{شَهِدَ
اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ وَالْمَلائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا
بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (18) إِنَّ الدِّينَ
عِنْدَ اللَّهِ الإسْلامُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلا مِنْ
بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآيَاتِ
اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ (19) فَإِنْ حَاجُّوكَ فَقُلْ
أَسْلَمْتُ وَجْهِيَ لِلَّهِ وَمَنِ اتَّبَعَنِ وَقُلْ لِلَّذِينَ أُوتُوا
الْكِتَابَ وَالأمِّيِّينَ أَأَسْلَمْتُمْ فَإِنْ أَسْلَمُوا فَقَدِ اهْتَدَوْا
وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلاغُ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ
(20) }
Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan
melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang
berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang
Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah
hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali
sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara
mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya
Allah sangat cepat hisab-Nya. Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang
kebenaran Islam), maka katakanlah, "Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan
(demikian pula) orang-orang yang mengikutiku." Dan katakanlah kepada orang-orang
yang telah diberi Al-Kitab dan kepada orang-orang yang ummi, "Apakah kalian
(mau) masuk Islam?" Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat
petunjuk; dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan
(ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.Allah memberikan pernyataan-Nya, dan cukuplah Allah sebagai saksi. Dia adalah saksi Yang Mahabenar lagi Mahaadil, dan Mahabenar firman-Nya.
أَنَّهُ
لَا إِلهَ إِلَّا هُوَ
bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia. (Ali Imran: 18)Artinya, hanya Dialah Tuhan semua makhluk, dan bahwa semua makhluk adalah hamba-hamba-Nya dan merupakan ciptaan-Nya; semua makhluk berhajat kepada-Nya, sedangkan Dia Mahakaya terhadap semuanya selain Dia sendiri. Perihalnya sama dengan yang diungkapkan oleh Allah Swt. dalam firman lainnya, yaitu:
لكِنِ
اللَّهُ يَشْهَدُ بِما أَنْزَلَ إِلَيْكَ
tetapi Allah mengakui Al-Qur'an yang
diturunkan-Nya kepadamu. (An-Nisa: 166), hingga akhir ayat.Kemudian Allah mengiringi pernyataan-Nya itu dengan kesaksian para malaikat dan orang-orang yang berilmu, yang disertakan dengan kesaksian (pernyataan)-Nya. Untuk itu Allah Swt. berfirman: Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Dia (begitu pula) para malaikat dan orang-orang yang berilmu. (Ali Imran: 18)
Hal ini merupakan suatu keistimewaan yang besar bagi para ulama dalam kedudukan tersebut.
قائِماً
بِالْقِسْطِ
Yang menegakkan keadilan. (Ali Imran: 18)Lafaz qa-iman di-nasab-kan sebagai hal. Dengan kata lain, Allah Swt. senantiasa menegakkan keadilan dalam semua keadaan.
لَا
إِلهَ إِلَّا هُوَ
Tidak ada Tuhan melainkan Dia. (Ali Imran: 18)Kalimat ayat ini berkedudukan sebagai taukid atau yang mengukuhkan kalimat sebelumnya.
الْعَزِيزُ
الْحَكِيمُ
Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Ali Imran: 18)Al-Aziz Yang Mahaperkasa, Yang keagungan dan kebesaran-Nya tidak dapat dibatasi, lagi Mahabijaksana dalam semua ucapan, perbuatan, syariat, dan takdir-Nya.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ عَبْدِ رَبِّهِ، حَدَّثَنَا بَقِيَّة
بْنُ الْوَلِيدِ، حَدَّثَنِي جُبَيْرُ بْنُ عَمْرو الْقُرَشِيُّ، حَدَّثَنَا أَبُو
سَعِيد الْأَنْصَارِيُّ، عَنْ أَبِي يَحْيَى مَوْلَى آلِ الزُّبَيْرِ بْنِ
الْعَوَّامِ، عَنِ الزُّبَيْرِ بْنِ الْعَوَّامِ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ بعرفةَ يَقْرَأُ هَذِهِ الْآيَةَ:
{شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ وَالْمَلائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ
قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ} "وأَنَا عَلَى
ذلِكَ مِنَ الشَّاهِدِينَ يَا رَبِّ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Abdu Rabbih,
telah menceritakan kepada kami Baqiyyah ibnul Walid, telah menceritakan kepadaku
Jubair ibnu Amr Al-Qurasyi, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Ansari,
dari Abu Yahya maula keluarga Az-Zubair ibnul Awwam, dari Az-Zubair ibnul Awwam
yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar Nabi Saw. di Arafah membaca ayat
berikut, yaitu firman-Nya: Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan melainkan
Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu
(juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia, Yang
Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Ali Imran: 18); Sesudah itu beliau Saw.
mengucapkan: Dan aku termasuk salah seorang yang mempersaksikan hal tersebut,
ya Tuhanku.Ibnu Abu Hatim meriwayatkan melalui jalur lain. Untuk itu ia mengatakan:
حَدَّثَنَا
عَلِيُّ بْنُ حُسَيْنٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُتَوَكِّلِ
الْعَسْقَلَانِيُّ، حَدَّثَنَا عُمَر بْنُ حَفْصِ بْنِ ثَابِتٍ أَبُو سَعِيدٍ
الْأَنْصَارِيُّ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ يَحْيَى بْنِ عَبَّادِ بْنِ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، عَنِ الزُّبَيْرِ
قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ قَرَأَ
هَذِهِ الْآيَةَ: {شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ وَالْمَلائِكَةُ}
قال: "وأَنَا أشْهَدُ أيْ رَبِّ"
telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Husain, telah menceritakan kepada
kami Muhammad ibnul Mutawakkil Al-Asqalani, telah menceritakan kepada kami Umar
ibnu Hafs ibnu Sabit Abu Sa'id Al-Ansari, telah menceritakan kepada kami Abdul
Malik ibnu Yahya ibnu Abbad ibnu Abdullah ibnuz Zubair, dari ayahnya, dari
kakeknya, dari Az-Zubair yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah
Saw. ketika membacakan ayat ini: Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan
melainkan Dia, begitu pula para malaikat. (Ali Imran: 18); Lalu beliau
mengucapkan: Dan aku ikut bersaksi, ya Tuhanku.Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani mengatakan di dalam kitab Mu'jamul Kabir:
حَدَّثَنَا
عَبْدَانُ بْنُ أَحْمَدَ وَعَلِيُّ بْنُ سَعِيدٍ الرَّازِيُّ قَالَا حَدَّثَنَا
عَمَّار بْنُ عُمَرَ بْنِ الْمُخْتَارِ، حَدَّثَنِي أَبِي، حَدَّثَنِي غَالِبٌ
الْقَطَّانُ قَالَ: أَتَيْتُ الْكُوفَةَ فِي تِجَارَةٍ، فَنَزَلْتُ قَرِيبًا مِنَ
الْأَعْمَشِ، فَلَمَّا كَانَتْ لَيْلَةٌ أردتُ أَنْ أنْحَدِرَ قَامَ فَتَهَجَّدَ
مِنَ اللَّيْلِ، فَمَرَّ بِهَذِهِ الآية: {شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا
هُوَ وَالْمَلائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلا
هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ. إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإسْلامُ} ثُمَّ قَالَ
الْأَعْمَشُ: وَأَنَا أَشْهَدُ بِمَا شَهِدَ اللَّهُ بِهِ، وَأَسْتَوْدِعُ اللَّهَ
هَذِهِ الشَّهَادَةَ، وَهِيَ لِي عِنْدَ اللَّهِ وَدِيعَةٌ: {إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ
اللَّهِ الإسْلامُ} قَالَهَا مِرَارًا. قُلْتُ: لَقَدْ سَمِعَ فِيهَا شَيْئًا،
فَغَدَوْتُ إِلَيْهِ فَوَدَّعْتُهُ، ثُمَّ قُلْتُ: يَا أَبَا مُحَمَّدٍ، إِنِّي
سمعتك تردد هذه الآية. قال: أو ما بَلَغَكَ مَا فِيهَا؟ قُلْتُ: أَنَا عِنْدَكَ
مُنْذُ شَهْرٍ لَمْ تُحَدِّثْنِي. قَالَ: وَاللَّهِ لَا أُحَدِّثُكَ بِهَا إِلَى
سَنَةٍ. فَأَقَمْتُ سَنَةً فَكُنْتُ عَلَى بَابِهِ، فَلَمَّا مَضَتِ السَّنَةُ
قُلْتُ: يَا أَبَا مُحَمَّدٍ، قَدْ مَضَتِ السَّنَةُ. قَالَ: حَدَّثَنِي أَبُو
وَائِلٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يُجَاءُ بِصَاحِبِهَا يَوْمَ القِيامَةِ، فَيَقُولُ اللَّهُ
عَزَّ وَجَلَّ: عَبْدِي عَهِدَ إلَيَّ، وأنَا أحَقُّ مَن وَفَّى بالْعَهْدِ،
أدْخِلُوا عَبْدِي الْجَنَّةَ"
telah menceritakan kepada kami Abdan ibnu Ahmad dan Ali ibnu Sa'id; keduanya
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ammar ibnu Umar Al-Mukhtar, telah
menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepadaku Galib Al-Qattan,
bahwa ia datang ke Kufah dalam salah satu misi dagangnya, lalu tinggal di dekat
rumah Al-A'masy. Pada suatu malam ketika aku hendak turun, Al-A'masy melakukan
salat tahajud di malam hari, lalu bacaannya sampai pada ayat berikut, yaitu
firman-Nya: Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang
menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga
menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Mahaperkasa
lagi Mahabijaksana. Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah
Islam. (Ali Imran: 18-19) Kemudian Al-A'masy mengatakan, "Dan aku pun
mempersaksikan apa yang telah dinyatakan oleh Allah, dan aku titipkan kepada
Allah persaksianku ini, yang mana hal ini merupakan titipan bagiku di sisi
Allah." Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam.
(Ali Imran: 19) Kalimat dan ayat ini diucapkannya berkali-kali oleh Al-A'masy.
Galib Al-Qattan melanjutkan kisahnya, bahwa lalu aku berkata kepada diriku
sendiri, "Sesungguhnya dia (Al-A'masy) telah mendengar suatu hadis mengenai
masalah ini." Maka aku pada pagi harinya menuju kepadanya untuk berpamitan,
kemudian aku berkata, "Hai Abu Muhammad, sesungguhnya aku telah mendengarmu
mengulang-ulang bacaan ayat ini." Al-A'masy berkata, "Tidakkah telah sampai
kepadamu suatu hadis mengenainya?" Aku menjawab, "Aku berada di dekatmu selama
satu bulan, tetapi engkau belum menceritakannya kepadaku." Al-A'masy mengatakan,
"Demi Allah, aku tidak akan menceritakannya kepadamu sebelum satu tahun." Maka
aku tinggal selama satu tahun dan tinggal di depan pintunya. Setelah lewat masa
satu tahun, aku berkata, "Hai Abu Muhammad, sekarang telah berlalu masa satu
tahun." Al-A'masy menjawab bahwa telah menceritakan kepadaku Abu Wail, dari
Abdullah yang menceritakan bahwa Rasillullah Saw. pernah bersabda: Kelak di
hari kiamat pelakunya akan didatangkan, lalu Allah Swt. berfirman, "Hamba-Ku
telah berjanji kepada-Ku, dan Aku adalah Tuhan Maha memenuhi janji-Nya, maka
masukkanlah oleh kalian (para malaikat) hamba-Ku ini ke dalam surga."
*******************
Firman Allah Swt.:
إِنَّ
الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلامُ
Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam. (Ali
Imran: 19)Sebagai berita dari Allah Swt. yang menyatakan bahwa tidak ada agama yang diterima dari seseorang di sisi-Nya selain Islam, yaitu mengikuti para rasul yang diutus oleh Allah Swt. di setiap masa, hingga diakhiri dengan Nabi Muhammad Saw. yang membawa agama yang menutup semua jalan lain kecuali hanya jalan yang telah ditem-puhnya. Karena itu, barang siapa yang menghadap kepada Allah —sesudah Nabi Muhammad Saw. diutus— dengan membawa agama yang bukan syariatnya, maka hal itu tidak diterima oleh Allah. Seperti yang disebutkan di dalam firman lainnya, yaitu:
وَمَنْ
يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلامِ دِيناً فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ
Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah
akan diterima (agama itu) darinya. (Ali Imran: 85), hingga akhir ayat.Dalam ayat ini Allah memberitakan terbatasnya agama yang diterima oleh Allah hanya pada agama Islam, yaitu: Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam. (Ali Imran: 19)
Ibnu Jarir meriwayatkan bahwa Ibnu Abbas membaca firman-Nya: Allah menyatakan sesungguhnya tiada Tuhan selain Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Bahwasanya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam. (Ali Imran: 18-19) Dengan innahu yang di-kasrah-kan dan anna yang di-fathah-kan, artinya 'Allah telah menyatakan —begitu pula para malaikat dan orang-orang yang berilmu— bahwa agama yang diridai di sisi Allah adalah Islam'.
Sedangkan menurut jumhur ulama, mereka membacanya kasrah' innad dina 'sebagai kalimat berita. Bacaan tersebut kedua-duanya benar, tetapi menurut bacaan jumhur ulama lebih kuat.
Kemudian Allah Swt. memberitakan bahwa orang-orang yang telah diberikan Al-Kitab kepada mereka di masa-masa yang lalu, mereka berselisih pendapat hanya setelah hujah ditegakkan atas mereka, yakni sesudah para rasul diutus kepada mereka dan kitab-kitab samawi diturunkan buat mereka. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
وَمَا
اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جاءَهُمُ الْعِلْمُ
بَغْياً بَيْنَهُمْ
Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali setelah
datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara
mereka. (Ali Imran: 19)Yakni karena sebagian dari mereka merasa dengki terhadap sebagian yang lainnya, lalu mereka berselisih pendapat dalam perkara kebenaran. Hal tersebut terjadi karena terdorong oleh rasa dengki, benci, dan saling menjatuhkan, hingga sebagian dari mereka berusaha menjatuhkan sebagian yang lain dengan menentangnya dalam semua ucapan dan perbuatannya, sekalipun benar.
Kemudian Allah Swt. berfirman:
وَمَنْ
يَكْفُرْ بِآياتِ اللَّهِ
Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah. (Ali Imran: 19)Yakni barang siapa yang ingkar kepada apa yang diturunkan oleh Allah di dalam kitab-Nya.
فَإِنَّ
اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسابِ
maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (Ali Imran: 19)Artinya, sesungguhnya Allah akan membalas perbuatannya dan melakukan perhitungan terhadapnya atas kedustaannya itu, dan akan menghukurnnya akibat ia menentang Kitab-Nya. Kemudian Allah Swt. berfirman:
فَإِنْ
حَاجُّوكَ
Kemudian jika mereka mendebat kamu. (Ali Imran: 20)Yaitu mendebatmu tentang masalah tauhid.
فَقُلْ
أَسْلَمْتُ وَجْهِيَ لِلَّهِ وَمَنِ اتَّبَعَنِ
maka katakanlah, "Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula)
orang-orang yang mengikutiku." (Ali Imran: 20)Yakni katakanlah bahwa aku memurnikan ibadahku hanya kepada Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, tidak ada tandingan bagi-Nya, tidak beranak, dan tidak beristri.
Yang dimaksud dengan 'orang-orang yang mengikutiku' ialah orang-orang yang berada dalam agamaku akan mengatakan hal yang sama dengan ucapanku ini. Seperti yang disebutkan di dalam ayat lainnya, yaitu firman-Nya:
قُلْ
هذِهِ سَبِيلِي أَدْعُوا إِلَى اللَّهِ عَلى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ
اتَّبَعَنِي
Katakanlah, "Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku
mengajak (kalian) kepada Allah dengan hujah yang nyata." (Yusuf: 108),
hingga akhir ayat.Kemudian Allah Swt. memerintahkan kepada hamba dan rasul-Nya (yaitu Nabi Muhammad Saw.) untuk menyeru orang-orang Ahli Kitab dari kalangan dua agama (Yahudi dan Nasrani) serta orang-orang ummi (buta huruf) dari kalangan kaum musyrik, agar mereka mengikuti jalannya, memasuki agamanya, serta mengamalkan syariatnya dan apa yang diturunkan oleh Allah kepadanya.
*******************
Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{وَقُلْ
لِلَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالأمِّيِّينَ أَأَسْلَمْتُمْ فَإِنْ أَسْلَمُوا
فَقَدِ اهْتَدَوْا وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْكَ
الْبَلاغُ}
Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al-Kitab dan kepada
orang-orang yang ummi, "Apakah kalian (mau) masuk Islam?" Jika mereka masuk
Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling,
maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). (Ali Imran:
20)Yakni Allah-lah yang menghisab mereka karena hanya kepada-Nyalah mereka kembali. Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya, dan hanya milik-Nyalah hikmah yang tepat dan hujah yang benar. Karena itu, dalam akhir ayat ini Allah Swt. berfirman:
وَاللَّهُ
بَصِيرٌ بِالْعِبادِ
Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (Ali Imran: 20)Yaitu Allah Maha Mengetahui siapa yang berhak mendapat hidayah dan siapa yang berhak mendapat kesesatan. Dia berhak untuk melakukan itu, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
لا
يُسْئَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْئَلُونَ
Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan
ditanyai. (Al-Anbiya: 23)Hal tersebut tiada lain karena hikmah dan rahmat-Nya. Ayat ini dan yang semisal dengannya merupakan dalil yang paling jelas yang menunjukkan keumuman risalah Nabi Muhammad Saw. kepada semua makhluk, seperti yang telah dimaklumi dari pokok-pokok agamanya, dan seperti apa yang telah ditunjukkan oleh dalil Al-Qur'an dan sunnah dalam banyak ayat dan hadis. Antara lain ialah firman-Nya:
قُلْ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعاً
Katakanlah, "Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada
kalian semua." (Al-A'raf: 158)Firman Allah Swt.:
تَبارَكَ
الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقانَ
عَلى عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعالَمِينَ نَذِيراً
Mahasuci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan (Al-Qur'an) kepada
hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.
(Al-Furqan: 1)Di dalam hadis Sahihain dan lain-lainnya disebutkan melalui hadis yang mutawatir dalam berbagai peristiwa, bahwa Nabi Saw. mengirimkan surat-suratnya kepada semua raja dan pemimpin kabilah, baik yang Arab maupun yang 'ajam, baik mereka yang mengerti baca dan tulis maupun yang ummi, sebagai pengamalan dari perintah Allah Swt. Beliau Saw. dalam surat-suratnya itu mengajak mereka untuk menyembah kepada Allah Swt.
Abdur Razzaq meriwayatkan dari Ma'mar, dari Hammam, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang bersabda:
«وَالَّذِي
نَفْسِي بِيَدِهِ، لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ
الْأُمَّةِ: يَهُودِيٌّ
وَلَا نَصْرَانِيٌّ وَمَاتَ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلَّا
كَانَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ»
Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, tiada
seorang pun yang telah mendengarku dari kalangan umat ini, baik yang Yahudi
ataupun yang Nasrani, lalu ia mati dalam keadaan tidak beriman kepada risalah
yang aku bawa, melainkan ia termasuk ahli neraka. (Riwayat Imam Muslim)Nabi Saw. telah bersabda:
«بُعِثْتُ
إِلَى الْأَحْمَرِ وَالْأَسْوَدِ»
Aku diutus untuk kulit merah dan kulit hitam. Dan Nabi Saw. telah bersabda pula:
«كَانَ
النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ
عَامَّةً»
Dahulu seorang nabi diutus khusus untuk umatnya, sedangkan aku diutus
untuk umat manusia seluruhnya.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُؤَمِّل، حَدَّثَنَا حَمَّاد، حَدَّثَنَا ثَابِتٌ
عَنْ أَنَسٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَنَّ غُلَامًا يَهُودِيًّا كَانَ يَضع
لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَضُوءه وَيُنَاوِلُهُ نَعْلَيْهِ،
فَمَرِضَ، فَأَتَاهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَدَخَلَ
عَلَيْهِ وَأَبُوهُ قَاعِدٌ عِنْدَ رَأْسِهِ فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا فُلانُ، قُلْ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ"
فَنَظَرَ إلَى أَبِيهِ، فَسَكَتَ أَبُوهُ، فأعَادَ عَلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَنَظَرَ إلَى أَبيهِ، فَقَالَ أبُوهُ: أطِعْ أَبَا
الْقَاسِم، فَقَالَ الْغُلامُ:: أشْهَدُ أن
لَا
إلَهَ إِلَّا اللَّهُ وأَنَّكَ رَسُولُ اللهِ، فَخَرَجَ النَّبَيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَقُولُ: "الْحَمْدُ للهِ الَّذِي أخْرَجَهُ بِي مِنِ
النَّارِ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muammal, telah
menceritakan kepada kami Hammad, telah menceritakan kepada kami Sabit, dari Anas
r.a. yang mengatakan bahwa ada seorang anak Yahudi yang biasa menyuguhkan air
wudu buat Nabi Saw. dan mempersiapkan sepasang terompahnya. Lalu anak itu sakit
keras, dan Nabi Saw. datang kepadanya, lalu masuk menemuinya, sedangkan kedua
orang tua si anak berada di dekat kepalanya. Maka Nabi Saw. bersabda kepadanya:
Hai Fulan, katakanlah, "Tidak ada Tuhan selain Allah!" Lalu anak
itu memandang kepada ayahnya, dan si ayah diam. Lalu Nabi Saw. mengulangi
perintahnya itu, dan si anak kembali memandang kepada ayahnya. Akhirnya si ayah
berkata, "Turutilah kemauan Abul Qasim!" Maka si anak berkata: Aku bersaksi
bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan engkau adalah utusan Allah.
Maka Nabi Saw. keluar seraya bersabda: Segala puji bagi Allah yang telah
menyelamatkannya dari neraka melalui aku.Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam kitab sahihnya. Masih banyak ayat serta hadis yang menunjukkan bahwa Rasulullah Saw. diutus untuk segenap umat manusia.
{إِنَّ
الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّينَ بِغَيْرِ
حَقٍّ وَيَقْتُلُونَ الَّذِينَ يَأْمُرُونَ بِالْقِسْطِ مِنَ النَّاسِ
فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ (21) أُولَئِكَ الَّذِينَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ
فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ (22)
}
Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada
ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar dan membunuh
orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, maka gembirakanlah mereka bahwa
mereka akan menerima siksa yang pedih. Mereka itu adalah orang-orang yang lenyap (pahala)
amal-amalnya di dunia dan akhirat, dan mereka sekali-kali tidak memperoleh
penolong.Allah mencela kaum ahli kitab karena mereka telah melakukan dosa-dosa dan hal-hal yang diharamkan disebabkan mereka mendustakan ayat-ayat Allah di masa lampau dan juga di masa sekarang, yaitu ayat-ayat Allah yang disampaikan kepada mereka oleh rasul-rasul-Nya. Mereka melakukan demikian karena keangkuhan mereka terhadap para rasul, keingkaran mereka terhadap para rasul, serta meremehkan perkara yang hak dan menolak untuk mengikuti para rasul. Selain itu yang lebih parah lagi mereka berani membunuh sebagian dari para nabi ketika menyampaikan syariat dari Allah buat mereka, tanpa sebab dan kesalahan yang dibuat oleh para nabi terhadap mereka, hanya karena para nabi itu menyeru mereka kepada perkara yang hak.
وَيَقْتُلُونَ
الَّذِينَ يَأْمُرُونَ بِالْقِسْطِ مِنَ النَّاسِ
dan mereka membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil.
(Ali Imran: 21)Perbuatan seperti itu merupakan perbuatan yang sangat takabur (sombong). Seperti yang diungkapkan oleh Nabi Saw. dalam sabdanya, yaitu:
«الْكِبْرُ
بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ»
Takabur (sombong) ialah menentang perkara hak dan meremehkan orang
lain.
قَالَ
ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو الزُّبَيْر الْحَسَنُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ
مُسْلِمٍ النَّيْسَابُورِيُّ، نَزِيلُ مَكَّةَ، حَدَّثَنِي أَبُو حَفْصٍ عُمَرُ
بْنُ حَفْصٍ -يَعْنِي ابْنَ ثَابِتِ بْنِ زُرَارَةَ الْأَنْصَارِيَّ-حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ حَمْزَةَ، حَدَّثَنِي أَبُو الْحَسَنِ مَوْلًى لِبَنِي أَسَدٍ، عَنْ
مَكْحُولٍ، عَنْ قَبِيصَةَ بْنِ ذُؤَيْبٍ الْخُزَاعِيِّ، عَنْ أَبِي عُبَيْدَةَ
بْنِ الْجَرَّاحِ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قُلْتُ يَا رَسُولَ الله، أي
النَّاسِ أَشَدُّ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ؟ قَالَ: "رَجلٌ قَتَلَ نَبِيا أوْ
مَنْ أَمَرَ بِالمْعْرُوفِ ونَهَى عَنِ المُنْكَر". ثُمَّ قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ
وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّينَ بِغَيْرِ حَقٍّ وَيَقْتُلُونَ الَّذِينَ يَأْمُرُونَ
بِالْقِسْطِ مِنَ النَّاسِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ} [إِلَى قَوْلِهِ:
{وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ] } الْآيَةَ. ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا أبَا عُبَيَدَةَ، قَتَلَتْ بَنُو إسْرَائِيلَ
ثَلاثَةً وأَرْبَعين نَبيا، مِنْ أوَّلِ النّهَارِ فِي ساعةٍ وَاحِدَةٍ، فَقَامَ
مِائَة وسَبْعُونَ رَجُلا مِنْ بَني إسْرائيلَ، فأمَرُوا مَنْ قَتَلَهُم
بالْمَعْرُوفِ ونَهَوْهُمْ عَنِ المنكرِ، فَقُتِلُوا جَمِيعًا مِنْ آخِرِ النَّهارِ
مِنْ ذَلكَ اليَوْمِ، فَهُم الذِينَ ذَكَرَ اللهُ، عَزَّ وَجَلَّ".
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abuz Zubair
Al-Hasan ibnu Ali ibnu Muslim An-Naisaburi yang tinggal di Mekah, telah
menceritakan kepadaku Abu Hafs Umar ibnu Hafs, yakni Ibnu Sabit dan Zurarah
Al-Ansari, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Hamzah, telah
menceritakan kepada kami Abul Hasan maula Bani Asad, dari Makhul, dari Abu
Qubaisah ibnu Zi-b Al-Khuza'i, dari Abu Ubaidali ibnul Jarrah r.a. yang
menceritakan: Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah orangnya yang paling
keras mendapat azab di hari kiamat nanti?" Nabi Saw. menjawab, "Seorang
lelaki yang membunuh seorang nabi atau orang yang memerintahkan kepada kebajikan
dan melarang kemungkaran." Kemudian Nabi Saw. membacakan firman-Nya:
Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para
nabi tanpa alasan yang benar dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia
berbuat adil, maka gembirakanlah mereka bahwa mereka akan menerima siksa yang
pedih. (Ali Imran: 21); Setelah itu Rasulullah Saw. bersabda: Hai Abu
Ubaidah, orang-orang Bani Israil telah membunuh empat puluh tiga orang nabi
dalam satu saat dari permulaan siang hari, maka bangkitlah seratus tujuh puluh
orang lelaki dari kalangan Bani Israil, lalu mereka melakukan amar ma'ruf dan
nahi munkar terhadap orang-orang yang telah membunuh para nabi, maka kaum Bani
Israil membunuh semua orang yang melakukan amar ma'ruf dan nahi munkar itu di
penghujung siang hari itu juga; mereka adalah orang-orang yang disebutkan oleh
Allah Swt. (dalam ayat ini).Hal yang sama diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Abu Ubaid Al-Wassabi yaitu Muhammad ibnu Hafs, dari Ibnu Humair, dari Abul Hasan maula Bani Asad, dari Makhul dengan lafaz yang sama.
Dari sahabat Ibnu Mas'ud, disebutkan bahwa orang-orang Bani Israil pernah membunuh tiga ratus orang nabi pada permulaan siang hari, lalu mereka mendirikan pasar sayur-mayur mereka pada penghujung siang harinya. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.
Karena itulah ketika mereka (Bani Israil) menentang perkara yang hak dan bersikap angkuh terhadap manusia, maka Allah membalikkan mereka menjadi hina dan nista dalam kehidupan di dunia ini, dan kelak mereka akan mendapat siksa yang menghinakan di hari akhirat. Maka Allah Swt. berfirman:
فَبَشِّرْهُمْ
بِعَذابٍ أَلِيمٍ
maka gembirakanlah mereka bahwa mereka akan menerima siksa yang pedih.
(Ali Imran: 21)Yakni siksa yang pedih lagi menghinakan.
{أُولَئِكَ
الَّذِينَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَمَا لَهُمْ مِنْ
نَاصِرِينَ}
Mereka itu adalah orang-orang yang lenyap (pahala) amal-amalnya di dunia
dan akhirat, dan mereka sekali-kali tidak memperoleh penolong. (Ali Imran:
22)
{أَلَمْ
تَرَ إِلَى الَّذِينَ أُوتُوا نَصِيبًا مِنَ الْكِتَابِ يُدْعَوْنَ إِلَى كِتَابِ
اللَّهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ يَتَوَلَّى فَرِيقٌ مِنْهُمْ وَهُمْ
مُعْرِضُونَ (23) ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ إِلا
أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ وَغَرَّهُمْ فِي دِينِهِمْ مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ (24)
فَكَيْفَ إِذَا جَمَعْنَاهُمْ لِيَوْمٍ لَا رَيْبَ فِيهِ وَوُفِّيَتْ كُلُّ نَفْسٍ
مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ (25) }
Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang
telah diberi bagian, yaitu Al-Kitab (Taurat), mereka diseru kepada kitab Allah
supaya kitab itu menetapkan hukum di antara mereka; kemudian sebagian dari
mereka berpaling, dan mereka selalu membelakangi (kebenaran). Hal itu adalah karena mereka mengaku, "Kami tidak akan
disentuh oleh api neraka selain beberapa hari yang dapat dihitung." Mereka
diperdayakan dalam agama mereka oleh apa yang selalu mereka ada-adakan.
Bagaimanakah nanti apabila mereka Kami kumpulkan di hari (kiamat) yang tidak ada
keraguan tentang adanya. Dan disempurnakan kepada tiap-tiap diri balasan apa
yang diusahakannya, sedangkan mereka tidak dianiaya.Allah Swt. menyangkal sikap orang-orang Yahudi dan Nasrani yang berpegang kepada apa yang mereka dugakan di dalam kedua kitab mereka, yaitu Taurat dan Injil. Apabila mereka diseru untuk mengambil ketetapan dari apa yang terkandung di dalam kedua kitab mereka, yaitu taat kepada Allah dalam semua perintah-Nya yang ditujukan kepada mereka, yang intinya berisikan agar mereka mengikuti Nabi Muhammad Saw., maka mereka berpaling seraya membelakangi kebenaran yang terkandung di dalam kedua kitabnya. Hal ini merupakan celaan yang sangat pedas dan menjadikan mereka sebagai figur dari orang-orang yang menentang dan sangat ingkar. Kemudian Allah Swt. berfirman:
ذلِكَ
بِأَنَّهُمْ قالُوا لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ إِلَّا أَيَّاماً
مَعْدُوداتٍ
Hal itu adalah karena mereka mengakui, "Kami tidak akan disentuh oleh api
neraka selain beberapa hari yang dapat dihitung." (Ali Imran: 24)Yakni sesungguhnya yang mendorong dan membuat mereka berani menentang perkara yang hak (kebenaran) ialah karena ulah buat-buatan mereka sendiri, yaitu kebohongan-kebohongan mereka terhadap Allah yang mereka dakwakan untuk diri mereka sendiri, yaitu bahwa mereka hanya disiksa di dalam neraka selama tujuh hari; setiap seribu tahun dunia hanya satu hari. Tafsir hal ini dikemukakan di dalam surat Al-Baqarah.
Kemudian Allah Swt. berfirman:
وَغَرَّهُمْ
فِي دِينِهِمْ مَا كانُوا يَفْتَرُونَ
Mereka diperdayakan dalam agama mereka oleh apa yang selalu mereka
ada-adakan. (Ali Imran: 24)Yakni mengukuhkan mereka untuk berpegang kepada agama mereka yang batil, hal-hal yang memperdayakan diri mereka sendiri, yaitu dugaan mereka yang menyatakan bahwa api neraka tidak akan menyentuh mereka karena dosa-dosa mereka kecuali hanya beberapa hari yang dapat dihitung. Padahal mereka sendirilah yang membuat-buat kedustaan ini terhadap diri mereka, sedangkan Allah tidak pernah menurunkan suatu bukti pun yang mengukuhkan dugaan mereka itu.
Allah Swt. berfirman mengancam dan memperingatkan mereka:
فَكَيْفَ
إِذا جَمَعْناهُمْ لِيَوْمٍ لَا رَيْبَ فِيهِ
Bagaimanakah nanti apabila mereka Kami kumpulkan di hari (kiamat) yang
tidak ada keraguan tentang adanya. (Ali Imran: 25)Yaitu bagaimanakah keadaan mereka nanti, sedangkan mereka telah berbuat kedustaan terhadap Allah, mendustakan rasul-rasul-Nya, dan membunuh nabi-nabi-Nya serta para ulama kaumnya yang ber-amar ma'ruf dan nahi munkar. Allah Swt. akan meminta pertanggungjawaban dari mereka atas semuanya itu, dan Dia pasti akan menghukum dan memberikan balasannya kepada mereka.
Karena itulah Allah Swt. dalam ayat ini berfirman:
{فَكَيْفَ
إِذَا جَمَعْنَاهُمْ لِيَوْمٍ لَا رَيْبَ فِيهِ}
Bagaimanakah nanti apabila mereka Kami kumpulkan di hari (kiamat) yang
tidak ada keraguan tentang adanya. (Ali Imran: 25) Maksudnya, kejadian hari kiamat tidak diragukan lagi dan pasti akan terjadi.
{وَوُفِّيَتْ
كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ}
Dan disempurnakan kepada tiap-tiap diri balasan apa yang diusahakannya,
sedangkan mereka tidak dianiaya. (Ali Imran: 25)
{قُلِ
اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنزعُ الْمُلْكَ
مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ
إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (26) تُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ
وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ
وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَتَرْزُقُ مَنْ تَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
(27) }
Katakanlah, "Wahai Tuhan Yang mempunyai
kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau
cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau
hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan.
Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke
dalam siang, dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang
hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau
beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa perhitungan."Allah Swt. berfirman:
قُلِ
Katakanlah! (Ali Imran: 26)hai Muhammad dengan mengagungkan Tuhanmu, bersyukur kepada-Nya, berserah diri kepada-Nya, dan bertawakal kepada-Nya.
اللَّهُمَّ
مالِكَ الْمُلْكِ
Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan. (Ali Imran: 26)Yakni semua kerajaan adalah milik-Mu.
تُؤْتِي
الْمُلْكَ مَنْ تَشاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشاءُ
وَتُذِلُّ مَنْ تَشاءُ
Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau
cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang
Engkau kehendaki, dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. (Ali
Imran: 26)Artinya, Engkaulah Yang memberi dan Engkaulah Yang mencegah. Semua apa yang Engkau kehendaki pasti terjadi, dan semua yang tidak Engkau kehendaki pasti tidak akan terjadi.
Di dalam ayat ini terkandung isyarat dan bimbingan yang menganjurkan untuk mensyukuri nikmat Allah Swt., ditujukan kepada Rasul-Nya dan umatnya. Karena Allah Swt. mengalihkan kenabian dari kaum Bani Israil kepada nabi dari kalangan bangsa Arab, yaitu dari keturunan kabilah Quraisy yang ummi dari Mekah sebagai penutup semua nabi, serta sebagai utusan Allah kepada segenap manusia dan jin. Allah Swt. telah menghimpun di dalam dirinya semua kebaikan yang ada pada sebelumnya, dan menganugerahkan kepadanya beberapa khususiyat yang belum pernah Allah berikan kepada seorang pun dari kalangan para nabi dan para rasul sebelumnya. Yang dimaksud ialah dalam hal pengetahuannya mengenai Allah dan syariat yang diturunkan kepadanya, pengetahuannya tentang hal-hal yang gaib di masa lampau dan masa mendatang. Allah telah memperlihatkan kepadanya banyak hakikat akhirat, umatnya menyebar ke segenap pelosok dunia dari timur sampai ke barat, dan agama serta syariatnya ditampakkan di atas semua agama dan syariat yang lain. Maka semoga Allah melimpahkan salawat dan salam kepadanya untuk selama-lamanya sampai hari pembalasan, selama malam dan siang hari masih silih berganti. Karena itulah Allah Swt. mengatakan dalam firman-Nya: Katakanlah, "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan." (Ali Imran: 26), hingga akhir ayat.
Yakni Engkaulah Yang mengatur makhluk-Mu, Yang Maha Melakukan semua apa yang Engkau kehendaki. Sebagaimana Allah menyanggah orang-orang yang mengakui dirinya dapat mengatur urusan Allah, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
وَقالُوا
لَوْلا نُزِّلَ هذَا الْقُرْآنُ عَلى رَجُلٍ مِنَ الْقَرْيَتَيْنِ
عَظِيمٍ
Dan mereka berkata, "Mengapa Al-Qur'an ini tidak diturunkan kepada seorang
besar dari salah satu dua negeri (Mekah dan Taif) ini? (Az-Zukhruf: 31)Allah berfirman, menyanggah ucapan mereka itu, melalui ayat berikut:
أَهُمْ
يَقْسِمُونَ رَحْمَتَ رَبِّكَ
Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? (Az-Zukhruf: 32),
hingga akhir ayat.Dengan kata lain, Kamilah yang ber-tasarruf dalam semua ciptaan Kami menurut apa yang Kami kehendaki, tanpa ada seorang pun yang mencegah atau menolak Kami, dan bagi Kamilah hikmah yang sempurna serta hujah yang benar dalam hal tersebut. Demikianlah Allah menganugerahkan kenabian kepada siapa yang dikehendaki-Nya, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
اللَّهُ
أَعْلَمُ حَيْثُ يَجْعَلُ رِسالَتَهُ
Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas
kerasulan. (Al-An'am: 124)Allah Swt. telah berfirman:
انْظُرْ
كَيْفَ فَضَّلْنا بَعْضَهُمْ عَلى بَعْضٍ
Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas
sebagian (yang lain). (Al-Isra: 21), hingga akhir ayat.Al-Hafiz ibnu Asakir meriwayatkan di dalam riwayat hidup Ishaq ibnu Ahmad bagian dari kitab tarikh tentang Khalifah Al-Mamun, bahwa ia pernah melihat pada salah satu istana di negeri Rumawi suatu tulisan memakai bahasa Himyariyah. Ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, ternyata artinya seperti berikut: "Dengan nama Allah, tidak sekali-kali malam dan siang silih berganti, dan tidak pula bintang-bintang beredar pada garis edarnya, melainkan karena berpindahnya nikmat (karunia) dari suatu kerajaan yang telah sirna kekuasaannya ke kerajaan yang lain. Sedangkan kerajaan Tuhan yang memiliki Arasy tetap abadi, tidak akan hilang dan tidak ada yang menyekutuinya."
*******************
Firman Allah Swt.:
تُولِجُ
اللَّيْلَ فِي النَّهارِ وَتُولِجُ النَّهارَ فِي اللَّيْلِ
Engkau memasukkan
malam ke dalam siang,
dan Engkau memasukkan
siang ke dalam malam. (Ali Imran: 27)Yakni salah satunya mengambil kelebihan waktu dari yang lainnya. Maka yang lainnya berkurang hingga keduanya sama panjangnya, lalu yang lain mengambil dari kelebihan yang ini, hingga keduanya berbeda panjang masanya, tetapi lama-kelamaan panjang masa keduanya menjadi sama kembali. Demikianlah terjadi dalam musim-musim sepanjang tahunnya, yaitu musim semi, musim panas, musim gugur,dan musim dingin.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَتُخْرِجُ
الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ
Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang
mati dari yang hidup. (Ali Imran: 27)Maksudnya, Engkau mengeluarkan tumbuh-tumbuhan dari bebijian, dan mengeluarkan bebijian dari tumbuh-tumbuhan; buah kurma dari biji kurma, dan biji kurma dari buah kurma. Orang mukmin dari orang kafir, dan orang kafir dari orang mukmin. Ayam dari telur, dan telur dari ayam; dan segala sesuatu mengalami proses seperti ini.
وَتَرْزُقُ
مَنْ تَشاءُ بِغَيْرِ حِسابٍ
Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa perhitungan.
(Ali Imran: 27)Yakni Engkau memberi orang yang Engkau kehendaki harta benda yang tidak terhitung banyaknya dan sulit untuk ditakar, sedangkan kepada orang lainnya tidak Engkau berikan hal itu. Hal ini Engkau lakukan berdasarkan kebijaksanaan, kehendak, dan kemauan-Mu semata.
قَالَ
الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ زَكَرِيَّا الْغَلَّابِيُّ، حَدَّثَنَا
جَعْفَرُ بْنُ جسْر بْنِ فَرْقَد، حَدَّثَنَا أَبِي، عَنْ عَمْرو بْنِ مَالِكٍ،
عَنْ أَبِي الْجَوْزَاءِ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "اسْم اللهِ الأعْظَمَ الَّذي إذَا دُعِيَ بِهِ أَجَابَ،
فِي هَذِهِ الآيةِ مِنْ آلِ عِمْرانَ: {قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ [تُؤْتِي
الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنزعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ
وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ]
}
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Zakaria
Al-'Ala-i, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Hasan ibnu Farqad, telah
menceritakan kepada kami ayahku, dari Umar ibnu Malik, dari Abul Jauza, dari
Ibnu Abbas r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Asma Allah yang teragung
(Ismul A'zam) bila diucapkan dalam doa, niscaya diperkenankan, berada dalam ayat
ini bagian dari surat Ali Imran, yaitu firman-Nya: "Kalakanlah, 'Wahai Tuhan
Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau
kehendaki, dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki.
Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau hinakan orang
yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya engkau
Mahakuasa atas segala sesuatu' (Ali Imran: 26)."
{لَا
يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ
وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللَّهِ فِي شَيْءٍ إِلا أَنْ تَتَّقُوا
مِنْهُمْ تُقَاةً وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ وَإِلَى اللَّهِ الْمَصِيرُ
(28) }
Janganlah orang-orang mukmin mengambil
orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang
siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali
karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan
Allah memperingatkan kalian terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah
kembali (kalian).Allah Swt. melarang hamba-hamba-Nya yang mukmin berpihak kepada orang-orang kafir dan menjadikan mereka teman yang setia dengan menyampaikan kepada mereka berita-berita rahasia karena kasih sayang kepada mereka dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Kemudian Allah Swt. mengancam perbuatan tersebut melalui firman-Nya:
{وَمَنْ
يَفْعَلْ ذَلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللَّهِ فِي شَيْءٍ}
Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan
Allah. (Ali Imran: 28).Dengan kata lain, barang siapa yang melakukan hal tersebut yang dilarang oleh Allah, maka sesungguhnya ia telah melepaskan ikatan dirinya dengan Allah. Seperti yang disebutkan di dalam firman lainnya, yaitu:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِياءَ
تُلْقُونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ- إِلَى أَنْ قَالَ-: وَمَنْ يَفْعَلْهُ
مِنْكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَواءَ السَّبِيلِ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengambil musuh-Ku dan
musuh kalian menjadi teman-teman setia yang kalian sampaikan kepada mereka
(berita-berita Muhammad) karena rasa kasih sayang. (Al-Mumtahanah: 1) sampai
dengan firman-Nya: Dan barang siapa di antara kalian yang melakukannya, maka
sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus. (Al-Mumtahanah:
1)Demikian pula dalam firman Allah Swt. yang mengatakan:
{يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ
الْمُؤْمِنِينَ أَتُرِيدُونَ أَنْ تَجْعَلُوا لِلَّهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا
مُبِينًا}
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengambil orang-orang kafir
menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kalian mengadakan
alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksa kalian)? (An-Nisa: 144)
{يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ
بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ
[إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ] }
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengambil orang-orang
Yahudi dan Nasrani menjadi wali (kalian), sebagian dari mereka adalah wali bagi
sebagian yang lain. Barang siapa di antara kalian mengambil mereka menjadi wali,
maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. (Al-Maidah: 51),
hingga akhir ayat.Dan Allah Swt. berfirman sesudah menyebutkan masalah kasih sayang dan hubungan yang intim di antara orang-orang mukmin dari kalangan kaum Muhajirin, kaum Ansar, dan orang-orang Arab, yaitu:
وَالَّذِينَ
كَفَرُوا بَعْضُهُمْ أَوْلِياءُ بَعْضٍ إِلَّا تَفْعَلُوهُ تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي
الْأَرْضِ وَفَسادٌ كَبِيرٌ
Adapun orang-orang kafir, sebagian dari mereka menjadi pelindung bagi
sebagian yang lain. Jika kalian (hai kaum muslim) tidak melaksanakan apa yang
telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan
kerusakan yang besar. (Al-Anfal: 73)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
إِلَّا
أَنْ تَتَّقُوا مِنْهُمْ تُقاةً
kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari
mereka. (Ali Imran: 28)Dengan kata lain, kecuali bagi orang mukmin penduduk salah satu negeri atau berada di dalam waktu tertentu yang merasa khawatir akan kejahatan mereka (orang-orang kafir). Maka diperbolehkan baginya bersiasat untuk melindungi dirinya hanya dengan lahiriahnya saja, tidak dengan batin dan niat. Seperti apa yang telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Darda yang mengatakan:
"إنَّا
لَنَكْشرُ فِي وُجُوهِ أقْوَامٍ وَقُلُوبُنَا تَلْعَنُهُمْ".
Sesungguhnya kami benar-benar tersenyum di hadapan banyak kaum (di masa
lalu), sedangkan hati kami (para sahabat) melaknat mereka (orang-orang
musyrik).As-Sauri mengatakan bahwa sahabat Ibnu Abbas pernah mengatakan taqiyyah (sikap diplomasi) bukan dengan amal perbuatan, melainkan hanya dengan lisan saja. Hal yang sama diriwayatkan oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas, yaitu bahwa sesungguhnya taqiyyah itu hanya dilakukan dengan lisan. Hal yang sama dikatakan oleh Abul Aliyah, Abusy Sya'sa, Ad-Dahhak, dan Ar-Rabi' ibnu Anas. Pendapat mereka dikuatkan oleh firman Allah Swt. yang mengatakan:
مَنْ
كَفَرَ بِاللَّهِ مِنْ بَعْدِ إِيمانِهِ إِلَّا مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ
مُطْمَئِنٌّ بِالْإِيمانِ
Barang siapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat
kemurkaan Allah); kecuali orang yang dipaksa kafir, padahal hatinya tetap tenang
dalam beriman (dia tidak berdosa). (An-Nahl: 106), hingga akhir ayat.Imam Bukhari mengatakan, Al-Hasan pernah berkata bahwa taqiyyah (terus berlangsung) sampai hari kiamat.
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
وَيُحَذِّرُكُمُ
اللَّهُ نَفْسَهُ
Dan Allah memperingatkan kalian terhadap diri (siksa)-Nya. (Ali Imran:
28)Yakni Allah memperingatkan kalian terhadap pembalasan-Nya bila Dia ditentang dalam perintah-Nya, dan siksa serta azab Allah akan menimpa orang yang memihak kepada musuh-Nya dan memusuhi kekasih-kekasih-Nya.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَإِلَى
اللَّهِ الْمَصِيرُ
Dan hanya kepada Allah kembali (kalian). (Ali Imran: 28)Maksudnya, hanya kepada-Nyalah kalian dikembalikan, karena Dia akan membalas tiap-tiap diri sesuai dengan amal perbuatan yang telah dilakukannya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Suwaid ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Sa'id, telah menceritakan kepada kami Muslim ibnu Khalid, dari Ibnu Abu Husain, dari Abdur Rahman ibnu Sabit, dari Maimun ibnu Mihran yang menceritakan, "Sahabat Mu'az pernah berdiri di antara kami, lalu ia mengatakan, 'Hai Bani Aud, sesungguhnya aku adalah utusan Rasulullah kepada kalian. Kalian mengetahui bahwa tempat kembali hanyalah kepada Allah, yaitu ke surga atau ke neraka'."
{قُلْ
إِنْ تُخْفُوا مَا فِي صُدُورِكُمْ أَوْ تُبْدُوهُ يَعْلَمْهُ اللَّهُ وَيَعْلَمُ
مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
(29) يَوْمَ تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِلَتْ مِنْ خَيْرٍ مُحْضَرًا وَمَا
عَمِلَتْ مِنْ سُوءٍ تَوَدُّ لَوْ أَنَّ بَيْنَهَا وَبَيْنَهُ أَمَدًا بَعِيدًا
وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ (30)
}
Katakanlah, "Jika kalian menyembunyikan apa
yang ada dalam hati kalian atau kalian melahirkannya, pasti Allah mengetahui."
Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan Allah
Mahakuasa atas segala sesuatu. Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala
kebajikan yang dilakukan(nya) dihadapkan (ke hadapannya), begitu (juga)
kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari
itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kalian terhadap diri
(siksa)-Nya. Dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya.Allah Swt. memberitahukan kepada hamba-hamba-Nya bahwa Dia mengetahui semua yang tersembunyi dan semua yang tampak, dan bahwa tiada yang samar bagi Allah suatu hal pun dari mereka, melainkan Dia mengetahuinya dan meliputi mereka dalam semua keadaan, zaman, hari-hari, jam dan detik-detik mereka, serta mengetahui semua yang ada di bumi dan di langit. Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya walau seberat zarrah, dan bahkan yang lebih kecil lagi dari itu di semua kawasan bumi, laut, dan bukit-bukit.
وَاللَّهُ
عَلى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (Ali Imran: 29)Yakni kekuasaan-Nya langsung dan benar-benar nyata atas semuanya. Di balik kalimat ini terkandung makna yang memperingatkan kepada hamba-hamba-Nya agar takut kepada-Nya dan selalu khawatir akan siksaan-Nya, supaya mereka tidak berani mengerjakan apa-apa yang dilarang dan tidak disukai oleh-Nya. Karena sesungguhnya Allah mengetahui semua perkara mereka, dan Dia Mahakuasa untuk menyegerakan siksaan-Nya terhadap mereka. Jika Dia memberikan masa tangguh kepada seseorang di antara mereka, maka sesungguhnya Dia sengaja menangguhkan siksaan-Nya, kemudian pada saatnya Dia akan menimpakan siksaan kepadanya dengan siksaan dari Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Mahakuasa. Untuk itulah maka disebutkan dalam firman selanjutnya:
يَوْمَ
تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِلَتْ مِنْ خَيْرٍ مُحْضَراً
Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan yang
dilakukan(nya) dihadapkan (ke hadapannya). (Ali Imran: 30)Yakni pada hari kiamat nanti dihadapkan kepada setiap hamba semua amal perbuatannya, yang baik dan yang buruknya. Seperti yang disebutkan di dalam ayat yang lain, yaitu firman-Nya:
يُنَبَّؤُا
الْإِنْسانُ يَوْمَئِذٍ بِما قَدَّمَ وَأَخَّرَ
Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan
apa yang dilalaikannya. (Al-Qiyamah: 13)Maka apa yang ia lihat dari amal perbuatannya yang baik, hal itu sangat menggembirakannya; dan apa yang ia lihat dari amal perbuatannya yang buruk, hal itu membuatnya sedih dan kecewa; dan berharap sekiranya dia dapat berlepas diri dari dosa-dosanya itu, sekiranya antara dia dan dosa-dosanya itu jauh sekali jaraknya. Seperti yang ia katakan kepada setan yang selalu menemaninya ketika di dunia, karena setanlah yang membuatnya berani melakukan perbuatan yang berdosa:
يَا
لَيْتَ بَيْنِي وَبَيْنَكَ بُعْدَ الْمَشْرِقَيْنِ فَبِئْسَ
الْقَرِينُ
Aduhai, semoga (jarak) antaraku dan kamu seperti jarak antara timur dan
barat. Maka setan itu adalah sejahat-jahat teman (yang menyertai manusia).
(Az-Zukhruf: 38)Kemudian Allah Swt. mengukuhkan hal tersebut dengan nada peringatan dan ancaman melalui firman selanjutnya, yaitu:
وَيُحَذِّرُكُمُ
اللَّهُ نَفْسَهُ
dan Allah memperingatkan kalian terhadap diri (siksa)-Nya. (Ali Imran:
30)Artinya, Allah memperingatkan kalian terhadap siksa-Nya. Selanjutnya Allah Swt. menganjurkan kepada hamba-hamba-Nya untuk tidak berputus asa terhadap rahmat-Nya dan tidak berputus harapan dari belas kasihan-Nya.
وَاللَّهُ
رَؤُفٌ بِالْعِبادِ
Dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya. (Ali Imran: 30)Al-Hasan Al-Basri mengatakan, termasuk belas kasihan Allah kepada hamba-hamba-Nya ialah Dia memperingatkan mereka terhadap siksa-Nya. Menurut pendapat yang lain, makna yang dimaksud ialah Allah Maha Penyayang kepada makhluk-Nya, dan menyukai mereka bila mereka beristiqamah pada jalan-Nya yang lurus dan agama-Nya yang benar serta mengikuti Rasul-Nya yang mulia.
{قُلْ
إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ
لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (31) قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ
وَالرَّسُولَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْكَافِرِينَ (32)
}
Katakanlah, "Jika kalian (benar-benar)
mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa
kalian," Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah, "Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kalian
berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
kafir."Ayat yang mulia ini menilai setiap orang yang mengakui dirinya cinta kepada Allah, sedangkan sepak terjangnya bukan pada jalan yang telah dirintis oleh Nabi Muhammad Saw.; bahwa sesungguhnya dia adalah orang yang dusta dalam pengakuannya, sebelum ia mengikuti syariat Nabi Saw. dan agama yang dibawanya dalam semua ucapan dan perbuatannya. Seperti yang disebutkan di dalam hadis sahih, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
«مَنْ
عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ»
Barang siapa yang melakukan suatu amal perbuatan yang bukan termasuk
tuntunan kami, maka amalnya itu ditolak.Karena itulah maka dalam ayat ini disebutkan melalui firman-Nya:
قُلْ
إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ
اللَّهُ
Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi kalian. (Ali Imran: 31)Yakni kalian akan memperoleh balasan yang lebih daripada apa yang dianjurkan kepada kalian agar kalian mencintai-Nya, yaitu Dia mencintai kalian. Kecintaan Allah kepada kalian dinilai lebih besar daripada yang pertama, yaitu kecintaan kalian kepada-Nya. Seperti yang dikatakan oleh sebagian ulama yang bijak, bahwa duduk perkaranya bukanlah bertujuan agar kamu mencintai, melainkan yang sebenarnya ialah bagaimana supaya kamu dicintai.
Al-Hasan Al-Basri dan lain-Lainnya dari kalangan ulama Salaf mengatakan bahwa ada segolongan kaum yang menduga bahwa dirinya mencintai Allah, maka Allah menguji mereka dengan ayat ini, yaitu firman-Nya: Katakanlah, "Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi kalian." (Ali Imran: 31)
قَالَ
ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ
الطَّنافِسي، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى عَنْ عَبْدِ الْأَعْلَى بْنِ
أَعْيَنَ، عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ، عَنْ عُرْوَةَ، عَنْ عَائِشَةَ، رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "وَهَلِ الدِّينُ إِلَّا الْحُبُّ والْبُغْضُ؟ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى:
{قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ
اللَّهُ}
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Ali ibnu Muhammad At-Tanafisi, telah menceritakan
kepada kami Abdullah ibnu Musa ibnu Abdul A'la ibnu A'yun, dari Yahya ibnu Abu
Kasir, dari Urwah, dari Aisyah r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda: Tiada lain (ajaran) agama itu melainkan cinta karena Allah
dan benci karena Allah. Allah Swt. berfirman: Katakanlah, "Jika kalian
(benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku." (Ali Imran: 31)Abu Zur'ah (yakni Abdul A'la) mengatakan bahwa hadis ini munkar.
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{وَيَغْفِرْ
لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ}
dan mengampuni dosa-dosa kalian, Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (Ali Imran: 31)Yakni karena kalian mengikuti Rasul Saw., maka kalian memperoleh karunia itu berkat perantaraannya.
Kemudian Allah memerintahkan setiap orang, baik dari kalangan khusus ataupun dari kalangan awam melalui firman-Nya:
قُلْ
أَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَإِنْ تَوَلَّوْا
Katakanlah, "Taatilah Allah dan Rasul-Nya, jika kalian berpaling (Ali
Imran: 32)Yaitu menentang perintah-Nya.
فَإِنَّ
اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْكافِرِينَ
maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir? (Ali Imran:
32)Ayat ini memberikan pengertian bahwa menyimpang dari jalan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya merupakan perbuatan yang kufur; dan Allah tidak menyukai orang yang mempunyai sifat demikian, sekalipun ia mengakui bahwa dirinya cinta kepada Allah dan selalu mendekatkan diri kepada-Nya, sebelum ia mengikuti Rasul yang ummi penutup para rasul yang diutus untuk seluruh makhluk jin dan manusia. Karena seandainya para nabi —dan bahkan para rasul atau mereka yang dari kalangan ulul azmi— berada di zaman Nabi Muhammad Saw., maka tiada jalan Lain bagi mereka kecuali mengikuti Nabi Muhammad Saw., taat kepadanya, serta mengikuti syariatnya. Seperti yang akan diterangkan nanti dalam tafsir firman-Nya:
وَإِذْ
أَخَذَ اللَّهُ مِيثاقَ النَّبِيِّينَ
Dan (ingatlah) ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi. (Ali
Imran: 81), hingga akhir ayat.
{إِنَّ
اللَّهَ اصْطَفَى آدَمَ وَنُوحًا وَآلَ إِبْرَاهِيمَ وَآلَ عِمْرَانَ عَلَى
الْعَالَمِينَ (33) ذُرِّيَّةً بَعْضُهَا مِنْ بَعْضٍ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
(34) }
Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh,
keluarga Ibrahim, dan keluarga Imran melebihi segala umat (di masa mereka
masing-masing), (yaitu) satu keturunan yang sebagiannya (turunan) dari yang
lain. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.Allah Swt. memberitakan bahwa Dia memilih keluarga-keluarga tersebut atas semua penduduk bumi. Allah memilih Adam a.s., untuk itu Dia menciptakannya dengan tangan (kekuasaan)-Nya, dan meniupkan ke dalam tubuh Adam sebagian dari roh-Nya, memerintahkan para malaikat bersujud kepadanya, mengajarkan kepadanya nama-nama segala sesuatu, dan menempatkannya di dalam surga, kemudian menurunkannya dari surga karena hikmah yang hanya diketahui oleh-Nya.
Allah Swt. memilih Nuh a.s. dan menjadikannya sebagai rasul pertama untuk penduduk bumi, di saat manusia mulai menyembah berhala dan mempersekutukan Allah dengan sesembahan-sesembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan hujah mengenainya. Kemudian Allah membela Nuh a.s. setelah lama masa tinggalnya di kalangan kaumnya menyeru mereka untuk menyembah Allah siang dan malam hari, baik dengan sembunyi-sembunyi maupun dengan terang-terangan. Akan tetapi, ternyata usahanya itu tidak menambah dekat kepada mereka, kecuali makin jauh. Maka Nuh a.s. berdoa untuk kebinasaan mereka, dan akhirnya Allah Swt. menenggelamkan mereka semua hingga tidak ada seorang pun yang selamat kecuali orang-orang yang mengikuti agama yang diutus oleh Allah kepadanya.
Allah Swt. memilih keluarga Ibrahim yang dari kalangan mereka lahir penghulu manusia, penutup semua nabi (yaitu Nabi Muhammad Saw.). Allah Swt. memilih keluarga Imran; yang dimaksud dengan Imran dalam ayat ini ialah orang tua Maryam, ibu Nabi Isa a.s.
Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar mengatakan bahwa dia adalah Imran ibnu Yasyim ibnu Misya ibnu Hizqiya ibnu Ibrahim Guraya ibnu Nawisy ibnu Ajr ibnu Bahwa ibnu Nazim ibnu Muqasit ibnu Isya ibnu Iyaz ibnu Rukhai'am ibnu Sulaiman ibnu Daud a.s. Isa termasuk salah seorang dari keturunan Nabi Ibrahim a.s., seperti yang akan dijelaskan nanti dalam surat Al-An'am.
{إِذْ
قَالَتِ امْرَأَةُ عِمْرَانَ رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي
مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّي إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (35) فَلَمَّا
وَضَعَتْهَا قَالَتْ رَبِّ إِنِّي وَضَعْتُهَا أُنْثَى وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا
وَضَعَتْ وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالأنْثَى وَإِنِّي سَمَّيْتُهَا مَرْيَمَ وَإِنِّي
أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ (36)
}
(Ingatlah) ketika istri Imran berkata, "Ya
Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku
menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu, terimalah (nazar) itu dariku. Sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." Maka tatkala istri Imran
melahirkan anaknya, dia pun berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkannya
seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu;
dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah
menamai dia Maryam dan aku melindungkannya serta anak-anak
keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau dari setan yang
terkutuk."Istri Imran adalah ibu Siti Maryam a.s., namanya Hannah binti Faquz.
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa Hannah adalah seorang wanita yang lama tidak pernah hamil, lalu pada suatu hari ia melihat seekor burung sedang memberi makan anak-anaknya, akhirnya ia menginginkan punya anak. Kemudian ia berdoa kepada Allah Swt., semoga Allah menganugerahinya seorang putra, dan Allah memperkenankan doanya itu. Ketika suaminya menggaulinya, maka hamillah ia. Setelah masa hamilnya telah tua, maka ia bernazar bahwa anaknya kelak akan dipersembahkan untuk berkhidmat kepada Baitul Maqdis. Untuk itu ia berkata, seperti yang disebutkan firman-Nya: Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu, terimalah (nazar) itu dariku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Ali Imran: 35)
Yakni Engkau Maha Mendengar akan doaku lagi Maha Mengetahui niatku. Saat itu ia tidak mengetahui apakah anak yang dikandungnya itu laki-laki atau perempuan.
فَلَمَّا
وَضَعَتْها قالَتْ رَبِّ إِنِّي وَضَعْتُها أُنْثى وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِما
وَضَعَتْ
Maka tatkala istri Imran melahirkan anaknya, dia pun berkata, "Ya Tuhanku,
sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih
mengetahui apa yang dilahirkannya itu." (Ali Imran: 36)Lafaz wada'at ada yang membacanya wada'tu karena dianggap sebagai ta mutakallim (anak yang aku lahirkan), dan menjadikannya sebagai kelanjutan dari perkataan (doa) istri Imran.
Ada pula yang membacanya wada'at dengan huruf ta yang di-sukun-kan dan menjadikannya sebagai firman Allah Swt.
وَلَيْسَ
الذَّكَرُ كَالْأُنْثى
dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. (Ali Imran:
36)Yakni dalam hal kekuatan dan kesabaran dalam beribadah dan berkhidmat mengurus Masjidil Aqsa.
وَإِنِّي
سَمَّيْتُها مَرْيَمَ
Sesungguhnya aku telah menamainya Maryam. (Ali Imran: 36)Di dalam ayat ini terkandung makna boleh menamai anak di hari kelahirannya secara langsung, seperti yang tersirat dari makna lahiriah ayat. Mengingat hal ini merupakan syariat orang-orang sebelum kami, lalu menurut suatu riwayat diakui oleh syariat kita. Hal yang sama disebut pula di dalam sunnah Rasulullah Saw. yang telah bersabda:
«وُلِدَ
لِيَ اللَّيْلَةَ وَلَدٌ سَمَّيْتُهُ بِاسْمِ أَبِي إِبْرَاهِيمَ»
Telah dilahirkan untukku malam ini seorang anak laki-laki yang aku beri
nama dengan nama Abi Ibrahim. (Hadis diketengahkan oleh Bukhari Muslim)Hal yang sama disebutkan pula di dalam kitab Sahihain, bahwa sahabat Anas ibnu Malik berangkat membawa saudaranya yang baru dilahirkan oleh ibunya kepada Rasulullah Saw., lalu beliau Saw. men-tahnik-nya dan memberinya nama Abdullah.
Di dalam hadis sahih Bukhari disebutkan:
أَنَّ
رَجُلًا قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ ولد لي الليلة وَلَدٌ فَمَا أُسَمِّيهِ؟ قَالَ
«اسْمُ وَلَدِكَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ»
Bahwa seorang lelaki bertanya, "Wahai Rasulullah, telah dilahirkan seorang
anak laki-laki bagiku malam ini, maka nama apakah yang harus kuberikan
kepadanya?" Nabi Saw. menjawab, "Namailah anak laki-lakimu itu Abdur
Rahman."Disebutkan pula di dalam hadis sahih bahwa ketika datang Abu Usaid seraya membawa anaknya kepada Nabi Saw. untuk di-tahnik, tetapi Nabi Saw. sedang sibuk, lalu Abu Usaid memerintahkan agar dikembalikan ke rumahnya. Ketika Rasulullah Saw. tidak sibuk lagi dan ingat di majelis yang sama, maka beliau Saw. menamainya Al-Munzir.
Adapun hadis yang diriwayatkan dari Qatadah, dari Al-Hasan Al-Basri, dari Samurah ibnu Jundub yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
"كُلُّ
غُلامٍ رَهِين بِعقِيقتِهِ، يُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ سَابِعِهِ، ويُسَمَّى وَيحْلَقُ
رَأْسُهُ"
Setiap anak digadaikan oleh aqiqahnya yang disembelih (untuk) menebusnya
pada hari yang ketujuh (dari kelahirannya), lalu diberi nama dan dicukur
rambutnya.Maka hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan ahlus sunan, lalu dinilai sahih oleh Imam Turmuzi. Menurut riwayat yang lain disebutkan Yudma, hal ini lebih kuat dan lebih banyak dihafal.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Az-Zubair ibnu Bakkar di dalam Kitabun Nasab, yang bunyinya mengatakan bahwa Rasulullah Saw. melakukan aqiqah untuk anak lelakinya (yaitu Ibrahim), lalu beliau menamainya Ibrahim (dalam hari aqiqah-nya).
Tetapi sanad hadis ini kurang kuat karena bertentangan dengan apa yang terdapat di dalam hadis sahih. Sekiranya hadis ini sahih, niscaya diartikan bahwa Nabi Saw. baru mengumumkan nama Ibrahim pada hari aqiqah-nya itu (dan bukan pada pagi hari setelah malam hari kelahirannya).
*******************
Firman Allah Swt. menceritakan doa ibu Maryam, yaitu:
وَإِنِّي
أُعِيذُها بِكَ وَذُرِّيَّتَها مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيمِ
Dan sesungguhnya aku melindungkannya serta anak keturunannya kepada
(pemeliharaan) Engkau dari setan yang terkutuk. (Ali Imran: 36)Yakni aku menyerahkannya kepada lindungan Allah Swt. dari setan yang terkutuk, dan aku menyerahkan pula anaknya (yaitu Isa a.s.) kepada lindungan-Nya. Maka Allah memperkenankan doanya itu, seperti yang diriwayatkan oleh Abdur Razzaq:
أَنْبَأَنَا
مَعْمَر، عَنِ الزَّهْرِيِّ، عَنِ ابْنِ الْمُسَيَّبِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ،
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وسلم: "مَا مِن مَوْلُودٍ يُولَدُ إِلَّا مَسَّه الشَّيْطَانُ حِينَ يُولَدُ،
فَيَسْتَهِلّ صَارخًا مِنْ مَسِّهِ إيَّاهُ، إِلَّا مَرْيَم َوابْنَهَا". ثُمَّ
يَقُولُ أَبُو هُرَيْرَةَ: اقْرَأُوا إِنْ شِئْتُمْ: {وَإِنِّي أُعِيذُهَا بِكَ
وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ}
telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Az-Zuhri, dari Ibnul Musayyab,
dari Abu Hurairah yang bercerita bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tiada
seorang anak pun yang baru dilahirkan melainkan setan menyentuhnya ketika
dilahirkan, lalu ia menjerit menangis karena setan telah menyentuhnya, kecuali
Maryam dan anak laki-lakinya. Kemudian Abu Hurairah r.a. mengatakan,
"Bacalah oleh kalian jika kalian suka firman berikut," yaitu: Dan
sesungguhnya aku melindungkannya serta anak keturunannya kepada (pemeliharaan)
Engkau dari setan yang terkutuk. (Ali Imran: 36)Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan pula hadis ini melalui jalur Abdur Razzaq, juga Ibnu Jarir, dari Ahmad ibnul Faraj, dari Baqiyyah, dari Az-Zubaidi, dari Az-Zuhri, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. dengan lafaz yang semisal.
Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui hadis Qais, dari Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"مَا
مِنْ مَوْلُود إِلَّا وَقَدْ عَصَرَهُ الشَّيطانُ عَصْرَةً أَوْ عَصْرَتَيْن إِلَّا
عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ وَمَرْيمَ". ثُمَّ قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {وَإِنِّي أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ
الرَّجِيمِ}
Tiada seorang bayi pun melainkan setan telah mencubitnya sekali atau dua
kali, kecuali Isa ibnu Maryam dan Maryam sendiri. Kemudian Rasulullah
Saw. membacakan firman-Nya: Dan sesungguhnya aku melindungkannya serta anak
keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau dari setan yang terkutuk. (Ali
Imran: 36)Juga dari hadis Al-Ala, dari ayahnya, dari Abu Hurairah.
Iman Muslim meriwayatkannya dari Abut Tahir, dari Ibnu Wahb, dari Amr ibnul Haris, dari Abu Yunus, dari Abu Hurairah. Ibnu Wahb meriwayatkannya pula dari Ibnu Abu Zi-b, dari Ajlan maula Al-Musyma'il, dari Abu Hurairah.
Muhammad ibnu Ishaq meriwayatkannya dari Yazid ibnu Abdullah ibnu Qasit, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. dengan pokok hadisnya.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Al-Lais ibnu Sa'd, dari Ja'far ibnu Rabi'ah, dari Abdur Rahman ibnu Hurmuz Al-A'raj yang mengatakan, Abu Hurairah pernah mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
"كُلُّ
بَنِي آدَمَ يَطْعنُ الشَّيْطَانُ فِي جَنْبِه حِينَ تَلِدهُ أمُّهُ، إِلَّا عِيسَى
ابْنَ مَرْيَمَ، ذَهَبَ يَطْعَنُ فَطَعَنَ فِي الحِجَاب"
Semua anak Adam pernah ditusuk oleh setan pada lambungnya ketika
dilahirkan oleh ibunya, kecuali Isa ibnu Maryam; setan pergi untuk menusuknya,
tetapi yang ditusuknya hanyalah hijab (penghalang).
{فَتَقَبَّلَهَا
رَبُّهَا بِقَبُولٍ حَسَنٍ وَأَنْبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنًا وَكَفَّلَهَا زَكَرِيَّا
كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا الْمِحْرَابَ وَجَدَ عِنْدَهَا رِزْقًا قَالَ
يَا مَرْيَمُ أَنَّى لَكِ هَذَا قَالَتْ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ
يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ (37) }
Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar)
dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik, dan
Allah menjadikan Zakaria pemeliharanya. Setiap Zakaria masuk untuk menemui
Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakaria berkata, "Hai Maryam,
dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab, "Makanan itu dari
sisi Allah." Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya
tanpa hisab.Allah Swt. memberitakan bahwa Dia menerima nazar yang telah diucapkan oleh ibu Maryam, dan bahwa Dia menumbuhkannya dengan pertumbuhan yang baik, yakni menjadikan rupanya cantik dengan penampilan yang bercahaya serta memberinya rahasia untuk doa yang dikabulkan, dan menitipkannya kepada orang-orang yang saleh dari hamba-hamba-Nya; dia belajar dari mereka ilmu, kebaikan, dan agama. Disebutkan di dalam firman-Nya:
وَكَفَّلَها
زَكَرِيَّا
Dan Allah menjadikan Zakaria pemeliharanya. (Ali Imran: 37)Dengan huruf fa yang di-tasydid-kan dan lafaz Zakaria di-nasab-kan karena menjadi maful, yakni Allah menjadikannya sebagai pemelihara Maryam.
Ibnu Ishaq mengatakan, hal tersebut tidak sekali-kali terjadi melainkan karena Maryam telah yatim. Sedangkan yang lainnya mengatakan bahwa kaum Bani Israil di suatu waktu mengalami musim paceklik dan kekeringan, maka Zakaria memelihara Maryam sebagai ayah angkatnya karena faktor tersebut. Pada intinya kedua pendapat tersebut tidak bertentangan.
Sesungguhnya Allah telah menakdirkan Zakaria sebagai pemeliharanya tiada lain hanyalah untuk kebahagiaan Maryam sendiri, agar Maryam dapat menimba darinya ilmu pengetahuan yang banyak lagi bermanfaat serta amal yang saleh. Juga karena Zakaria sendiri adalah suami bibinya, menurut apa yang disebutkan oleh Ibnu Ishaq dan Ibnu Jarir serta lain-lainnya.
Menurut pendapat yang lain, Zakaria adalah suami saudara perempuan Maryam. Seperti yang disebut di dalam sebuah hadis sahih, yaitu:
«فَإِذَا
بِيَحْيَى وَعِيسَى وَهُمَا ابْنَا الْخَالَةِ»
tiba-tiba Nabi Saw. bersua dengan Yahya dan Isa, keduanya adalah anak
laki-laki bibi (saudara sepupu).Akan tetapi, adakalanya dapat diselaraskan dengan pengertian apa yang telah dikatakan oleh Ibnu Ishaq dalam pengertian yang lebih luas. Atas dasar ini berarti Maryam berada di dalam asuhan dan pemeliharaan bibinya.
Disebutkan di dalam sebuah hadis sahih bahwa Rasulullah Saw. pernah memutuskan dalam kasus Imarah binti Hamzah bahwa Imarah diserahkan ke dalam pemeliharaan bibinya yang menjadi istri Ja'far ibnu Abu Talib, dan beliau bersabda:
«الْخَالَةُ
بِمَنْزِلَةِ الْأُمِّ»
Bibi sama kedudukannya dengan ibu.Kemudian Allah Swt. menceritakan perihal kemuliaan dan keteguhan-nya dalam tempat ibadahnya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
كُلَّما
دَخَلَ عَلَيْها زَكَرِيَّا الْمِحْرابَ وَجَدَ عِنْدَها رِزْقاً
Setiap Zakaria masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di
sisinya (Maryam). (Ali Imran: 37)Mujahid, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Abusy Sya'sa, Ibrahim An-Nakha'i, Ad-Dahhak, Qatadah, Ar-Rabi' ibnu Anas, Atiyyah Al-'Aufi, dan As-Saddi mengatakan, makna yang dimaksud ialah Zakaria menjumpai di sisi Maryam buah-buahan musim panas di saat musim dingin, dan buah-buahan musim dingin di saat musim panas.
Disebutkan dari Mujahid sehubungan dengan firman-Nya: ia menjumpai makanan di sisinya. (Ali Imran: 37). Bahwa yang dimaksud dengan rizqan bukan makanan, melainkan ilmu atau suhuf (lembaran-lembaran) yang di dalamnya terkandung ilmu.
Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim. Akan tetapi, pendapat pertama (yang mengatakan makanan atau buah-buahan) adalah pendapat yang lebih sahih. Di dalamnya terkandung pengertian yang menunjukkan adanya karamah para wali Allah, dan di dalam sunnah terdapat banyak hal yang semisal.
Ketika Zakaria melihat makanan tersebut berada di sisi Maryam, maka ia bertanya:
{قَالَ
يَا مَرْيَمُ أَنَّى لَكِ هَذَا}
Zakaria berkata, "Hai Maryam, dari manakah kamu memperoleh (makanan)
ini?" (Ali Imran: 37)Lalu dalam firman selanjutnya disebutkan:
قالَتْ
هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَرْزُقُ مَنْ يَشاءُ بِغَيْرِ
حِسابٍ.
Maryam menjawab, "Makanan ini dari sisi Allah." Sesungguh-ya Allah memberi
rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab."(Ali Imran: 37)
قَالَ
الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى: حَدَّثَنَا سَهْل بْنُ زنْجَلة، حَدَّثَنَا عَبْدُ
اللَّهِ بْنُ صَالِحٍ، حَدَّثَنَا عبد الله ابن لَهِيعَة، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ
المُنْكَدِر، عَنْ جَابِرٍ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلم
أَقَامَ أَيَّامًا لَمْ يَطْعَمْ طَعَامًا، حَتَّى شَقّ ذَلِكَ عَلَيْهِ، فَطَافَ
فِي مَنَازِلِ أَزْوَاجِهِ فَلَمْ يَجِدْ عِنْدَ وَاحِدَةٍ مِنْهُنَّ شَيْئًا،
فَأَتَى فَاطِمَةَ فَقَالَ: "يَا بُنَيَّة، هَلْ عِنْدَكِ شَيْء آكُلُهُ، فَإِنَّي
جَائِع؟ " فَقَالَتْ: لَا وَاللَّهِ بِأَبِي أنتَ وَأُمِّي. فَلَمَّا خَرَج مِنْ
عِنْدِهَا بَعَثَتْ إِلَيْهَا جَارَةٌ لَهَا بِرَغِيفَيْنِ وَقِطْعَةِ لَحْمٍ،
فَأَخَذَتْهُ مِنْهَا فَوَضَعَتْهُ فِي جَفْنَةٍ لَهَا، وَقَالَتْ: وَاللَّهِ
لَأُوثِرَنَّ بِهَذَا رَسُولَ اللَّهِ [صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ] عَلَى
نَفْسِي وَمَنْ عِنْدِي. وَكَانُوا جَمِيعًا مُحْتَاجِينَ إِلَى شِبْعَةِ طَعَامٍ،
فَبَعَثَتْ حَسَنا أَوْ حُسَينا إلى رسول الله [صلى الله عليه وسلم] فَرَجَعَ
إِلَيْهَا فَقَالَتْ لَهُ: بِأَبِي وَأُمِّي قَدْ أَتَى اللَّهُ بِشَيْءٍ
فخَبَّأتُه لَكَ. قَالَ: "هَلُمِّي يَا بُنيَّة" قَالَتْ: فَأَتَيْتُهُ
بِالْجَفْنَةِ. فَكَشَفَتْ عَنِ الْجَفْنَةِ فَإِذَا هِيَ مَمْلُوءَةٌ خُبْزًا
وَلَحْمًا، فَلَمَّا نظرَتْ إِلَيْهَا بُهِتتْ وعرفَتْ أَنَّهَا بَرَكَةٌ مِنَ
اللَّهِ، فحمدَت اللَّهَ وصلَّت عَلَى نَبِيِّهِ، وقدّمَتْه إلى رسولِ الله صلى
الله عليه وسلم. فَلَمَّا رَآهُ حَمِدَ اللَّهَ وَقَالَ: "مِنْ أيْنَ لَكِ هَذَا
يَا بُنَية؟ " فَقَالَتْ يَا أَبَتِ، {هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ
يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ} فَحَمِدَ اللَّهَ وَقَالَ: "الحَمْدُ للهِ
الَّذي جَعَلَكِ -يَا بُنَيّة-شَبيهَةِ بسيدةِ نِساء بَنيِ إسْرَائيلَ، فَإنَّها
كَانَتْ إذَا رَزَقَهَا اللهُ شَيْئًا فَسُئِلَتْ عَنْهُ قَالَتْ: {هُوَ مِنْ
عِنْدِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ} فَبَعَثَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى عَلِي ثُمَّ أَكَلَ
رسولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَكَلَ عَلِيٌّ، وَفَاطِمَةُ،
وَحَسَنٌ، وَحُسَيْنٌ، وَجَمِيعُ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وَأَهْلُ بَيْتِهِ جَمِيعًا حَتَّى شَبِعُوا. قَالَتْ: وَبَقِيَتِ
الْجَفْنَةُ كَمَا هِيَ، فَأَوْسَعَتْ بِبَقِيَّتِهَا عَلَى جَمِيعِ الْجِيرَانِ،
وَجَعَلَ اللَّهُ فيها بركة وخيرا كثيرا
Al-Hafiz Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sahl ibnu
Zanjilah, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Saleh, telah menceritakan
kepada kami Abdullah ibnu Luhai'ah, dari Muhammad ibnul Munkadir, dari Jabir,
bahwa Rasulullah Saw. pernah tinggal selama beberapa hari tanpa makan sesuap
makanan pun hingga kelihatan beliau sangat berat. Lalu beliau berkeliling ke
rumah istri-istrinya, tetapi tidak menemukan sesuap makanan pun pada seseorang
di antara mereka. Maka beliau Saw. datang ke rumah Fatimah (putrinya), lalu
bersabda, "Hai anakku, apakah engkau mempunyai sesuatu makanan yang dapat
kumakan? Karena sesungguhnya aku sedang lapar." Fatimah menjawab,
"Tidak, demi Allah." Ketika Nabi Saw. pergi dari rumahnya, tiba-tiba Siti
Fatimah mendapat kiriman dua buah roti dan sepotong daging dari tetangga
wanitanya, lalu Fatimah mengambil sebagian darinya dan diletakkan di dalam
sebuah panci miliknya, dan ia berkata kepada dirinya sendiri, "Demi Allah, aku
benar-benar akan mendahulukan Rasulullah Saw. dengan makanan ini daripada diriku
sendiri dan orang-orang yang ada di dalam rumahku," padahal mereka semua
memerlukan makanan yang cukup. Kemudian Fatimah menyuruh Hasan atau Husain untuk
mengundang Rasulullah Saw. Ketika Rasulullah Saw. datang kepadanya, maka ia
berkata, "Demi Allah, sesungguhnya Allah telah memberikan suatu makanan, lalu
aku sembunyikan buatmu." Nabi Saw. bersabda, "Cepat berikanlah kepadaku, hai
anakku." Siti Aisyah melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia menyuguhkan
panci tersebut dan membukanya. Tiba-tiba panci itu telah penuh berisikan roti
dan daging. Ketika Fatimah melihat ke arah panci itu, maka ia merasa kaget dan
sadar bahwa hal itu adalah berkah dari Allah Swt. Karena itu, ia memuji kepada
Allah dan mengucapkan salawat buat Nabi-Nya. Lalu Fatimah menyuguhkan makanan
tersebut kepada Rasulullah Saw. Ketika beliau Saw. melihatnya, maka beliau
memuji kepada Allah dan bertanya, "Dari manakah makanan ini, hai anakku?"
Fatimah menjawab bahwa makanan tersebut dari sisi Allah, seraya menyitir
firman-Nya: Makanan itu dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah memberi rezeki
kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab. (Ali Imran: 37); Maka Nabi
Saw. memuji kepada Allah dan bersabda: Segala puji bagi Allah yang telah
menjadikan dirimu, hai anakku, mirip dengan penghulu kaum wanita Bani Israil;
karena sesungguhnya dia bila diberi rezeki sesuatu (makanan) oleh Allah, lalu
ditanya mengenai asal makanan itu, ia selalu menjawab, "Makanan itu dari sisi
Allah. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa
hisab." Kemudian Rasulullah Saw. memanggil Ali, lalu makan bersama
Ali, Fatimah, Hasan, dan Husain serta semua istri dan keluarga ahli bait-nya,
hingga semuanya merasa kenyang dari makanan itu. Siti Aisyah melanjutkan
kisahnya, bahwa makanan dalam panci itu masih utuh seperti sediakala, lalu
sisanya dapat dikirimkan kepada semua tetangganya. Allah telah menjadikan
keberkahan dan kcbaikan yang banyak dalam makanan itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar