{قَالَ
فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لأقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ (16) ثُمَّ
لآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ
وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ (17) }
Iblis menjawab, "Karena Engkau telah menghukum
saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,
kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan belakang mereka, dari kanan
dan dari kiri mereka Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur
(taat)."Allah Swt. menceritakan bahwa setelah Dia memberikan masa tangguh kepada iblis sampai hari mereka dibangkitkan, dan setelah iblis terikat dengan janji itu, maka mulailah ia bersikap ingkar dan melampiaskan dendamnya. Untuk itu ia berkata:
{فَبِمَا
أَغْوَيْتَنِي لأقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ}
Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan
(menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus. (Al-A'raf:
16)Yakni sebagaimana Engkau telah menyesatkan aku. Menurut Ibnu Abbas, sebagaimana Engkau telah menghukumi saya tersesat. Sedangkan menurut lainnya, sebagaimana Engkau telah binasakan saya, maka sesungguhnya saya benar-benar akan menghalang-halangi hamba-hamba-Mu yang Engkau ciptakan dari keturunan orang ini (Adam) yang menjadi penyebab Engkau jauhkan diriku dari rahmat-Mu, agar mereka tidak menempuh jalan-Mu yang lurus, yaitu jalan yang hak dan jalan keselamatan. Sesungguhnya saya benar-benar akan menyesatkan mereka dari jalan tersebut agar mereka tidak menyembah-Mu dan tidak pula mentauhidkan-Mu, karena Engkau telah memutuskan kesesatan terhadap diriku.
Sebagian ulama nahwu mengatakan bahwa huruf ba dalam ayat ini mengandung makna sumpah. Jadi, seakan-akan iblis mengatakan, "Maka demi kesesatan yang telah Engkau putuskan terhadap diriku, maka aku benar-benar akan menghalang-halangi mereka dari jalan-Mu yang lurus."
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: jalan Engkau yang lurus. (Al-A'raf: 16) Yaitu jalan yang hak. Muhammad ibnu Suqah meriwayatkan dari Aun, dari Abdullah, bahwa makna yang dimaksud ialah jalan ke Mekah.
Ibnu Jarir mengatakan, yang benar pengertian siratal mustaqim lebih umum daripada semuanya.
Menurut kami (dikatakan lebih umum) karena ada sebuah hadis diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
حَدَّثَنَا
هَاشِمُ بْنُ الْقَاسِمِ، حَدَّثَنَا أَبُو عَقِيل-يَعْنِي الثَّقَفِيَّ عَبْدَ
اللَّهِ بْنَ عَقِيلٍ -حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ الْمُسَيَّبِ، أَخْبَرَنِي سَالِمُ
بْنُ أَبِي الجَعْد عَنْ سَبْرَة بْنِ أَبِي فَاكِه قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم يَقُولُ: "إِنَّ الشَّيْطَانَ قَعَدَ لِابْنِ
آدَمَ بِطُرُقِهِ، فَقَعَدَ لَهُ بِطَرِيقِ الْإِسْلَامِ، فَقَالَ: أَتُسْلِمُ
وَتَذَرُ دِينَكَ وَدِينَ آبَائِكَ؟ ". قَالَ: "فَعَصَاهُ وَأَسْلَمَ". قَالَ:
"وَقَعَدَ لَهُ بِطَرِيقِ الْهِجْرَةِ فَقَالَ: أَتُهَاجِرُ وَتَدَعُ أَرْضَكَ
وَسَمَاءَكَ، وَإِنَّمَا مَثَلُ الْمُهَاجِرِ كَالْفَرَسِ فِي الطّوَل؟ فَعَصَاهُ
وَهَاجَرَ، ثُمَّ قَعَدَ لَهُ بِطَرِيقِ الْجِهَادِ، وَهُوَ جِهَادُ النَّفْسِ
وَالْمَالِ، فَقَالَ: تُقَاتِلُ فَتُقْتَلُ، فَتُنْكَحُ الْمَرْأَةُ وَيُقَسَّمُ
الْمَالُ؟ ". قَالَ: "فَعَصَاهُ، فَجَاهَدَ". قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ مِنْهُمْ فَمَاتَ، كَانَ حَقًّا عَلَى
اللَّهِ أَنْ يُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ، أَوْ قُتِلَ كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ،
عَزَّ وَجَلَّ، أَنْ يُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ، وَإِنْ غَرِقَ كَانَ حَقًّا عَلَى
اللَّهِ أَنْ يُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ، أَوْ وَقَصته دَابَّةٌ كَانَ حَقًّا عَلَى
اللَّهِ أَنْ يَدْخُلَهُ الْجَنَّةَ"
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Hasyim ibnul Qasim, telah
menceritakan kepada kami Abu Uqail (yakni As-Saqafi, yaitu Abdullah ibnuUqail),
telah menceritakan kepada kami Musa ibnul Musayyab, telah menceritakan kepadaku
Salim ibnu Abul Ja'd, dari Sirah ibnu Abul Fakih yang mengatakan bahwa ia telah
mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya setan selalu duduk
menghalangi jalan anak Adam. maka setan menghalang-halangi jalan Islamnya, lalu
berkata kepadanya, "Apakah engkau mau masuk Islam dan meninggalkan agamamu,
yaitu agama nenek moyangmu?" Tetapi ia tidak menuruti kata setan dan tetap masuk
Islam. Lalu setan menghalang-halangi jalan hijrahnya dan mengatakan kepadanya,
"Apakah engkau hijrah dan rela meninggalkan tanah airmu sendiri? Sesungguhnya
perumpamaan orang yang berhijrah sama dengan orang yang menempuh jalan ke negeri
Persia jauhnya.” Tetapi ia mendurhakai setan dan tetap berhijrah. Kemudian
setan menghalang-halangi jalan jihadnya, yaitu jihad dengan jiwa dan harta
benda, lalu berkata setan, "Engkau mau berperang, pada akhirnya engkau terbunuh,
istrimu akan dikawini orang dan hartamu dibagi-bagikan.” Tetapi ia tidak
menuruti kata setan dan tetap berjihad. Rasulullah Saw. bersabda: Barang
siapa yang berbuat demikian di antara mereka, lalu ia meninggal dunia, maka
pasti Allah akan memasukkannya ke dalam surga. Dan jika ia terbunuh (gugur),
pasti Allah akan memasukkannya ke surga. Dan jika ia tenggelam, maka pasti
Allah akan memasukkannya ke surga. Dan jika ia tertendang oleh unta kendaraannya
(hingga mati), maka pasti Allah akan memasukkannya ke dalam
surga.
*******************
Firman Allah Swt.:
{ثُمَّ
لآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ}
kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka.
(Al-A'raf: 17), hingga akhir ayat.Ali ibnu Abu Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka mereka. (Al-A'raf: 17) Artinya, saya akan meragukan mereka terhadap urusan akhirat mereka. dan dari belakang mereka. (Al-A'raf: 17) Yaitu saya akan membuat mereka menyukai duniawi mereka. dan dari kanan mereka. (Al-A'raf: 17) Maksudnya, saya akan mengaburkan mereka terhadap urusan agama mereka. dan dari kiri mereka. (Al-A'raf: 17) Yakni saya akan membuat mereka tergiur kepada kemaksiatan.
Ibnu Abu Talhah —dalam riwayat Al-Aufi, yang kedua-duanya dari Ibnu Abbas— menyebutkan bahwa dari muka mereka artinya dari arah dunia mereka. Dari belakang mereka artinya urusan akhirat mereka, dari kanan mereka artinya dari arah kebaikan-kebaikan mereka, dan dari kiri mereka artinya dari arah kejahatan-kejahatan mereka.
Sa'id ibnu Abu Arubah meriwayatkan dari Qatadah, bahwa setan datang dari arah depan mereka, lalu memberitahukan kepada mereka bahwa tidak ada hari berbangkit, tidak ada surga, dan tidak ada neraka. Setan datang dari arah belakang mereka, yakni dari urusan duniawi mereka, lalu setan menghiasinya dengan hiasan yang indah dan menganjurkan mereka untuk memakainya. Setan datang dari kanan mereka, yakni dari arah kebaikan-kebaikan mereka, lalu setan menghalang-halangi mereka dari kebaikan-kebaikan itu. Setan datang dari arah kiri mereka, lalu ia menghiasi kejahatan dan kemaksiatan hingga menjadi tampak indah, kemudian menyeru mereka untuk mengerjakannya dan memerintahkan mereka untuk melakukannya. Hai anak Adam, setan mendatangimu dari semua penjuru, hanya saja setan tidak dapat mendatangimu dari arah atasmu; dia tidak mampu menghalang-halangi antara kamu dan rahmat Allah Swt.
Hal yang sama dikatakan oleh Ibrahim An-Nakha'i, Al-Hakam ibnu Uyaynah, As-Saddi, dan Ibnu Juraij dalam riwayat yang bersumberkan dari mereka. Hanya saja mereka mengatakan, "Dan dari arah depan berupa perkara duniawi, dari arah belakang berupa perkara akhirat.'
Mujahid mengatakan, "Dari depan dan dari kanan mereka tanpa kelihatan oleh mereka, serta dari arah belakang dan dari arah kiri mereka tanpa kelihatan oleh mereka."
Ibnu Jarir memilih pendapat yang mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah semua jalan kebaikan dan jalan kejahatan. Dengan kata lain, jika jalan kebaikan, maka setan selalu menghalang-halangi mereka untuk sampai kepadanya; jika jalan kejahatan, maka setan selalu menghiaskannya di mata mereka.
Al-Hakam ibnu Aban telah meriwayatkan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. (Al-A'raf: 17) Iblis tidak berani mengatakan dari atas mereka, karena rahmat Allah diturunkan kepada mereka dari atas mereka.
Ali ibnu Abu Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur. (Al-A'raf: 17) Yang dimaksud dengan syakirin ialah orang-orang yang mengesakan Allah. Ucapan iblis ini hanya semata-mata berlandaskan dugaan dan ilusinya sendiri. Tetapi apa yang diduga oleh iblis itu memang sesuai dengan kenyataannya, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَلَقَدْ
صَدَّقَ عَلَيْهِمْ إِبْلِيسُ ظَنَّهُ فَاتَّبَعُوهُ إِلا فَرِيقًا مِنَ
الْمُؤْمِنِينَ * وَمَا كَانَ لَهُ عَلَيْهِمْ مِنْ سُلْطَانٍ إِلا لِنَعْلَمَ مَنْ
يُؤْمِنُ بِالآخِرَةِ مِمَّنْ هُوَ مِنْهَا فِي شَكٍّ وَرَبُّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
حَفِيظٌ}
Dan sesungguhnya iblis telah dapat membuktikan kebenaran sangkaannya
terhadap mereka, lalu mereka mengikutinya, kecuali sebagian orang-orang yang
beriman. Dan tidak adalah kekuasaan iblis terhadap mereka, melainkan hanyalah
agar Kami dapat membedakan siapa yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat
dari siapa yang ragu tentang itu. Dan Tuhanmu Maha Memelihara segala sesuatu.
(Saba': 20-21)Karena itulah di dalam hadis disebutkan tentang memohon perlindungan kepada Allah dari pengaruh setan yang mendatangi manusia dari segala penjurunya. Antara lain seperti apa yang diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar di dalam kitab musnadnya:
حَدَّثَنَا
نَصْر بْنُ عَلِيٍّ، حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ مُجَمِّع، عَنْ يُونُسَ بْنِ خَبَّاب،
عَنِ ابْنِ جُبَيْر بْنِ مُطْعِم -يَعْنِي نَافِعَ بْنَ جُبَيْرٍ -عَنِ ابْنِ
عَبَّاسٍ -وَحَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ -يَعْنِي السِّجِسْتَانِيَّ
-حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ
عَمْرٍو، عَنْ زَيْدِ بْنِ أَبِي أُنَيْسَةَ، عَنِ يُونُسَ بْنِ خَبَّابٍ -عَنِ
ابْنِ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ -عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ
الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِينِي وَدُنْيَايَ، وَأَهْلِي وَمَالِي، اللَّهُمَّ
اسْتُرْ عَوْرَتي، وَآمِنْ رَوْعَتِي وَاحْفَظْنِي مِنْ بَيْنِ يَدِي وَمِنْ
خَلْفِي، وَعَنْ يَمِينِي وعن شمالي، وَمِنْ فَوْقِي، وَأَعُوذُ بِكَ اللَّهُمَّ
أَنْ أُغْتَال مِنْ تَحْتِي"
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Nasr ibnu Ali, telah
menceritakan kepada kami Amr ibnu Majma", dari Yunus ibnu Khabbab, dari Ibnu
Jubair ibnu Mut'im (yakni Nafi' ibnu Jubair), dari Ibnu Abbas. Telah
menceritakan kepada kami Umar ibnul Khattab As-Sijistani, telah menceritakan
kepada kami Ubaidillah ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu
Amr, dari Zaid ibnu Abu Anisah, dari Yunus ibnu Khabbab, dari Ibnu Jubair ibnu
Mut'im, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. acapkali membaca
doa berikut, yaitu: Ya Allah, saya memohon pemaafan dan keselamatan dalam
urusan agama, dunia, keluarga, dan harta benda saya. Ya Allah, tutupilah aurat
saya dan amankanlah rasa takut saya, dan peliharalah saya dari arah muka,
belakang, kanan, kiri, dan dari arah atas saya. Dan saya berlindung kepada
Engkau, wahai Allah, janganlah saya diculik (diazab) dari arah bawah
saya.Hadis diriwayatkan secara munfarid oleh Imam Bazzar, dan ia menilainya sebagai hadis hasan.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَكِيع، حَدَّثَنَا عُبَادَةُ بْنُ مُسْلِمٍ
الْفَزَارِيُّ، حَدَّثَنِي جُبَير بْنُ أَبِي سُلَيْمَانَ
ابن
جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ، سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ يَقُولُ: لَمْ يَكُنْ
رَسُولُ اللَّهِ يَدْعُ هَؤُلَاءِ الدَّعَوَاتِ حِينَ يُصْبِحُ وَحِينَ يُمْسِي:
"اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ،
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِينِي وَدُنْيَايَ
وَأَهْلِي وَمَالِي، اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوَرَاتِي، وَآمِنْ رَوْعاتي، اللَّهُمَّ
احْفَظْنِي مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ وَمِنْ خَلْفِي، وَعَنْ يَمِينِي وعن شمالي، ومن
فَوْقِي، وأعوذ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِي". قَالَ وَكِيعٌ: يَعْنِي
الْخَسْفَ.
Imam Ahmad mengatakan, tetah menceritakan kepada kami Waki', telah
menceritakan kepada kami Ubadah ibnu Muslim At-Fazzari, telah menceritakan
kepadaku Jarir ibnu Abu Sulaiman ibnu Jubair ibnu Mufim; ia pernah mendengar
Abdullah ibnu Umar berkata bahwa tiada doa yang selalu dibaca oleh Rasulullah
Saw. di waktu pagi dan petangnya, melainkan doa berikut: Ya Allah,
sesungguhnya saya memohon kepada Engkau keselamatan di dunia dan di akhirat. Ya
Allah, sesungguhnya saya memohon kepada Engkau pemaafan dan keselamatan dalam
agama, dunia, keluarga, dan harta benda saya. Ya Allah, tutupilah aurat-aurat
saya dan amankanlah rasa takut saya. Ya Allah, peliharalah saya dari arah depan,
dari arah belakang, dari arah kanan, dari arah kiri, dan dari arah atas saya.
Dan saya berlindung kepada Kebesaran-Mu, agar saya tidak diculik dari arah bawah
saya.Waki' mengatakan bahwa min tahti (dari arah bawahku) maksudnya ialah ditelan oleh bumi.
Imam Abu Daud, Imam Nasai, Imam Ibnu Majah, Imam Ibnu Hibban, dan Imam Hakim meriwayatkannya melalui hadis Ubadah ibnu Muslim dengan lafaz yang sama. Imam Hakim mengatakan bahwa sanad hadis ini sahih.
{قَالَ
اخْرُجْ مِنْهَا مَذْءُومًا مَدْحُورًا لَمَنْ تَبِعَكَ مِنْهُمْ لأمْلأنَّ
جَهَنَّمَ مِنْكُمْ أَجْمَعِينَ (18) }
Allah berfirman, "Keluarlah kamu dari surga itu
sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barang siapa di antara mereka
mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahannam dengan kalian
semuanya."Allah Swt. mengukuhkan pengusiran iblis dari golongan makhluk yang tertinggi dan menjauhkannya dari rahmat-Nya. Hal ini diungkapkan Allah Swt. melalui firman-Nya:
{اخْرُجْ
مِنْهَا مَذْءُومًا مَدْحُورًا}
Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir.
(Al-A'raf: 18)Ibnu Jarir mengatakan bahwa makna "المذؤوُم"artinya tercela, diambil dari akar kata الذَّأْمُ yang artinya cela atau aib. Dikatakan ذَأَمَهُ (dia mencelanya), subyeknya disebut مَذْءُومٌ (orang yang tercela). Adakalanya mereka tidak memakai hamzah, lalu menyebutnya menjadi ذمْته أَذِيمُهُ ذَيْمًا وذَاما (saya mencelanya dengan celaan yang sebenar-benarnya). Kata الذَّامُّ dan الذَّيْمُ mengandung makna yang lebih keras dalam celaan daripada memakai kata الذَّمِّ yang juga bermakna mencela.
Ibnu Jarir mengatakan pula bahwa الْمَدْحُورُ artinya terjauhkan, yakni terusir dan dijauhkan dari rahmat Allah.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa ia tidak mengenal lafaz الْمَذْءُومَ dan الْمَذْمُومَ kecuali dalam bentuk tunggal.
Sufyan As-Sauri meriwayatkan dari Abu Ishaq At-Tamimi, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang yang terhina lagi terusir. (Al-A'raf: 18) Madhuran artinya dalam keadaan dimurkai.
Ali ibnu Abu Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa makna yang dimaksud ialah dalam keadaan terhina lagi dimurkai.
Menurut as-Saddi, maknanya ialah dalam keadaan dimurkai lagi terusir.
Menurut Qatadah ialah dalam keadaan terkutuk lagi dimurkai.
Menurut Mujahid ialah dalam keadaan terbuang lagi terusir (dari rahmat Allah).
Menurut Ar-Rabi’ ibnu Anas. makna مذؤوما ialah terbuang, dan الْمَدْحُورُ ialah terhina.
*******************
Firman Allah Swt.:
{لَمَنْ
تَبِعَكَ مِنْهُمْ لأمْلأنَّ جَهَنَّمَ مِنْكُمْ أَجْمَعِينَ}
Sesungguhnya barang siapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku
akan mengisi neraka Jahannam dengan kamu semuanya. (Al-A'raf: 18)Semakna dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{قَالَ
اذْهَبْ فَمَنْ تَبِعَكَ مِنْهُمْ فَإِنَّ جَهَنَّمَ جَزَاؤُكُمْ جَزَاءً
مَوْفُورًا * وَاسْتَفْزِزْ مَنِ اسْتَطَعْتَ مِنْهُمْ بِصَوْتِكَ وَأَجْلِبْ
عَلَيْهِمْ بِخَيْلِكَ وَرَجِلِكَ وَشَارِكْهُمْ فِي الأمْوَالِ وَالأولادِ
وَعِدْهُمْ وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيْطَانُ إِلا غُرُورًا * إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ
لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ وَكَفَى بِرَبِّكَ وَكِيلا}
Tuhan berfirman, "Pergilah, barang siapa di antara mereka yang mengikuti
kamu, maka sesungguhnya neraka Jahannam adalah balasanmu semua, sebagai suatu
pembalasan yang cukup. Dan godalah (bujuklah) siapa yang kamu sanggupi di
antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda
dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan
anak-anak dan berijanjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh setan
kepada mereka, melainkan tipuan belaka. Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, kamu tidak
dapat berkuasa atas mereka. Dan cukuplah Tuhanmu sebagai Penjaga.” (Al-Isra:
63-65)
{وَيَا
آدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ فَكُلا مِنْ حَيْثُ شِئْتُمَا وَلا
تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ (19) فَوَسْوَسَ
لَهُمَا الشَّيْطَانُ لِيُبْدِيَ لَهُمَا مَا وُورِيَ عَنْهُمَا مِنْ سَوْآتِهِمَا
وَقَالَ مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ إِلا أَنْ تَكُونَا
مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ الْخَالِدِينَ (20) وَقَاسَمَهُمَا إِنِّي لَكُمَا
لَمِنَ النَّاصِحِينَ (21) }
(Dan Allah berfirman'), "Hai Adam, bertempat
tinggallah kamu dan istrimu di surga serta makanlah olehmu berdua
(buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua
mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang
zalim.” Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan
kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka, yaitu auratnya, dan setan
berkata, "Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya
kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal
(dalam surga)." Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya,
"Sesungguhnya saya termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu
berdua.”Allah Swt. menceritakan bahwa Dia membolehkan Adam a.s. dan Hawa (istrinya) bertempat tinggal di surga dan memakan semua buah-buahan yang ada padanya, kecuali suatu pohon. Hal ini telah diterangkan di dalam surat Al-Baqarah.
Maka saat itulah timbul rasa dengki dalam hati setan, lalu setan berupaya melancarkan makar dan tipuan serta bisikannya, yang tujuannya untuk mencabut nikmat dan pakaian yang indah-indah dari keduanya.
وَقَالَ
Dan setan berkata. (Al-A'raf: 20) Yakni secara dusta dan buat-buatan.
مَا
نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ إِلَّا أَنْ تَكُونَا
مَلَكَيْنِ
Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya
kamu berdua tidak menjadi malaikat. (Al-A'raf: 20)Yaitu agar kamu berdua tidak menjadi malaikat atau kekal di dalam surga. Seandainya kamu berdua mau memakannya, niscaya akan kamu peroleh hal tersebut. Makna yang terkandung dalam ayat ini sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{قَالَ
يَا آدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَى شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَا
يَبْلَى}
Setan berkata, "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi
dan kerajaan yang tidak akan binasa?” (Thaha: 120)Yakni agar kamu berdua tidak menjadi dua malaikat.
Pengertian تَكُونَا ini sama dengan bentuk lain yang terdapat di dalam firman-Nya:
{يُبَيِّنُ
اللَّهُ لَكُمْ أَنْ تَضِلُّوا}
Allah menerangkan (hukum ini) kepada kalian, supaya kalian tidak
sesat. (An-Nisa: 176)Maksudnya, agar kalian tidak menjadi sesat. Sama pula dengan pengertian yang ada dalam ayat lainnya, yaitu firman-Nya:
{وَأَلْقَى
فِي الأرْضِ رَوَاسِيَ أَنْ تَمِيدَ بِكُمْ}
Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak berguncang
bersama kalian. (An-Nahl: 15)Yakni agar bumi tidak berguncang menggoyahkan kalian.
Ibnu Abbas dan Yahya ibnu Abu Kasir membaca ayat ini dengan bacaan berikut:
{إِلا
أَنْ تَكُونَا مَلِكَيْنِ}
melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi raja. (Al-A'raf: 20)Yaitu dengan mengkasrahkan huruf lam dari lafaz malakaini, hingga bacaannya menjadi malikaini. Tetapi jumhur ulama membacanya dengan fathah, yaitu malakaini.
*******************
{وَقَاسَمَهُمَا}
Dan setan bersumpah kepada keduanya. (Al-A'raf: 21)Maksudnya, setan mengemukakan sumpahnya dengan menyebut nama Allah kepada Adam dan Hawa.
{إِنِّي
لَكُمَا لَمِنَ النَّاصِحِينَ}
Sesungguhnya saya termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua.
(Al-A'raf: 21)Yakni sesungguhnya saya telah ada di sini sebelum kamu berdua ada, dan saya lebih mengetahui tentang tempat ini. Kata qasamahuma termasuk ke dalam Bab "Mufa'alah", tetapi makna yang dimaksud ialah salah satu pihak (bukan kedua belah pihak). Perihalnya sama dengan apa yang dikatakan oleh Khalid ibnu Zuhair (sepupu Abu Zuaib) dalam salah satu bait syairnya:
وقاسَمَها
بِاللَّهِ جَهْدا لأنتمُ ...
أَلَذُّ مِنَ السَّلْوَى إِذْ مَا نُشُورُهَا
Dia bersumpah kepada mereka dengan
nama Allah sumpah yang sesungguhnya, bahwasanya (berteman dengan) kalian
benar-benar lebih enak daripada lezatnya madu di saat
penunaiannya.
Iblis bersumpah kepada Adam dan Hawa dengan menyebut nama Allah mengenai hal
tersebut, hingga iblis berhasil memperdaya keduanya. Memang adakalanya seorang
mukmin tertipu karena nama Allah disebutkan.Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna ayat, bahwa iblis bersumpah dengan menyebut nama Allah, "Sesungguhnya saya diciptakan sebelum kamu berdua, saya lebih mengetahui daripada kamu berdua. Maka ikutilah saya, niscaya saya memberimu petunjuk." Seorang ahlul 'ilmi mengatakan, "Barang siapa yang menipu kita dengan menyebut nama Allah, maka kita akan teperdaya olehnya."
{فَدَلاهُمَا
بِغُرُورٍ فَلَمَّا ذَاقَا الشَّجَرَةَ بَدَتْ لَهُمَا سَوْآتُهُمَا وَطَفِقَا
يَخْصِفَانِ عَلَيْهِمَا مِنْ وَرَقِ الْجَنَّةِ وَنَادَاهُمَا رَبُّهُمَا أَلَمْ
أَنْهَكُمَا عَنْ تِلْكُمَا الشَّجَرَةِ وَأَقُلْ لَكُمَا إِنَّ الشَّيْطَانَ
لَكُمَا عَدُوٌّ مُبِينٌ (22) قَالا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ
تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ (23)
}
Maka setan membujuk keduanya (untuk merasakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala
keduanya telah merasai buah kayu itu, tampaklah bagi keduanya aurat-auratnya,
dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka
menyeru mereka, "Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan
Aku katakan kepadamu, 'Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu
berdua'?” Keduanya berkata, "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami
sendiri; dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami,
niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.”Sa'id ibnu Abu Arubah meriwayatkan dari Qatadah, dari Al-Hasan, dari Ubay ibnu Ka'b r.a. yang mengatakan bahwa Adam adalah seorang lelaki yang sangat tinggi —seakan-akan tingginya itu seperti pohon kurma yang tertinggi— dan rambutnya lebat. Ketika ia melakukan kesalahan tersebut, pada saat itu juga auratnya kelihatan (menjadi telanjang), padahal sebelum itu Adam belum pernah melihat auratnya sendiri. Maka ia lari ke dalam kebun surga dan salah satu pohon surga bergantung pada kepalanya. Maka Adam berkata kepada pohon itu, "Lepaskanlah saya." Tetapi pohon itu berkata, "Sesungguhnya saya tidak akan melepaskanmu." Kemudian Tuhan menyerunya, "Hai Adam, apakah engkau lari dari-Ku?" Adam menjawab, "Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku merasa malu kepada Engkau."
Ibnu Jarir dan Ibnu Murdawaih meriwayatkannya melalui berbagai jalur dari Al-Hasan, dari Ubay ibnu Ka'b, dari Nabi Saw. secara marfu', tetapi secara mauquf lebih sahih sanadnya.
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Uyaynah dan Ibnul Mubarak, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Imarah, dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa pohon yang Allah melarang Adam dan istrinya memakannya ialah pohon gandum. Setelah keduanya memakan buah pohon itu, maka dengan serta-merta kelihatanlah aurat keduanya. Tersebutlah bahwa yang digunakan oleh keduanya untuk menutupi aurat adalah kukunya masing-masing. Lalu keduanya segera memetik dedaunan surga (yaitu daun pohon tin) dan menambalsulamkan satu sama lainnya untuk dijadikan penutup aurat keduanya. Kemudian Adam a.s. berlari ke dalam kebun surga, dan bergantunglah pada kepalanya suatu jenis pohon surga. Maka Allah memanggilnya, "Hai Adam, apakah engkau lari dari-Ku?" Adam menjawab, "Tidak, tetapi saya malu kepada Engkau, wahai Tuhanku." Allah berfirman, "Bukankah segala sesuatu yang Aku anugerahkan dan Aku perbolehkan untukmu dari buah-buahan surga tidak cukup sehingga engkau berani memakan apa yang Aku haramkan kepadamu?" Adam menjawab, "Tidak, wahai Tuhanku. Tetapi demi keagungan-Mu, saya tidak menduga bahwa ada seseorang yang berani bersumpah dengan menyebut nama Engkau secara dusta." Ibnu Abbas mengatakan bahwa hal tersebut adalah apa yang disebutkan di dalam firman-Nya: Dan setan bersumpah kepada keduanya, "Sesungguhnya saya termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua.” (Al-A'raf:21); Allah berfirman, "Demi Keagungan-Ku, Aku benar-benar akan menurunkan kamu ke bumi, kemudian kamu tidak dapat memperoleh penghidupan kecuali dengan cara demikian." Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, bahwa Adam lalu diturunkan dari surga, padahal sebelum itu keduanya memakan buah surga dengan berlimpah ruah dan tanpa susah payah. Kemudian ia diturunkan ke tempat (dunia) yang makanan dan minumannya tidak berlimpah, tetapi harus dengan susah payah. Maka mulailah Adam belajar membuat alat besi, dan diperintahkan untuk membajak, lalu Adam membajak dan menanam tanaman serta mengairinya. Ketika telah tiba masa panen, maka ia menuainya dan memilih biji-bijiannya serta menggilingnya menjadi tepung, lalu membuat adonan roti darinya, setelah itu baru ia memakannya. Tetapi Adam tidak dapat melakukan itu kecuali setelah Allah mengizinkannya.
As-Sauri meriwayatkan dari Ibnu Abu Laila, dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas, sehubungan dengan makna firman-Nya: dan mulailah keduanya menutupi (aurat)nya dengan daun-daun surga. (Al-A'raf: 22) Bahwa daun-daunan surga itu adalah daun pohon tin.
Mujahid mengatakan bahwa keduanya mulai memetik daun-daunan surga, lalu menambalsulamnya sehingga menjadi pakaian.
Wahb ibnu Munabbih mengatakan sehubungan dengan kalimat yang mengatakan bahwa pakaian Adam dan Hawa dilucuti. Pakaian Adam dan Hawa yang menutupi aurat keduanya adalah nur, sehingga Adam tidak dapat melihat aurat Hawa. Begitu pula sebaliknya, Hawa tidak dapat melihat aurat Adam. Tetapi ketika keduanya memakan buah terlarang itu, maka kelihatanlah aurat masing-masing oleh keduanya. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir dengan sanad yang sahih sampai kepada Ibnu Abbas.
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Qatadah yang menceritakan bahwa Adam berkata, "Wahai Tuhanku, bagaimanakah jika saya bertobat dan memohon ampun kepada Engkau?" Allah berfirman, "Kalau demikian, niscaya Aku masukkan kamu ke dalam surga." Tetapi iblis tidak meminta tobat, hanya meminta masa tangguh. Maka masing-masing pihak diberi oleh Allah Swt. apa yang diminta masing-masing.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Qasim, telah menceritakan kepada kami Al-Husain, telah menceritakan kepada kami Abbad ibnul Awwam, dari Sufyan ibnu Husain, dari Ya'la ibnu Muslim, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa setelah Adam memakan buah pohon terlarang itu, maka dikatakan kepadanya, "Mengapa engkau memakan buah pohon yang telah Aku larang engkau memakannya?" Adam menjawab, "Hawalah yang menganjurkannya kepadaku." Allah berfirman, "Maka sekarang Aku akan menghukumnya, bahwa tidak sekali-kali ia hamil melainkan dengan susah payah, dan tidak sekali-kali ia melahirkan anak melainkan dengan susah payah." Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, bahwa pada saat itu juga Hawa merintih. Maka dikatakan kepadanya, "Engkau dan anakmu akan merintih."
Ad-Dahhak ibnu Muzahim mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
{رَبَّنَا
ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ
الْخَاسِرِينَ}
Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau
tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami
termasuk orang-orang yang merugi. (Al-A’raf: 23) Inilah kalimat-kalimat (doa-doa) yang diterima oleh Adam dari Tuhannya, yakni yang diajarkan oleh Allah Swt. kepada Adam (dalam tobatnya).
{قَالَ
اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ وَلَكُمْ فِي الأرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ
إِلَى حِينٍ (24) قَالَ فِيهَا تَحْيَوْنَ وَفِيهَا تَمُوتُونَ وَمِنْهَا
تُخْرَجُونَ (25) }
Allah berfirman, "Turunlah kamu sekalian,
sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Dan kamu mempunyai tempat
kediaman dan kesenangan (tempat mencari
kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan." Allah berfirman,
"Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula)
kamu akan dibangkitkan.”Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud dengan kata perintah pada firman-Nya:
{اهْبِطُوا}
Turunlah kamu sekalian. (Al-A'raf: 24)ditujukan kepada Adam, Hawa, iblis, dan ular. Tetapi di antara mereka ada yang tidak menyebutkan ular. Pada garis besarnya permusuhan yang ada terjadi antara Adam dan iblis. Karena itulah dalam surat Thaha disebutkan melalui firman-Nya:
{اهْبِطَا
مِنْهَا جَمِيعًا}
Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama. (Thaha: 123), hingga
akhir ayat.Hawa mengikut kepada Adam. Sedangkan ular, jika kisahnya benar, maka mengikut kepada iblis.
Ulama tafsir menyebutkan nama-nama tempat yang masing-masing pihak dari mereka diturunkan di dunia ini. Tetapi sumber berita mengenai hal ini berasal dari kisah Israiliyat, hanya Allah yang lebih mengetahui kebenarannya. Sekiranya penyebutan tempat-tempat itu secara tertentu mengandung faedah dan manfaat bagi orang-orang mukallaf dalam urusan agama dan urusan dunia mereka, niscaya Allah akan menuturkan kisahnya di dalam Kitab-Nya atau melalui Rasul-Nya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَلَكُمْ
فِي الأرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَى حِينٍ}
Dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan di muka bumi sampai
waktu yang ditentukan. (Al-A'raf: 24)Yakni tempat tinggal dan usia yang telah ditetapkan sampai masa yang ditentukan berdasarkan apa yang telah dicatat oleh Qalam, ditetapkan oleh takdir, serta digariskan di dalam Lauh Mahfuz.
Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya, "Mustaqarrun" bahwa makna yang dimaksud ialah kuburan.
Diriwayatkan pula dari Ibnu Abbas bahwa makna mustaqarrun ialah tempat tinggal di muka bumi dan di bawahnya. Kedua-duanya diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.
*******************
Firman Allah Swt.:
{قَالَ
فِيهَا تَحْيَوْنَ وَفِيهَا تَمُوتُونَ وَمِنْهَا تُخْرَجُونَ}
Allah berfirman, "Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan
dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan.” (Al-A'raf: 25)Ayat ini semakna dengan ayat lain yang disebutkan melalui firman-Nya:
{مِنْهَا
خَلَقْنَاكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً
أُخْرَى}
Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kalian dan kepadanya Kami
akan mengembalikan kalian dan darinya Kami akan mengeluarkan kalian pada
kesempatan yang lain. (Thaha: 55)Allah Swt. memberitahukan bahwa Dia menjadikan bumi sebagai tempat tinggal untuk Bani Adam selama kehidupan dunianya; di dunia ini mereka hidup, dan di dunia ini mereka mati dan tempat kuburan mereka, dan dari dunia ini pula mereka dibangkitkan kelak di hari kiamat. Yaitu hari Allah menghimpun semua makhluk dari yang pertama hingga yang terakhir, kemudian Dia memberikan balasan kepada masing-masing sesuai dengan amal perbuatannya.
{يَا
بَنِي آدَمَ قَدْ أَنزلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْآتِكُمْ وَرِيشًا
وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ ذَلِكَ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَعَلَّهُمْ
يَذَّكَّرُونَ (26) }
Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah
menurunkan kepada kalian pakaian untuk menutupi aurat kalian dan pakaian indah
untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu
adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu
ingat.Allah Swt. menyebutkan anugerah yang telah diberikan-Nya kepada hamba-hamba-Nya, antara lain Dia telah menjadikan untuk mereka pakaian dan perhiasan. Pakaian untuk menutupi aurat, sedangkan perhiasan untuk memperindah penampilan lahiriah. Pakaian termasuk kebutuhan pokok, sedangkan perhiasan termasuk keperluan sampingan.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa ar-riyasy menurut istilah bahasa Arab ialah perabotan rumah tangga dan aksesori pakaian.
Ali ibnu Abu Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dan Imam Bukhari meriwayatkan pula darinya, bahwa ar-riyasy ialah harta benda.
Hal yang sama dikatakan oleh Mujahid, Urwah ibnuz Zubair, As-Saddi, Ad-Dahhak, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang.
Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ar-risy artinya pakaian, sedangkan al-disy artinya kemewahan.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa ar-riyasy artinya kecantikan.
وَقَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، حَدَّثَنَا أصْبَغُ، عَنْ
أَبِي الْعَلَاءِ الشَّامِيِّ قَالَ: لَبِسَ أَبُو أُمَامَةَ ثَوْبًا جَدِيدًا،
فَلَمَّا بَلَغَ تَرْقُوَتَه قَالَ: الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي كَسَانِي مَا
أُوَارِي بِهِ عَوْرَتِي، وَأَتَجَمَّلُ بِهِ فِي حَيَاتِي. ثُمَّ قَالَ: سَمِعْتُ
عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "مَنِ اسْتَجَدَّ ثَوْبًا فَلَبِسَهُ فَقَالَ حِينَ يَبْلُغُ
تَرْقُوَتَهُ: الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي كَسَانِي مَا أُوَارِي بِهِ عَوْرَتِي،
وَأَتَجَمَّلُ بِهِ فِي حَيَاتِي ثُمَّ عَمَدَ إِلَى الثَّوْبِ الَّذِي خَلُقَ
أَوْ: أَلْقَى فَتَصَدَّقَ بِهِ، كَانَ فِي ذِمَّةِ اللَّهِ، وَفِي جِوَارِ
اللَّهِ، وَفِي كَنَفِ اللَّهِ حَيًّا وَمَيِّتًا، [حَيًّا وَمَيِّتًا، حَيًّا
وَمَيِّتًا] "
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, telah
menceritakan kepada kami Asbag, dari Abul Ala Asy-Syami yang menceritakan bahwa
Abu Umamah memakai pakaian baru, ketika pakaiannya sampai pada tenggorokannya,
ia mengucapkan doa berikut: Segala puji bagi Allah yang telah memberi saya
pakaian untuk menutupi aurat saya dan untuk memperindah penampilan dalam hidup
saya. Kemudian Abu Umamah mengatakan, ia pernah mendengar Umar ibnul Khattab
bercerita bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Barang siapa
memakai pakaian baru dan di saat memakainya hingga sampai pada tenggorokannya ia
mengucapkan doa berikut, "Segala puji bagi Allah yang telah memberi saya pakaian
untuk menutupi aurat saya dan untuk memperindah penampilan dalam hidup saya,"
kemudian ia menuju ke pakaian bekasnya dan menyedekahkannya, maka ia berada di
dalam jaminan Allah dan berada di sisi Allah serta berada di dalam pemeliharaan
Allah selama hidup dan mati(nya).Imam Turmuzi dan Imam Ibnu Majah meriwayatkannya melalui riwayat Yazid ibnu Harun, dari Asbag (yaitu Ibnu Zaid Al-Juhani) yang dinilai siqah oleh Yahya ibnu Mu'indan lain-lainnya. Gurunya bernama Abul Ala Asy-Syami, ia tidak dikenal melainkan hanya melalui hadis ini, tetapi hadis ini tidak ada seorang pun yang mengetengahkannya.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ، حَدَّثَنَا
مُخْتَارُ بْنُ نَافِعٍ التَّمَّارُ، عَنْ أَبِي مَطَرٍ؛ أَنَّهُ رَأَى عَلِيًّا،
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَتَى غُلَامًا حَدَثًا، فَاشْتَرَى مِنْهُ قَمِيصًا
بِثَلَاثَةِ دَرَاهِمَ، وَلَبِسَهُ إِلَى مَا بَيْنَ الرُّسْغَيْنِ إِلَى
الْكَعْبَيْنِ، يَقُولُ وَلَبِسَهُ: الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي رَزَقَنِي مِنَ
الرِّيَاشِ مَا أَتَجَمَّلُ بِهِ فِي النَّاسِ، وَأُوَارِي بِهِ عَوْرَتِي.
فَقِيلَ: هَذَا شَيْءٌ تَرْوِيهِ عَنْ نَفْسِكَ أَوْ عَنْ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ قَالَ: هَذَا شَيْءٌ سَمِعْتَهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ عِنْدَ الْكِسْوَةِ: "الْحَمْدُ لِلَّهِ
الَّذِي رَزَقَنِي مِنَ الرِّيَاشِ مَا أَتَجَمَّلُ بِهِ فِي النَّاسِ، وَأُوَارِي
بِهِ عَوْرَتِي "
Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Ubaid, telah menceritakan kepada kami Mukhtar ibnu Nafi’, dari Abu Matar, bahwa
ia melihat Ali r.a. mendatangi seorang penjual kain, kemudian ia membeli sebuah
baju gamis darinya dengan harga tiga dirham. Lalu ia memakainya di antara
persendian tangan dan kedua mata kakinya. Ketika memakainya, ia mengucapkan doa
berikut: Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rezeki pakaian kepadaku
untuk memperindah penampilanku di kalangan manusia dan untuk menutupi auratku.
Ketika ditanyakan kepadanya, "Apakah doa ini darimu sendiri, ataukah engkau
riwayatkan dari Nabi Saw.?" Ali r.a. menjawab bahwa doa itu ia dengar dari
Rasulullah Saw. yang membacakannya di saat memakai jubah, yaitu: Segala puji
bagi Allah yang telah memberiku rezeki berupa perhiasan untuk memperindah
penampilan diriku di kalangan orang-orang lain dan untuk menutupi
auratku.Hadis riwayat Imam Ahmad.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَلِبَاسُ
التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ}
Dan pakaian takwa itulah yang lebih baik. (Al-A'raf: 26)Sebagian ulama membacanya libasat taqwa dengan harakat nasab, sedangkan sebagian yang lain membacanya rafa' sebagai mubtada, dan zalika khair berkedudukan menjadi khabar-nya. Ulama tafsir berbeda pendapat mengenai maknanya.
Ikrimah mengatakan bahwa yang dimaksud dengan libasut taqwa ialah pakaian yang dikenakan oleh orang-orang yang bertakwa kelak di hari kiamat. Demikian menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.
Zaid ibnu Ali, As-Saddi, Qatadah, dan Ibnu Juraij mengatakan bahwa libasut taqwa ialah iman. Sedangkan menurut Al-Aufi, dari Ibnu Abbas, libasut taqwa ialah amal saleh.
Ad-Dayyal ibnu Amr meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa makna yang dimaksud ialah pertanda baik yang ada pada wajah. Disebutkan dari Urwah ibnuz Zubair bahwa libasut taqwa ialah takut kepada Allah.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa libasut taqwa ialah bertakwa kepada Allah; dengan pakaian itu seseorang menutupi auratnya, demikianlah pengertian libasut taqwa.
Pengertian semua pendapat tersebut mirip. Hal ini diperkuat dengan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir; ia mengatakan bahwa:
حَدَّثَنِي
الْمُثَنَّى، حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ الْحَجَّاجِ، حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ
إِسْمَاعِيلَ، عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ أَرْقَمَ، عَنِ الْحَسَنِ قَالَ: رَأَيْتُ
عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَلَى مِنْبَرِ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ قَمِيصٌ قُوهي مَحْلُولُ الزِّرِّ،
وَسَمِعْتُهُ يَأْمُرُ بِقَتْلِ الْكِلَابِ، وَيَنْهَى عَنِ اللَّعِبِ
بِالْحَمَامِ. ثُمَّ قَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ، اتَّقُوا اللَّهَ فِي هَذِهِ
السَّرَائِرِ، فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ: "وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، مَا عَمِلَ أَحَدٌ قَطُّ
سِرًّا إِلَّا أَلْبَسُهُ اللَّهُ رِدَاءً عَلَانِيَةً، إِنْ خَيْرًا فَخَيْرٌ
وَإِنْ شَرًّا فَشَرٌّ". ثُمَّ تَلَا هَذِهِ الْآيَةَ: "وَرِيَاشًا" وَلَمْ
يَقْرَأْ: وَرِيشًا - {وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ ذَلِكَ مِنْ آيَاتِ
اللَّهِ} قَالَ: "السَّمْتُ الْحَسَنُ".
telah menceritakan kepadaku Al-Musanna, telah menceritakan kepada kami Ishaq
ibnul Hajjaj, telah menceritakan kepadaku Ishaq ibnu Ismail, dari Sulaiman ibnu
Arqam, dari Al-Hasan yang mengatakan bahwa ia pernah melihat Khalifah Usman ibnu
Affan r.a. berada di atas mimbar Rasulullah dengan memakai baju gamis berkancing
yang terbuka kancing-kancingnya. Lalu ia mendengarnya memerintahkan agar semua
anjing dibunuh, dan ia melarang bermain burung merpati. Kemudian Khalifah Usman
berkata, "Hai manusia, bertakwalah kalian kepada Allah dalam lubuk hati kalian,
karena sesungguhnya saya pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: 'Demi
Tuhan yang jiwa Muhammad ada pada genggaman kekuasaan-Nya, tidak sekali-kali
seseorang memendam sesuatu dalam lubuk hatinya, melainkan Allah akan memakaikan
kepadanya hal itu dalam bentuk kain selendang secara lahiriah (kelak di hari
kiamat). Jika apa yang dipendamnya itu baik, maka pakaiannya baik; dan jika
yang dipendamnya itu jahat, maka pakaiannya jahat (buruk) pula'."
Kemudian Khalifah Usman membacakan firman-Nya: dan pakaian indah untuk
perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik Yang demikian itu adalah
sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah. (Al-A'raf: 26); Khalifah Usman
mengatakan, libasut taqwa ialah tanda yang baik. Hal yang sama diriwayatkan oleh Ibnu Jarir melalui riwayat Sulaiman ibnu Arqam, tetapi di dalamnya terkandung ke-daif-an (kelemahan).
Imam Syafii, Imam Ahmad, dan Imam Bukhari meriwayatkan di dalam Kitabul Adab (Pembahasan Etika) melalui berbagai jalur yang sahih dari Al-Hasan Al-Basri, bahwa ia pernah mendengar Amirul Mukminin Usman ibnu Affan memerintahkan untuk membunuh semua anjing dan menyembelih burung-burung merpati. Hal ini dikemukakan-nya pada hari Jumat di atas mimbarnya.
Adapun mengenai hadis marfu' yang melaluinya, telah diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani di dalam kitab Mu'jamul Kabirnya. Hadisnya ini mempunyai syahid dari jalur lain, yang menyebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami.....
{يَا
بَنِي آدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُمْ مِنَ
الْجَنَّةِ يَنزعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْآتِهِمَا إِنَّهُ
يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا
الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ لِلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ (27) }
Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kalian
dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapak kalian
dari surga; ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada
keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kalian dari
suatu tempat yang kalian tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah
menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak
beriman.Allah Swt. memperingatkan anak Adam agar bersikap waspada terhadap iblis dan teman-temannya, seraya menjelaskan kepada mereka (anak Adam) bahwa iblis itu adalah musuh bebuyutan bapak seluruh umat manusia, yaitu Nabi Adam a.s. Iblis telah berupaya mengeluarkan Adam dari surga yang merupakan darunna'im (rumah kenikmatan), hingga akhirnya Adam dikeluarkan darinya sampai di darut tu'ab (rumah kepayahan dan penuh penderitaan). Dan iblislah penyebab utama yang membuat auratnya terbuka, padahal sebelumnya selalu dalam keadaan tertutup, sehingga dia sendiri tidak dapat melihatnya. Hal tersebut tiada lain terjadi karena terdorong oleh permusuhan yang sengit dalam diri iblis terhadap Adam. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{أَفَتَتَّخِذُونَهُ
وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ بِئْسَ
لِلظَّالِمِينَ بَدَلا}
Patutkah kalian mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin
selain dari-Ku, sedangkan mereka adalah musuh kalian? Amat buruklah iblis itu
sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim.
(Al-Kahfi: 50)
{وَإِذَا
فَعَلُوا فَاحِشَةً قَالُوا وَجَدْنَا عَلَيْهَا آبَاءَنَا وَاللَّهُ أَمَرَنَا
بِهَا قُلْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ أَتَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ
مَا لَا تَعْلَمُونَ (28) قُلْ أَمَرَ رَبِّي بِالْقِسْطِ وَأَقِيمُوا وُجُوهَكُمْ
عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ كَمَا بَدَأَكُمْ
تَعُودُونَ (29) فَرِيقًا هَدَى وَفَرِيقًا حَقَّ عَلَيْهِمُ الضَّلالَةُ إِنَّهُمُ
اتَّخَذُوا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ
مُهْتَدُونَ (30) }
Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji,
mereka berkata, "Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu,
dan Allah menyuruh kami mengerjakannya." Katakanlah, "Sesungguhnya Allah tidak
menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji." Mengapa kalian mengada-ada
terhadap Allah apa yang tidak kalian ketahui? Katakanlah, "Tuhanku menyuruh
menjalankan keadilan." Dan (katakanlah), "Luruskanlah muka (diri)
kalian di setiap salat dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan
kalian kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kalian pada permulaan
(demikian pulalah) kalian akan kembali (kepada-Nya). Sebagian
diberi-Nya petunjuk dan sebagian lagi telah pasti kesesatan bagi mereka.
Sesungguhnya mereka menjadikan setan-setan pelindung (mereka) selain
Allah, dan mereka mengira bahwa mereka mendapat petunjuk.Mujahid mengatakan bahwa dahulu orang-orang musyrik melakukan tawaf di Ka'bah dalam keadaan telanjang bulat. Mereka mengatakan, "Kami melakukan tawaf ini dalam keadaan seperti ketika kami dilahirkan oleh ibu-ibu kami." Para wanita meletakkan secarik kain atau sesuatu pada kemaluannya, lalu berkata:
الْيَوْمَ
يبدُو بعضُه أَوْ كُلُّهُ ...
وَمَا بَدا مِنْهُ فَلَا أحلّهُ ...
tampak sebagian atau keseluruhannya,
dan apa yang kelihatan darinya tidak saya halalkan.
Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya:
{وَإِذَا
فَعَلُوا فَاحِشَةً قَالُوا وَجَدْنَا عَلَيْهَا آبَاءَنَا وَاللَّهُ أَمَرَنَا
بِهَا} الْآيَةَ.
Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata.”Kami
mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh
kami mengerjakannya.” (Al-A'raf: 28), hingga akhir ayat.Menurut kami, orang-orang Arab di masa lalu selain kabilah Quraisy, bila mereka melakukan tawaf, maka mereka melakukannya tanpa berpakaian (telanjang bulat). Mereka mengartikannya bahwa mereka tidak mau melakukan tawaf dengan memakai pakaian yang biasa mereka pakai untuk bermaksiat kepada Allah. Sedangkan orang-orang Quraisy yang dikenal dengan sebutan Al-Hamas selalu melakukan tawafnya dengan memakai pakaian mereka. Orang Arab lain bila diberi pinjaman pakaian oleh orang Hamas, maka ia memakainya untuk bertawaf; dan orang yang mempunyai pakaian baru, maka dipakainya untuk bertawaf, lalu ia membuangnya tanpa ada seorang pun yang mau mengambilnya. Barang siapa yang tidak mempunyai pakaian baru, tidak pula ada seorang Hamas yang mau meminjamkan pakaian kepadanya, maka ia tawaf dengan telanjang bulat. Adakalanya terdapat seorang wanita melakukan tawaf dengan telanjang bulat, kemudian ia menjadikan sesuatu pada kemaluannya guna menutupi apa yang dapat ditutupinya, lalu ia berkata: Hari ini kelihatan sebagian atau seluruhnya; dan apa yang tampak darinya, maka saya tidak akan menghalalkannya.
Tetapi kebanyakan yang dilakukan oleh kaum wanita bila bertawaf di malam hari adalah telanjang. Hal ini merupakan suatu tradisi yang mereka buat-buat sendiri yang mereka warisi dari nenek moyang mereka. Mereka mempunyai keyakinan bahwa perbuatan nenek moyang mereka itu bersandarkan kepada perintah Allah dan syariat-Nya. Maka Allah menyanggah mereka melalui firman-Nya:
{وَإِذَا
فَعَلُوا فَاحِشَةً قَالُوا وَجَدْنَا عَلَيْهَا آبَاءَنَا وَاللَّهُ أَمَرَنَا
بِهَا}
Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata, "Kami
mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh
kami mengerjakannya " (Al-A'raf: 28)Dan Allah berfirman membantah mereka:
{قُلْ}
Katakanlah. (Al-A'raf: 28) Hai Muhammad, kepada orang-orang yang mendakwakan demikian.
{إِنَّ
اللَّهَ لَا يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ}
Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang
keji. (Al-A'raf: 28)Yakni apa yang kalian buat-buat itu adalah perkara yang keji lagi mungkar, sedangkan Allah tidak pernah memerintahkan hal seperti itu.
{أَتَقُولُونَ
عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ}
Mengapa kalian mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kalian
ketahui? (Al-A'raf: 28)Artinya, apakah kalian berani menyandarkan kepada Allah pendapat-pendapat yang kalian tidak mengetahui kebenarannya? Firman Allah Swt.:
{قُلْ
أَمَرَ رَبِّي بِالْقِسْطِ}
Katakanlah, "Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan.” (Al-A'raf:
29)Yaitu keadilan dan perkara yang lurus.
{وَأَقِيمُوا
وُجُوهَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ
الدِّينَ}
Dan (katakanlah), "Luruskanlah muka (diri) kalian di setiap
salat dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kalian
kepada-Nya.”(Al-A'raf: 29)Allah memerintahkan kalian agar beristiqamah dalam menyembah-Nya, yaitu dengan mengikuti para rasul yang diperkuat dengan mukjizat-mukjizat dalam menyampaikan apa yang mereka terima dari Allah dan syariat-syariat yang mereka datangkan. Allah memerintahkan kepada kalian untuk ikhlas dalam beribadah hanya untuk-Nya. Karena sesungguhnya Allah tidak akan menerima amal, melainkan bila di dalam amal itu terhimpun dua rukun berikut, yaitu hendaknya amal dikerjakan secara benar lagi sesuai dengan tuntutan syariat, dan hendaknya amal dikerjakan dengan ikhlas karena Allah bersih dari syirik.
*******************
Firman Allah Swt.:
{كَمَا
بَدَأَكُمْ تَعُودُونَ}
Sebagaimana Dia telah menciptakan kalian pada permulaan (demikian
pula) kalian akan kembali (kepada-Nya). (Al-A'raf: 29)sampai dengan firman-Nya:
حَقَّ
عَلَيْهِمُ الضَّلالَة
pasti kesesatan bagi mereka. (Al-A'raf: 30)Makna ayat ini masih diperselisihkan.
Ibnu Abu Nujaih telah meriwayatkan dari Mujahid mengenai makna firman-Nya: Sebagaimana Dia telah menciptakan kalian pada permulaan (demikian pulalah) kalian akan kembali (kepada-Nya). (Al-A'raf: 29) Kelak Allah akan menghidupkan kalian sesudah kalian mati.
Menurut Al-Hasan Al-Basri, sebagaimana Dia menciptakan kalian pada permulaan di dunia ini, demikian pula kalian akan kembali kepada-Nya kelak di hari kiamat dalam keadaan hidup.
Qatadah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Sebagaimana Dia telah menciptakan kalian pada permulaan (demikian pulalah) kalian akan kembali (kepada-Nya). (Al-A'raf: 29) Yakni Allah memulai penciptaan-Nya, maka Dia menciptakan mereka. Sebelum itu mereka tidak ada, kemudian mereka mati, lalu Allah mengembalikan mereka dalam keadaan hidup.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan, sebagaimana Allah memulai penciptaan kalian pada permulaannya, maka demikian pula Dia akan mengembalikan kalian pada akhirnya.
Pendapat inilah yang dipilih oleh Abu Ja'far ibnu Jarir yang diperkuat dengan apa yang telah diriwayatkan melalui hadis Sufyan As-Sauri dan Syu'bah ibnul Hajjaj; keduanya dari Al-Mugirah ibnun Nu'man, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan, "Rasulullah Saw. berdiri di hadapan kami untuk menyampaikan suatu nasihat, lalu beliau bersabda:
"يَا
أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّكُمْ تُحْشَرُونَ إِلَى اللَّهِ حُفَاة عُرَاة غُرْلا
{كَمَا بَدَأْنَا أَوَّلَ خَلْقٍ نُعِيدُهُ وَعْدًا عَلَيْنَا إِنَّا كُنَّا
فَاعِلِينَ}
'Hai manusia, sesungguhnya kalian akan dihimpun kepada Allah dalam keadaan
tidak beralas kaki, telanjang lagi tak bersunat (tak berkhitan).
Sebagaimana Kami telah menciptakan kalian pada permulaan (demikian
pulalah) Kami akan mengulangi (mengembalikannya). Itulah suatu
janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kamilah yang akan
melaksanakannya'.”Hadis ini diketengahkan di dalam kitab Sahihain melalui hadis Syu'bah. Juga di dalam hadis Bukhari melalui hadis As-Sauri dengan lafaz yang sama.
Warqa ibnu lyas (yaitu Abu Yazid) telah meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: Sebagaimana Dia telah menciptakan kalian pada permulaan (demikian pula) kalian akan kembali (kepada-Nya). (Al-A'raf: 29) Bahwa kelak orang muslim dibangkitkan sebagai orang muslim, dan orang kafir dibangkitkan sebagai orang kafir.
Abul Aliyah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sebagaimana Dia telah menciptakan kalian pada permulaan (demikian pula) kalian akan kembali (kepada-Nya). (Al-A'raf: 29) Yaitu mereka dikembalikan berdasarkan pengetahuan Allah tentang diri mereka.
Sa'id ibnu Jubair mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sebagaimana Dia telah menciptakan kalian pada permulaan (demikian pulalah) kalian akan kembali (kepada-Nya). (Al-A'raf: 29) Sebagaimana telah ditetapkan atas kalian, maka demikian pulalah keadaan kalian. Menurut riwayat yang lain, sebagaimana keadaan yang kalian alami, maka kelak kalian akan seperti itu.
Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sebagaimana Dia telah menciptakan kalian pada permulaan (demikian pulalah) kalian akan kembali (kepada-Nya). (Al-A'raf: 29) Yakni barang siapa yang sejak semula diciptakan oleh Allah dalam keadaan celaka, maka ia akan menjadi orang seperti yang ditakdirkan-Nya semula sejak permulaan kejadiannya, sekalipun ia mengamalkan amalan ahli kebahagiaan (ahli surga). Barang siapa yang sejak semula ditakdirkan bahagia oleh Allah, maka ia akan dikembalikan kepada apa yang telah ditakdirkan untuknya sejak semula, sekalipun ia mengamalkan amalan orang-orang yang celaka (penghuni neraka). Sebagaimana para ahli sihir mengamalkan amalan orang-orang yang celaka, maka pada akhirnya ia pasti akan menjadi orang seperti yang ditakdirkan untuknya sejak semula.
As-Saddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sebagaimana Dia telah menciptakan kalian pada permulaan (demikian pulalah) kalian akan kembali (kepada-Nya). Sebagian diberi-Nya petunjuk dan sebagian lagi telah pasti kesesatan bagi mereka. (Al-A’raf: 29-30); Allah Swt. berfirman: Sebagaimana Dia telah menciptakan kalian pada permulaan (demikian pulalah) kalian akan kembali (kepada-Nya). (Al-A'raf: 29) Yaitu sebagaimana Kami menciptakan kalian; sebagian dari kalian ada yang mendapat petunjuk, dan sebagian yang lain ada yang disesatkan. Maka demikian pulalah kelak kalian dikembalikan, dan demikian pulalah keadaannya sewaktu kalian dilahirkan dari perut ibu-ibu kalian.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: Sebagaimana Dia telah menciptakan kalian pada permulaan (demikian pulalah) kalian akan kembali (kepada-Nya). Sebagian diberi-Nya petunjuk dan sebagian lagi telah pasti kesesatan bagi mereka. (Al-A'raf: 29-30) Sesungguhnya Allah Swt. memulai penciptaan Ibnu Adam ada yang mukmin dan ada yang kafir (yakni dicatatkan dalam takdir bahwa di antara mereka ada yang mukmin dan ada yang kafir). Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{هُوَ
الَّذِي خَلَقَكُمْ فَمِنْكُمْ كَافِرٌ وَمِنْكُمْ مُؤْمِنٌ}
Dialah yang menciptakan kalian, maka di antara kalian ada yang kafir dan
di antara kalian ada yang beriman. (At-Taghabun: 2)Kemudian Allah mengembalikan mereka pada hari kiamat dalam keadaan seperti permulaan kejadian mereka, yakni ada yang mukmin dan ada yang kafir.
Menurut kami, pendapat ini diperkuat dengan sebuah hadis dari Ibnu Mas'ud di dalam kitab Sahih Bukhari yang mengatakan:
"
فَوَالَّذِي لَا إِلَهَ غَيْرُهُ، إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ
الْجَنَّةِ، حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا بَاعٌ -أَوْ: ذِرَاعٌ
-فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ، فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ،
فَيَدْخُلَهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ، حَتَّى
مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا بَاعٌ -أَوْ: ذِرَاعٌ -فَيَسْبِقُ
عَلَيْهِ الْكِتَابُ، فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ، فَيَدْخُلُ
الْجَنَّةَ"
Demi Zat yang tidak ada Tuhan selain Dia, sesungguhnya seseorang di antara
kalian benar-benar mengamalkan amalan ahli surga hingga tiada jarak antara dia
dan surga kecuali hanya satu depa atau satu hasta; tetapi takdir telah
mendahuluinya, maka ia mengamalkan amalan ahli neraka, hingga ia masuk neraka.
Dan sesungguhnya seseorang di antara kalian benar-benar mengamalkan amalan ahli
neraka, hingga tiada jarak antara dia dan neraka kecuali hanya satu depa atau
satu hasta; tetapi takdir telah mendahuluinya, maka ia mengamalkan amalan ahli
surga, hingga masuk surga.
قَالَ
أَبُو الْقَاسِمِ البَغَوي: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الجَعْد، حَدَّثَنَا أَبُو
غَسَّان، عَنْ أَبِي حَازِمٍ، عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ الْعَبْدَ لِيَعْمَلُ -فِيمَا
يَرَى النَّاسُ -بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ، وَإِنَّهُ مِنْ أَهْلِ النَّارِ.
وَإِنَّهُ لِيَعْمَلُ -فِيمَا يَرَى النَّاسُ -بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ، وَإِنَّهُ
مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ، وَإِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ"
Abul Qasim Al-Bagawi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul
Ja'd, telah menceritakan kepada kami Abu Gassan, dari Abu Hazim, dari Sahl ibnu
Sa'd yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya
seorang hamba benar-benar mengamalkan suatu amalan yang menurut penglihatan
orang lain dianggap sebagai amalan ahli surga, padahal sesungguhnya dia adalah
ahli neraka. Dan sesungguhnya seorang hamba benar-benar mengamalkan suatu amalan
yang kelihatan oleh orang lain sebagai amalan ahli neraka, padahal sesungguhnya
dia termasuk ahli surga. Sesungguhnya semua amal perbuatan itu hanyalah
berdasarkan pungkasan-pungkasannya.Demikianlah sepotong dari hadis Imam Bukhari yang diriwayatkannya melalui hadis Abu Gassan Muhammad ibnu Mutarrif Al-Madani dalam kisah Qazman di waktu Perang Uhud.
قَالَ
ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا ابْنُ بَشَّارٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ،
حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي سُفْيَانَ، عَنْ جَابِرٍ، عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: "تُبْعَثُ كُلُّ
نَفْسٍ عَلَى مَا كَانَتْ عَلَيْهِ".
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Basysyar, telah
menceritakan kepada kami Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Sufyan,
dari Al-A'masy, dari Abu Sufyan, dari Jabir, dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
Kelak setiap orang akan dibangkitkan menurut amalan yang
dilakukannya.Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam Ibnu Majah melalui berbagai jalur dari Al-A'masy, dengan sanad yang sama. Sedangkan lafaznya berbunyi seperti berikut:
"يُبْعَثُ
كُلُّ عَبْدٍ عَلَى مَا مَاتَ عَلَيْهِ"
Setiap hamba akan dibangkitkan menurut amal perbuatan yang dikerjakannya
sampai dia mati.Dan dari Ibnu Abbas disebutkan hal yang semisal.
Menurut kami, hal ini diperkuat oleh hadis Ibnu Mas'ud. Sebagai kesimpulannya—menurut kami—jika pendapat ini memang merupakan makna yang dimaksud oleh ayat, maka harus digabungkan dengan firman Allah Swt. yang mengatakan:
{فَأَقِمْ
وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ
عَلَيْهَا}
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah
atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
(Ar-Rum: 30)Juga dengan apa yang disebutkan di dalam kitab Sahihain melalui Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"كُلُّ
مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدانه ويُنَصِّرانه
ويُمَجِّسانه"
Setiap anak dilahirkan menurut fitrah (agama Islam), maka kedua
orang tuanyalah yang menjadikannya sebagai seorang Yahudi, seorang Nasrani, dan
seorang Majusi.Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan melalui Iyad ibnu Himar yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda,
"يَقُولُ
اللَّهُ تَعَالَى: إِنِّي خَلَقْتُ عِبَادِي حُنَفَاء، فَجَاءَتْهُمُ الشَّيَاطِينُ
فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دينهم"
"Allah Swt. telah berfirman dalam hadis qudsi: 'Sesungguhnya Aku
menciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan hanif (cenderung kepada
agama yang hak), tetapi datanglah setan menggoda mereka. Maka setan membuat
mereka menyimpang dari agamanya'."Dari penggabungan pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Allah Swt. menciptakan mereka agar di antara mereka ada yang mukmin dan ada pulayang kafir sebagai lawannya. Sekalipun pada awal kejadian mereka Allah telah membekali mereka secara fitrah untuk mengetahuiNya dan mentauhidkan-Nya, serta membekali mereka pengetahuan bahwa tidak ada Tuhan selain Dia. Seperti yang telah Allah ambil dari mereka hal tersebut melalui suatu perjanjian (di zaman azali), dan menjadikan hal itu sebagai fitrah dan insting mereka. Sekalipun demikian, pada akhirnya Allah menakdirkan bahwa di antara mereka ada yang celaka (kafir) dan ada yang bahagia (mukmin). Seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
{هُوَ
الَّذِي خَلَقَكُمْ فَمِنْكُمْ كَافِرٌ وَمِنْكُمْ مُؤْمِنٌ}
Dialah yang menciptakan kalian, maka di antara kalian ada yang kafir dan
di antara kalian ada yang beriman. (At-Taghabun: 2)Di dalam sebuah hadis disebutkan:
"كُلُّ
النَّاسِ يَغْدُو، فَبَائِعٌ نَفْسَهُ فمُعْتِقُهَا، أَوْ مُوبِقها"
Setiap orang berpagi hari, lalu menjual dirinya, maka adakalanya dia
memerdekakannya atau mencelakakannya.Takdir Allah pasti terlaksana di kalangan makhluk-Nya, karena Dia adalah:
{الَّذِي
قَدَّرَ فَهَدَى}
yang menentukan takdir (masing-masing) dan memberi petunjuk.
(Al-A'la: 3)dan Dia adalah:
{الَّذِي
أَعْطَى كُلَّ شَيْءٍ خَلْقَهُ ثُمَّ هَدَى}
yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya,
kemudian memberinya petunjuk. (Thaha: 50)Di dalam kitab Sahihain disebutkan:
"فَأَمَّا
مَنْ كَانَ مِنْكُمْ مِنْ أَهْلِ السَّعَادَةِ فَسَيُيَسَّرُ لِعَمَلِ أَهْلِ
السَّعَادَةِ، وَأَمَّا مَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الشَّقَاوَةِ فَسَيُيَسَّرُ
لِعَمَلِ أَهْلِ الشَّقَاوَةِ"
Adapun orang yang telah ditakdirkan termasuk orang-orang yang berbahagia,
maka dimudahkan baginya jalan mengerjakan amal orang-orang yang bahagia. Dan
adapun orang yang telah ditakdirkan termasuk orang-orang yang celaka, maka
dimudahkan baginya mengerjakan amal perbuatan orang-orang yang celaka.Karena itulah dalam ayat ini Allah Swt. menyebutkan melalui firman-Nya:
{فَرِيقًا
هَدَى وَفَرِيقًا حَقَّ عَلَيْهِمُ الضَّلالَةُ}
Sebagian diberi-Nya petunjuk dan sebagian lagi telah pasti kesesatan bagi
mereka. (Al-A'raf: 30)Kemudian Allah Swt. menyebutkan penyebab hal tersebut melalui firman selanjutnya, yaitu:
إِنَّهُمُ
اتَّخَذُوا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ اللَّهِ
Sesungguhnya mereka menjadikan setan-setan pelindung (mereka)
selain Allah. (Al-A'raf: 30), hingga akhir ayat.Ibnu Jarir mengatakan bahwa hal ini merupakan dalil yang paling jelas untuk membuktikan kekeliruan orang yang menduga bahwa Allah tidak mengazab seseorang karena maksiat yang dikerjakannya atau kesesatan yang diyakininya, melainkan bila ia melakukannya sesudah adanya pengetahuan darinya yang membenarkan sikapnya itu, lalu ia mengerjakannya dengan penuh rasa keingkaran terhadap Tuhannya.
Seandainya memang demikian, niscaya tidak ada bedanya antara golongan orang-orang yang sesat yang menduga bahwa dirinya mendapat petunjuk, dengan golongan orang-orang yang mendapat petunjuk sesungguhnya. Allah Swt. telah menjelaskan dan membedakan peristilahan keduanya dan hukum-hukum mengenai keduanya dalam ayat ini.
{يَا
بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلا
تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ (31) }
Hai anak Adam, pakailah pakaian kalian yang
indah di setiap (memasuki) masjid, makan
dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebih-lebihan.Ayat yang mulia ini merupakan bantahan terhadap orang-orang musyrik, yakni tradisi melakukan tawaf dengan telanjang bulat yang biasa mereka lakukan.
Seperti yang disebutkan di dalam riwayat Imam Muslim, Imam Nasai, dan Ibnu Jarir. Sedangkan lafaznya berdasarkan apa yang ada pada Ibnu Jarir, diriwayatkan melalui hadis Syu'bah, dari Salamah ibnu Kahil, dari Muslim Al-Batin, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa dahulu kaum pria dan wanita melakukan tawafnya di Baitullah dalam keadaan telanjang bulat. Kaum pria melakukannya di siang hari, sedangkan kaum wanita pada malam harinya. Salah seorang wanita dari mereka mengatakan dalam tawafnya: Pada hari ini tampaklah sebagiannya atau seluruhnya; dan apa yang tampak darinya, maka tidak akan saya halalkan. Maka Allah Swt. berfirman: pakailah pakaian kalian yang indah di setiap (memasuki) masjid. (Al-A'raf: 31)
Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: pakailah pakaian kalian yang indah di setiap (memasuki) masjid. (Al-A'raf: 31), hingga akhir ayat. Bahwa dahulu (di masa Jahiliah) kaum lelaki biasa tawaf sambil telanjang. Maka Allah memerintahkan mereka untuk memakai pakaian yang indah-indah (setelah masa Islam).
Yang dimaksud dengan istilah الزِّينَةُ dalam ayat ini ialah pakaian, yaitu pakaian yang menutupi aurat, terbuat dari kain yang baik dan bahan lainnya yang dapat dijadikan pakaian. Mereka diperintahkan untuk memakai pakaiannya yang indah di setiap memasuki masjid.
Hal yang sama dikatakan oleh Mujahid, Ata, Ibrahim An-Nakha'i, Sa'id ibnu Jubair, Ojatadah, As-Saddi, Ad-Dahhak, Malik, Az-Zuhri, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang dari kalangan para imam ulama Salaf sehubungan dengan tafsir ayat ini. Bahwa ayat ini diturunkan sehubungan dengan tawaf orang-orang musyrik di Ka'bah dalam keadaan telanjang bulat.
Al-Hafiz ibnu Murdawaih meriwayatkan melalui hadis Sa'id ibnu Basyir dan Al-Auza'i, dari Qatadah, dari Anas secara marfu', bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan masalah mengerjakan salat dengan memakai terompah. Tetapi kesahihannya masih perlu dipertimbangkan.
Berdasarkan ayat ini dan hadis yang mengutarakan masalah yang semisal, disunatkan memakai pakaian yang indah di saat hendak melakukan salat, terlebih lagi salat Jumat dan salat hari raya. Disunatkan pula memakai wewangian, karena wewangian termasuk ke dalam pengertian perhiasan. Juga disunatkan bersiwak, mengingat siwak merupakan kesempurnaan bagi hal tersebut.
Pakaian yang paling utama ialah yang berwarna putih, seperti yang telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad, yang dinilai sahih oleh Imam Ahmad sampai kepada Ibnu Abbas dengan predikat marfu':
حَدَّثَنَا
عَلِيُّ بْنُ عَاصِمٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُثْمَانَ بْنِ خُثَيم، عَنْ
سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "الْبَسُوا مِنْ ثِيَابِكُمُ الْبَيَاضَ، فَإِنَّهَا
مِنْ خير ثيابكم، وكَفِّنوا فيها موتاكم، وإن خَيْرِ أَكْحَالِكُمُ الإثْمِد،
فَإِنَّهُ يَجْلُو الْبَصَرَ، وَيُنْبِتُ الشَّعْرَ".
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Asim, telah
menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Usman ibnu Khaisam, dari Sa'id ibnu
Jubair, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda; Pakailah pakaian kalian
yang berwarna putih, karena sesungguhnya pakaian putih adalah pakaian terbaik
kalian, dan kafankanlah dengannya orang-orang mati kalian. Dan sesungguhnya
sebaik-baik celak kalian memakai ismid, karena sesungguhnya ismid itu dapat
mencerahkan pandangan mata dan menumbuhkan rambut.Hadis ini jayyid sanadnya, semua perawinya dengan syarat Muslim. Imam Abu Daud, Imam Turmuzi, dan Imam Ibnu Majah meriwayatkannya melalui hadis Abdullah ibnu Usman ibnu Khaisam dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.
Imam Ahmad dan para pemilik kitab sunnah telah meriwayatkan dengan sanad yang jayyid melalui Samurah ibnu Jundub yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"عَلَيْكُمْ
بِالثِّيَابِ الْبَيَاضِ فَالْبَسُوهَا؛ فَإِنَّهَا أَطْهَرُ وَأَطْيَبُ،
وَكَفِّنُوا فِيهَا مَوْتَاكُمْ"
Berpakaian putihlah kalian, kenakanlah ia selalu, karena sesungguhnya
pakaian putih itu lebih cerah dan lebih baik: dan kafankanlah dengannya
orang-orang mati kalian.Imam Tabrani meriwayatkan dengan sanad yang sahih dari Qatadah, dari Muhammad ibnu Sirin, bahwa Tamim Ad-Dari pernah membeli sebuah kain selendang (putih) dengan harga seribu (dirham), lalu ia pakai dalam salat-salatnya.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَكُلُوا
وَاشْرَبُوا
makan dan minumlah kalian. (Al-A'raf: 31), hingga akhir ayat.Sebagian ulama Salaf mengatakan bahwa Allah menghimpun semua kebaikan dalam separo ayat ini, yaitu firman-Nya:
{وَكُلُوا
وَاشْرَبُوا وَلا تُسْرِفُوا}
makan dan minumlah kalian, dan janganlah berlebih-lebihan.
(Al-A'raf:31)Imam Bukhari mengatakan, Ibnu Abbas berkata bahwa makna yang dimaksud ialah makanlah sesukamu dan berpakaianlah sesukamu selagi engkau hindari dua pekerti, yaitu berlebih-lebihan dan sombong.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Saur, dari Ma'mar, dari Ibnu Tawus, dari ayahnya, dari Ibnu Abbas yang mengatakan, "Allah menghalalkan makan dan minum selagi dilakukan dengan tidak berlebih-lebihan dan tidak untuk kesombongan." Sanad asar ini berpredikat sahih.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا بَهْز، حَدَّثَنَا هَمّام، عَنْ قَتَادَةُ، عَنْ
عَمْرِو بْنِ شُعَيْب، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "كُلُوا وَاشْرَبُوا وَالْبَسُوا وَتَصَدَّقُوا،
فِي غَيْرِ مَخِيلة وَلَا سرَف، فَإِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ أَنْ يَرَى نِعْمَتَهُ
عَلَى عَبْدِهِ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Bahz, telah
menceritakan kepada kami Hammam, dari Qatadah, dari Amr ibnu Syu'aib, dari
ayahnya, dari kakeknya, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Makan, minum,
berpakaian, dan bersedekahlah kalian tanpa dengan kesombongan dan
berlebih-lebihan, karena sesungguhnya Allah suka bila melihat nikmat-Nya
digunakan oleh hamba-Nya.
وَرَوَاهُ
النَّسَائِيُّ وَابْنُ مَاجَهْ، مِنْ حَدِيثِ قَتَادَةُ، عَنْ عَمْرِو بْنِ
شُعَيْبٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: "كُلُوا وَتَصَدَّقُوا وَالْبَسُوا فِي غَيْرِ إِسْرَافٍ وَلَا
مَخِيلة"
Imam Nasai dan Imam Ibnu Majah meriwayatkannya melalui hadis Qatadah, dari
Amr ibnu Syu'aib, dari ayahnya, dari kakeknya, dari Nabi Saw. yang telah
bersabda: Makan, bersedekah, dan berpakaianlah kamu sekalian tanpa
berlebih-lebihan dan tanpa kesombongan.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو الْمُغِيرَةِ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ
سُلَيْمٍ الكِناني، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ جَابِرٍ الطَّائِيُّ سَمِعْتُ
الْمِقْدَامَ بن معد يكرب الْكِنْدِيَّ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "مَا مَلَأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ
بَطْنِهِ، حَسْبُ ابْنِ آدَمَ أَكَلَاتٌ يُقِمْنَ صُلبه، فَإِنْ كَانَ فَاعِلًا لَا
مَحَالَةَ، فَثُلْثٌ طعامٌ، وَثُلُثٌ شرابٌ، وَثُلُثٌ لِنَفَسَهِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Mugirah, telah
menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Salim Al-Kalbi, telah menceritakan kepada
kami Yahya ibnu Jabir At-Tai; ia telah mendengar Al-Miqdam ibnu Ma'di Kariba
Al-Kindi bercerita bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Tiada
suatu wadah pun yang dipenuhi oleh anak Adam yang lebih jahat daripada perutnya.
Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap makanan untuk menegakkan tulang sulbinya.
Dan jika ia terpaksa melakukannya, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga
untuk minumannya, dan sepertiga lagi untuk napasnya.Imam Nasai dan Imam Turmuzi meriwayatkannya dari Yahya ibnu Jabir dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan, sedangkan menurut salinan lainnya disebutkan hasan sahih.
Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli mengatakan di dalam kitab musnadnya:
حَدَّثَنَا
سُوَيْد بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ حَدَّثَنَا بَقِيَّة، عَنْ يُوسُفَ ابْنِ أَبِي
كَثِيرٍ، عَنْ نُوحِ بْنِ ذَكْوان، عَنِ الْحَسَنِ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ مِنْ
السَّرف أَنْ تَأْكُلَ كُلَّ مَا اشْتَهَيْتَ".
telah menceritakan kepada kami Suwaid ibnu Abdul Aziz, telah menceritakan
kepada kami Baqiyyah, dari Yusuf ibnu Abu Kasir, dari Nuh ibnu Zakwan, dari
Al-Hasan, dari Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda: Sesungguhnya termasuk sikap berlebih-lebihan ialah bila engkau
memakan segala makanan yang engkau sukai.Ad-Daruqutni meriwayatkannya di dalam himpunan hadis-hadis mufrad-nya, dan ia mengatakan bahwa hadis ini garib, diriwayatkan oleh Baqiyyah secara munfarid (menyendiri).
*******************
As-Saddi mengatakan, dahulu (di masa Jahiliah) orang-orang yang melakukan
tawaf di Baitullah sambil telanjang bulat mengharamkan wadak
(minyak samin) atas diri mereka sendiri selama mereka berada di musim haji.
Maka Allah Swt. berfirman terhadap mereka: makan dan minumlah kalian.
(Al-A'raf: 31), hingga akhir ayat. Artinya, janganlah kalian
berlebih-lebihan dalam mengharamkan.Mujahid mengatakan, makna ayat mengandung perintah kepada mereka agar mereka makan dan minum dari segala sesuatu yang direzekikan oleh Allah buat mereka.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan janganlah kalian berlebih-lebihan. (Al-A'raf: 31) Yakni janganlah kalian memakan yang diharamkan, karena memakan yang diharamkan merupakan perbuatan berlebih-lebihan.
Ata Al-Khurrasani telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (Al-A'raf: 31) Yaitu dalam hal makanan dan minuman.
Ibnu Jarir mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (Al-A'raf: 31) Dan firman Allah Swt.: Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (Al-Miidah: 87); Yakni yang melampaui batasan Allah dalam masalah halal atau haram, yang berlebih-lebihan terhadap apa yang dihalalkan-Nya, yaitu dengan menghalalkan yang diharamkan-Nya atau mengharamkan yang dihalalkan-Nya. Tetapi Allah menyukai sikap yang menghalalkan apa yang dihalalkan-Nya dan mengharamkan apa yang diharamkan-Nya, karena yang demikian itulah sifat pertengahan yang diperintahkan oleh-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar