هَلْ
يَنْظُرُونَ إِلَّا أَنْ تَأْتِيَهُمُ الْمَلَائِكَةُ أَوْ يَأْتِيَ رَبُّكَ أَوْ
يَأْتِيَ بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ يَوْمَ يَأْتِي بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ لَا يَنْفَعُ
نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي
إِيمَانِهَا خَيْرًا قُلِ انْتَظِرُوا إِنَّا مُنْتَظِرُونَ (158)
Yang mereka nanti-nantikan tidak lain hanyalah
kedatangan malaikat kepada mereka (untuk
mencabut nyawa mereka), atau kedatangan (siksa) Tuhanmu atau
kedatangan beberapa ayat Tuhanmu. Pada hari datangnya beberapa ayat Tuhanmu,
tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang kepada dirinya sendiri yang belum
beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa
imannya. Katakanlah, "Tunggulah oleh kalian, sesungguhnya kami pun menunggu
(pula):"Allah Swt. berfirman, mengancam orang-orang kafir yang menentang rasul-rasul-Nya, mendustakan ayat-ayat-Nya, dan menghalang-halangi manusia dari jalan-Nya:
{هَلْ
يَنْظُرُونَ إِلا أَنْ تَأْتِيَهُمُ الْمَلائِكَةُ أَوْ يَأْتِيَ
رَبُّكَ}
Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan malaikat kepada
mereka (untuk mencabut nyawa mereka), atau kedatangan (siksa)
Tuhanmu. (Al-An'am: 158)Hal ini pasti terjadi pada hari kiamat nanti.
{أَوْ
يَأْتِيَ بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ}
atau kedatangan beberapa ayat Tuhanmu. Pada hari datangnya beberapa ayat
dari Tuhanmu, tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang kepada dirinya sendiri.
(Al-An'am: 158)Demikian itu terjadi sebelum hari kiamat dan termasuk salah satu alamat bagi kedatangan hari kiamat, yaitu di saat mereka menyaksikan sesuatu dari tanda-tanda kiamat tersebut.
قَالَ
الْبُخَارِيُّ فِي تَفْسِيرِ هَذِهِ الْآيَةِ:
حَدَّثَنَا
مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ، حَدَّثَنَا عُمَارَةُ،
حَدَّثَنَا أَبُو زُرْعَة، حَدَّثَنَا أَبُو هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ،
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَا تَقُومُ
السَّاعَةُ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبها، فَإِذَا رَآهَا النَّاسُ
آمَنَ مَنْ عَلَيْهَا. فَذَلِكَ حِينَ {لَا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ
تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ}
Imam Bukhari sehubungan dengan tafsir ayat ini mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Musa ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahid, telah
menceritakan kepada kami Imarah, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, dari
Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Hari
kiamat tidak akan terjadi sebelum matahari terbit dari arah barat. Apabila
manusia melihat matahari terbit dari arah barat, maka berimanlah semua orang
yang ada di bumi. Yang demikian itu terjadi ketika: tidak bermanfaat lagi
iman seseorang kepada dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu.
(Al-An'am: 158)
حَدَّثَنَا
إِسْحَاقُ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، حَدَّثَنَا مَعْمَر، عَنْ هَمَّام بْنِ
مُنَبِّه، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ
مَغْرِبِهَا، فَإِذَا طَلَعَتْ وَرَآهَا النَّاسُ آمَنُوا أَجْمَعُونَ، وَذَلِكَ
حِينَ لَا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا" ثُمَّ قَرَأَ هَذِهِ
الْآيَةَ.
Telah menceritakan kepada kami lshaq, telah menceritakan kepada kami Abdur
Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Hammam ibnu Munabbih, dari
Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Kiamat
tidak akan terjadi sebelum matahari terbit dari arah barat. Apabila matahari
terbit dari arah barat dan manusia melihatnya, maka mereka semuanya beriman.
Yang demikian itu terjadi di saat iman seseorang tidak bermanfaat bagi dirinya
jika ia tidak beriman sebelum (peristiwa itu). Kemudian Nabi Saw. membacakan
ayat ini. Hal yang sama telah diriwayatkan melalui dua arah: Arah yang pertama diketengahkan oleh Jamaah lainnya di dalam kitab masing-masing, kecuali Imam Turmuzi, melalui berbagai jalur dari Imarah ibnul Qa'qa' ibnu Syubramah, dari Abu Zar'ah ibnu Amr ibnu Jarir, dari Abu Hurairah dengan lafaz yang sama. Adapun arah yang kedua diriwayatkan dari Ishaq tanpa dinisbatkan kepada orang tuanya; menurut suatu pendapat Ibnu Mansur Al-Kausaj, dan menurut pendapat yang lainnya disebutkan Ishaq ibnu Nasr.
Imam Muslim meriwayatkannya dari Muhammad ibnu Rafi' Al-Jandisaburi, keduanya (Ishaq dan Muhammad ibnu Rafi’) dari Abdur Razaq.
Hadis ini memang telah disebutkan melalui berbagai jalur dari Abu Hurairah, sebagaimana Imam Muslim pun meriwayatkannya secara munfarid melalui hadis Al-A'la ibnu Abdur Rahman ibnu Ya’qub maula Al-Hirqah, dari ayahnya, dari Abu Hurairah dengan lafaz yang sama.
قَالَ
ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْب، حَدَّثَنَا ابْنُ فُضَيْلٍ، عَنْ
أَبِيهِ، عَنْ أَبِي حَازِمٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "ثَلَاثٌ إِذَا خَرَجْنَ {لَا يَنْفَعُ نَفْسًا
إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا
خَيْرًا} طُلُوعُ الشَّمْسِ من مغربها، والدجال، ودابة الأرض".
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Fudail, dari ayahnya, dari Abu Hazim, dari Abu
Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Ada tiga
perkara, apabila telah muncul, maka tidak bermanfaat iman seseorang bagi dirinya
bila sebelum itu ia tidak beriman; atau (telah beriman), tetapi tidak
pernah melakukan suatu kebaikan pun dalam imannya, yaitu: Terbitnya matahari
dari arah barat, Dajjal, dan dabbah (hewan dari) bumi.Imam Ahmad meriwayatkannya dari Waki', dari Fudail ibnu Gazwan, dari Abu Hazim Salman, dari Abu Hurairah,di dalam lafaznya disebutkan 'Dukhan' (Asap).
Imam Muslim meriwayatkannya dari Abu Bakar ibnu Abu Syaibah dan Zuhair ibnu Harb. dari Waki'.
Imam Muslim telah meriwayatkannya pula, begitu juga Imam Turmuzi melalui bukan hanya satu jalur, dari Fudail ibnu Gazwan dengan lafaz yang sama.
Ishaq ibnu Abdullah Al-Qurawi telah meriwayatkannya dari Malik, dari Abuz Zanad, dari Al-A'raj, dari Abu Hurairah. Tetapi tidak ada seorang pun dari pemilik kitab hadis yang meriwayatkannya dari jalur ini karena ke-daif-an (kelemahan) yang ada pada Al-Qurawi.
قَالَ
ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا الرَّبِيعُ بْنُ سُلَيْمَانَ، حَدَّثَنَا شُعَيْبُ بْنُ
اللَّيْثِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَعْفَرِ بْنِ رَبِيعَةَ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ
بْنِ هُرْمُزَ الْأَعْرَجِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَطْلُعَ
الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا، فَإِذَا طَلَعَتْ آمَنَ النَّاسُ كُلُّهُمْ، وَذَلِكَ
حِينَ {لَا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ}
الْآيَةَ
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ar-Rabi' ibnu Sulaiman,
telah menceritakan kepada kami Syu'aib ibnul Lais, dari ayahnya, dari Ja'far
ibnu Rabi'ah, dari Abdur Rahman ibnu Hurmuz Al-A'raj, dari Abu Hurairah yang
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Kiamat tidak akan terjadi
sebelum matahari terbit dari arah baratnya. Apabila matahari terbit dari arah
baratnya, maka semua manusia beriman. Yang demikian itu terjadi di saat iman
seseorang tidak bermanfaat bagi dirinya jika ia tidak beriman
sebelumnya.Ibnu Lahi'ah meriwayatkannya dari Al-A'raj, dari Abu Hurairah dengan lafaz yang sama. Waki’ meriwayatkannya dari Fudail ibnu Gazwan, dari Abu Hazim, dari Abu Hurairah dengan lafaz yang sama. Semua jalur di atas diketengahkan oleh Al-Hafiz Abu Bakar ibnu Murdawaih di dalam kitab tafsirnya.
قَالَ
ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثْنَا الْحَسَنُ بْنُ يَحْيَى، أَخْبَرَنَا عَبْدُ
الرَّزَّاقِ، أَخْبَرَنَا مَعْمَر، عَنْ أَيُّوبَ، عَنِ ابْنِ سِيرين، عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ
تَابَ قَبْلَ أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا، قُبِل
مِنْهُ"
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Yahya,
telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, bahwa telah menceritakan kepada
kami Ma'mar, dari Ayyub, dari Ibnu Sirin, dari Abu Hurairah yang mengatakan
bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Barang siapa yang bertobat sebelum
matahari terbit dari arah baratnya, maka tobatnya diterima.Tetapi tidak ada seorang pun dari pemilik kitab yang sittah (enam orang) yang mengetengahkannya.
Hadis lain dari Abu Zar Al-Gifari di dalam kitab Sahihain dan lain-lainnya melalui berbagai jalur:
عَنْ
إِبْرَاهِيمَ بْنِ يَزِيدَ بْنِ شَرِيكٍ التَّيْمِيِّ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي
ذَرٍّ جُنْدُب بْنِ جُنَادة، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "تَدْري أَيْنَ تَذْهَبُ الشَّمْسُ إِذَا
غَرَبَتْ؟ ". قُلْتُ: لَا أَدْرِي، قَالَ: "إِنَّهَا تَنْتَهِي دُونَ الْعَرْشِ،
ثُمَّ تَخِرُّ سَاجِدَةً، ثُمَّ تَقُومُ حَتَّى يُقَالَ لَهَا: ارْجِعِي فَيُوشِكُ
يَا أَبَا ذَرٍّ أَنْ يُقَالَ لَهَا: ارْجِعِي مِنْ حَيْثُ جِئْتِ، وَذَلِكَ حِينَ:
{لَا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ
قَبْلُ}
dari Ibrahim ibnu Yazid ibnu Syarik At-Taimi, dari ayahnya, dari Abu Zar
(yaitu Jundub ibnu Junadah r.a.) yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah
bersabda: "Tahukah kamu, ke manakah matahari itu pergi apabila tenggelam?”
Saya (Abu Zar) menjawab, "Saya tidak tahu.” Rasul Saw. bersabda,
"Sesungguhnya matahari itu (apabila tenggelam) sampai ke bagian bawah
Arasy, lalu menyungkur bersujud (kepada Allah), kemudian bangkit dan
dikatakan kepadanya, "Kembalilah kamu, " maka sudah dekat masanya, hai Abu Zar,
akan dikatakan kepada matahari, 'Kembalilah kamu dari tempat kamu datang.' Yang
demikian itu terjadi di saat, 'Tidak bermanfaat iman seseorang bagi dirinya
selagi ia tidak beriman sebelumnya' (Al-An'am: 158)"Hadis yang lain dari Huzaifah ibnu Usaid ibnu Abu Syarihah Al-Gifari r.a.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ فُرَات، عَنْ أَبِي
الطُّفَيْل، عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ أَسِيدٍ الْغِفَارِيِّ قَالَ: أَشْرَفَ عَلَيْنَا
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ غُرْفَةٍ، وَنَحْنُ
نَتَذَاكَرُ السَّاعَةَ، فَقَالَ: "لَا تقوم الساعة
حَتَّى
تَرَوْا عَشْرَ آيَاتٍ: طُلوع الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبها، والدُّخَان،
وَالدَّابَّةُ، وَخُرُوجُ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ، وَخُرُوجُ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ،
وَالدَّجَّالُ، وَثَلَاثَةُ خُسوف: خَسْف بِالْمَغْرِبِ، وَخَسْفٌ بِالْمَشْرِقِ،
وَخَسْفٌ بِجَزِيرَةِ الْعَرَبِ، وَنَارٌ تَخْرُجُ مِنْ قَعْر عَدَن تَسُوقُ -أَوْ:
تَحْشُرُ -النَّاسَ، تَبِيتُ مَعَهُمْ حَيْثُ بَاتُوا، وتَقيل مَعَهُمْ حَيْثُ
قَالُوا".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Furat,
dari Abut Tufail, dari Huzaifah ibnu Usaid Al-Gifari yang menceritakan,
"Rasulullah Saw. menghampiri kami dari kamarnya, saat itu kami sedang
berbincang-bincang mengenai perkara hari kiamat. Maka Rasulullah Saw. bersabda:
'Hari kiamat tidak akan terjadi sebelum kalian melihat sepuluh
tanda-tandanya, yaitu terbitnya matahari dari arah baratnya, (keluarnya)
asap, dabbah (hewan), munculnya ya-juj dan ma-juj, keluarnya Nabi Isa
ibnu Maryam, munculnya Dajjal, terjadinya tiga gempa (gempa besar di timur,
gempa besar di barat, dan gempa besar di Jazirah Arabia) serta munculnya api
dari pedalaman 'Adh, api itu menggiring atau menghimpunkan manusia; ia menginap
bersama mereka di mana pun mereka menginap dan istirahat siang hari bersama
mereka di mana pun mereka beristirahat siang hari'."Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Ahlus Sunan yang empat orang melalui hadis Furat Al-Qazzaz, dari Abut Tufail (yaitu Amir ibnu Wasilah), dari Huzaifah ibnu Usaid dengan lafaz yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.
Hadis yang lain dari Huzaifah ibnul Yaman r.a. As-Sauri telah meriwayatkan dari Mansur, dari Rib'i, dari Huzaifah yang mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah Saw.”Wahai Rasulullah, apakah pertanda akan terbitnya matahari dari arah baratnya?" Maka Nabi Saw. menjawab melalui sabdanya:
"تَطُولُ
تِلْكَ اللَّيْلَةُ حَتَّى تَكُونَ قَدْر لَيْلَتَيْنِ، فَبَيْنَمَا الَّذِينَ
كَانُوا يُصَلُّونَ فِيهَا، يَعْمَلُونَ كَمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ قَبْلَهَا
وَالنُّجُومُ لَا تَسْرِي، قَدْ قَامَتْ مَكَانَهَا، ثُمَّ يَرْقُدُونَ، ثُمَّ
يَقُومُونَ فَيُصَلُّونَ، ثُمَّ يَرْقُدُونَ، ثُمَّ يَقُومُونَ فَيَطُلُّ
عَلَيْهِمْ جُنُوبُهُمْ، حَتَّى يَتَطَاوَلَ عَلَيْهِمُ اللَّيْلُ، فَيَفْزَعُ
النَّاسُ وَلَا يُصْبِحُونَ، فَبَيْنَمَا هُمْ يَنْتَظِرُونَ طُلُوعَ الشَّمْسِ
مِنْ مَشْرِقِهَا إِذْ طَلَعَتْ مِنْ مَغْرِبِهَا، فَإِذَا رَآهَا النَّاسُ
آمَنُوا، وَلَا يَنْفَعُهُمْ إِيمَانُهُمْ"
Malam itu sangat panjang hingga panjangnya sama dengan dua malam. Maka
terbangunlah orang-orang yang dahulunya selalu mengerjakan salat di waktu itu,
lalu mereka mengerjakan apa yang biasa mereka lakukan sebelumnya, sedangkan
biniang-bintang tidak kelihatan, semuanya tenggelam di tempatnya masing-masing.
Kemudian mereka tidur, lalu bangun dan kembali mengerjakan salatnya, lalu tidur
lagi dan bangun (sesudahnya), lambung mereka merasa enggan untuk tidur
lagi dan malam terasa amat panjang oleh mereka. Semua manusia merasa terkejut
karena mereka tidak mengalami pagi hari. Ketika mereka sedang menunggu terbitnya
matahari dari arah timurnya, tiba-tiba matahari terbit dari arah baratnya. Maka
apabila manusia telah melihatnya, berimanlah mereka, tetapi iman mereka tidak
memberi manfaat bagi diri mereka.Ibnu Murdawaih meriwayatkannya, tetapi hadis ini tidak didapat di dalam sesuatu pun dari kitab sittah yang melalui jalur ini.
Hadis yang lain dari Abu Sa'id Al-Khudri yang nama aslinya ialah Sa'd ibnu Malik ibnu Sinan r.a.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَكِيع، حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي لَيْلَى، عَنْ
عَطِيَّةَ العَوْفي، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخُدْري، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {يَوْمَ يَأْتِي بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ لَا يَنْفَعُ نَفْسًا
إِيمَانُهَا} قَالَ: "طُلُوعُ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', telah
menceritakan kepada kami Ibnu Abu Laila, dari Atiyyah Al-Aufi, dari Abu Sa'id
Al-Khudri r.a., dari Nabi Saw. sehubungan dengan firman-Nya: Pada hari
datangnya beberapa ayat Tuhanmu, tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang kepada
dirinya sendiri. (Al-An'am: 158) Nabi Saw. bersabda: Terbitnya matahari
dari arah baratnya.Imam Turmuzi meriwayatkannya dari Sufyan ibnu Waki', dari ayahnya dengan lafaz yang sama, lalu Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini garib. Sebagian dari mereka meriwayatkannya tanpa me-rafa'-kannya (menyampaikan sanadnya kepada Rasulullah Saw.).
Di dalam hadis Talut ibnu Abbad. dari Fudal ibnu Jubair, dari Abu Umamah Sada ibnu Ajlan disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"أن
أوّلَ الْآيَاتِ طلوعُ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا"
Sesungguhnya mula-mula pertanda kiamat ialah terbitnya matahari dari arah
baratnya.Di dalam hadis Asim ibnu Abun Nujud, dari Zur ibnu Hubaisy, dari Safwan ibnu Assal dikatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:
"إِنَّ
اللَّهَ فَتَحَ بَابًا قَبْلَ الْمَغْرِبِ عَرْضُهُ سَبْعُونَ عَامًا
لِلتَّوْبَةِ"
قَالَ:
"لَا يُغْلَقُ
حَتَّى
تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْهُ".
Sesungguhnya Allah membuka sebuah pintu di arah barat yang lebarnya
perjalanan tujuh puluh tahun untuk pintu tobat; pintu itu tidak akan ditutup
hingga matahari terbit darinya.Hadis diriwayatkan oleh Imam Turmuzi, dinilai sahih oleh Imam Nasai dan Imam Ibnu Majah dalam suatu hadis yang cukup panjang.
Hadis yang lain dari Abdullah ibnu Abu Aufa.
قَالَ
ابْنُ مَرْدَوَيْهِ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ دُحَيم، حَدَّثَنَا
أَحْمَدُ بْنُ حَازِمٍ، حَدَّثَنَا ضِرَارُ بْنُ صُرَد، حَدَّثَنَا ابْنُ فُضَيْلٍ،
عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ زَيد، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي أَوْفَى قَالَ:
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ:
"لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ لَيْلَةٌ تَعْدِلُ ثَلَاثَ لَيَالٍ مِنْ
لَيَالِيكُمْ هَذِهِ، فَإِذَا كَانَ ذَلِكَ يَعْرِفُهَا الْمُتَنَفِّلُونَ، يَقُومُ
أَحَدُهُمْ فَيَقْرَأُ حِزْبَهُ، ثُمَّ يَنَامُ، ثُمَّ يَقُومُ فَيَقْرَأُ
حِزْبَهُ، ثُمَّ يَنَامُ. فَبَيْنَمَا هُمْ كَذَلِكَ إِذْ صَاحَ النَّاسُ
بَعْضُهُمْ فِي بَعْضٍ فَقَالُوا: مَا هَذَا؟ فَيَفْزَعُونَ إِلَى الْمَسَاجِدِ،
فَإِذَا هُمْ بِالشَّمْسِ قَدْ طَلَعَتْ مِنْ مَغْرِبِهَا، فَضَجَّ النَّاسُ
ضَجَّةً وَاحِدَةً، حَتَّى إِذَا صَارَتْ فِي وَسَطِ السَّمَاءِ رَجَعَتْ
وَطَلَعَتْ مِنْ مَطْلِعِهَا". قَالَ: "حِينَئِذٍ لَا يَنْفَعُ نَفْسًا
إِيمَانُهَا".
Ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ali
ibnu Dahim, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Hazim, telah menceritakan
kepada kami Diraribnu Sard, telah menceritakan kepada kami Ibnu Fudail, dari
Sulaiman ibnu Zaid, dari Abdullah ibnu Abu Aufa yang mengatakan bahwa ia pernah
mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Sungguh kelak akan datang kepada manusia
suatu malam yang panjangnya sama dengan tiga malam dari malam-malam kalian
sekarang ini. Apabila hal itu terjadi, maka diketahui oleh orang-orang yang
biasa mengerjakan salat sunat (di malam hari). Seseorang dari mereka
bangun, lalu membaca hizib (bacaan Al-Qur’an)nya, kemudian tidur lagi,
lalu bangun dan berdiri (salat) seraya membaca hizibnya, kemudian tidur
lagi. Ketika mereka (orang-orang yang salat sunat malam hari) dalam
keadaan demikian, tiba-tiba sebagian dari orang-orang dengan sebagian yang lain
saling menjerii, lalu mereka berkata, "Apakah yang terjadi?” Kemudian mereka
berhamburan menuju masjid-masjid. Tiba-tiba mereka melihat matahari terbit,
hingga matahari itu sampai di pertengahan langit, maka matahari kembali lagi ke
tempat terbitnya. Nabi Saw. melanjutkan sabdanya, "Saat itu tidak
bermanfaat iman seseorang bagi dirinya."Hadis ini garib bila dipandang dari jalur ini, dan hadis ini tidak terdapat dalam suatu kitab pun dari kitab sittah.
Hadis yang lain dari Abdullah ibnu Amr.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنَا أَبُو
حَيَّانَ، عَنْ أَبِي زُرْعَة بْنِ عَمْرِو بْنِ جَرِيرٍ قَالَ: جَلَسَ ثَلَاثَةُ
نَفَرٍ مِنَ الْمُسْلِمِينَ إِلَى مَرْوَانَ بِالْمَدِينَةِ فَسَمِعُوهُ يَقُولُ
-وَهُوَ يُحَدِّثُ فِي الْآيَاتِ -: إِنَّ أَوَّلَهَا خُرُوجُ الدَّجَّالِ. قَالَ:
فَانْصَرَفَ النَّفَرُ إِلَى عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، فَحَدَّثُوهُ بِالَّذِي
سَمِعُوهُ مِنْ مَرْوَانَ فِي الْآيَاتِ، فَقَالَ لَمْ يَقُلْ مَرْوان شَيْئًا قَدْ
حَفِظْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مِثْلِ
ذَلِكَ حَدِيثًا لَمْ أَنْسَهُ بَعْدُ، سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "إِنْ أَوَّلَ الْآيَاتِ خُرُوجًا طُلُوعُ الشَّمْسِ
مِنْ مَغْرِبِهَا وَخُرُوجُ الدَّابَّةِ ضُحًى، فَأَيَّتُهُمَا كَانَتْ قَبْلَ
صَاحِبَتِهَا فَالْأُخْرَى عَلَى أَثَرِهَا". ثُمَّ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ -وَكَانَ
يَقْرَأُ الْكُتُبَ -: وَأَظُنُّ أَوَّلَهَا خُرُوجًا طُلُوعَ الشَّمْسِ مِنْ
مَغْرِبِهَا، وَذَلِكَ أَنَّهَا كُلَّمَا غَرَبَتْ أَتَتْ تَحْتَ الْعَرْشِ
فَسَجَدَتْ وَاسْتَأْذَنَتْ فِي الرُّجُوعِ فَأُذِنَ لَهَا فِي الرُّجُوعِ، حَتَّى
إِذَا بَدَا اللَّهُ أَنْ تَطْلُعَ مِنْ مَغْرِبِهَا فَعَلَتْ كَمَا كَانَتْ
تَفْعَلُ: أَتَتْ تَحْتَ الْعَرْشِ فَسَجَدَتْ وَاسْتَأْذَنَتْ فِي الرُّجُوعِ،
فَلَمْ يُرَدَّ عَلَيْهَا شَيْءٌ، ثُمَّ تستأذنُ فِي الرُّجُوعِ فَلَا يُرَدُّ
عَلَيْهَا شَيْءٌ، ثُمَّ تَسْتَأْذِنُ فَلَا يُرَدُّ عَلَيْهَا شَيْءٌ، حَتَّى
إِذَا ذَهَبَ مِنَ اللَّيْلِ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَذْهَبَ، وَعَرَفَتْ أَنَّهُ
إِذَا أَذِنَ لَهَا فِي الرُّجُوعِ لَمْ تُدْرِكِ الْمَشْرِقَ، قَالَتْ: رَبِّي،
مَا أَبْعَدَ الْمَشْرِقَ. مَنْ لِي بِالنَّاسِ. حَتَّى إِذَا صَارَ الْأُفُقُ
كَأَنَّهُ طَوْقٌ اسْتَأْذَنَتْ فِي الرُّجُوعِ، فَيُقَالُ لَهَا: مِنْ مَكَانِكِ
فَاطْلَعِي. فَطَلَعَتْ عَلَى النَّاسِ مِنْ مَغْرِبِهَا"، ثُمَّ تَلَا عَبْدُ
اللَّهِ هَذِهِ الْآيَةَ: {لَا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ
مِنْ قَبْلُ } الْآيَةَ.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Ibrahim,
telah menceritakan kepada kami Abu Hayyan, dari Abu Zar'ah, dari Amr ibnu Jarir
yang mengatakan bahwa ada tiga orang dari kalangan kaum muslim duduk di dalam
majelis Marwan di Madinah, lalu mereka mendengarnya menceritakan perihal
tanda-tanda hari kiamat, antara lain ia mengatakan bahwa mula-mula tandanya
adalah muncul Dajjal. Amr ibnu Jarir melanjutkan kisahnya bahwa lalu ketiga
orang itu menuju ke tempat Abdullah ibnu Amr dan menceritakan apa yang baru
mereka dengar dari Marwan tentang tanda-tanda hari kiamat. Maka Abdullah ibnu
Amr berkata, "Marwan tidak mengatakan sesuatu pun (yang benar). Saya hafal hadis
dari Rasulullah Saw. yang mengatakan: 'Sesungguhnya mula-mula pertanda hari
kiamat yang muncul ialah terbitnya matahari dari arah baratnya, munculnya dabbah
(hewan) Duha. Maka mana saja di antara keduanya yang muncul, pasti akan
diiringi oleh lainnya'. Kemudian Abdullah berkata —dia adalah orang yang
suka membaca kitab-kitab terdahulu— bahwa menurut dugaannya pertanda kiamat yang
paling pertama munculnya ialah terbitnya matahari dari arah baratnya. Demikian
itu karena setiap kali matahari tenggelam, matahari datang ke Arasy dan bersujud
(kepada Allah), lalu meminta izin untuk kembali, maka diizinkan baginya untuk
kembali. Hingga apabila Allah berkehendak menerbitkan matahari dari arah
baratnya, maka saat matahari melakukan seperti kebiasaannya dan datang ke bawah
Arasy, lalu bersujud dan meminta izin untuk kembali terbit, maka tidak dijawab
dengan suatu jawaban pun. Kemudian matahari meminta izin untuk kembali, tetapi
tidak dijawab dengan suatu jawaban pun, hingga berlalulah sebagian dari malam
hari menurut apa yang dikehendaki Allah, sedangkan matahari mengetahui jika ia
diizinkan kembali, pasti ia tidak dapat mengejar arah timur, lalu ia berkata,
"Wahai Tuhanku, alangkah jauhnya arah timur, siapakah yang menggantikan ku untuk
manusia?" Ketika cakrawala telah menjadi seperti kalungan bunga, matahari
diizinkan untuk terbit, lalu dikatakan kepadanya, "Terbitlah dari tempatmu
sekarang." Maka terbitlah matahari dari arah baratnya. Selanjutnya Abdullah ibnu
Amr membacakan firman-Nya: tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang kepada
dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu. (Al-An'am: 158), hingga
akhir ayat.Hadis diketengahkan oleh Imam Muslim di dalam kitab sahihnya dan Imam Abu Daud serta Imam Ibnu Majah di dalam kitab sunan masing-masing melalui hadis Abu Hayyan At-Taimi yang nama aslinya adalah Yahya ibnu Sa'id ibnu Hayyan, dari Abu Zar'ah ibnu Amr ibnu Jarir dengan lafaz yang sama.
Hadis yang lain.
قَالَ
الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يَحْيَى بْنِ خَالِدِ بْنِ حَبَّانَ
الرَّقِّي، حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ -بْنِ زِبْرِيقٍ الْحِمْصِيُّ
-حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ سَعِيدِ بْنِ كَثِيرِ بْنِ دِينَارٍ، حَدَّثَنَا ابْنُ
لَهِيعَةَ، عَنْ حُيَيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ
الحُبُلي عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو بْنِ الْعَاصِ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِذَا طَلَعَتِ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا
خَرَّ إِبْلِيسُ سَاجِدًا يُنَادِي وَيَجْهَرُ: إِلَهِي، مُرْني أَنْ أَسْجُدَ
لِمَنْ شِئْتَ". قَالَ: "فَيَجْتَمِعُ إِلَيْهِ زَبَانِيَتُهُ فَيَقُولُونَ: يَا
سَيِّدَهُمْ، مَا هَذَا التَّضَرُّعُ؟ فَيَقُولُ: إِنَّمَا سَأَلْتُ رَبِّي أَنْ
يُنْظِر إِلَى الْوَقْتِ الْمَعْلُومِ، وَهَذَا الْوَقْتُ الْمَعْلُومُ". قَالَ
"ثُمَّ تَخْرُجُ دَابَّةُ الْأَرْضِ مِنْ صَدْع فِي الصَّفَا". قَالَ: "فَأَوَّلُ
خطوة تضعها بأنطاكيا، فَتَأْتِي إِبْلِيسَ فَتَخْطمه
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu
Yahya ibnu Khalid ibnu Hayyan Ar-Ruqqi, telah menceritakan kepada kami Ishaq
ibnu Ibrahim ibnu Zuraiq Al-Himsi, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu
Sa'id ibnu Kasir ibnu Dinar, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, dari
Yahya ibnu Abdullah, dari Abu Abdur Rahman Al-Habli. dari Abdullah ibnu Amr
Ibnul As yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Apabila
matahari terbit dari arah baratnya, maka iblis menyungkur bersujud seraya
berseru dengan suara kerasnya, "Wahai Tuhanku, perintahkanlah kepadaku untuk
sujud kepada orang yang Engkau kehendaki" Maka para malaikat juru siksanya
berkumpul mengerumuninya, semuanya mengatakan, "Apakah yang sedang kamu pinta
dengan merintih-rintih?” Iblis menjawab, "Sesungguhnya saya hanya meminta kepada
Tuhanku agar memberikan masa tangguh sampai hari yang telah dimaklumi (hari
kiamat), dan sekarang telah tiba masanya.” Kemudian muncullah hewan bumi dari
retakan Bukit Safa, mula-mula ia menginjak kota Intakiyah, lalu datang kepada
iblis dan langsung menamparnya.Hadis ini garib sekali dan sanadnya daif. Barangkali kisah ini didapat dari dua tawanan wanita yang berhasil diperoleh Abdullah ibnu Amr dalam Perang Yarmuk. Adapun mengenai predikat marfu-nya hadis ini merupakan suatu hal yang diingkari.
Hadis yang lain dari Abdullah ibnu Amr, Abdur Rahman ibnu Auf, dan Mu'awiyah ibnu Abu Sufyan radiyallahu anhum ajmain.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا الْحَكَمُ بْنُ نَافِعٍ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ
بْنُ عَيَّاشٍ، عَنْ ضَمْضَم بْنِ زُرْعَة، عَنْ شُرَيح بْنِ عُبَيْدٍ يَرُدُّهُ
إِلَى مَالِكِ بْنِ يُخَامر، عَنِ ابْنِ السَّعْدِيِّ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "لَا تَنْقَطِعُ الْهِجْرَةُ مَا دَامَ
الْعَدُوُّ يُقَاتِلُ". فَقَالَ مُعَاوِيَةُ، وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ،
وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ الْهِجْرَةَ خَصْلَتَانِ: إِحْدَاهُمَا تَهْجُرُ
السَّيِّئَاتِ، وَالْأُخْرَى تُهَاجِرُ
إِلَى
اللَّهِ وَرَسُولِهِ، وَلَا تَنْقَطِعُ مَا تُقِبِّلَتِ التَّوْبَةُ، وَلَا تَزَالُ
التَّوْبَةُ مَقْبُولَةً حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنَ الْمَغْرِبِ فَإِذَا
طَلَعَتْ طُبِعَ عَلَى كُلِّ قَلْبٍ بِمَا فِيهِ، وَكُفِيَ النَّاسُ
الْعَمَلَ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hakam ibnu Nafi',
telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Ayyasy, dari Damdam ibnu Zur'ah, dari
Syuraih ibnu Ubaid yang ia kembalikan kepada Malik ibnu Yukhamir, dari Ibnus
Sa'di, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Hijrah tidak terputus selagi
musuh masih terus berperang. Maka Mu'awiyah, Abdur Rahman ibnu Auf, dan
Abdullah ibnu Amr ibnul As mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw. pernah
bersabda: Sesungguhnya hijrah itu ada dua macam, yang salah satunya ialah
hijrah meninggalkan perbuatan-perbuatan dosa, dan yang lainnya ialah hijrah
kepada Allah dan Rasul-Nya Hijrah tidak akan terputus selagi pintu tobat masih
terbuka dan tobat masih tetap diterima sebelum matahari terbit dari arah
baratnya Maka apabila matahari terbit dari arah baratnya, maka ditutuplah semua
hati dengan apa yang terkandung di dalamnya, dan cukuplah amal perbuatan bagi
manusia.Hadis ini hasan sanadnya, tetapi tidak ada seorang pun dari pemilik kitab sittah yang mengetengahkannya.
Hadis yang lain dari Ibnu Mas'ud r.a. Auf Al-A'rabi telah meriwayatkan dari Muhammad ibnu Sirin, telah menceritakan kepadaku Abu Ubaidah, dari Ibnu Mas'ud, bahwa ia pernah menuturkan perihal tanda-tanda hari kiamat, maka ia mengatakan bahwa semuanya telah ada kecuali empat perkara, yaitu: Terbitnya matahari dari arah baratnya, munculnya Dajjal, dabbatul ard (hewan dari bumi), serta munculnya Ya-juj dan Ma-juj.
Abu Ubaidah mengatakan bahwa Ibnu Mas'ud mengatakan, tanda yang menutup semua amal perbuatan ialah terbitnya matahari dari arah baratnya. Tidakkah Anda melihat bahwa Allah Swt. telah berfirman: Pada hari datangnya beberapa ayat Tuhanmu. (Al-An'am: 158), hingga akhir ayat. Yakni terbitnya matahari dari arah baratnya.
Hadis Ibnu Abbas r.a. diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu Bakar ibnu Murdawaih di dalam kitab tafsirnya melalui hadis Abdul Mun'im ibnu Idris, dari ayahnya, dari Wahb ibnu Munabbih, dari Ibnu Abbas secara Marfu’. Lalu Ibnu Murdawaih menuturkan sebuah hadis yang cukup panjang berpredikat garib lagi munkar bila dikatakan marfu. Di dalamnya disebutkan bahwa matahari dan bulan pada hari itu sama-sama terbit dari arah barat; apabila telah sampai di tengah-tengah langit, maka keduanya kembali lagi ke tempat terbitnya. Pada garis besarnya hadis ini garib sekali, bahkan munkar atau maudu', jika didakwakan bahwa ia marfu’. Adapun mengenai predikat mauquf-nya hanya sampai pada Ibnu Abbas atau Wahb ibnu Munabbih, maka hal ini lebih mendekati kebenaran dan dapat diterima.
Sufyan meriwayatkan dari Mansur, dari Amir, dari Siti Aisyah r.a. yang mengatakan bahwa apabila pertanda kiamat yang pertama telah muncul, maka para malaikat pencatat amal perbuatan menahan diri dan menghentikan tugasnya, lalu semua jasad (manusia) mempersaksikan amal perbuatannya masing-masing. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir.
*****
Firman Allah Swt.:
{لَا
يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ}
Tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang kepada dirinya sendiri yang belum
beriman sebelum itu. (Al-An'am: 158)Yakni apabila orang kafir mulai beriman pada hari pemunculan sebagian tanda-tanda Tuhan (hari kiamat), maka imannya tidak dapat diterima. Adapun orang yang telah beriman sebelum itu dan ia berbuat baik dalam amalnya, maka ia mendapat pahala yang besar. Jika ia belum pernah melakukan suatu amal kebaikan pun, lalu ia melakukan tobat pada hari itu, maka tobatnya tidak dapat diterima. Demikianlah menurut apa yang ditunjukkan oleh hadis-hadis terdahulu. Berdasarkan pengertian ini pula ditakwilkan firman Allah Swt. berikut, yaitu:
{أَوْ
كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا خَيْرًا}
atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya.
(Al-An'am: 158)Yakni tidak diterima usaha amal saleh seseorang apabila ia belum pernah melakukannya sebelum itu.
***
Firman Allah Swt.:
{قُلِ
انْتَظِرُوا إِنَّا مُنْتَظِرُونَ}
Katakanlah, "Tunggulah oleh kalian, sesungguhnya kami pun menunggu
(pula)," (Al-An'am: 158)Makna ayat ini mengandung ancaman yang keras kepada orang-orang kafir dan peringatan yang tegas terhadap orang yang menangguh-nangguhkan iman dan tobatnya sampai pada hari yang hal itu tidak membawa manfaat bagi dirinya.
Sesungguhnya ketentuan tersebut hanya terjadi bilamana matahari terbit dari arah baratnya, karena hari kiamat telah dekat dan semua pertandanya telah muncul. Sebagaimana yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{فَهَلْ
يَنْظُرُونَ إِلا السَّاعَةَ أَنْ تَأْتِيَهُمْ بَغْتَةً فَقَدْ جَاءَ أَشْرَاطُهَا
فَأَنَّى لَهُمْ إِذَا جَاءَتْهُمْ ذِكْرَاهُمْ}
Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan hari kiamat (yaitu)
kedatangannya kepada mereka dengan tiba-tiba, karena sesungguhnya telah
datang tanda-tandanya. Maka apakah faedahnya bagi mereka kesadaran mereka itu
apabila hari kiamat sudah datang? (Muhammad: 18)
{فَلَمَّا
رَأَوْا بَأْسَنَا قَالُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَحْدَهُ وَكَفَرْنَا بِمَا كُنَّا
بِهِ مُشْرِكِينَ. فَلَمْ يَكُ يَنْفَعُهُمْ إِيمَانُهُمْ لَمَّا رَأَوْا
بَأْسَنَا}
Maka tatkala mereka melihat azab Kami mereka berkata, "Kami beriman hanya
kepada Allah saja, dan kami kafir kepada sembahan-sembahanyang telah kami
mempersekutukan(nya) dengan Allah.” Maka iman mereka tiada berguna bagi mereka
tatkala mereka telah melihat siksa Kami. (Al-Mu’min: 84-85), hingga akhir
ayat.
إِنَّ
الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ
إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ
(159)
Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah
agamanya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikit pun tanggung jawabmu
terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah (terserah) kepada Allah, kemudian Allah akan
memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.Mujahid, Qatadah, Ad-Dahhak, dan As-Saddi mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka menjadi bergolongan. (Al-An'am: 159) Demikian itu karena orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani berselisih pendapat sebelum Nabi Muhammad Saw. diutus, lalu mereka terpecah belah menjadi banyak golongan dan sekte. Ketika Allah Swt. telah mengutus Nabi Muhammad Saw., maka Allah Swt. menurunkan firman berikut kepadanya: Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikit pun tanggung jawabmu terhadap mereka. (Al-An'am: 159), hingga akhir ayat.
قَالَ
ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي سَعْدُ بْنُ عَمْرو السَّكُونِيُّ، حَدَّثَنَا بَقِيَّة
بْنُ الْوَلِيدِ: كَتَبَ إِلَيَّ عَبَّادُ بْنُ كَثِيرٍ، حَدَّثَنِي لَيْث، عَنْ
طَاوُسٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ فِي هَذِهِ الأمَّة {الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ
وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ} وَلَيْسُوا مِنْكَ، هُمْ أَهْلُ
الْبِدَعِ، وَأَهْلُ الشُّبَهَاتِ، وَأَهْلُ الضَّلَالَةِ، مِنْ هَذِهِ
الْأُمَّةِ"
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Sa'id ibnu Umar As-Sukuni,
telah menceritakan kepada kami Baqiyyah ibnul Walid yang menulis surat kepada
Abbad ibnu Kasir, telah menceritakan kepadaku Lais, dari Tawus, dari Abu
Hurairah r.a., bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda sehubungan dengan makna
ayat ini: Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka
menjadi bergolongan, tidak ada sedikit pun tanggung jawabmu terhadap mereka.
(Al-An'am: 159) Mereka bukan termasuk golonganmu, yakni mereka adalah
ahli bidah ahli syubhat, dan ahli dalalah (sesat) dari kalangan umat ini.
Tetapi sanad hadis ini tidak sahih karena Abbad ibnu Kasir hadisnya tidak terpakai. Hadis ini bukan buatan, tetapi predikat marfu'-nya hanyalah dugaan (ilusi) belaka, mengingat hadis ini diriwayatkan pula oleh Sufyan As-Sauri, dari Lais (yaitu Ibnu Abu Sulaim), dari Tawus, dari Abu Hurairah. Disebutkan bahwa Abu Hurairah telah mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan umat ini.
Abu Galib telah meriwayatkan dari Abu Umamah sehubungan dengan makna firman-Nya: dan mereka menjadi bergolongan. (Al-An'am: 159) Mereka adalah orang-orang Khawarij.
Telah diriwayatkan pula dari Abu Umamah secara marfu', tetapi predikatnya tidak sahih.
Syu'bah meriwayatkan dari Mujalid, dari Asy-Sya'bi, dari Syuraih, dari Umar r.a,, bahwa Umar pernah berkata kepada Siti Aisyah r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka menjadi bergolongan. (Al-An'am: 159) bahwa mereka adalah ahli bid'ah.
Asar ini diriwayatkan oleh Ibnu Murdawaih, predikatnya garib pula, tidak sah dikatakan marfu'.
Makna lahiriah ayat bersifat umum mencakup semua orang yang memecah belah agama Allah dan bertentangan dengannya, karena sesungguhnya Allah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar untuk memenangkannya atas agama lainnya, dan syariatnya adalah satu, tidak ada pertentangan padanya serta tidak ada pemecah belah. Maka barang siapa yang berselisih pendapat mengenainya:
{وَكَانُوا
شِيَعًا}
dan mereka menjadi bergolongan. (Al-An'am: 159)Yakni menjadi bersekte-sekte, seperti yang terjadi pada agama-agama lain yang terdiri atas banyak golongan, kecenderungan, dan kesesatan. Maka sesungguhnya Allah membersihkan diri Rasulullah Saw. dari apa yang dilakukan mereka. Ayat ini semakna dengan ayat lain yang disebutkan melalui firman-Nya:
شَرَعَ
لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا
إِلَيْكَ
Dia telah mensyariatkan bagi kalian tentang agama apa yang telah
diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu.
(Asy-Syura: 13)Di dalam sebuah hadis disebutkan:
"نَحْنُ
مُعَاشِرَ الْأَنْبِيَاءِ أَوْلَادُ عَلات، دِينُنَا وَاحِدٌ"
Kami golongan para nabi semuanya bersaudara, agama kami satu.Yaitu jalan yang lurus yang disampaikan oleh para rasul semuanya, seperti menyembah Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan berpegang kepada syariat rasul yang terakhir. Maka hal-hal yang bertentangan dengan ketentuan tersebut dinamakan kesesatan dan kejahilan serta hawa nafsu, sedangkan para rasul membersihkan dirinya dari hal tersebut. Sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya:
{لَسْتَ
مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ}
tidak ada sedikit pun tanggung jawabmu terhadap mereka. (Al-An’am:
159)
****
Adapun firman Allah Swt.:
{إِنَّمَا
أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا
يَفْعَلُونَ}
Sesungguhnya urusan mereka hanyalah (terserah) kepada Allah,
kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.
(Al-An'am: 159)Semakna dengan ayat lain yang disebutkan melalui firman-Nya:
إِنَّ
الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالصَّابِئِينَ وَالنَّصَارَى وَالْمَجُوسَ
وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا إِنَّ اللَّهَ يَفْصِلُ بَيْنَهُمْ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ
إِنَّ
اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
Sesungguhnya orang-orang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Sabi ah,
orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi, dan orang-orang musyrik, Allah akan
memberi keputusan di antara mereka pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah
menyaksikan segala sesuatu. (Al-Hajj: 17)Kemudian Allah menjelaskan perihal kelembutan-Nya dalam keputusan hukum-Nya dan keadilan-Nya kelak di hari kiamat. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
مَنْ
جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا
يُجْزَى إِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ (160)
Barang siapa membawa amal yang baik, maka
baginya (pahala) sepuluh kali lipat
amalnya; dan barangsiapa membawa perbuatan yang jahat. maka dia tidak diberi
pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedangkan mereka sedikit pun
tidakdianiaya (dirugikan).Ayat yang mulia ini merupakan rincian dari apa yang diglobalkan dalam ayat yang lain, yaitu firman-Nya:
{مَنْ
جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ خَيْرٌ مِنْهَا}
Barang siapa yang datang dengan (membawa) kebaikan, maka baginya
(pahala) yang lebih baik dari pada kebaikannya itu. (Al-Qashash: 84 dan
An-Naml 89)Banyak hadis yang menyebutkan hal yang serupa dengan makna ayat ini, antara lain ialah apa yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad ibnu Hambal.
حَدَّثَنَا
عَفَّانُ، حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ سُلَيْمَانَ، حَدَّثَنَا الْجَعْدُ أَبُو
عُثْمَانَ، عَنْ أَبِي رَجَاءٍ العُطاردي، عن ابن عباس، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا ،
عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فِيمَا يَرْوِي عَنْ
رَبِّهِ، عَزَّ وَجَلَّ
قَالَ:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "أن رَبَّكُمْ [عَزَّ
وَجَلَّ] رَحِيمٌ، مَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كُتبت لَهُ حَسَنَةً،
فَإِنْ عَمِلَهَا كُتِبَتْ لَهُ عَشْرًا إِلَى سَبْعِمِائَةٍ، إِلَى أَضْعَافٍ
كَثِيرَةٍ. وَمَنْ هُمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كُتِبَتْ لَهُ حَسَنَةً،
فَإِنْ عَمِلَهَا كُتِبَتْ لَهُ وَاحِدَةً، أَوْ يَمْحُوهَا اللَّهُ، عَزَّ
وَجَلَّ، وَلَا يَهْلَكُ عَلَى اللَّهِ إِلَّا هَالَكٌ".
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan
kepada kami Ja'far ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Al-Ja'd Abu
Usman, dari Abu Raja Al-Utaridi, dari Ibnu Abbas r.a., bahwa Rasulullah Saw.
telah bersabda dalam riwayat yang dikemukakannya dari Tuhannya, yaitu:
Sesungguhnya Tuhan kalian adalah Maha Penyayang. Barang siapa berniat
melakukan suatu kebaikan, lalu ia tidak mengerjakannya, dicatatkan baginya
pahala satu kebaikan; dan jika ia mengerjakannya, maka dicatatkan baginya
sepuluh pahala kebaikan sampai tujuh ratus pahala kebaikan hingga lipat ganda
yang sangat banyak Barang siapa berniat hendak mengerjakan suatu kejahatan, lalu
ia tidak melakukannya, maka dicatatkan baginya pahala satu kebaikan. Jika ia
melakukannya, maka dicatatkan baginya dosa satu kejahatan atau Allah
menghapuskannya. Dan tidak ada seorang pun yang binasa karena Allah melainkan
hanyalah orang yang (ditakdirkan) binasa.Imam Bukhari, Imam Muslim, dan Imam Nasai meriwayatkannya melalui hadis Al-Ja'd Abu Usman dengan lafaz yang sama.
قَالَ
[الْإِمَامُ] أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ،
عَنِ الْمَعْرُورِ بْنِ سُوَيْد، عَنْ أَبِي ذَرٍّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَقُولُ اللَّهُ، عَزَّ
وَجَلَّ: مَنْ عَمِل حَسَنَةً فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا وَأَزِيدُ. وَمَنْ عَمِلَ
سَيِّئَةً فَجَزَاؤُهَا مِثْلُهَا أَوْ أَغْفِرُ. وَمَنْ عَمِلَ قُرَاب الْأَرْضِ
خَطِيئَةً ثُمَّ لَقِيَنِي لَا يُشْرِكُ بِي شَيْئًا جَعَلْتُ لَهُ مِثْلَهَا
مَغْفِرَةً. وَمَنِ اقْتَرَبَ إليَّ شِبْرًا اقْتَرَبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا، وَمَنِ
اقْتَرَبَ إليَّ ذِرَاعًا اقْتَرَبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا، وَمَنْ أَتَانِي يَمْشِي
أَتَيْتُهُ هَرْوَلَة".
Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah,
telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Al-Ma'rur ibnu Suwaid, dari Abu
Zar r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Allah Swt.
berfirman, "Barang siapa mengerjakan suatu kebaikan, maka baginya pahala sepuluh
kebaikan yang semisal dengannya dan lebih dari itu. Dan barang siapa mengerjakan
suatu kejahatan, maka balasannya adalah kejahatan yang semisal atau Aku ampuni
(dia). Barang siapa yang mengerjakan sepenuh bumi berupa dosa, kemudian
ia menemui-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan Aku dengan sesuatu pun, maka
Aku jadikan baginya ampunan yang semisal dengan dosanya itu. Barang siapa
mendekatkan dirinya kepada-Ku satu jengkal, niscaya Aku mendekat kepadanya satu
hasta. Barang siapa mendekatkan dirinya kepada-Ku satu hasta, niscaya aku
mendekatinya satu depa (rentangan tangan). Dan barang siapa yang datang
kepada-Ku dengan berjalan kaki, niscaya Aku datangi dia dengan berlari
kecil.Imam Muslim meriwayatkannya dari Abu Kuraib, dari Abu Mu'awiyah dengan lafaz yang sama, dan dari Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, dari Waki', dari Al-A'masy dengan lafaz yang sama. Ibnu Majah meriwayatkannya dari Ali ibnu Muhammad At-Tanafisi, dari Waki’ dengan lafaz yang sama.
قَالَ
الْحَافِظُ أَبُو يُعْلَى الْمَوْصِلِيُّ: حَدَّثَنَا شَيْبَان، حَدَّثَنَا
حَمَّاد، حَدَّثَنَا ثَابِتٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ،
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مَنْ هَمَّ
بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كُتِبَتْ لَهُ حَسَنَةً، فإن عملها كتبت لَهُ
عَشْرًا. وَمِنْ هُمْ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا لَمْ يُكْتَبْ عَلَيْهِ
شَيْءٌ، فَإِنَّ عَمِلَهَا كُتِبَتْ عَلَيْهِ سَيِّئَةً وَاحِدَةً"
Al-Hafiz Abu Ya'Ia Al-Mausuli mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Syaiban, telah menceritakan kepada kami Hammad. telah menceritakan kepada kami
Sabit, dari Anas ibnu Malik r.a., bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Barang siapa yang berniat mengerjakan suatu kebaikan, lalu tidak
melakukannya, maka dicatatkan baginya pahala satu kebaikan: dan jika ia
melakukannya, maka dicatatkan baginya sepuluh pahala kebaikan. Dan barang siapa
berniat melakukan suatu kejahatan, lalu tidak mengerjakannya, maka tidak
dicatatkan sesuatu pun atasnya. Dan jika ia mengerjakannya, maka dicatatkan
baginya dosa satu kejahatan.Perlu diketahui bahwa orang yang meninggalkan kejahatan, yakni yang tidak mengerjakannya (padahal ia sudah berniat) ada tiga macam, yaitu: Seseorang yang meninggalkannya karena Allah, maka baginya dicatatkan pahala satu kebaikan karena berkat upayanya dalam menahan diri untuk tidak mengerjakan kejahatan demi karena Allah. Hal ini terdiri dari amal dan niat. Karena itu, disebutkan di dalam hadis bahwa dicatatkan baginya satu pahala kebaikan. Seperti yang disebutkan di dalam salah satu lafaz hadis sahih, yaitu:
"فَإِنَّمَا
تَرَكَهَا مِنْ جَرَّائِي"
Sesungguhnya dia meninggalkannya demi Aku.Adakalanya seseorang meninggalkannya karena lupa dan tidak ingat lagi kepadanya. Maka orang yang demikian tidak beroleh pahala, tidak pula dosa, karena dia tidak berniat suatu kebaikan pun dan tidak pula mengerjakan suatu kejahatan pun.
Adakalanya seseorang meninggalkannya karena tidak mampu dan malas sesudah berupaya menelusuri penyebab-penyebabnya dan mengerjakan hal-hal yang mendekatkan dirinya kepada perbuatan jahat. Maka orang seperti ini sama kedudukannya dengan orang yang mengerjakannya, seperti yang disebutkan di dalam hadis sahih dari Nabi Saw, yang telah bersabda:
"إِذَا
تَوَاجَهَ الْمُسْلِمَانِ بِسَيْفَيْهِمَا فَالْقَاتِلُ وَالْمَقْتُولُ فِي
النَّارِ". قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، هَذَا الْقَاتِلُ، فَمَا بَالُ
الْمَقْتُولِ؟ قَالَ: "إِنَّهُ كَانَ حَرِيصًا عَلَى قَتْلِ
صَاحِبِهِ"
Apabila dua orang muslim bersua dengan pedangnya masing-masing, maka si
pembunuh dan si terbunuh masuk neraka. Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah,
kalau si pembunuh sudah jelas, tetapi bagaimana dengan si terbunuh?" Rasulullah
Saw. menjawab: Sesungguhnya dia sangat berkeinginan untuk membunuh
temannya.
قَالَ
الْإِمَامُ أَبُو يُعْلَى الْمَوْصِلِيُّ: حَدَّثَنَا مُجَاهِدُ بْنُ مُوسَى،
حَدَّثَنَا عَلِيٌّ -وَحَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ الصَّبَّاحِ وَأَبُو خَيْثَمَة
-قَالَا حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ سُلَيْمَانَ، كِلَاهُمَا عَنْ مُوسَى بْنِ
عُبَيْدَةَ، عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ عبيد الله ابن أَنَسٍ، عَنْ جَدِّهِ أَنَسٍ
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ هَمَّ
بِحَسَنَةٍ كَتَبَ اللَّهُ لَهُ حَسَنَةً، فَإِنْ عَمِلَهَا كُتِبَتْ لَهُ عَشْرًا.
وَمِنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ لَمْ تُكْتَبْ عَلَيْهِ حَتَّى يَعْمَلَهَا، فَإِنْ
عَمِلَهَا كُتِبَتْ عَلَيْهِ سَيِّئَةً، فَإِنْ تَرَكَهَا كُتِبَتْ لَهُ حَسَنَةً.
يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: إِنَّمَا تَرَكَهَا مِنْ مَخَافَتِي".
Imam Abu Ya'la Al-Mausuli mengatakan, telah menceritakan kepada kami Mujahid
ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Ali, telah menceritakan kepada kami
Al-Hasan ibnus Sabah serta Abu Khaisamah; keduanya mengatakan bahwa telah
menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Sulaiman; keduanya dari Musa ibnu Ubaidah,
dari Abu Bakar ibnu Ubaidillah ibnu Anas, dari kakeknya (yaitu Anas) yang
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa berniat
melakukan suatu kebaikan, maka Allah mencatatkan satu pahala kebaikan baginya.
Jika dia mengerjakannya, maka dicatatkan baginya sepuluh pahala kebaikan. Dan
barang siapa berniat mengerjakan suatu kejahatan, maka tidak dicatatkan baginya
sebelum dia mengerjakannya. Jika dia mengerjakannya, maka dicatatkan atas
dirinya dosa satu kejahatan. Jika ia meninggalkannya (tidak mengerjakannya),
maka dicatatkan baginya pahala satu kebaikan, Allah Swt. berfirman,
"Sesungguhnya dia meninggalkannya karena takut kepada-Ku.”Ini menurut lafaz hadis Mujahid, yakni Ibnu Musa.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيّ، حَدَّثَنَا
شَيْبَانُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنِ الرُّكَيْن بْنِ الرَّبِيعِ، عَنْ
أَبِيهِ، عَنْ عَمِّهِ فُلَانِ بْنِ عَمِيلة، عَنْ خُرَيْم بْنِ فَاتِكٍ
الْأَسَدِيِّ؛ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
"النَّاسُ أَرْبَعَةٌ، وَالْأَعْمَالُ سِتَّةٌ. فَالنَّاسُ مُوَسَّع لَهُ فِي
الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَمُوَسَّعٌ لَهُ فِي الدُّنْيَا مَقْتور عَلَيْهِ فِي
الْآخِرَةِ، وَمَقْتُورٌ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا مُوَسَّعٌ لَهُ فِي الْآخِرَةِ،
وشَقِيٌ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ. وَالْأَعْمَالُ مُوجبتان، وَمِثْلٌ بِمِثْلٍ،
وَعَشَرَةُ أَضْعَافٍ، وَسَبْعُمِائَةِ ضِعْفٍ؛ فَالْمُوجِبَتَانِ مَنْ مَاتَ
مُسْلِمًا مُؤْمِنًا لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ،
وَمَنْ مَاتَ كَافِرًا وَجَبَتْ لَهُ النَّارُ. وَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ
يَعْمَلْهَا، فَعَلِمَ اللَّهُ أَنَّهُ قَدْ أشعَرَها قَلْبَه وَحَرَصَ عَلَيْهَا،
كُتِبَتْ لَهُ حَسَنَةً. وَمِنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ لَمْ تُكْتَبْ عَلَيْهِ، وَمَنْ
عَمِلَهَا كُتِبَتْ وَاحِدَةً وَلَمْ تُضَاعَفْ عَلَيْهِ. وَمِنْ عَمِلَ حَسَنَةً
كَانَتْ عَلَيْهِ بِعَشَرَةِ أَمْثَالِهَا. وَمَنْ أَنْفَقَ نَفَقَةً فِي سَبِيلِ
اللَّهِ، عَزَّ وَجَلَّ، كَانَتْ لَهُ بِسَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu
Mahdi, telah menceritakan kepada kami Syaiban ibnu Abdur Rahman, dari Ar-Rakiin
ibnur Rabi', dari ayahnya, dari pamannya (yaitu Fulan ibnu Amilah), dari Kharim
ibnu Fatik Al-Asadi, bahwa Nabi Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya manusia
itu ada empat macam, dan amal perbuatan ada enam macam. Manusia yang diberi
keluasan di dunia dan di akhirat; manusia yang diberi keluasan hanya di dunia,
sedangkan di akhirat disempitkan; manusia yang disempitkan di dunianya,
sedangkan di akhirat ia diberi keluasan; dan manusia yang celaka di dunia dan
akhirat. Sedangkan amal perbuatan itu terdiri atas dua hal yang memastikan,
pembalasan yang setimpal, sepuluh kali lipat pahala dan tujuh ratus kali lipat
pahala. Dua hal yang mewajibkan ialah barang siapa yang meninggal dunia dalam
keadaan muslim lagi mukmin, tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu pun, maka
wajib baginya (masuk) surga. Dan barang siapa yang mati dalam keadaan
kafir, maka wajib baginya (masuk) neraka. Dan barang siapa yang berniat
mengerjakan suatu kebaikan, lalu ia tidak mengerjakannya dan Allah mengetahui
bahwa niat itu timbul dalam kalbunya serta berkeinginan untuk mengerjakannya,
maka dicatatkan baginya satu pahala kebaikan. Dan barang siapa yang berniat
hendak melakukan suatu kejahatan, maka tidak dicatatkan hal itu atas dirinya;
dan barang siapa yang mengerjakannya, dicatatkan atas dirinya dosa satu
kejahatan tanpa dilipatgandakan. Barang siapa yang mengerjakan suatu kebaikan,
baginya pahala sepuluh kali kebaikan yang semisal dengannya. Dan barang siapa
yang mengeluarkan suatu pembelanjaan di jalan Allah Swt., maka dilipatgandakan
(pahalanya) menjadi tujuh ratus kali lipat.Imam Turmuzi dan Imam Nasai meriwayatkannya melalui hadis Ar-Rakin ibnur Rabi, dari ayahnya, dari Basyir ibnu Amilah, dari Kharim ibnu Fatik dengan sanad yang sama, tetapi sebagian dari lafaznya saja.
قَالَ
ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو زُرْعَة، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ
عُمَرَ الْقَوَارِيرِيُّ، حَدَّثَنَا يزيد بن زُرَيْع،
حَدَّثَنَا
حَبِيبٌ الْمُعَلِّمُ، عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ،
عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "يَحْضُرُ الْجُمُعَةَ
ثلاثةُ نَفَر: رَجُلٌ حَضَرها بِلَغْوٍ فَهُوَ حَظُّه مِنْهَا، وَرَجُلٌ حَضَرَهَا
بِدُعَاءٍ، فَهُوَ رَجُلٌ دَعَا اللَّهَ، فَإِنْ شَاءَ أَعْطَاهُ، وَإِنْ شَاءَ
مَنَعه، وَرَجُلٌ حَضَرَهَا بِإِنْصَاتٍ وَسُكُوتٍ وَلَمْ يَتَخَطَّ رَقَبَة
مُسْلِمٍ وَلَمْ يُؤْذ أَحَدًا، فَهِيَ كَفَّارَةٌ لَهُ إِلَى الْجُمُعَةِ الَّتِي
تَلِيهَا وَزِيَادَةُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ؛ وَذَلِكَ لِأَنَّ اللَّهَ يَقُولُ: {مَنْ
جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا}
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, telah
menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Umar Al-Qawariri, telah menceritakan
kepada kami Yazid ibnu Zurai', telah menceritakan kepada kami Habib ibnul
MualJim, dari Amr ibnu Syu'aib, dari ayahnya, dari kakeknya, dari Nabi Saw. yang
telah bersabda: Yang menghadiri salat Jumat ada tiga macam orang, yaitu
seseorang yang menghadirinya dengan lagwu, maka perbuatannya yang lagwu itu
adalah bagiannya dari salat Jumat (yakni tidak ada pahalanya). Seseorang
yang menghadirinya dengan doa, maka dia adalah seseorang yang berdoa kepada
Allah; jika Allah menghendaki, niscaya memberinya; dan jika Allah menghendaki
yang lain, niscaya Dia tidak memberinya. Dan seseorang yang menghadirinya dengan
insat, diam, tidak melangkahi leher seorang muslim pun dan tidak pula mengganggu
seseorang pun, maka hal itu merupakan penghapus dosanya sampai Jumat berikutnya
dan lebih tiga hari. Yang demikian itu karena Allah Swt. telah berfirman,
"Barang siapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali
lipat amalnya " (Al-An'am: 160).
قَالَ
الْحَافِظُ أَبُو الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا هَاشِمُ بْنُ مَرْثَد،
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ، حَدَّثَنِي أَبِي، حَدَّثَنِي ضَمْضَم
بْنُ زُرْعَةَ، عَنْ شُرَيْح بْنِ عُبَيْدٍ، عَنْ أَبِي مَالِكٍ الْأَشْعَرِيِّ
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "الْجُمُعَةُ
كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهَا وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ الَّتِي تَلِيهَا وَزِيَادَةُ
ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ؛ وَذَلِكَ لِأَنَّ اللَّهَ تَعَالَى قَالَ: {مَنْ جَاءَ
بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا}
Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Hasyim ibnu Marsad, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ismail, telah
menceritakan kepadaku ayahku, telah menceritakan kepadaku Damdam ibnu Zur'ah,
dari Syuraih ibnu Ubaid, dari Abu Malik Al-Asy'ari yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. telah bersabda: Salat Jumat merupakan kifarat (penghapus
dosa) yang terjadi antara Jumat itu dengan Jumat berikutnya dan lebih tiga
hari. Demikian itu karena Allah Swt. telah berfirman, "Barang siapa membawa amal
yang baik maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya
"(Al-An'am: 160).Dari Abu Zar r.a. disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"مَنْ
صَامَ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ فَقَدْ صَامَ الدَّهْرَ
كُلَّهُ".
Barang siapa melakukan puasa tiga hari pada setiap bulan, maka
sesungguhnya ia melakukan puasa setahun penuh.Hadis diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dan apa yang tertera di atas menurut lafaznya. Telah meriwayatkannya pula Imam Nasai, Ibnu Majah, dan Imam Turmuzi. Sedangkan Imam Turmuzi menambahkan:
فَأَنْزَلَ
اللَّهُ تَصْدِيقَ ذَلِكَ فِي كِتَابِهِ: {مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ
أَمْثَالِهَا} الْيَوْمُ بِعَشَرَةِ أَيَّامٍ"
Maka Allah menurunkan hal yang membenarkan itu dalam Kitabnya, yaitu:
"Barang siapa membawa amal yang baik. maka baginya {pahala) sepuluh kali
lipat amalnya" (Al-An'am: 160). Satu hari sama dengan sepuluh hari.Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan.
Ibnu Mas'ud sehubungan dengan firman-Nya: Barang siapa membawa amal yang baik maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya. (Al-An'am: 160) mengatakan bahwa barang siapa datang membawa kalimah 'Tidak ada Tuhan selain Allah' dan barang siapa yang datang dengan membawa amal jahat, yakni musyrik.
Hal yang sama diriwayatkan dari sejumlah ulama Salaf, dan memang ada hadis marfu' yang mengatakan demikian, tetapi kesahihannya hanya Allah yang mengetahui; hanya saya sendiri tidak meriwayatkannya dari jalur yang dapat dipegang. Hadis-hadis dan asar-asar mengenai masalah ini cukup banyak, apa yang telah kami sebutkan mudah-mudahan sudah mencukupi.
قُلْ
إِنَّنِي هَدَانِي رَبِّي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ دِينًا قِيَمًا مِلَّةَ
إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (161) قُلْ إِنَّ صَلَاتِي
وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (162) لَا شَرِيكَ
لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ (163)
Katakanlah, "Sesungguhnya aku telah ditunjuki
oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar; agama Ibrahim
yang lurus; dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik."
Katakanlah, "Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk
Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang
diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri
(kepada Allah)."Allah Swt. berfirman, memerintahkan kepada Nabi-Nya —penghulu semua rasul— untuk memberitahukan (kepada manusia) perihal nikmat yang telah dikaruniakan oleh Allah kepada dirinya, berupa hidayah (petunjuk) ke jalan yang lurus, yang tidak ada penyimpangan dan kebengkokan padanya, yaitu:
{دِينًا
قِيَمًا}
agama yang lurus. (Al-An'am: 161) Yakni tegak lagi kokoh.
{مِلَّةَ
إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ}
agama Ibrahim yang lurus: dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang
yang musyrik (Al-An'am: 161)Sama dengan makna yang disebutkan dalam ayat lain, yaitu:
{وَمَنْ
يَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ إِبْرَاهِيمَ إِلا مَنْ سَفِهَ نَفْسَهُ}
Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang
memperbodoh dirinya sendiri. (Al-Baqarah: 130)
{وَجَاهِدُوا
فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي
الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ مِلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ}
Dan berjihadlah kalian pada jalan Allah dengan jihad yang
sebenar-benarnya. Dia telah memilih kalian dan Dia sekali-kali tidak menjadikan
untuk kalian dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tua
kalian Ibrahim. (Al-Hajj: 78)
{إِنَّ
إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ
الْمُشْرِكِينَ شَاكِرًا لأنْعُمِهِ اجْتَبَاهُ وَهَدَاهُ إِلَى صِرَاطٍ
مُسْتَقِيمٍ. وَآتَيْنَاهُ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَإِنَّهُ فِي الآخِرَةِ لَمِنَ
الصَّالِحِينَ. ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ
حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ}
Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi
patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang
yang mempersekutukan (Tuhan), (lagi) yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah.
Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus. Dan Kami
berikan kepadanya kebaikan di dunia. Dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar
termasuk orang-orang yang saleh. Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad),
"Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif.” Dan bukanlah dia termasuk
orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. (An-Nahl: 120-123)Tetapi adanya perintah untuk mengikuti agamaNabi Ibrahim yang hanif ini bukan berarti sebagai suatu pertanda yang menunjukkan bahwa Nabi Ibrahim lebih sempurna daripada Nabi Muhammad dalam menjalankannya, karena telah terbukti bahwa Nabi Saw. telah menegakkannya secara lebih sempurna yang belum pernah dicapai oleh seorang manusia pun. Sebab itulah maka Nabi Saw. menjadi penutup para nabi dan penghulu Bani Adam secara mutlak, serta pemilik kedudukan yang terpuji, yang didambakan oleh semua makhluk, termasuk Nabi Ibrahim sendiri.
قَالَ
ابْنُ مَرْدُوَيه: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ حَفْص،
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عِصام، حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ الطَّيَالِسِيُّ،
حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، أَنْبَأَنَا سَلَمَةُ بْنُ كُهَيْل، سَمِعْتُ ذَرَّ بْنَ
عَبْدِ اللَّهِ الهَمْدَاني، يُحَدِّثُ عَنِ ابْنِ أبْزَى، عَنْ أَبِيهِ قَالَ:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَصْبَحَ قَالَ:
"أَصْبَحْنَا عَلَى مِلَّة الْإِسْلَامِ، وَكَلِمَةِ الْإِخْلَاصِ، وَدِينِ
نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَمِلَّةِ [أَبِينَا] إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ
مِنَ الْمُشْرِكِينَ"
Ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Abdullah ibnu Hafs, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Isam, telah
menceritakan kepada kami Abu Daud At-Tayalisi, telah menceritakan kepada kami
Syu'bah, telah menceritakan kepada kami Salamah ibnu Kahil; ia pernah mendengar
Zar ibnu Abdullah Al-Hamdani menceritakan hadis dari Ibnu Abza, dari ayahnya,
bahwa Rasulullah Saw. apabila pagi hari selalu mengucapkan doa berikut: Kami
berpagi hari dalam keadaan beragama Islam, kalimah ikhlas, agama Nabi kita
(yaitu Muhammad) dan agama bapak kita (yaitu Ibrahim) yang
hanif. Dan dia bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan
Tuhan.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ، أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ،
عَنْ دَاوُدَ بْنِ الحُصَين، عَنْ عِكْرِمة، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قِيلَ
لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّ الْأَدْيَانِ أَحَبُّ
إِلَى اللَّهِ؟ قَالَ: "الْحَنِيفِيَّةُ السَّمْحَةُ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ishaq, dari Daud ibnul Husain, dari
Ikrimah, dari Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan bahwa pernah ditanyakan kepada
Rasulullah Saw., "Agama apakah yang paling disukai oleh Allah Swt.?7'
Maka Nabi Saw. menjawab, "Agama yang hanif lagi penuh toleransi."Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Daud, telah menceritakan,kepada kami Abdur Rahman ibnu Abuz Zanad, dari Hisyam ibnu Urwah, dari ayahnya, dari Siti Aisyah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. menyanggah daguku dengan pundaknya agar aku dapat menyaksikan pertunjukan tari zifin orang-orang Habsyah, hingga aku sendiri merasa bosan, lalu pergi meninggalkan Nabi Saw.
قَالَ
عَبْدُ الرَّحْمَنِ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: قَالَ لِي عُرْوَةُ: إِنَّ عَائِشَةَ
قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَئِذٍ:
"لِتَعْلَمَ يَهودُ أَنَّ فِي دِينِنَا فُسْحَةً، إِنِّي أُرْسِلْتُ بِحَنيفيَّة
سَمْحَة
Abdur Rahman mengatakan dari ayahnya, bahwa Urwah mengatakan kepadanya,
"Sesungguhnya Siti Aisyah pernah mengatakan bahwa Rasulullah Saw, pada hari itu
bersabda: 'Hendaklah orang-orang Yahudi mengetahui bahwa di dalam agama kita
terdapat kelapangan, sesungguhnya aku diutus dengan membawa agama yang hanif
lagi penuh dengan toleransi'."Asal hadis diketengahkan di dalam kitab Sahihain, sedangkan selebihnya merupakan syawahid-nya diketengahkan melalui berbagai jalur. Saya telah merincikan semua jalurnya di dalam Syarah Bukhari.
****
Firman Allah Swt.:
{قُلْ
إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ}
Katakanlah, "Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah
untuk Allah. Tuhan semesta alam." (Al-An'am: 162}Allah Swt. memerintahkan kepada Nabi Saw. untuk memberitakan kepada orang-orang musyrik penyembah selain Allah dan kalau menyembelih hewan bukan menyebut nama Allah, bahwa dia (Nabi Saw.) berbeda dengan mereka dalam hal tersebut. Karena sesungguhnya salatnya hanyalah untuk Allah, dan ibadahnya hanya semata-mata untuk Allah, tiada sekutu bagi-Nya, Hal ini sama dengan yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain, yaitu:
{فَصَلِّ
لِرَبِّكَ وَانْحَرْ}
Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu, dan berkorbanlah. (Al-Kausar:
2)Artinya, berikhlaslah kamu untuk Dia dalam salat dan kurbanmu. Karena sesungguhnya orang-orang musyrik menyembah berhala dan menyembelih untuk berhala. Maka Allah memerintahkan kepada NabiNya agar membedakan diri dengan mereka dan menyimpang dari kebiasaan yang mereka lakukan, serta menghadapkan diri dengan seluruh tekad dan niat yang tulus dalam berikhlas kepada Allah Swt.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: sesungguhnya salatku dan ibadahku. (Al-An'am: 162} Nusuk artinya melakukan kurban di musim haji dan umrah.
As-Sauri meriwayatkan dari As-Saddi, dari Sa'id ibnu Jubair sehubungan dengan makna firman-Nya, "Nusuki" bahwa makna yang dimaksud ialah kurbanku. Hal yang sama dikatakan oleh As-Saddi dan Ad-Dahhak.
قَالَ
ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَوْف، حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ
خَالِدٍ الوَهْبِي، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ، عَنْ زَيْدِ بْنِ أَبِي
حَبِيبٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: ضَحَّى
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي يَوْمِ عيدٍ بِكَبْشَيْنِ
وَقَالَ حين ذبحهما: " وَجَّهْت وجهي للذي فَطَر السموات وَالْأَرْضَ حَنِيفًا
وَمَا أَنَا مِنَ المشرِكين، {إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ
الْمُسْلِمِينَ}
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Auf,
telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Khalid Az-Zahabi, telah menceritakan
kepada kami Muhammad ibnu Ishaq, dari Yazid ibnu Habib, dari Ibnu Abbas, dari
Jabir ibnu Abdullah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pada Hari Raya Adha
berkurban dengan menyembelih dua ekor domba, dan ketika menyembelihnya membaca
doa berikut: Aku hadapkan mukaku kepada Zat Yang Menciptakan langit dan bumi
dengan hati yang hanif' (cenderung kepada agama yang hak}, dan saya
bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. Sesungguhnya salatku,
ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada
sekutu bagi-Nya, dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah
orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah}.
****
Firman Allah Swt.:
{وَأَنَا
أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ}
dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada
Allah). (Al-An'am: 163)Menurut Qatadah, makna yang dimaksud ialah dari kalangan umat ini, dan memang apa yang dikatakan oleh Qatadah benar karena sesungguhnya dakwah yang diserukan oleh semua nabi sebelumnya adalah Islam, yang pokoknya ialah menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Seperti yang disebutkan oleh ayat lain melalui firman-Nya:
{وَمَا
أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ
إِلا أَنَا فَاعْبُدُونِ}
Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami
wahyukan kepadanya, "Bahwa tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah olehmu
sekalian akan Aku.”(Al-Anbiya: 25)Allah Swt. menceritakan kepada kita tentang Nabi Nuh, bahwa dia berkata kepada kaumnya:
{فَإِنْ
تَوَلَّيْتُمْ فَمَا سَأَلْتُكُمْ مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلا عَلَى اللَّهِ
وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُسْلِمِينَ}
Jika kalian berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah
sedikit pun dari kalian. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan aku
disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri
(kepada-Nya). (Yunus: 72)Firman Allah Swt. yang mengatakan:
{وَمَنْ
يَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ إِبْرَاهِيمَ إِلا مَنْ سَفِهَ نَفْسَهُ وَلَقَدِ
اصْطَفَيْنَاهُ فِي الدُّنْيَا وَإِنَّهُ فِي الآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ. إِذْ
قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ. وَوَصَّى
بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمُ
الدِّينَ فَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ}
Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang
memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan
sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh. Ketika
Tuhannya berfirman kepadanya, "Tunduk patuhlah!"Ibrahim menjawab, "Aku tunduk
patuh kepada Tuhan semesta alam.” Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu
kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub, (Ibrahim berkata), "Hai
anak-anakku, sesungguhya Allah telah memilih agama ini bagi kalian, maka
janganlah kalian mati kecuali dalam memeluk agama Islam.” (Al-Baqarah:
130-132)Nabi Yusuf a.s. berkata seperti yang disebutkan firman-Nya:
{رَبِّ
قَدْ آتَيْتَنِي مِنَ الْمُلْكِ وَعَلَّمْتَنِي مِنْ تَأْوِيلِ الأحَادِيثِ فَاطِرَ
السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ أَنْتَ وَلِيِّي فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ تَوَفَّنِي
مُسْلِمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ}
Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagian
kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebagian ta'bir mimpi (ya
Tuhan), Pencipta langit dan bumi. Engkaulah Pelindungku di dunia dan di
akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan
orang-orang yang saleh.”(Yusuf: 101)Nabi Musa a.s. telah berkata seperti yang disebutkan firman-Nya:
{يَا
قَوْمِ إِنْ كُنْتُمْ آمَنْتُمْ بِاللَّهِ فَعَلَيْهِ تَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ
مُسْلِمِينَ * فَقَالُوا عَلَى اللَّهِ تَوَكَّلْنَا رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا
فِتْنَةً لِلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ وَنَجِّنَا بِرَحْمَتِكَ مِنَ الْقَوْمِ
الْكَافِرِينَ}
Hai kaumku, jika kalian beriman kepada Allah, maka bertawakallah
kepada-Nya saja, jika kalian benar-benar orang yang berserah diri. Lalu mereka
berkata, "Kepada Allah-lah kami bertawakal! Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang zalim, dan selamatkanlah kami dengan
rahmat Engkau dari (tipu daya) orang-orang yang kafir.” (Yunus:
84-86)Firman Allah Swt yang mengatakan:
{إِنَّا
أَنزلْنَا التَّوْرَاةَ فِيهَا هُدًى وَنُورٌ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّونَ
الَّذِينَ أَسْلَمُوا لِلَّذِينَ هَادُوا وَالرَّبَّانِيُّونَ وَالأحْبَارُ [بِمَا
اسْتُحْفِظُوا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ}
Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat di dalamnya (ada)
petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan kitab itu diputuskan
perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerahkan diri kepada Allah,
oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka. (Al-Maidah: 44),
hingga akhir ayat.Dan firman Allah Swt.:
{وَإِذْ
أَوْحَيْتُ إِلَى الْحَوَارِيِّينَ أَنْ آمِنُوا بِي وَبِرَسُولِي قَالُوا آمَنَّا
وَاشْهَدْ بِأَنَّنَا مُسْلِمُونَ}
Dan (ingatlah) ketika Aku ilhamkan kepada pengikut Isa yang setia,
"Berimanlah kalian kepada-Ku dan kepada Rasul-Ku.” Mereka menjawab, "Kami telah
beriman dan saksikanlah (wahai rasul) bahwa sesungguhnya kami adalah
orang-orang yang patuh (kepada semanmu}." (Al-Maidah: 111)Allah Swt. memberitahukan bahwa Dia telah mengutus rasul-rasul-Nya untuk membawa agama Islam, tetapi mereka berbeda-beda dalam praktiknya sesuai dengan syariat mereka yang khusus, sebagiannya merevisi sebagian yang lainnya, sampai seluruhnya di-mansukh (direvisi) oleh syariat Nabi Muhammad Saw. yang tidak akan di-mansukh lagi selama-lamanya. Syariat Nabi Muhammad Saw. masih tetap tegak lagi berjaya, dan panji-panjinya tetap berkibar sampai hari kiamat nanti. Karena itulah maka Nabi Saw. dalam salah satu hadisnya bersabda:
"نَحْنُ
مَعاشِر الْأَنْبِيَاءِ أَوْلَادُ عَلات دِينُنَا وَاحِدٌ"
Kami para nabi adalah saudara-saudara seayah, agama kami satu (yakni
Islam).Yang dimaksud dengan istilah auladun 'illatun ialah saudara-saudara seayah, tetapi berbeda ibu. Agamanya adalah satu, yaitu menyembah kepada Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, sekalipun syariat-syariatnya yang diumpamakan sebagai ibu-ibu mereka berbeda-beda. Lawan kata dari istilah ini ialah saudara-saudara seibu, tetapi berbeda ayahnya. Sedangkan saudara yang seibu dan seayah disebut saudara-saudara sekandung.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ
عَبْدِ اللَّهِ الماجشُون، حَدَّثَنَا عبد الله ابن الْفَضْلِ الْهَاشِمِيُّ، عَنِ
الْأَعْرَجِ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي رَافِعٍ، عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ
إِذَا كَبَّرَ اسْتَفْتَحَ، ثُمَّ قَالَ: " {وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ
السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ} [الْأَنْعَامِ:
79] ، {إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ. لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ
الْمُسْلِمِينَ}
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id, telah
menceritakan kepada kami Abdul Aziz ibnu Abdullah Al-Majisyun, telah
menceritakan kepada kami Abdullah ibnul Fadl Al-Hasyimi, dari Al-A'raj, dari
Ubaidillah ibnu Abu Rafi', dari Ali r.a., bahwa Rasulullah Saw. apabila telah
melakukan takbiratul ihram membuka salatnya dengan bacaan doa iftitah, yaitu
firman-Nya: Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang
menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku
bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. (Al-An'am: 79) dan
firman-Nya: Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah
untuk Allah, Tuhan semesta alam. (Al-An'am: 162), hingga akhir ayat
berikutnya.Kemudian membaca doa berikut:
اللَّهُمَّ
أَنْتَ الْمَلِكُ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَنْتَ رَبِّي وَأَنَا عَبْدُكَ،
ظَلَمْتُ نَفْسِي وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي جَمِيعًا، لَا
يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ. وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا
يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ. وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ
عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ. تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ
وَأَتُوبُ إِلَيْكَ".
Ya Allah, Engkau adalah Raja, tidak ada Tuhan melainkan Engkau, Engkaulah
Tuhanku dan aku adalah hamba-Mu, aku menganiaya diriku sendiri dan aku mengakui
dosa-dosaku, maka berilah ampunan bagi dosa-dosaku semuanya, tiada seorang pun
yang mengampuni dosa-dosaku kecuali hanya Engkau. Dan berilah aku petunjuk
kepada akhlak yang paling baik, tidak ada seorang pun yang dapat menunjukkan
kepada akhlak yang paling baik kecuali hanya Engkau. Dan palingkanlah dariku
akhlak-akhlak yang jahat, tidak ada seorang pun yang dapat memalingkannya dariku
kecuali hanya Engkau. Mahasuci lagi Mahatinggi Engkau, aku memohon ampun
kepada-Mu dan bertobat kepada-Mu.Kemudian hadis dilanjutkan sampai doa yang dibaca dalam rukuk, sujud, dan tasyahhudnya. Hadis diriwayatkan oleh Imam Muslim di dalam kitab sahihnya.
قُلْ
أَغَيْرَ اللَّهِ أَبْغِي رَبًّا وَهُوَ رَبُّ كُلِّ شَيْءٍ وَلَا تَكْسِبُ كُلُّ
نَفْسٍ إِلَّا عَلَيْهَا وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى ثُمَّ إِلَى
رَبِّكُمْ مَرْجِعُكُمْ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
(164)
Katakanlah, "Apakah aku akan mencari Tuhan
selain Allah, padahal Dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu. Dan tidaklah
seorang membuat dosa, melainkan kemudaratannya kembali kepada dirinya sendiri;
dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada
Tuhan kalianlah kalian kembali, dan akan diberitakan-Nya kepada kalian apa yang
kalian perselisihkan.Firman Allah,
{قُلْ}
Katakanlah. (Al-An'am: 164) "Hai Muhammad, katakanlah kepada orang-orang yang mempersekutukan Allah dalam ibadahnya, yang seharusnya mereka mengikhlaskan diri hanya kepada-Nya dan hanya kepada-Nya mereka bertawakal."
{أَغَيْرَ
اللَّهِ أَبْغِي رَبًّا}
Apakah aku akan mencari Tuhan selain Allah. (Al-An'am: 164) Yakni pantaskah aku mencari Tuhan selain Allah.
وَهُوَ
رَبُّ كُلِّ شَيْءٍ
padahal Dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu. (Al-An'am: 164)Dialah yang memelihara, menjaga, mengawasi, dan mengatur urusanku. Dengan kata lain, aku tidak bertawakal kecuali hanya kepada-Nya; dan aku tidak kembali kecuali hanya kepada-Nya, karena Dia adalah Tuhan segala sesuatu, Pemilik segala sesuatu, kepunyaan Dialah semua makhluk dan urusan.
Di dalam ayat ini terkandung perintah berbuat ikhlas dan bertawakal kepada Allah, seperti juga yang terkandung di dalam ayat sebelumnya, yaitu ikhlas dalam beribadah kepada Allah, yakni hanya untuk Dia semata, tiada sekutu bagi-Nya. Makna seperti ini banyak didapati di dalam Al-Qur'an, seperti firman Allah Swt. yang mengandung petunjuk bagi hamba-hamba-Nya agar mereka mengatakan kepada-Nya:
{إِيَّاكَ
نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ}
Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon
pertolongan. (Al-Fatihah: 5)
{فَاعْبُدْهُ
وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ}
maka sembahlah Dia dan bertawakallah kepada-Nya. (Hud: 123}
{قُلْ
هُوَ الرَّحْمَنُ آمَنَّا بِهِ وَعَلَيْهِ تَوَكَّلْنَا}
Katakanlah, "Dialah Allah Yang Maha Penyayang, kami beriman kepada-Nya dan
kepada-Nyalah kami bertawakal.” (Al-Mulk: 29)
{رَبُّ
الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ فَاتَّخِذْهُ
وَكِيلا}
(Dialah) Tuhan masyrik dan magrib, tiada Tuhan melainkan Dia, maka
ambillah Dia sebagai pelindung. (Al-Muzzammil: 9)Dan ayat-ayat lainnya yang serupa.
Adapun firman Allah Swt.:
{وَلا
تَكْسِبُ كُلُّ نَفْسٍ إِلا عَلَيْهَا وَلا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ
أُخْرَى}
Dan tidaklah seorang membuat dosa, melainkan kemudaratannya kembali
kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang
lain. (Al-An'am: 164)Hal ini menceritakan perihal kejadian di hari kiamat nanti sehubungan dengan pembalasan Allah, keputusan hukum-Nya, dan keadilan-Nya. Disebutkan bahwa setiap diri itu hanyalah diberi balasan sesuai dengan amal perbuatannya. Jika amal perbuatannya baik, maka balasannya baik pula. Tetapi jika amal perbuatannya jahat, balasannya jahat pula. Tiada seorang pun yang akan menanggung dosa orang lain. Hal ini termasuk keadilan Allah Swt., seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَإِنْ
تَدْعُ مُثْقَلَةٌ إِلَى حِمْلِهَا لَا يُحْمَلْ مِنْهُ شَيْءٌ وَلَوْ كَانَ ذَا
قُرْبَى}
Dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk
memikul dosa itu, tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikit pun meskipun
(yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. (Fathir: 18)
{فَلا
يَخَافُ ظُلْمًا وَلا هَضْمًا}
Maka ia tidak khawatir akan perlakuan yang tidak adil (terhadapnya)
dan tidak (pula) akan pengurangan haknya. (Thaha: 112}Ulama tafsir mengatakan bahwa yang dimaksud dengan tidak akan dianiaya ialah tidak akan dipikulkan kepadanya dosa-dosa orang lain. Yang dimaksud dengan 'tidak akan dikurangi haknya’ ialah kebaikan-kebaikannya tidak akan dikurangi pahalanya. Allah Swt telah berfirman dalam ayat lain, yaitu:
{كُلُّ
نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ * إِلا أَصْحَابَ الْيَمِينِ}
tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya, kecuali
golongan kanan. (Al-Muddassir: 38-39)Maknanya, setiap orang bertanggung jawab terhadap amal jahatnya, kecuali golongan kanan (ahli surga), karena sesungguhnya berkah amal mereka yang saleh adakalanya dapat dilimpahkan kepada anak cucu dan kaum kerabat mereka. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. di dalam surat Ath-Thur melalui firman-Nya:
{وَالَّذِينَ
آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ
ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ}
Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka
dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada
mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. (Ath-Thur: 21)Artinya, Kami susulkan kepada mereka anak cucu mereka untuk menempati kedudukan yang tinggi di surga (bersama mereka), sekalipun anak cucu mereka tidak ikut beramal seperti mereka, tetapi hanya dalam pokok keimanan saja.
{وَمَا
أَلَتْنَاهُمْ}
dan Kami tiada mengurangi mereka. (Ath-Thur: 21)Yakni Kami tidak mengurangi mereka yang terhormat lagi berkedudukan tinggi itu dari amal mereka barang sedikit pun, karena Kami menyamakan mereka dengan anak cucu mereka yang kedudukannya jauh berada di bawah mereka. Tetapi Allah sengaja mengangkat anak cucu mereka ke dalam kedudukan orang tua-orang tua mereka, karena berkah dari amal perbuatan orang tua-orang tua mereka, sebagai kemurahan dan karunia dari Allah Swt. Dalam firman selanjutnya disebutkan:
{كُلُّ
امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ}
Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya. (Ath-Thur:
21)Yaitu perbuatan jahatnya.
****
Adapun firman Allah Swt.:
{ثُمَّ
إِلَى رَبِّكُمْ مَرْجِعُكُمْ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ
تَخْتَلِفُونَ}
Kemudian kepada Tuhan kalianlah kalian kembali, dan akan diberitakan-Nya
kepada kalian apa yang kalian perselisihkan. (Al-An'am: 164)Artinya, berbuatlah sepenuh kemampuan kalian. Sesungguhnya kami pun berbuat semampu kami; dan kelak kalian akan melihat amal perbuatan kalian sendiri, sebagaimana kami pun akan melihat hasil amal perbuatan kami sendiri. Kemudian akan diberitakan kepada kita tentang amal perbuatan kita masing-masing, juga akan diberitakan tentang apa yang kita perselisihkan semasa kita hidup di dunia. Makna ayat ini sama dengan firman Allah Swt. dalam ayat yang lain, yaitu:
{قُلْ
لَا تُسْأَلُونَ عَمَّا أَجْرَمْنَا وَلا نُسْأَلُ عَمَّا تَعْمَلُونَ. قُلْ
يَجْمَعُ بَيْنَنَا رَبُّنَا ثُمَّ يَفْتَحُ بَيْنَنَا بِالْحَقِّ وَهُوَ
الْفَتَّاحُ الْعَلِيمُ}
Katakanlah, "Kalian tidak akan ditanya (bertanggung jawab) tentang
dosa yang kami perbuat dan kami tidak akan ditanya (pula) tentang apa
yang kalian perbuat.” Katakanlah, "Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua,
kemudian Dia memberi keputusan antara kita dengan benar. Dan Dialah Maha Pemberi
keputusan lagi Maha Mengetahui.” (Saba: 25-26)
وَهُوَ
الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلَائِفَ الْأَرْضِ وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ
دَرَجَاتٍ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ إِنَّ رَبَّكَ سَرِيعُ الْعِقَابِ
وَإِنَّهُ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ (165)
Dan Dialah yang menjadikan kalian
penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebagian kalian atas sebagian
(yang lain) beberapa derajat, untuk
menguji kalian tentang apa yang diberikanNya kepada kalian. Sesungguhnya
Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya, dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.Firman Allah Swt.:
{وَهُوَ
الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلائِفَ الأرْضِ}
Dan Dialah yang menjadikan kalian penguasa-penguasa di bumi.
(Al-An'am: 165)Dialah yang menjadikan kalian meramaikan bumi generasi demi generasi, kurun demi kurun, dan yang sudah lanjut diganti oleh penerusnya. Demikianlah menurut Ibnu Zaid dan lain-lainnya. Ayat ini semakna dengan firman-Nya:
{وَلَوْ
نَشَاءُ لَجَعَلْنَا مِنْكُمْ مَلائِكَةً فِي الأرْضِ يَخْلُفُونَ}
Dan kalau Kami kehendaki benar-benar Kami jadikan sebagai ganti kalian di
muka bumi malaikat-malaikat yang turun-temurun. (Az-Zukhruf: 60)
{وَيَجْعَلُكُمْ
خُلَفَاءَ الأرْضِ}
dan yang menjadikan kalian (manusia) sebagai khalifah di bumi.
(An-Naml: 62)
{إِنِّي
جَاعِلٌ فِي الأرْضِ خَلِيفَةً}
Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.
(Al-Baqarah: 30)
{عَسَى
رَبُّكُمْ أَنْ يُهْلِكَ عَدُوَّكُمْ وَيَسْتَخْلِفَكُمْ فِي الأرْضِ فَيَنْظُرَ
كَيْفَ تَعْمَلُونَ}
Mudah-mudahan Allah membinasakan musuh kalian dan menjadikan kalian
khalifah di bumi (Nya), maka Allah akan melihat bagaimana perbuatan
kalian. (Al-A'raf: 129)
****
Adapun firman Allah Swt.:
{وَرَفَعَ
بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ}
dan Dia meninggikan sebagian kalian atas sebagian (yang lain)
beberapa derajat. (Al-An'am: 165)Yakni Dia membeda-bedakan di antara kalian dalam hal rezeki, akhlak, kebaikan, kejahatan, penampilan, bentuk, dan warna; hanya Dialah yang mengetahui hikmah di balik itu. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh ayat lain dalam firman-Nya:
{نَحْنُ
قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَرَفَعْنَا
بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَتَّخِذَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا
سُخْرِيًّا}
Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan
dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain
beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain
sebagai pekerja (jasa/berupah). (Az-Zukhruf: 32)
{انْظُرْ
كَيْفَ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَلَلآخِرَةُ أَكْبَرُ دَرَجَاتٍ
وَأَكْبَرُ تَفْضِيلا}
Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian
(yang lain). Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatannya dan
lebih besar keutamaannya. (Al-Isra: 21)
****
Firman Allah Swt.:
{لِيَبْلُوَكُمْ
فِي مَا آتَاكُمْ}
untuk menguji kalian tentang apa yang diberikan-Nya kepada kalian.
(Al-An'am: 165)Maksudnya, untuk menguji kalian dalam nikmat yang telah dikarunia-kan-Nya kepada kalian. Dia melakukan ujian kepada kalian; orang kaya diuji dalam kekayaannya yang menuntutnya harus mensyukuri nikmat itu, dan orang yang miskin diuji dalam kemiskinannya yang menuntutnya untuk bersikap sabar.
Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan melalui hadis Abu Nadrah, dari Abu Sa'id Al-Khudri r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"إِنَّ
الدُّنْيَا حُلْوَة خَضِرَة وَإِنَّ اللَّهَ مُسْتَخْلِفكم فِيهَا لِيَنْظُرَ
كَيْفَ تَعْمَلُونَ، فَاتَّقُوا الدُّنْيَا، وَاتَّقُوا النِّسَاءَ، فَإِنَّ
أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ"
Sesungguhnya dunia itu manis lagi hijau, dan sesungguhnya Allah menjadikan
kalian sebagai khalifah padanya, maka Dia akan melihat apa yang akan kalian
kerjakan. Karena itu, berhati-hatilah kalian terhadap dunia dan berhati-hatilah
kalian terhadap wanita, karena sesungguhnya mula-mula fitnah (cobaan)
yang melanda kaum Bani Israil ialah tentang wanita.
*****
Firman Allah Swt.:
{إِنَّ
رَبَّكَ سَرِيعُ الْعِقَابِ وَإِنَّهُ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ}
Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya, dan sesungguhnya Dia Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-An'am: 165)Makna ayat mengandung pengertian tarhib dan targib, yakni ancaman dan sekaligus anjuran, bahwa perhitungan dan siksa-Nya amat cepat terhadap orang yang durhaka kepada-Nya dan menentang rasul-rasul-Nya.
{وَإِنَّهُ
لَغَفُورٌ رَحِيمٌ}
dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-An'am:
165)Yakni Maha Pengampun lagi Maha Penyayang kepada orang yang taat kepada-Nya dan mengikuti rasul-rasul-Nya dalam mengamalkan apa yang mereka sampaikan, baik berupa berita maupun perintah. Menurut Muhammad ibnu Ishaq, makna yang dimaksud ialah Allah Swt. benar-benar mengasihi hamba-hamba-Nya, sekalipun mereka berlumuran dengan dosa. (Riwayat Ibnu Abu Hatim)
Di dalam Al-Qur'an banyak didapati kedua sifat tersebut diungkapkan secara bergandengan, seperti yang terdapat di dalam firman-Nya:
{وَإِنَّ
رَبَّكَ لَذُو مَغْفِرَةٍ لِلنَّاسِ عَلَى ظُلْمِهِمْ وَإِنَّ رَبَّكَ لَشَدِيدُ
الْعِقَابِ}
Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai ampunan (yang luas) bagi
manusia, sekalipun mereka zalim; dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar sangat
keras siksaannya. (Ar-Ra'd: 6)
{نَبِّئْ
عِبَادِي أَنِّي أَنَا الْغَفُورُ الرَّحِيمُ * وَأَنَّ عَذَابِي هُوَ الْعَذَابُ
الألِيمُ}
Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Akulah Yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang, dan bahwa sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang
sangat pedih. (Al-Hijr: 49-50)Dan ayat-ayat lainnya yang menunjukkan makna targib dan tarhib. Adakalanya Allah Swt. menyeru hamba-hamba-Nya ke jalan-Nya dengan ungkapan yang mengandung ragbah dan gambaran tentang surga, serta pahala yang ada di sisi-Nya. Adakalanya menyeru mereka dengan ungkapan rahbah, yaitu dengan menyebutkan tentang neraka, siksaan, dan azab yang ada padanya, juga hari kiamat dan kengerian-kengerian yang ada padanya. Adakalanya diungkapkan kedua-duanya secara bersamaan agar masing-masing orang menjadi sadar sesuai dengan kondisinya masing-masing. Semoga Allah menjadikan diri kita ini termasuk orang yang taat kepada apa yang diperintahkan-Nya, meninggalkan apa yang dilarang dan diperingatkan oleh-Nya, serta percaya kepada semua apa yang diberitakan oleh-Nya. Sesungguhnya Dia Mahadekat, Maha Memperkenankan lagi Maha Mendengar doa, Maha Pemurah, Mahamulia lagi Maha Pemberi.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ، حَدَّثَنَا زُهَيْر، عَنِ
الْعَلَاءِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ] أَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "لَوْ يَعْلَمُ الْمُؤْمِنُ
مَا عِنْدَ اللَّهِ مِنَ الْعُقُوبَةِ مَا طَمِع بِالْجَنَّةِ أَحَدٌ، وَلَوْ
يُعْلَمُ الْكَافِرُ مَا عِنْدَ اللَّهِ مِنَ الرَّحْمَةِ مَا قَنطَ مِنَ
الْجَنَّةِ أَحَدٌ، خَلَقَ اللَّهُ مِائَةَ رَحْمَة فَوَضَعَ وَاحِدَةً بَيْنَ
خَلْقِهِ يَتَرَاحَمُونَ بِهَا، وَعِنْدَ اللَّهِ تِسْعَةٌ
وَتِسْعُونَ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman, telah
menceritakan kepada kami Zuhair, dari Al-Ala, dari ayahnya, dari Abu Hurairah
secara marfu', bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Seandainya orang
mukmin mengetahui siksaan yang ada di sisi Allah, niscaya tidak ada seorang pun
yang menginginkan surgaNya. Dan seandainya orang kafir mengetahui rahmat yang
ada di sisi Allah, niscaya tidak ada seorang pun yang putus asa dari surga.
Allah menciptakan seratus (macam) rahmat, lalu Dia memberikan satu macam
rahmat di antara makhluk-Nya, dengan satu rahmat itu mereka dapat saling
mengasihi (di antara sesamanya), sedangkan yang sembilan puluh
sembilannya berada di sisi Allah.Imam Turmuzi meriwayatkannya dari Qutaibah, dari Abdul Aziz Ad-Darawardi, dari Al-Ala dengan lafaz yang sama, lalu Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan.
Imam Muslim meriwayatkannya dari Yahya ibnu Yahya, Qutaibah, dan Ali ibnu Hijr; ketiga-tiganya dari Ismail ibnu Ja'far, dari Al-Ala, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
«لما
خلق الله الخلق كتب في كتاب فهو عِنْدَهُ فَوْقَ الْعَرْشِ إِنَّ رَحْمَتِي
تَغْلِبُ غَضَبِي»
Setelah Allah menciptakan makhluk-Nya, maka Dia menulis di dalam Kitab-Nya
yang ada di sisi-Nya di atas Arasy, "Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan
murka-Ku."Dari Abu Hurairah pula disebutkan, ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:
«جَعَلَ
اللهُ الرَّحْمَةَ مِائَةَ جُزْءٍ، فَأَمْسَكَ عِنْدَهُ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ
وَأَنْزَلَ فِي الْأَرْضِ جُزْءًا وَاحِدًا، فَمِنْ ذَلِكَ الْجُزْءِ
تَتَرَاحَمُ
الْخَلَائِقُ، حَتَّى تَرْفَعَ الدَّابَّةُ حَافِرَهَا عَنْ وَلَدِهَا، خَشْيَةَ
أَنْ تُصِيبَهُ»
Allah menjadikan rahmat terdiri atas seratus bagian, maka Dia memegang di
sisi-Nya sembilan puluh sembilan bagiannya, dan menurunkan ke bumi satu
bagiannya. Maka dengan satu bagian itu seluruh makhluk saling mengasihi,
sehingga unta betina mengangkat teracaknya dari anaknya karena khawatir akan
menginjaknya.Hadis diriwayatkan oleh Imam Muslim.
Demikianlah akhir surat Al-An'am, dan segala puji serta karunia hanyalah kepunyaan Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar