. Demikianlah yang mereka
lakukan di siang hari bilamana mereka tertimpa prahara. Apabila prahara menimpa
mereka di malam hari, maka semua lonceng gereja dibunyikan dan api di dalam
semua gereja dinyalakan. Ketika semua lonceng dibunyikan dan semua pelita
dinyalakan, maka berkumpullah semua penduduk lembah bagian atas dan bagian
bawahnya, sedangkan panjang lembah itu adalah perjalanan satu hari ditempuh oleh
orang yang berkendaraan cepat. Di dalamnya terdapat tujuh puluh tiga kampung,
dan semua pasukannya terdiri atas seratus dua puluh ribu personel. Lalu uskup
membacakan kepada mereka surat Rasulullah Saw. dan menanyakan tentang pendapat
mereka mengenainya. Para dewan penasihat dari kalangan mereka akhirnya sepakat
untuk mengirimkan Syurahbil ibnu Wida'ah Al-Hamdani, Abdullah ibnu Syurahbil
Al-Asbahi, dan Jabbar ibnu Faid Ai-Harisi untuk menghadap Rasulullah Saw. dan
mendatangkan kepada mereka berita yang dihasilkan oleh misi mereka bertiga
nanti. Maka delegasi itu berangkat. Ketika sampai di Madinah, mereka meletakkan
pakaian perjalanannya, lalu menggantinya dengan pakaian yang panjang hingga
menjurai ke tanah terbuat dari kain sutera dan juga memakai cincin dari emas,
kemudian berangkat menemui Rasulullah Saw. Ketika sampai pada Rasulullah Saw.,
mereka mengacungkan salam penghormatan kepadanya, tetapi beliau tidak menjawab
salam mereka. Lalu mereka berupaya untuk dapat berbicara dengannya sepanjang
siang hari, tetapi beliau tidak mau berbicara dengan mereka yang memakai pakaian
sutera dan cincin emas itu. Kemudian mereka pergi mencari Usman ibnu Affan dan
Abdur Rahman ibnu Auf yang telah mereka kenal sebelumnya, dan mereka menjumpai
keduanya berada di antara kaum Muhajirin dan kaum Ansar di suatu majelis. Mereka
berkata, "Hai Usman dan Abdur Rahman, sesungguhnya Nabi kalian telah menulis
sepucuk surat kepada kami, lalu kami datang memenuhinya. Tetapi ketika kami
datang dan mengucapkan salam penghormatan kepadanya, ia tidak menjawab salam
kami; dan kami berupaya untuk berbicara dengannya sepanjang siang hari hingga
kami merasa letih, ternyata beliau pun tidak mau berbicara dengan kami.
Bagaimanakah pendapat kalian berdua, apakah kami harus pulang kembali tanpa
hasil?" Keduanya berkata kepada Ali ibnu Abu Talib yang juga berada di antara
kaum, "Bagaimanakah menurut pendapatmu, wahai Abul Hasan, tentang mereka ini?"
Ali berkata kepada Usman dan Abdur Rahman, "Aku berpendapat, hendaknya mereka
terlebih dahulu melepaskan pakaian sutera dan cincin emasnya, lalu mereka
memakai pakaian perjalanannya, setelah itu mereka boleh kembali menemui Nabi
Saw." Mereka melakukan saran tersebut, lalu mereka mengucapkan salam
penghormatan kepada Nabi Saw. Maka kali ini Nabi Saw. baru menjawab salam
mereka. Setelah itu beliau Saw. bersabda: Demi Tuhan yang telah mengutusku
dengan benar, sesungguhnya mereka datang kepadaku pada permulaannya, sedangkan
iblis berada bersama mereka. Kemudian Nabi Saw. menanyai mereka, dan
mereka menanyai Nabi Saw. secara timbal balik, hingga mereka bertanya kepadanya,
"Bagaimanakah pendapatmu tentang Isa? Agar bila kami kembali kepada kaum kami
yang Nasrani, kami gembira membawa berita dari pendapatmu tentang dia, jika
engkau memang seorang nabi." Nabi Saw. bersabda: Hari ini aku tidak mempunyai
pendapat apa pun tentang dia. Maka tinggallah kalian, nanti aku akan ceritakan
kepada kalian apa yang diberitakan oleh Tuhanku tentang Isa. Maka pada
keesokan harinya telah diturunkan firman-Nya: Sesungguhnya misal (penciptaan)
Isa di sisi Allah adalah seperti (penciptaan) Adam. (Ali Imran: 59) sampai
dengan firman-Nya: ditimpakan kepada orang-orang yang dusta. (Ali Imran:
61); Tetapi mereka menolak mengakui hal tersebut. Kemudian pada pagi harinya
lagi setelah kemarinnya Rasulullah Saw. menyampaikan berita tersebut, beliau
datang seraya menggendong Hasan dan Husain dengan kain selimutnya, sedangkan
Fatimah berjalan di belakangnya untuk melakukan mula'anah. Saat itu Nabi
Saw. mempunyai beberapa orang istri. Maka Syurahbil berkata kepada kedua
temannya, "Kalian telah mengetahui bahwa seluruh penduduk lembah kita bagian
atas dan bagian bawahnya tidak mau kembali dan tidak mau berangkat kecuali
karena pendapatku. Sesungguhnya sekarang aku benar-benar menghadapi suatu urusan
yang amat berat. Demi Allah, seandainya lelaki ini (maksudnya Nabi Saw.)
benar-benar seorang utusan, maka kita adalah orang Arab yang mula-mula berani
menentangnya di hadapannya dan menolak perintahnya. Maka tidak sekali-kali kita
berangkat dari hadapannya dan dari hadapan sahabat-sahabatnya, melainkan kita
pasti akan tertimpa malapetaka. Sesungguhnya kita adalah orang Arab dari
kalangan pemeluk Nasrani yang paling dekat bertetangga dengannya. Sesungguhnya
jika lelaki ini adalah seorang nabi yang dijadikan rasul, lalu kita
ber-mula'anah dengannya, niscaya tidak akan tertinggal sehelai rambut dan
sepotong kuku pun dari kita yang ada di muka bumi ini melainkan pasti binasa."
Kedua teman Syurahbil bertanya, "Lalu bagaimana selanjutnya menurut pendapatmu,
hai Abu Maryarn?" Syurahbil menjawab, "Aku berpendapat, sebaiknya dia aku angkat
sebagai hakim dalam masalah ini, karena sesungguhnya aku melihat lelaki ini
tidak akan berbuat zalim dalam keputusannya untuk selama-lamanya." Keduanya
berkata, "Terserah kepadamu." Syurahbil menghadap Rasulullah Saw., lalu berkata
kepadanya, "Sesungguhnya aku berpendapat bahwa ada hal yang lebih baik daripada
ber-mula'anah denganmu." Nabi Saw. bertanya, "Apakah itu?" Syurahbil
menjawab, "Kami serahkan keputusannya kepadamu sebagai hakim sejak hari ini
sampai malam nanti dan malam harimu sampai keesokan paginya. Maka keputusan apa
saja yang engkau tetapkan kepada kami, hal itu akan kami terima." Rasulullah
Saw. bertanya, "Barangkali di belakangmu ada seseorang yang
nanti akan mencelamu?" Syurahbil berkata, "Tanyakanlah kepada kedua
temanku ini." Lalu keduanya menjawab, "Seluruh penduduk lembah kami tidak
kembali dan tidak berangkat, melainkan atas dasar pendapat Syurahbil." Maka
Rasulullah Saw. kembali tidak ber-mula'anah dengan mereka. Kemudian pada
keesokan harinya mereka datang kepadanya, lalu Nabi Saw. menulis sepucuk surat
buat mereka yang isinya sebagai berikut Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah
lagi Maha Penyayang. Ini adalah keputusan dari Muhammad sebagai nabi dan utusan
Allah untuk penduduk Najran —jika mereka ingin berada di bawah kekuasaannya—pada
semua hasil buah-buahan, dan semua yang kuning, yang putih, yang hitam, dan
budak yang berlebihan di kalangan mereka. Semuanya adalah milik mereka, tetapi
diwajibkan bagi mereka membayar dua ribu setel pakaian (setiap tahunnya); pada
tiap bulan Rajab seribu setel pakaian, dan yang seribunya lagi dibayar pada tiap
bulan Safar. Dan persyaratan lainnya serta kelanjutannya.Kedatangan delegasi mereka terjadi pada tahun sembilan Hijriah, karena Az-Zuhri pernah mengatakan bahwa penduduk Najran adalah orang yang mula-mula membayar jizyah kepada Rasulullah Saw. Sedangkan ayat mengenai jizyah baru diturunkan hanya sesudah kemenangan atas Mekah, yaitu yang disebutkan di dalam firman-Nya:
قاتِلُوا
الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلا بِالْيَوْمِ الْآخِرِ
Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula)
kepada hari kemudian. (At-Taubah: 29), hingga akhir ayat.
قَالَ
أَبُو بَكْرِ بْنُ مَرْدَوَيْهِ: حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ أَحْمَدَ، حَدَّثَنَا
أَحْمَدُ بْنُ دَاوُدَ المكي، حدثنا بشر بن
مِهْرَانَ،
أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ دِينَارٍ، عَنْ دَاوُدَ بْنِ أَبِي هِنْدٍ، عَنِ
الشَّعْبِيِّ، عَنْ جَابِرٍ قَالَ: قَدِمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْعَاقِبُ وَالطَّيِّبُ، فَدَعَاهُمَا إِلَى الْمُلَاعَنَةِ
فَوَاعَدَاهُ عَلَى أَنْ يُلَاعِنَاهُ الْغَدَاةَ. قَالَ: فَغَدَا رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَخَذَ بِيَدِ عَلِيٍّ وَفَاطِمَةَ
وَالْحَسَنِ وَالْحُسَيْنِ، ثُمَّ أَرْسَلَ إِلَيْهِمَا فَأَبَيَا أَنْ يَجِيئَا
وأقَرَّا بِالْخَرَاجِ، قَالَ: فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وسلم: "وَالَّذِي بَعَثَني بالْحَقِّ لَوْ قَالا لَا لأمْطَرَ عَلَيْهِمُ الْوَادِي
نَارًا" قَالَ جَابِرٌ: فِيهِمْ نَزَلَتْ {نَدْعُ أَبْنَاءَنَا وَأَبْنَاءَكُمْ
وَنِسَاءَنَا وَنِسَاءَكُمْ وَأَنْفُسَنَا وَأَنْفُسَكُمْ} قَالَ جَابِرٌ:
{وَأَنْفُسَنَا وَأَنْفُسَكُمْ} رسولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَعَلِيَّ بْنَ أَبِي طَالِبٍ {وَأَبْنَاءَنَا} الْحَسَنَ وَالْحُسَيْنَ
{وَنِسَاءَنَا} فَاطِمَةَ.
Abu Bakar ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sulaiman
ibnu Ahmad, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Daud Al-Makki, telah
menceritakan kepada kami Bisyr ibnu Mihran, telah menceritakan kepada kami
Muhammad ibnu Dinar, dari Daud ibnu Abu Hindun, dari Asy-Sya'bi, dari Jabir yang
menceritakan bahwa telah datang kepada Nabi Saw. Al-Aqib dan At-Tayyib. Maka
Nabi Saw. mengundang keduanya untuk melakukan mula'anah, lalu Nabi Saw. berjanji
kepada keduanya untuk melakukannya pada keesokan harinya. Jabir melanjutkan
kisahnya, bahwa pada keesokan harinya Nabi Saw. datang membawa Ali, Fatimah,
Al-Hasan, dan Al-Husain; lalu beliau mengundang keduanya. Tetapi keduanya
menolak dan tidak mau ber-mula'anah dengannya, melainkan hanya bersedia membayar
kharraj (jizyah). Jabir melanjutkan kisahnya, bahwa setelah itu Nabi Saw.
bersabda: Demi Tuhan yang mengutusku dengan benar, seandainya keduanya
mengatakan, "Tidak" (yakni tidak mau membayar jizyah), niscaya api akan
menghujani lembah tempat tinggal mereka. Jabir melanjutkan kisahnya, bahwa
sehubungan dengan mereka diturunkan firman-Nya: Marilah kita memanggil
anak-anak kami dan anak-anak kalian, istri-istri kami dan istri-istri kalian,
diri kami dan diri kalian. (Ali Imran: 61); Menurut sahabat Jabir r.a., yang
dimaksud dengan diri kami ialah Rasulullah Saw. sendiri dan Ali ibnu Abu Talib.
Yang dimaksud dengan anak-anak kami ialah Al-Hasan dan Al-Husain. Yang dimaksud
dengan wanita-wanita kami ialah Siti Fatimah.Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Hakim dan di dalam kitab Mustadrak-nya dari Ali ibnu Isa, dari Ahmad ibnu Muhammad Al-Azhari, dari Ali ibnu Hujr, dari Ali ibnu Mishar, dari Daud ibnu Abu Hindun dengan lafaz yang semakna. Kemudian Imam Hakim mengatakan bahwa hadis ini sahih dengan syarat Muslim, tetapi keduanya (Bukhari dan Muslim) tidak mengetengahkannya seperti ini.
Hadis ini diriwayatkan pula oleh Abu Daud At-Tayalisi, dari Syu'bah, dari Al-Mugirah, dari Asy-Sya'bi secara mursal, sanad ini lebih sahih. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas serta Al-Barra hal yang semisal.
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
إِنَّ
هَذَا لَهُوَ الْقَصَصُ الْحَقُّ
Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar. (Ali Imran: 62)Yakni apa yang telah Kami kisahkan kepadamu, Muhammad, tentang Isa adalah kisah yang benar, yang tidak diragukan lagi kebenarannya dan sesuai dengan kejadiannya.
{وَمَا
مِنْ إِلَهٍ إِلا اللَّه وَإِنَّ اللَّهَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ. فَإِنْ
تَوَلَّوْا}
Dan tak ada Tuhan selain Allah; dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang
Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Kemudian jika mereka berpaling. (Ali Imran:
62-63)Yaitu berpaling menerima kebenaran kisah ini dan tetap berpegang kepada selainnya.
{فَإِنَّ
اللَّهَ عَلِيمٌ بِالْمُفْسِدِينَ}
maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui siapa orang-orang yang berbuat
kerusakan. (Ali Imran: 63)Maksudnya, barang siapa yang berpaling dari kebenaran menuju kepada kebatilan, maka dialah orang yang merusak, dan Allah Maha Mengetahui tentang dia; sesungguhnya kelak Allah akan membalas perbuatannya itu dengan balasan yang seburuk-buruknya. Dia Mahakuasa, tiada sesuatu pun yang luput dari-Nya, Mahasuci Allah dengan segala pujian-Nya dan kami berlindung kepada-Nya dari kejatuhan murka dan pembalasan-Nya.
{قُلْ
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ
أَلا نَعْبُدَ إِلا اللَّهَ وَلا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا
بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا
بِأَنَّا مُسْلِمُونَ (64) }
Katakanlah, "Hai Ahli Kitab, marilah kepada
suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kalian,
bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan
sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai
tuhan selain dari Allah. Jika mereka berpaling, maka katakanlah (kepada mereka),
'Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri (kepada
Allah)'."Khitab (perintah) ini bersifat umum mencakup semua Ahli Kitab dari kalangan Yahudi dan Nasrani serta orang-orang yang sealiran dengan mereka.
{قُلْ
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ}
Katakanlah, "Hat Ahli Kitab, marilah kepada suatu kalimat." (Ali
Imran: 64)Definisi kalimat ialah sebuah jumlah (kalimat) yang memberikan suatu faedah (pengertian). Demikian pula yang dimaksud dengan kalimat dalam ayat ini. Kemudian kalimat tersebut diperjelas pengertiannya oleh firman selanjutnya, yaitu:
{سَوَاءٍ
بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ}
yang tidak ada perselisihan di antara kami dan kalian. (Ali Imran:
64), Yakni kalimat yang adil, pertengahan, dan tidak ada perselisihan di antara kami dan kalian mengenainya. Kemudian diperjelas lagi oleh firman selanjutnya:
{أَلا
نَعْبُدَ إِلا اللَّهَ وَلا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا}
bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia
dengan sesuatu pun. (Ali Imran: 64). Yaitu baik dengan berhala, salib, wasan, tagut, api atau sesuatu yang selain-Nya, melainkan kita Esakan Allah dengan menyembah-Nya semata, tanpa sekutu bagi-Nya. Hal ini merupakan seruan yang dilakukan oleh semua rasul. Seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
وَما
أَرْسَلْنا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلهَ
إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami
mewahyukan kepadanya, "Bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah
oleh kalian akan Aku." (Al-Anbiya: 25)
وَلَقَدْ
بَعَثْنا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا
الطَّاغُوتَ
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan), "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah tagut itu.” (An-Nahl:
36)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
وَلا
يَتَّخِذَ بَعْضُنا بَعْضاً
أَرْباباً مِنْ دُونِ اللَّهِ
dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan
selain dari Allah. (Ali Imran: 64)Ibnu Juraij mengatakan, makna yang dimaksud ialah sebagian kita menaati sebagian yang lain dalam bermaksiat kepada Allah Swt. Sedangkan menurut Ikrimah, makna yang dimaksud ialah sebagian kita bersujud kepada sebagian yang lain.
*******************
{فَإِنْ
تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ}
Jika mereka berpaling, maka katakanlah (kepada mereka), "Saksikanlah bahwa
kami adalah orang-orang yang menyerahkan did (kepada Allah)." (Ali Imran:
64)Yakni jika mereka berpaling dari keadilan ini dan seruan ini, hendaklah mereka mempersaksikan kalian bahwa kalian tetap berada dalam agama Islam yang telah disyariatkan oleh Allah untuk kalian.
Kami menyebutkan di dalam syarah Bukhari pada riwayatnya yang ia ketengahkan melalui jalur Az-Zuhri, dari Ubaidillah ibnu Abdullah ibnu Atabah ibnu Mas'ud, dari Ibnu Abbas, dari Abu Sufyan tentang kisahnya ketika masuk menemui kaisar, lalu kaisar menanyakan kepadanya tentang nasab Rasulullah Saw., sifat-sifatnya, dan sepak terjangnya, serta apa yang diserukan olehnya. Lalu Abu Sufyan menceritakan hal tersebut secara keseluruhan dengan jelas dan apa adanya. Padahal ketika itu Abu Sufyan masih musyrik dan belum masuk Islam, hal ini terjadi sesudah adanya Perjanjian Hudaibiyyah dan sebelum penaklukan kota Mekah, seperti yang dijelaskan oleh hadis yang dimaksud. Juga ketika ditanyakan kepadanya, apakah Nabi Saw. pernah berbuat khianat? Maka Abu Sufyan menjawab, "Tidak. Dan kami berpisah dengannya selama suatu masa, dalam masa itu kami tidak mengetahui apa yang dilakukannya." Kemudian Abu Sufyan mengatakan, "Aku tidak dapat menambahkan suatu berita pun selain dari itu."
Tujuan utama dari pengetengahan kisah ini ialah bahwa surat Rasulullah Saw. disampaikan kepada kaisar yang isinya adalah seperti berikut:
"بِسْمِ
اللهِ الرَّحمَنِ الرَّحِيم، مِنْ مُحَمَّدٍ رَسُولِ اللهِ إلَى هِرَقْلَ عَظِيمِ
الرُّومِ، سَلامٌ عَلَى مَنْ اتَّبَعَ الْهُدَى. أَمَّا بَعْدُ، فَأَسْلِمْ
تَسْلَمْ، وَأَسْلِمْ يُؤْتِكَ اللهُ أَجْرَك مَرَّتَيْنِ فَإِن تَوَلَّيْتَ فإنَّ
عَلَيْكَ إِثْمَ الأريسيِّين، وَ {يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ
سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلا نَعْبُدَ إِلا اللَّهَ وَلا نُشْرِكَ بِهِ
شَيْئًا وَلا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ
تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ}
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, dari Muhammad
Rasulullah, ditujukan kepada Heraklius, pembesar kerajaan Romawi, semoga
keselamatan terlimpah kepada orang yang mengikuti petunjuk. Amma Ba'du: Maka
masuk Islamlah, niscaya engkau akan selamat; dan masuk Islamlah, niscaya Allah
akan memberimu pahala dua kali. Tetapi jika engkau berpaling, maka sesungguhnya
engkau menanggung dosa kaum arisin (para petani). Dan di dalamnya
disebutkan pula firman-Nya: Hai Ahli Kitab, marilah kepada suatu kalimat
(ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kalian, bahwa tidak kita
sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan
tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain
dari Allah. Jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada mereka, "Saksikanlah
bahwa kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri (kepada Allah)." (Ali
Imran: 64)Muhammad ibnu Ishaq dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang saja telah menyebutkan bahwa permulaan surat Ali Imran sampai dengan ayat delapan puluh lebih sedikit diturunkan berkenaan dengan delegasi Najran.
Az-Zuhri mengatakan bahwa mereka adalah orang yang mula-mula membayar jizyah.
Tidak ada perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang ayat jizyah ini, bahwa ia diturunkan sesudah penaklukan kota Mekah. Maka timbul pertanyaan, bagaimanakah dapat digabungkan antara peristiwa penulisan ayat ini —yang terjadi sebelum peristiwa kemenangan atas kota Mekah dalam surat yang ditujukan kepada Heraklius, sebagai bagian dari surat tersebut— dengan apa yang telah diriwayatkan oleh Muhammad ibnu Ishaq dan Az-Zuhri?
Sebagai jawabannya dapat dikemukakan alasan-alasan berikut, yaitu:
وَاتَّخِذُوا
مِنْ مَقامِ إِبْراهِيمَ مُصَلًّى
Dan jadikanlah sebagian maqam Ibrahim tempat
salat. (Al-Baqarah: 125)
Peristiwa yang menyangkut firman-Nya:
عَسى
رَبُّهُ إِنْ طَلَّقَكُنَّ أَنْ يُبْدِلَهُ أَزْواجاً خَيْراً
مِنْكُنَ
Jika Nabi menceraikan kalian, boleh jadi
Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik
daripada kalian. (At-Tahrim: 5), hingga akhir ayat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar