Translate

Senin, 03 Oktober 2016

Al-A'raf, ayat 1-15

(TEMPAT YANG TINGGI)
Makkiyyah, 206 ayat kecuali ayat 163 sampai dengan 170 Madaniyyah.
Turun sesudah surat Shad.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

المص (1) كِتَابٌ أُنْزِلَ إِلَيْكَ فَلَا يَكُنْ فِي صَدْرِكَ حَرَجٌ مِنْهُ لِتُنْذِرَ بِهِ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ (2) اتَّبِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ وَلَا تَتَّبِعُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ (3)
Alif Lam Mim Shad. Ini adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu, maka janganlah ada kesempitan di dalam dadamu karenanya, supaya kami memberi peringatan dengan kitab itu (kepada orang kafir), dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman. Ikutilah apa yang diturunkan kepada kalian dari Tuhan kalian dan janganlah kalian mengikuti pemimpin-pemimpin selain­Nya. Amat sedikitlah kalian mengambil pelajaran (darinya).
Dalam tafsir surat Al-Baqarah telah diterangkan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan makna huruf-huruf pada permulaan surat secara panjang lebar, begitu pula mengenai perbedaan pendapat para ulama.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Waki', telah menceritakan kepada kami ayahku, dari Syarik, dari Ata ibnus Saib, dari Abud Duha. dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna Alif Lam Mim Shad, yaitu: Akulah Allah Yang akan memutuskan (semua perkara). Hal yang sama dikatakan oleh Sa'id ibnu Jubair.
{كِتَابٌ أُنزلَ إِلَيْكَ}
Ini adalah sebuah kitab yang ditunaikan kepadamu. (Al-A'raf: 2)
Artinya, ini adalah Kitab yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu.
{فَلا يَكُنْ فِي صَدْرِكَ حَرَجٌ مِنْهُ}
maka janganlah ada kesempitan di dalam dadamu karenanya (Al-A'raf: 2)
Menurut Mujahid, Qatadah, dan As-Saddi, makna haraj ialah syak atau keraguan, yakni merasa ragu kepadanya. Menurut pendapat yang lain, maknanya ialah kesempitan, yakni jangan ada kesempitan di dalam dadamu dalam menyampaikannya dan dalam memberikan peringatan dengannya (kepada manusia).
فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ
Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar. (Al-Ahqaf: 35)
Karena itulah dalam surat ini disebutkan melalui firman-Nya:
{لِتُنْذِرَ بِهِ}
supaya kamu memberi peringatan dengan kitab itu (kepada orang kafir). (Al-A’raf: 2)
Maksudnya, Kami turunkan Kitab ini kepadamu agar kamu memberikan peringatan dengan Kitab ini kepada orang-orang kafir.
{وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ}
dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman. (Al-A'raf: 2)
Kemudian Allah Swt. berfirman, ditujukan kepada seluruh umat:
{اتَّبِعُوا مَا أُنزلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ}
Ikutilah apa yang diturunkan kepada kalian dari Tuhan kalian. (Al-A'raf: 3)
Yakni ikutilah jejak-jejak Nabi yang ummi, yang datang kepada kalian dengan membawa Kitab yang diturunkan kepada kalian dari Tuhan segala sesuatu dan Yang memilikinya.
{وَلا تَتَّبِعُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ}
dan janganlah kalian mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. (Al-A'raf: 3)
Artinya, janganlah kalian menyimpang dari apa yang telah disampaikan oleh Rasul kepada kalian dengan menempuh jalan yang lain, yang akhirnya mengakibatkan kalian menyimpang pula dari hukum Allah kepada hukum selain-Nya.
{قَلِيلا مَا تَذَكَّرُونَ}
Amat sedikitlah kalian mengambil pelajaran (darinya). (Al-A'raf: 3)
Ayat ini semakna dengan ayat lain, yaitu firman-Nya:
{وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ}
Dan sebagian besar manusia tidak akan beriman, walaupun kalian sangat menginginkannya. (Yusuf: 103)
{وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الأرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ}
Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. (Al-An’am: 116), hingga akhir ayat.
Dan firman Allah Swt. yang mengatakan:
{وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلا وَهُمْ مُشْرِكُونَ}
Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain). (Yusuf: 106)

وَكَمْ مِنْ قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا فَجَاءَهَا بَأْسُنَا بَيَاتًا أَوْ هُمْ قَائِلُونَ (4) فَمَا كَانَ دَعْوَاهُمْ إِذْ جَاءَهُمْ بَأْسُنَا إِلَّا أَنْ قَالُوا إِنَّا كُنَّا ظَالِمِينَ (5) فَلَنَسْأَلَنَّ الَّذِينَ أُرْسِلَ إِلَيْهِمْ وَلَنَسْأَلَنَّ الْمُرْسَلِينَ (6) فَلَنَقُصَّنَّ عَلَيْهِمْ بِعِلْمٍ وَمَا كُنَّا غَائِبِينَ (7)
Betapa banyaknya negeri yang telah Kami binasakan, maka datang­lah siksaan Kami menimpa (penduduknya di waktu mereka ber­ada di malam hari, atau di waktu mereka beristirahat di tengah hari. Maka tidak adalah keluhan mereka di waktu datang kepada mereka siksaan Kami, kecuali mengatakan, "Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim." Maka sesungguhnya Kami akan menanyai umat-umat yang telah diutus rasul-rasul kepada mereka dan sesungguhnya Kami akan menanyai (pula) rasul-rasul (Kami), maka sesungguhnya akan Kami kabarkan kepada mereka (apa-apa yang telah mereka perbuat), sedangkan (Kami) mengetahui (keadaan mereka), dan Kami sekali-kali tidak jauh (dari mereka).
Firman Allah Swt.;
{وَكَمْ مِنْ قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا}
Betapa banyaknya negeri yang Kami binasakan. (Al-A'raf: 4)
Karena para penduduknya menentang rasul-rasul Kami dan mendustakan mereka, maka hal tersebut mengakibatkan mereka ditimpa kehinaan di dunia yang terus berlangsung sampai kepada kehinaan di akhirat. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:
{وَلَقَدِ اسْتُهْزِئَ بِرُسُلٍ مِنْ قَبْلِكَ فَحَاقَ بِالَّذِينَ سَخِرُوا مِنْهُمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ}
Dan sungguh telah diperolok-olokkan beberapa orang rasul sebe­lum kamu, maka turunlah kepada orang yang mencemoohkan rasul-rasul itu azab yang dahulu selalu mereka perolok-olokkan. (Al-Anbiya: 41 dan Al-An’am: 10)
{فَكَأَيِّنْ مِنْ قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا وَهِيَ ظَالِمَةٌ فَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى عُرُوشِهَا وَبِئْرٍ مُعَطَّلَةٍ وَقَصْرٍ مَشِيدٍ}
Berapalah banyaknya kota yang telah Kami binasakan, yang penduduknya dalam keadaan zalim, maka (tembok-tembok) kota itu roboh menutupi atap-atapnya dan (berapa banyak pula) sumur yang telah ditinggalkan dan istana yang tinggi. (Al-Hajj: 45)
{وَكَمْ أَهْلَكْنَا مِنْ قَرْيَةٍ بَطِرَتْ مَعِيشَتَهَا فَتِلْكَ مَسَاكِنُهُمْ لَمْ تُسْكَنْ مِنْ بَعْدِهِمْ إِلا قَلِيلا وَكُنَّا نَحْنُ الْوَارِثِينَ}
Dan berapa banyaknya (penduduk) negeri yang telah Kami binasa­kan, yang sudah bersenang-senang dalam kehidupannya; maka itulah tempat kediaman merekayang tiada didiami (lagi) sesudah mereka, kecuali sebagian kecil. Dan Kami adalah Pewaris (nya). (Al-Qashash: 58)
*****
Adapun firman Allah Swt.:
{فَجَاءَهَا بَأْسُنَا بَيَاتًا أَوْ هُمْ قَائِلُونَ}
maka datanglah siksa Kami menimpa (penduduknya di waktu mereka berada di malam hari atau di waktu mereka beristirahat di tengah hari. (Al-A'raf: 4)
Yakni tersebutlah di antara mereka orang yang datang kepadanya perintah Allah, siksa, dan pembalasan-Nya:
{بَيَاتًا}
di malam hari. (Al-A'raf: 4)
Yaitu di malam hari, di saat mereka sedang tidur nyenyak.
{أَوْ هُمْ قَائِلُونَ}
atau di waktu mereka beristirahat di tengah hari. (Al-A'raf: 4)
Diambil dari kata al-qailulah yang artinya istirahat di tengah hari, kedua waktu tersebut (yakni tengah malam dan tengah hari) adalah waktu istirahat sehingga mereka dalam keadaan lalai dan terlena. Seperti disebutkan dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:
{أَفَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا بَيَاتًا وَهُمْ نَائِمُون * أَوَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَهُمْ يَلْعَبُونَ}
Maka apakah penduduk kota-kota itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk kota-kota itu merasa aman dari kedatangan siksa Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain? (Al-A'raf: 97-98)
{أَفَأَمِنَ الَّذِينَ مَكَرُوا السَّيِّئَاتِ أَنْ يَخْسِفَ اللَّهُ بِهِمُ الأرْضَ أَوْ يَأْتِيَهُمُ الْعَذَابُ مِنْ حَيْثُ لَا يَشْعُرُونَ * أَوْ يَأْخُذَهُمْ فِي تَقَلُّبِهِمْ فَمَا هُمْ بِمُعْجِزِين * أَوْ يَأْخُذَهُمْ عَلَى تَخَوُّفٍ فَإِنَّ رَبَّكُمْ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ}
Maka apakah orang-orang yang membuat makar yang jahat itu, merasa aman (dari bencana) ditenggelamkannya bumi oleh Allah bersama mereka, atau datangnya azab kepada mereka dari tempat yang tidak mereka sadari, atau Allah mengazab mereka di waktu mereka dalam perjalanan, maka sekali-kali mereka tidak dapat menolak (azab itu), atau Allah mengazab mereka dengan berangsur-angsur (sampai binasa). Maka sesungguhnya Tuhan kalian adalah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. (An-Nahl: 45-47)
*****
Adapun firman Allah Swt.:
{فَمَا كَانَ دَعْوَاهُمْ إِذْ جَاءَهُمْ بَأْسُنَا إِلا أَنْ قَالُوا إِنَّا كُنَّا ظَالِمِينَ}
Maka tidak adalah keluhan mereka di waktu datang kepada mereka siksaan Kami, kecuali mengatakan, "Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim.” (Al-A'raf: 5)
Yakni tiada lain ucapan mereka ketika azab datang menimpa mereka, melainkan pengakuan mereka terhadap dosa-dosa mereka dan bahwa mereka pantas menerimanya. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
وَكَمْ قَصَمْنَا مِن قَرْيَةٍ كَانَتْ ظَالِمَةً
Dan berapa banyaknya (penduduk) negeri-negeri yang zalim yang telah Kami binasakan. (Al-Anbiya: 11)
sampai dengan firman-Nya:
خَامِدِين
yang tidak dapat hidup lagi. (Al-Anbiya: 15)
Ibnu Jarir mengatakan bahwa di dalam ayat ini terkandung keterangan yang jelas yang menunjukkan keabsahan riwayat yang diketengahkan dari Rasulullah Saw., yaitu tentang sabdanya yang mengatakan:
"مَا هَلَكَ قَوْمٌ حَتَّى يُعْذِروا مِنْ أَنْفُسِهِمْ"
Tidaklah suatu kaum dibinasakan sebelum mereka mengakui kesalahan diri mereka sendiri.
حَدَّثَنَا بِذَلِكَ ابْنُ حُمَيْد، حَدَّثَنَا جَرِيرٌ، عَنْ أَبِي سِنان، عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ مَيْسَرة الزَّرَّادِ قَالَ: قَالَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ] قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا هَلَكَ قَوْمٌ حَتَّى يُعْذِروا مِنْ أَنْفُسِهِمْ". قَالَ: قُلْتُ لِعَبْدِ الْمَلِكِ: كَيْفَ يَكُونُ ذَاكَ؟ قَالَ: فَقَرَأَ هَذِهِ الْآيَةَ: {فَمَا كَانَ دَعْوَاهُمْ إِذْ جَاءَهُمْ بَأْسُنَا إِلا أَنْ قَالُوا إِنَّا كُنَّا ظَالِمِينَ}
Hal tersebut telah diceritakan oleh Ibnu Humaid kepada kami, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Abu Sinan, dari Abdul Malik ibnu Maisarah Az-Zarrad yang mengatakan bahwa Abdullah ibnu Mas'ud pernah mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Tidaklah suatu kaum dibinasakan sebelum mereka mengakui kesalahan diri mereka sendiri. Abdul Malik melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia bertanya kepada Ibnu Mas'ud, "Mengapa terjadi demikian?" Ibnu Mas'ud membacakan firman-Nya: Maka tidak adalah keluhan mereka di waktu datang kepada mereka siksaan Kami, kecuali mengatakan, "Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim.”(Al-A'raf: 5).
*****
Firman Allah Swt.:
{فَلَنَسْأَلَنَّ الَّذِينَ أُرْسِلَ إِلَيْهِمْ}
Maka sesungguhnya Kami akan menanyai umat-umat yang telah diutus rasul-rasul kepada mereka. (Al-A'raf: 6), hingga akhir ayat.
Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَيَوْمَ يُنَادِيهِمْ فَيَقُولُ مَاذَا أَجَبْتُمُ الْمُرْسَلِينَ}
Dan (ingatlah) hari (di waktu) Allah menyeru mereka, seraya berkata, "Apakah jawaban kalian kepada para rasul?” (Al-Qashash: 65)
Dan firman Allah Swt.:
{يَوْمَ يَجْمَعُ اللَّهُ الرُّسُلَ فَيَقُولُ مَاذَا أُجِبْتُمْ قَالُوا لَا عِلْمَ لَنَا إِنَّكَ أَنْتَ عَلامُ الْغُيُوبِ}
(Ingatlah), hari di waktu Allah mengumpulkan para rasul, lalu Allah bertanya (kepada mereka), "Apa jawaban kaummu terhadap (seman)mw?” Para rasul menjawab, "Tidakada pengetahuan kami (tentang itu); sesungguhnya Engkaulah yang mengetahui perkara yang gaib.”(Al-Maidah: 109)
Kelak di hari kiamat Allah bertanya kepada semua umat tentang jawaban mereka kepada para rasul yang membawa risalah-Nya kepada mereka. Allah menanyai pula para rasul yang ditugaskan kepada mereka tentang penyampaian risalah-Nya. Karena itulah Ali ibnu Abu Talhah meriwa­yatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan tafsir ayat ini, yaitu firman-Nya: Maka sesungguhnya Kami akan menanyai umat-umat yang telah diutus rasul-rasul kepada mereka dan sesungguhnya Kami akan menanyai (pula) rasul-rasul (Kami). (Al-A'raf: 6) Yaitu tentang apa yang telah disampaikan oleh para rasul.
قَالَ ابْنُ مَرْدُويه: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ الْحَسَنِ، حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ الكنْدي، حَدَّثَنَا الْمُحَارِبِيُّ، عَنْ لَيْث، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا] قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، فالإمام يُسْأل عن الرجل وَالرَّجُلُ يُسْأَلُ عَنْ أَهْلِهِ وَالْمَرْأَةُ تُسْأَلُ عَنْ بَيْتِ زَوْجِهَا، وَالْعَبْدُ يُسْأَلُ عَنْ مَالِ سَيِّدِهِ". قَالَ اللَّيْثُ: وَحَدَّثَنِي ابْنُ طَاوُسٍ، مِثْلَهُ، ثُمَّ قَرَأَ: {فَلَنَسْأَلَنَّ الَّذِينَ أُرْسِلَ إِلَيْهِمْ وَلَنَسْأَلَنَّ الْمُرْسَلِينَ}
Ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ahmad ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Muhammad ibnul Hasan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Kindi, telah menceritakan kepada kami Al-Muharibi, dari Lais, dari Nafi', dari Ibnu Umar yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Kalian semua adalah penggembala, dan kalian semua akan dimintai pertanggungjawaban tentang gembalaannya. Imam akan ditanya mengenai orang-orang yang dipimpinnya, seorang lelaki akan ditanya mengenai keluarganya, seorang wanita akan ditanya mengenai rumah suaminya, dan seorang budak akan ditanya mengenai harta tuannya. Al-Lais mengatakan, "Ibnu Tawus pernah menceritakan hal yang semisal kepadaku, kemudian ia membacakan firman-Nya: 'Maka sesungguhnya Kami akan menanyai umat-umat yang telah diutus rasul-rasul kepada mereka dan sesungguhnya Kami akan menanyai (pula) rasul-rasul (Kami)' (Al-A'raf: 6)."
Hadis ini diketengahkan di dalam kitab Sahihain tanpa tambahan ini.
Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: maka sesungguhnya akan Kami kabarkan kepada mereka (apa-apa yang mereka perbuat), sedangkan (Kami) mengetahui (keadaan mereka), dan Kami sekali-kali tidak jauh (dari mereka). (Al-A'raf: 7) Kelak di hari kiamat akan diletakkan semua kitab catatan amal perbuatan, lalu kitab-kitab itu berbicara tentang apa yang telah mereka kerjakan (selama di dunia).
{وَمَا كُنَّا غَائِبِينَ}
dan Kami sekali-kali tidak jauh (dari mereka). (Al-A'raf: 7)
Yakni Allah Swt. akan memberitahukan kepada hamba-hamba-Nya kelak di hari kiamat tentang apa yang telah mereka katakan dan apa yang telah mereka kerjakan, baik yang kecil maupun yang besar, yang berat maupun yang ringan; tidak ada yang terlewat, karena sesungguhnya Allah Swt. Maha Menyaksikan segala sesuatu, tiada sesuatu pun yang tersembunyi dari pengetahuan-Nya dan tiada sesuatu pun yang terlupakan oleh-Nya, bahkan Dia mengetahui apa yang tersembunyi di balik lirikan mata yang khianat dan apa yang tersimpan di dalam kalbu. Allah Swt telah berfirman:
{وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلا يَعْلَمُهَا وَلا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الأرْضِ وَلا رَطْبٍ وَلا يَابِسٍ إِلا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ}
Dan tiada sehelai daun pun yang gugur, melainkan Dia mengetahuinya (pula); dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuz). (Al-An'am: 59)

{وَالْوَزْنُ يَوْمَئِذٍ الْحَقُّ فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (8) وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ بِمَا كَانُوا بِآيَاتِنَا يَظْلِمُونَ (9) }
Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), maka barang siapa berat timbangan kebaikannya, mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.
Firman Allah Swt.:
{وَالْوَزْن}
Timbangan. (Al-A'raf: 8)
Maksudnya, timbangan amal perbuatan kelak di hari kiamat.
{الْحَق}
ialah kebenaran. (Al-A'raf: 8)
Yakni Allah Swt. tidak menganiaya seorang pun. Ayat ini semakna dengan ayat lain yang disebutkan melalui firman-Nya:
{وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا وَكَفَى بِنَا حَاسِبِينَ}
Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikit pun. Danjika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun, pasti Kami mendatangkan (pahalanya. Dan cukuplah Kami menjadi orang-orang yang membuat perhitungan. (Al-Anbiya: 47)
{إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ وَإِنْ تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا وَيُؤْتِ مِنْ لَدُنْهُ أَجْرًا عَظِيمًا}
Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun seberat zarrah; dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipatgandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar. (An-Nisa: 40)
{فَأَمَّا مَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَاضِيَةٍ * وَأَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُمُّهُ هَاوِيَةٌ * وَمَا أَدْرَاكَ مَا هِيَهْ * نَارٌ حَامِيَةٌ}
Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Dan tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu?” (Yaitu) api yang sangat panas. (Al-Qari'ah: 6-11)
Dan firman Allah Swt.:
{فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ فَلا أَنْسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ وَلا يَتَسَاءَلُونَ * فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ * وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ فِي جَهَنَّمَ خَالِدُونَ}
Apabila sangkakala ditiup, maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya. (Al-Mu’minun: 101); Barang siapa yang berat timbangan (kebaikan)nya. maka mereka itulah orang-orang yang dapat keberuntungan. Dan barang siapa yang ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahannam. (Al-Mu’minun: 102-103)
Yang diletakkan pada timbangan amal perbuatan kelak di hari kiamat —menurut suatu pendapat— adalah amal-amal perbuatan, sekalipun berupa sesuatu yang abstrak, tetapi Allah Swt. mengubah bentuknya menjadi jasad yang kongkret kelak di hari kiamat.
Al-Bagawi mengatakan bahwa hal tersebut telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas, seperti yang disebutkan di dalam sebuah hadis sahih, bahwa surat Al-Baqarah dan Ali Imran kelak di hari kiamat datang (dalam bentuk) seakan-akan seperti dua awan, atau dua naungan, atau dua kumpulan burung-burung yang terbang berbaris.
Termasuk ke dalam pengertian ini ialah apa yang disebut di dalam hadis sahih lainnya tentang kisah Al-Qur'an, bahwa Al-Qur'an kelak akan datang kepada pemiliknya dalam rupa seorang pemuda yang pucat warna (kulit)nya. Maka pemiliknya bertanya, "Siapakah kamu?" Ia menjawab, "Aku adalah Al-Qur'an yang membuatmu tidak dapat tidur di malam harimu dan membuatmu haus di siang harimu."
Di dalam hadis Al-Barra mengenai kisah pertanyaan kubur disebutkan:
"فَيَأْتِي الْمُؤْمِنَ شابٌّ حَسَنُ اللَّوْنِ طَيِّبُ الرِّيحِ، فَيَقُولُ: مَنْ أَنْتَ؟ فَيَقُولُ: أَنَا عَمَلُكَ الصَّالِحُ"
Maka orang mukmin didatangi oleh seorang pemuda yang bagus warna kulitnya lagi harum baunya. Maka orang mukmin itu bertanya, "Siapakah kamu?” Ia menjawab, "Saya adalah amal salehmu."
Lalu disebutkan hal yang sebaliknya tentang orang kafir dan orang munafik.
Menurut pendapat yang lain, yang ditimbang adalah kitab catatan amal perbuatan, seperti yang disebutkan di dalam hadis tentang bitaqah (kartu) mengenai seorang lelaki yang dihadapkan, lalu diletakkan baginya pada salah satu sisi timbangan sebanyak sembilan puluh sembilan catatan amal, setiap catatan amal tebalnya sejauh mata memandang. Kemudian bitaqah tersebut didatangkan yang di dalam­nya bertuliskan kalimah "Tidak ada Tuhan selain Allah". Lalu lelaki itu bertanya, "Wahai Tuhanku, apakah bitaqah dan semua catatan ini?" Allah Swt. menjawab, "Sesungguhnya engkau tidak akan dianiaya." Lalu bitaqah tersebut diletakkan di sisi timbangan yang lainnya. Rasulullah Saw. bersabda:
فَطاشَت السِّجِلَّاتُ، وثَقُلَتِ الْبِطَاقَةُ"
Maka catatan-catatan itu menjadi ringan dan bitaqah itu menjadi berat.
Imam Turmuzi meriwayatkan hal yang semisal melalui jalur ini, dan ia menilainya sahih.
Menurut pendapat yang lainnya lagi, yang ditimbang itu adalah diri orang yang bersangkutan. Seperti yang disebutkan di dalam hadis berikut:
"يُؤتَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِالرَّجُلِ السَّمِين، فَلَا يَزِن عِنْدَ اللَّهِ جَنَاح بَعُوضَة" ثُمَّ قَرَأَ: {فَلا نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا}
Kelak di hari kiamat didatangkan seorang lelaki yang gemuk, tetapi di sisi Allah timbangannya tidaklah seberat sebuah sayap nyamuk kecil pun. Kemudian Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya: dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat. (Al-Kahfi: 105)
Di dalam manaqib (riwayat hidup) sahabat Abdullah ibnu Mas'ud disebutkan bahwa Nabi Saw. pernah bersabda:
"أَتَعْجَبُونَ مِنْ دِقَّة ساقَيْهِ، فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَهُمَا فِي الْمِيزَانِ أَثْقَلُ مِنْ أُحُدٍ"
Apakah kalian merasa aneh dengan kedua betisnya (Ibnu Mas'ud) yang kecil itu. Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, kedua betisnya itu dalam timbangan amal perbuatan jauh lebih berat daripada Bukit Uhud.
Tetapi dapat pula digabungkan pengertian dari semua asar tersebut, misalnya semuanya dinilai benar karena adakalanya yang ditimbang adalah amal perbuatannya, adakalanya catatan-catatan amalnya, dan adakalanya diri orang yang bersangkutan.

{وَلَقَدْ مَكَّنَّاكُمْ فِي الأرْضِ وَجَعَلْنَا لَكُمْ فِيهَا مَعَايِشَ قَلِيلا مَا تَشْكُرُونَ (10) }
Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagi kalian di muka bumi itu (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kalian bersyukur.
Allah Swt. berfirman, mengingatkan kepada hamba-hamba-Nya perihal karunia yang telah Dia berikan kepada mereka, yaitu Dia telah menjadi­kan bumi sebagai tempat tinggal mereka, dan Dia telah menjadikan padanya pasak-pasak (gunung-gunung) dan sungai-sungai, serta menjadikan padanya tempat-tempat tinggal dan rumah-rumah buat mereka. Dia memperbolehkan mereka untuk memanfaatkannya, dan menundukkan awan buat mereka untuk mengeluarkan rezeki mereka dari bumi. Dia telah menjadikan bagi mereka di bumi itu penghidupan mereka, yakni mata pencaharian serta berbagai sarananya sehingga mereka dapat berniaga padanya dan dapat membuat berbagai macam sarana untuk penghidupan mereka. Tetapi kebanyakan mereka amat sedikit yang mensyukurinya.
Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ الإنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ}
Dan jika kalian menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kalian menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). (Ibrahim: 34)
Seluruh ulama qiraat membaca ma'ayisy tanpa memakai hamzah, kecuali Abdur Rahman ibnu Hurmuz Al-A'raj, karena sesungguhnya dia meng-hamzah-kannya. Tetapi pendapat yang benar ialah yang dianut oleh kebanyakan ulama qiraat, yaitu yang tidak memakai hamzah. Karena lafaz ma'ayisy adalah bentuk jamak dari lafaz maisyah, diambil dari kata 'asyayalsyu 'aisyan. Lafaz maisyah bentuk asalnya adalah mayisyah, karena harakat kasrah pada ya dinilai berat, maka kasrah dipindahkan ke lain sehingga jadilah ma’isyah. Tetapi setelah dijamakkan, maka harakat-nya kembali lagi kepada ya, mengingat sudah tidak ada lagi hambatan bacaan berat; maka dikatakanlah ma'ayisy, wazan-nya. ialah mafa'il, karena huruf ya merupakan huruf asal pada lafaz. Lain halnya dengan lafaz madain, sahajf'dan basair yang merupa­kan bentuk jamak dari madinah,sahlfah, dan basirah; juga bentuk jamak dari mudun, suhuf, dan absur, karena sesungguhnya huruf ya pada lafaz-lafaz tersebut merupakan huruf zaidah (tambahan). Karena itulah maka ia dijamakkan dengan memakai wazan fa’ail seraya di-hamzah-kan (memakai hamzah).

{وَلَقَدْ خَلَقْنَاكُمْ ثُمَّ صَوَّرْنَاكُمْ ثُمَّ قُلْنَا لِلْمَلائِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلا إِبْلِيسَ لَمْ يَكُنْ مِنَ السَّاجِدِينَ (11) }
Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat, "Bersujudlah kamu kepada Adam," maka mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud.
Melalui ayat ini Allah Swt. mengingatkan kepada Bani Adam (manusia) tentang kemuliaan bapak mereka, yaitu Adam. Allah menjelaskan kepada mereka perihal musuh mereka (yaitu iblis) dan kedengkian yang tersimpan di dalam diri iblis terhadap mereka dan bapak mereka, supaya mereka bersikap waspada terhadapnya dan jangan mengikuti jalan iblis. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{وَلَقَدْ خَلَقْنَاكُمْ ثُمَّ صَوَّرْنَاكُمْ ثُمَّ قُلْنَا لِلْمَلائِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ [فَسَجَدُوا] }
Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu, lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat, "Bersujvdlah kalian kepada Adam," maka mereka pun bersujud (Al-A'raf: 11)
Makna ayat ini semisal dengan ayat lain yang disebutkan melalui firman-Nya:
{وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ [فَسَجَدَ الْمَلائِكَةُ] }
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kalian kepadanya dengan bersujud.” (Al-Hijr: 28-29)
Demikian itu karena ketika Allah Swt. menciptakan Adam a.s. dengan tangan kekuasaan-Nya dari tanah liat, lalu Allah memberinya bentuk manusia yang sempurna dan meniupkan ke dalam tubuhnya sebagian dari roh (ciptaan)-Nya. Maka Allah memerintahkan kepada semua malaikat untuk bersujud kepada Adam sebagai penghormatan kepada keagungan Allah Swt. Semua malaikat mendengar dan menaati perintah itu kecuali iblis, ia tidak mau bersujud.
Dalam permulaan tafsir surat Al-Baqarah telah kami terangkan perihal iblis. Apa yang kami tetapkan di sini merupakan pendapat yang dipilih oleh Ibnu Jarir yang mengatakan bahwa makna yang dimaksud adalah Adam a.s.
Sufyan As-Sauri meriwayatkan dari Al-A'masy, dari Minhal ibnu Amr dan dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu. lalu Kami bentuk tubuhmu. (Al-A'raf: 11) Bahwa mereka diciptakan di dalam tulang-tulang sulbi kaum laki-laki, lalu mereka dibentuk di dalam rahim-rahim wanita.
Asar diriwayatkan oleh Imam Hakim. Imam Hakim mengatakan bahwa asar ini sahih dengan syarat Imam Bukhari dan Imam Muslim, tetapi keduanya tidak mengetengahkannya.
Dinukil pula dari Ibnu Jarir, dari sebagian ulama Salaf, bahwa makna yang dimaksud ialah anak cucu Adam a.s.
Ar-Rabi' ibnu Anas, As-Saddi, Qatadah, dan Ad-Dahhak telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu, lalu Kami bentuk tubuhmu. (Al-A'raf: 11) Yakni Kami ciptakan Adam, kemudian Kami bentuk anak cucunya.
Tetapi pendapat ini masih perlu dipertimbangkan, mengingat sesudahnya disebutkan oleh firman-Nya: Kemudian Kami katakan kepada para malaikat, "Bersujudlah kalian kepada Adam.” (Al-A'raf: 11) Maka hal ini menunjukkan bahwa yang dimaksud adalah Adam.
Sesungguhnya hal ini diungkapkan dalam bentuk jamak, mengingat Adam adalah bapak umat manusia. Sebagaimana firman Allah Swt. yang ditujukan kepada kaum Bani Israil yang ada di masa Nabi Saw. melalui ayat berikut:
{وَظَلَّلْنَا عَلَيْكُمُ الْغَمَامَ وَأَنزلْنَا عَلَيْكُمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوَى}
Dan Kami naungi kalian dengan awan, dan Kami turunkan kepada kalian manna dan satwa. (Al-Baqarah: 57)
Makna yang dimaksud adalah bapak moyang mereka yang hidup di masa Nabi Musa a.s. Tetapi mengingat hal tersebut merupakan karunia Allah yang telah diberikan kepada bapak moyang mereka yang merupakan asal mereka, maka seakan-akan hal tersebut terjadi pada anak-anak mereka. Hal ini berbeda dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ مِنْ سُلالَةٍ مِنْ طِينٍ [ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ] }
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. (Al-Mu’minun: 12)
Makna yang dimaksud ialah bahwa Adam diciptakan dari saripati tanah, sedangkan anak cucunya diciptakan dari nutfah (air mani). Pengertian ini dibenarkan, mengingat makna yang dimaksud dengan insan ialah jenisnya tanpa ada penentuan.

{قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ (12) }
Allah berfirman, "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?” Menjawab iblis, "Saya lebih baik daripadanya; Engkau ciptakan saya dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah."
Ulama ahli nahwu dalam menganalisis firman-Nya: Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu? (Al-A' raf: 12)
Huruf la dalam ayat ini adalah zaidah (tambahan). Sedangkan menurut sebagian dari mereka, huruf la ini ditambahkan untuk mengukuhkan keingkaran. Perihalnya sama dengan pengertian yang terdapat di dalam perkataan seorang penyair:
مَا إِنْ رأيتُ وَلَا سمعتُ بِمِثْلِهِ
Sesungguhnya aku tidak pernah melihat dan tidak pernah pula mendengar semisalnya.
Maka huruf in dimasukkan sebelum ma nafiyah untuk mengukuhkan makna nafinya. Mereka mengatakan bahwa demikian pula pengertiannya dalam ayat ini, yaitu firman-Nya:
{مَا مَنَعَكَ أَلا تَسْجُدَ}
Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (Al-A'raf: 12)
Padahal sebelumnya telah disebutkan melalui firman-Nya:
{لَمْ يَكُنْ مِنَ السَّاجِدِينَ}
Dia tidak termasuk mereka yang bersujud. (Al-A"raf: 11)
yang mengandung pengertian ketiadaan bersujud.
Kedua pendapat di atas diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan keduanya disanggahnya. Ibnu Jarir sendiri memilih pendapat yang mengatakan bahwa makna mana'aka' mengandung pengertian kata kerja lain yang bentuk lengkapnya adalah seperti berikut, "Apakah yang mencegahmu, menindasmu, dan memaksamu untuk tidak bersujud di saat Aku perintahkan kamu untuk melakukannya," atau pengertian yang semisal. Pendapat ini cukup baik dan kuat.
Ucapan iblis yang mengatakan:
{أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ}
Saya lebih baik daripadanya (Adam). (Al-A'raf: 12)
Alasan iblis merupakan sesuatu hal yang lebih besar daripada dosanya, seakan-akan iblis membangkang —tidak mau taat— karena tidak ada perintah yang menganjurkan seseorang yang memiliki keutamaan bersujud kepada orang yang lebih rendah keutamaannya daripada yang diperintah. Seakan-akan iblis la’natullah mengatakan, "Saya lebih baik daripadanya, maka mengapa Engkau perintahkan saya untuk bersujud kepadanya?"
Kemudian iblis mengatakan, dikatakan dirinya lebih baik karena ia diciptakan dari api, sedangkan api itu lebih baik daripada apa yang diciptakan-Nya dari tanah liat. Iblis yang laknat dalam alasannya mengacu kepada asal unsur kejadian, tidak mengacu kepada kemuliaan yang besar yang ada pada diri Adam. Yaitu Allah menciptakan Adam dengan tangan kekuasaan-Nya sendiri dan meniupkan ke dalam tubuhnya roh (ciptaan)-Nya.
Iblis melakukan analogi yang tidak benar, berlawanan dengan nas firman Allah Swt. yang mengatakan:
{فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ}
maka tunduklah kalian kepadanya dengan bersujud. (Al-Hijr: 29, Shad: 72)
Iblis memisahkan diri di antara malaikat karena tidak mau bersujud. Karena itulah maka dia terusir dari rahmat dan putus asa dari rahmat. Iblis la'natultah keliru dalam analogi dan pengakuannya yang mengatakan bahwa api lebih mulia daripada tanah.
Padahal sesungguhnya tabiat tanah liat itu ialah kuat, sabar, tenang, dan kokoh. Tanah merupakan tempat bagi tetumbuhan, pengembangan, penambahan, dan perbaikan; sedangkan api mempunyai watak membakar, liar, dan cepat. Karena itulah iblis berkhianat terhadap unsur kejadian dirinya, sedangkan Adam mendapat manfaat dari unsur kejadiannya, yaitu selalu ingat kepada Allah, kembali kepada-Nya, tenang, taat dan berserah diri kepada perintah Allah Swt., mengakui dosa dan memohon tobat serta ampunan.
Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan melalui Siti Aisyah r.a. bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
"خُلِقَت الْمَلَائِكَةُ مِنْ نُورٍ، وخُلقَ إِبْلِيسُ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ، وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ"
Malaikat diciptakan dari nur (cahaya), dan iblis diciptakan dari nyala api, sedangkan Adam diciptakan dari apa yang telah digambarkan kepada kalian.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Muslim.
قَالَ ابْنُ مَرْدُوَيه: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ، حدثنا نُعَيم ابن حَمَّادٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، عَنْ مَعْمَر، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عُرْوَة، عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "خَلَقَ اللَّهُ الْمَلَائِكَةَ مِنْ نُورِ الْعَرْشِ، وَخَلَقَ الْجَانَّ مِنْ [مَارِجٍ مِنْ] نَارٍ، وَخُلِقَ آدم مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ". قُلْتُ لِنُعَيْمِ بْنِ حَمَّادٍ: أَيْنَ سَمِعْتَ هَذَا مِنْ عَبْدِ الرَّزَّاقِ؟ قَالَ: بِالْيَمَنِ
Ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Abdullah ibnu Mas'ud, telah menceritakan kepada kami Na'im ibnu Hammad, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, dari Ma'mar, dari Az-Zuhri, dari Urwah, dari Aisyah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Allah menciptakan malaikat dari nur Arasy, dan menciptakan jin dari nyala api, serta menciptakan Adam dari apa yang digambarkan kepada kalian. Saya (perawi) bertanya kepada Na'im ibnu Hammad, "Di manakah engkau mendengar hadis ini dari Abdur Razzaq?" Na'im menjawab, "Di Yaman."
Menurut lafaz lain dari hadis ini yang tidak sahih disebutkan seperti berikut:
"وَخُلِقَتِ الْحُورُ الْعِينُ مِنَ الزَّعْفَرَانِ"
Dan Aku menciptakan bidadari yang bermata jeli dari za'faran.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Qasim, telah menceritakan kepada kami Al-Husain, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Kasir, dari Ibnu Syauzab, dari Matar Al-Waraq, dari Al-Hasan sehubungan dengan makna firman-Nya: Engkau ciptakan saya dari api, sedangkan Engkau ciptakan dia dari tanah. (Al-A'raf: 12) Bahwa iblis melakukan analogi, dialah yang mula-mula melakukan analogi (kias). Sanad asar berpredikat sahih.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Umar ibnu Malik, telah menceritakan kepadanya Yahya ibnu Salim At-Taifi, dari Hisyam ibnu Sirin yang telah mengatakan bahwa iblislah yang mula-mula melakukan kias (analogi), dan tidak sekali-kali matahari dan rembulan disembah melainkan karena adanya kias tersebut. Sanad asar ini berpredikat sahih pula.

{قَالَ فَاهْبِطْ مِنْهَا فَمَا يَكُونُ لَكَ أَنْ تَتَكَبَّرَ فِيهَا فَاخْرُجْ إِنَّكَ مِنَ الصَّاغِرِينَ (13) قَالَ أَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ (14) قَالَ إِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ (15) }
Allah berfirman, "Turunlah kamu dari surga itu, karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya. Maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina.” Iblis men­jawab, "Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan.” Allah berfirman, "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh."
Allah Swt. berfirman, ditujukan kepada iblis mengenai takdir yang harus di jalani iblis:
{فَاهْبِطْ مِنْهَا}
Turunlah kamu dari surga itu! (Al-A'raf: 13)
Yakni karena kedurhakaanmu terhadap perintah-Ku dan pembang­kanganmu yang menyimpang dari jalan ketaatan kepada-Ku. Tidak layak bagimu bersikap sombong di dalam surga.
Kebanyakan ulama tafsir mengatakan bahwa damir yang ada kembali merujuk kepada jannah (surga). Tetapi dapat pula ditakwilkan merujuk kepada kedudukan tempat iblis berada saat itu di kerajaan langit yang tertinggi.
{فَاخْرُجْ إِنَّكَ مِنَ الصَّاغِرِينَ}
maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina. (Al-A'raf: 13)
Artinya, dalam keadaan hina dina lagi direndahkan, sebagai perlakuan kebalikan dari apa yang diyakini iblis, dan sebagai pembalasan dari pengakuannya, yaitu dengan menimpakan kebalikannya. Maka saat itu iblis yang laknat menyadari dirinya dimurkai Tuhan, lalu ia meminta masa tangguh sampai hari kiamat, melalui perkataannya:
{أَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ قَالَ إِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِين}
Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan. Allah berfirman, "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh.”(Al-A'raf: 14-15)
Allah mengabulkan permintaan iblis karena di dalamnya terkandung hikmah, keinginan, dan kehendak Allah yang tidak dapat ditentang, tidak dapat dicegah, serta tidak ada akibat bagi keputusan hukum-Nya, dan Dia Mahacepat perhitungan-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar