{أَوَعَجِبْتُمْ 
أَنْ جَاءَكُمْ ذِكْرٌ مِنْ رَبِّكُمْ عَلَى رَجُلٍ مِنْكُمْ لِيُنْذِرَكُمْ 
وَلِتَتَّقُوا وَلَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ (63) فَكَذَّبُوهُ فَأَنْجَيْنَاهُ 
وَالَّذِينَ مَعَهُ فِي الْفُلْكِ وَأَغْرَقْنَا الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا 
إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمًا عَمِينَ (64) }
Dan apakah kalian (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepada kalian 
peringatan dari Tuhan kalian dengan perantaraan seorang laki-laki dari golongan 
kalian agar dia memberi peringatan kepada kalian dan mudah-mudahan kalian 
bertakwa dan supaya kalian mendapat rahmat. Maka mereka mendustakan Nuh, 
kemudian Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam bahtera, 
dan Kami menenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. 
Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya).Allah Swt. berfirman menceritakan perihal Nabi Nuh a.s., bahwa Nuh berkata kepada kaumnya:
أَوَعَجِبْتُمْ
Dan apakah kalian (tidak percaya) dan heran. (Al-A'raf: 63), 
hingga akhir ayat.Maksudnya, janganlah kalian heran akan hal ini karena bukanlah hal yang mengherankan bilamana Allah menurunkan wahyu kepada seorang lelaki diantara kalian. Hal itu justru merupakan rahmat bagi kalian, belas kasihan dari Allah, dan kebaikan-Nya kepada kalian. Utusan itu ditugaskan-Nya agar memberikan peringatan kepada kalian supaya kalian takut kepada pembalasan Allah dan supaya kalian tidak mempersekutukan-Nya.
{وَلَعَلَّكُمْ 
تُرْحَمُونَ}
dan supaya kalian mendapat rahmat. (Al-A'raf: 63)
*******************
Ayat berikutnya diceritakan oleh Allah Swt.:
{فَكَذَّبُوهُ}
Maka mereka mendustakan Nuh. (Al-A'raf: 64)Yakni mereka berlarut-larut dalam mendustakan Nuh dan menentangnya, dan tidak ada yang beriman dari kalangan kaumnya kecuali hanya sedikit orang. Sebagaimana yang disebutkan di bagian lain dari Al-Qur'an.
*******************
Firman Allah Swt.:
{فَأَنْجَيْنَاهُ 
وَالَّذِينَ مَعَهُ فِي الْفُلْكِ}
kemudian Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam 
bahtera. (Al-A'raf: 64)At-fulk artinya kapal laut atau bahtera. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:
{فَأَنْجَيْنَاهُ 
وَأَصْحَابَ السَّفِينَةِ}
Maka Kami selamatkan Nuh dan penumpang-penumpang bahtera itu. 
(Al-Ankabut: 15)Adapun firman Allah Swt.:
{وَأَغْرَقْنَا 
الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا}
dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. 
(Al-A'raf: 64)Ayat ini semakna dengan ayat lain yang disebutkan melalui firman-Nya:
{مِمَّا 
خَطِيئَاتِهِمْ أُغْرِقُوا فَأُدْخِلُوا نَارًا فَلَمْ يَجِدُوا لَهُمْ مِنْ دُونِ 
اللَّهِ أَنْصَارًا}
Disebabkan kesalahan-kesalahati mereka, mereka ditenggelamkan, lalu 
dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka 
selain dari Allah. (Nuh: 25)
*******************
Firman Allah Swt.:
{إِنَّهُمْ 
كَانُوا قَوْمًا عَمِينَ}
Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya). (Al-A’raf: 
64)Yakni buta terhadap perkara yang hak, mereka tidak dapat melihatnya dan tidak dapat beroleh petunjuk ke arahnya. Dalam kisah ini Allah menjelaskan bahwa Dia akan membela kekasih-kekasih-Nya dari musuh-musuh mereka, menyelamatkan rasul-Nya serta orang-orang yang beriman, dan membinasakan musuh-musuh mereka dari kalangan orang-orang kafir. Seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
إِنَّا 
لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا
Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami. (Al-Mu’min: 51), hingga 
akhir ayat.Demikianlah Sunnatullah untuk hamba-hamba-Nya di dunia dan akhirat, yaitu bahwa pada akhirnya akibat yang terpuji hanyalah diraih oleh orang-orang yang bertakwa, dan keberuntungan serta kemenangan hanya diperoleh mereka. Allah Swt. telah membinasakan kaum Nuh a.s. dengan menenggelamkan mereka dan menyelamatkan Nuh beserta sahabat-sahabatnya yang beriman.
Malik meriwayatkan dari Zaid ibnu Aslam bahwa kaum Nabi Nuh karena banyaknya sehingga jumlah mereka memenuhi lembah-lembah dan dataran-dataran tinggi.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan, "Tidaklah Allah mengazab kaum Nabi Nuh melainkan di saat bumi penuh dengan mereka, dan tidak ada suatu daerah pun dari bumi melainkan padanya terdapat seorang raja dan pendurhaka."
Ibnu Wahb mengatakan, "Telah sampai kepadaku berita dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa orang-orang yang selamat bersama Nabi Nuh a.s. di dalam bahtera adalah delapan puluh laki-laki, salah seorang dari mereka adalah bangsa Jurhum yang berbicara memakai bahasa Arab."
Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim. Dari jalur lain Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya pula secara muttasil sampai kepada Ibnu Abbas r.a.
{وَإِلَى 
عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ 
غَيْرُهُ أَفَلا تَتَّقُونَ (65) قَالَ الْمَلأ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ 
إِنَّا لَنَرَاكَ فِي سَفَاهَةٍ وَإِنَّا لَنَظُنُّكَ مِنَ الْكَاذِبِينَ (66) 
قَالَ يَا قَوْمِ لَيْسَ بِي سَفَاهَةٌ وَلَكِنِّي رَسُولٌ مِنْ رَبِّ 
الْعَالَمِينَ (67) أُبَلِّغُكُمْ رِسَالاتِ رَبِّي وَأَنَا لَكُمْ نَاصِحٌ أَمِينٌ 
(68) أَوَعَجِبْتُمْ أَنْ جَاءَكُمْ ذِكْرٌ مِنْ رَبِّكُمْ عَلَى رَجُلٍ مِنْكُمْ 
لِيُنْذِرَكُمْ وَاذْكُرُوا إِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَاءَ مِنْ بَعْدِ قَوْمِ نُوحٍ 
وَزَادَكُمْ فِي الْخَلْقِ بَسْطَةً فَاذْكُرُوا آلاءَ اللَّهِ لَعَلَّكُمْ 
تُفْلِحُونَ (69) }
Dan (Kami 
telah mengutus) kepada kaum Ad saudara mereka (Hud). Ia berkata "Hai kaumku, 
sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagi kalian selain dari-Nya. Maka 
mengapa kalian tidak bertakwa kepada-Nya?” Pemuka-pemuka yang kafir dari kaumnya 
berkata, "Sesungguhnya kami benar-benar memandang kamu dalam keadaan kurang akal 
dan sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk orang-orang yang berdusta.” Hud 
berkata, "Hai kaumku, tidak ada padaku kekurangan akal sedikit pun, tetapi aku 
ini adalah utusan dari Tuhan semesta alam. Aku menyampaikan amanat-amanat 
Tuhanku kepada kalian dan aku hanyalah pemberi nasihat yang dapat dipercaya bagi 
kalian.” Apakah kalian (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepada 
kalian peringatan dari Tuhan kalian yang dibawa oleh seorang laki-laki di antara 
kalian untuk memberi peringatan kepada kalian? Dan ingatlah oleh kamu sekalian 
di waktu Allah menjadikan kalian sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) 
sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah melebihkan kekuatan tubuh dan 
perawakan kalian (daripada kaum Nuh itu). Maka ingatlah nikmat-nikmat 
Allah supaya kalian mendapat keberuntungan.Allah Swt. berfirman, "Sebagaimana Kami utuskan Nuh kepada kaumnya, maka Kami pun mengutus kepada kaum 'Ad saudara mereka, yaitu Hud."
Menurut Muhammad ibnu Ishaq, kaum Nabi Hud berasal dari ‘Ad ibnu Iram ibnu Iwad ibnu Sam ibnu Nuh a.s. Menurut kami, mereka adalah kaum 'Ad pertama yang disebut oleh Allah dalam KitabNya. Mereka adalah keturunan dari 'Ad ibnu Iram yang bertempat tinggal di gedung-gedung yang tinggi tiang-tiangnya di daerah pedalaman. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{أَلَمْ 
تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍ * إِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِ * الَّتِي لَمْ 
يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِي الْبِلادِ}
Apakah kamu belum memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum 
'Ad? (yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang 
tinggi, yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu di 
negeri-negeri lain. (Al-Fajr: 6-8)Demikian itu karena besarnya tubuh mereka dan dahsyatnya kekuatan mereka, sebagaimana yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya yang lain:
{فَأَمَّا 
عَادٌ فَاسْتَكْبَرُوا فِي الأرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَقَالُوا مَنْ أَشَدُّ 
مِنَّا قُوَّةً أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ الَّذِي خَلَقَهُمْ هُوَ أَشَدُّ 
مِنْهُمْ قُوَّةً وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يَجْحَدُونَ}
Adapun kaum 'Ad, maka mereka menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan 
yang benar dan berkata.”Siapakah yang lebih besar kekuatannya daripada kami?” 
Dan apakah mereka itu tidak memperhatikan bahwa Allah yang menciptakan mereka 
adalah lebih besar kekuatan-Nya daripada mereka? Dan adalah mereka mengingkari 
tanda-tanda (kekuatan) Kami. (Fushshilat: 15)Tempat tinggal mereka di negeri Yaman adalah di Ahqaf, yakni suatu daerah yang semuanya terdiri atas bukit-bukit pasir.
Muhammad ibnu Ishaq meriwayatkan dari Muhammad ibnu Abdullah ibnu Abu Sa’id Al-Khuza'i, dari Abut Tufail (yaitu Amir ibnu Wasilah) bahwa ia pernah mendengar Ali berkata kepada seorang lelaki dari Hadramaut, "Apakah engkau pernah melihat gundukan pasir merah yang dicampuri dengan tanah liat keras yang merah, dan dipenuhi dengan pohon arak dan pohon siar, tepatnya terletak di bagian anu dari kawasan Hadramaut?" Lelaki itu menjawab, "Ya saya pernah melihatnya, hai Amirul Mu’minin. Demi Allah, engkau benar-benar menggambarkannya seperti orang yang pernah melihatnya." Ali r.a. berkata, "Tidak, tetapi saya pernah diberi tahu oleh hadis tentangnya." Lelaki dari Hadramaut itu bertanya lagi, "Mengapa engkau tanyakan tempat tersebut, wahai Amirul Mu’minin?" Ali r.a. menjawab, "Padanya terdapat kuburan Hud a.s."
Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir. Di dalamnya terkandung informasi yang menyatakan bahwa tempat tinggal kaum Nabi Hud adalah negeri Yaman karena Nabi Hud sendiri dimakamkan di tempat tersebut.
Nabi Hud adalah seorang yang paling mulia keturunannya di antara kaumnya. Karena sesungguhnya semua rasul diutus oleh Allah Swt. dari kalangan kabilah yang paling utama dan paling dihormati di kalangan kaumnya. Tetapi kaum Nabi Hud —sebagaimana tubuh mereka yang besar lagi perkasa, begitu pula hati mereka sangat keras— mereka adalah suatu umat yang paling mendustakan perkara hak.
Karena itulah Allah mengutus kepada mereka Nabi Hud a.s. yang menyeru mereka untuk menyembah Allah semata, taat kepada-Nya, dan bertakwa kepada-Nya.
{قَالَ 
الْمَلأ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ}
Pemuka-pemuka yang kafir dari kaumnya berkata. (Al-A'raf: 66) 
Al-Mala’, pembesar dan pemuka dari kalangan suatu kaum.
{إِنَّا 
لَنَرَاكَ فِي سَفَاهَةٍ وَإِنَّا لَنَظُنُّكَ مِنَ الْكَاذِبِينَ}
"Sesungguhnya kami benar-benar memandang kamu dalam keadaan kurang akal 
dan sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk orang-orang yang berdusta.” 
(Al-A'raf: 66)Maksudnya, kalian berada dalam kesesatan; karena kamu menyeru kami untuk meninggalkan berhala-berhala kami, dan menyeru kami untuk menyembah Allah semata. Perihal mereka sama dengan apa yang dilakukan oleh pemuka-pemuka Quraisy terhadap seruan yang disampaikan oleh Nabi Saw. yang mengajak mereka kepada menyembah Allah semata. Seperti yang dinyatakan oleh firman-Nya:
أَجَعَلَ 
الآلِهَةَ إِلَهًا وَاحِدًا
Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Maha Esa? (Shad: 5), 
hingga akhir ayat.
*******************
Firman Allah Swt.:
{قَالَ 
يَا قَوْمِ لَيْسَ بِي سَفَاهَةٌ وَلَكِنِّي رَسُولٌ مِنْ رَبِّ 
الْعَالَمِينَ}
Hud berkata, "Hai kaumku, tidak ada padaku kekurangan akal sedikit pun, 
tetapi aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam.” (Al-A'raf: 67)Yakni saya tidaklah seperti apa yang kalian dugakan, bahkan saya datang kepada kalian untuk menyampaikan perkara yang hak dari Allah Yang Menciptakan segala sesuatu, Dia adalah Tuhan segala sesuatu dan Yang Memilikinya.
{أُبَلِّغُكُمْ 
رِسَالاتِ رَبِّي وَأَنَا لَكُمْ نَاصِحٌ أَمِينٌ}
Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepada kalian, dan aku hanyalah 
pemberi nasihat yang dapat dipercaya bagi kalian. (Al-A'raf: 68)Hal yang disebutkan dalam ayat ini merupakan sifat-sifat yang dimiliki oleh semua rasul, yaitu menyampaikan risalah Allah, memberi nasihat, dan dipercaya.
{أَوَعَجِبْتُمْ 
أَنْ جَاءَكُمْ ذِكْرٌ مِنْ رَبِّكُمْ عَلَى رَجُلٍ مِنْكُمْ 
لِيُنْذِرَكُمْ}
Apakah kalian (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepada kalian 
peringatan dari Tuhan kalian yang dibawa oleh seorang laki-laki di antara kalian 
untuk memberi peringatan kepada kalian. (Al-A'raf: 69)Artinya, janganlah kalian heran bila Allah mengirimkan kepada kalian seorang utusan dari kalangan kalian untuk memberi peringatan kepada kalian akan hari-hari Allah yang pada hari itu kalian menghadap kepada-Nya. Mengapa kalian tidak bersyukur kepada Allah atas karunia ini?
{وَاذْكُرُوا 
إِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَاءَ مِنْ بَعْدِ قَوْمِ نُوحٍ}
Dan ingatlah oleh kalian di waktu Allah menjadikan kalian sebagai 
pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh. 
(Al-A'raf: 69)Yaitu ingatlah oleh kalian akan nikmat Allah kepada kalian karena Dia telah menjadikan dari keturunan Nuh yang berkat doanya Allah membinasakan seluruh penduduk bumi, sebab mereka menentangnya dan mendustakannya.
{وَزَادَكُمْ 
فِي الْخَلْقِ بَسْطَةً}
dan Tuhan telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakan kalian 
(daripada kaum Nuh itu). (Al-A'raf: 69)Yakni Dia menjadikan tinggi perawakan kalian dan kekuatan kalian lebih daripada manusia sejenis kalian. Dengan kata lain, Allah menjadikan tubuh mereka sangat tinggi dan sangat kuat perawakannya. Pengertian ini sama dengan makna yang terkandung di dalam firman-Nya yang mengisahkan perihal Talut, yaitu:
{وَزَادَهُ 
بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ}
dan menambahinya dengan ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa. 
(Al-Baqarah: 247)
{فَاذْكُرُوا 
آلاءَ اللَّهِ}
Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah. (Al-A'raf: 69)Yang dimaksud dengan ala ialah nikmat-nikmat Allah dan karunia-Nya kepada kalian.
{لَعَلَّكُمْ 
تُفْلِحُونَ}
supaya kalian mendapat keberuntungan. (Al-A'raf: 69)Lafaz ala adalah bentuk jamak dari Ila, tetapi menurut pendapat yang lain ia adalah bentuk jamak dari ala.
{قَالُوا 
أَجِئْتَنَا لِنَعْبُدَ اللَّهَ وَحْدَهُ وَنَذَرَ مَا كَانَ يَعْبُدُ آبَاؤُنَا 
فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَا إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ (70) قَالَ قَدْ وَقَعَ 
عَلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ رِجْسٌ وَغَضَبٌ أَتُجَادِلُونَنِي فِي أَسْمَاءٍ 
سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا نزلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ 
فَانْتَظِرُوا إِنِّي مَعَكُمْ مِنَ الْمُنْتَظِرِينَ (71) فَأَنْجَيْنَاهُ 
وَالَّذِينَ مَعَهُ بِرَحْمَةٍ مِنَّا وَقَطَعْنَا دَابِرَ الَّذِينَ كَذَّبُوا 
بِآيَاتِنَا وَمَا كَانُوا مُؤْمِنِينَ (72) }
Mereka berkata, "Apakah kamu datang kepada kami 
agar kami menyembah Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh 
bapak-bapak kami? Maka datangkanlah azab yang kamu ancamkan kepada kami jika 
kamu termasuk orang-orang yang benar.” Ia berkata, “Sungguh sudah pasti kalian 
akan ditimpa azab dan kemarahan dari Tuhan kalian. Apakah kamu sekalian hendak 
berbantah dengan aku tentang nama-nama yang kalian beserta nenek moyang kalian 
menamakannya, padahal Allah sekali-kali tidak menurunkan hujah untuk itu? Maka 
tunggulah (azab itu), sesungguhnya aku 
juga termasuk orang yang menunggu bersama kalian.” Maka Kami selamatkan Hud 
beserta orang-orang yang bersamanya dengan rahmat yang besar dari Kami, dan Kami 
tumpas orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, dan tiadalah mereka 
orang-orang yang beriman.Allah Swt. menceritakan perihal pembangkangan, ketidakpercayaan, dan keingkaran mereka terhadap Nabi Hud a.s.
قَالُوا 
أَجِئْتَنَا لِنَعْبُدَ اللَّهَ وَحْدَهُ
Mereka berkata, "Apakah kamu datang kepada kami agar kami hanya menyembah 
Allah saja?” (Al-A'raf: 70), hingga akhir ayat.Ayat ini semakna dengan apa yang pernah dikatakan oleh orang-orang musyrik dari kalangan Quraisy, yaitu seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
{وَإِذْ 
قَالُوا اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هَذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ 
عَلَيْنَا حِجَارَةً مِنَ السَّمَاءِ أَوِ ائْتِنَا بِعَذَابٍ 
أَلِيمٍ}
Ya Allah, jika betul (Al-Qur'an) ini, dialah yang benar dari sisi 
Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada 
kami azab yang pedih. (Al-Anfal: 32)Muhammad ibnu Ishaq dan lain-lainnya menceritakan bahwa kaum Nabi Hud adalah kaum penyembah berhala-berhala. Di antaranya ada berhala yang diberi nama Samad, ada yang diberi nama Sumud, dan yang lainnya lagi diberi nama Al-Hana. Karena itulah Nabi Hud a.s. bersabda kepada mereka, seperti yang disitir oleh firman-Nya:
{قَدْ 
وَقَعَ عَلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ رِجْسٌ وَغَضَبٌ}
Sungguh telah pasti kalian akan ditimpa azab dan kemarahan dari Tuhan 
kalian. (Al-A'raf: 71)Dengan kata lain, azab dari Tuhan kalian telah pasti akan menimpa kepada kalian disebabkan ucapan kalian itu. Menurut suatu pendapat, lafaz rijsun merupakan bentuk maqlub dari lafaz rijzun. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa maknanya ialah kemurkaan dan kemarahan.
{أَتُجَادِلُونَنِي 
فِي أَسْمَاءٍ سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ}
Apakah kamu sekalian hendak berbantah dengan aku tentang nama-nama yang 
kalian beserta nenek moyang kalian menamakannya? (Al-A’raf:71)Yakni apakah kalian membantahku sehubungan dengan kebatilan berhala-berhala yang diberi nama oleh kalian dan nenek moyang kalian sebagai tuhan-tuhan yang kalian sembah. Padahal berhala-berhala itu tidak dapat menimpakan bahaya, tidak pula memberikan manfaat, dan Allah tidak pernah menjadikan dalil atau hujah bagi kalian untuk menyembah berhala-berhala itu. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{مَا 
نزلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ فَانْتَظِرُوا إِنِّي مَعَكُمْ مِنَ 
الْمُنْتَظِرِينَ}
padahal Allah sekali-kali tidak menurunkan hujah untuk itu? Maka tunggulah 
(azab itu), sesungguhnya aku juga termasuk orang yang menunggu bersama 
kalian. (Al-A'raf: 71)Di dalam ayat ini terkandung makna ancaman dan peringatan keras dari seorang rasul kepada kaumnya. Untuk itulah disebutkan dalam firman berikutnya:
{فَأَنْجَيْنَاهُ 
وَالَّذِينَ مَعَهُ بِرَحْمَةٍ مِنَّا وَقَطَعْنَا دَابِرَ الَّذِينَ كَذَّبُوا 
بِآيَاتِنَا وَمَا كَانُوا مُؤْمِنِينَ}
Maka Kami selamatkan Hud beserta orang-orang yang bersamanya dengan rahmat 
yang besar dari Kami, dan Kami tumpas orang-orang yang mendustakan ayat-ayat 
Kami, dan tiadalah mereka orang-orang yang beriman. (Al-A'raf: 72)Allah Swt telah menyebutkan gambaran tentang pembinasaan mereka di berbagai ayat dari Al-Qur'an, yang intinya menyebutkan bahwa Allah mengirimkan kepada mereka angin besar yang sangat dingin. Tidak ada sesuatu pun yang diterjang angin ini, melainkan pasti hancur berserakan, seperti yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَأَمَّا 
عَادٌ فَأُهْلِكُوا بِرِيحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ * سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ سَبْعَ 
لَيَالٍ وَثَمَانِيَةَ أَيَّامٍ حُسُومًا فَتَرَى الْقَوْمَ فِيهَا صَرْعَى 
كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ * فَهَلْ تَرَى لَهُمْ مِنْ 
بَاقِيَةٍ}
Adapun kaum 'Ad, maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat 
dingin lagi amat kencang, yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama 
tujuh malam dan delapan hari terus-menerus; maka kamu lihat kaum 'Ad pada waktu 
itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang 
telah kosong (lapuk). Maka kamu tidak melihat seorang pun yang tinggal di 
antara mereka. (Al-Haqqah: 6-8)Setelah mereka membangkang dan durhaka kepada Nabi-Nya, maka Allah membinasakan mereka dengan angin yang sangat dingin. Angin tersebut dapat menerbangkan seseorang dari mereka, lalu menjatuhkannya dengan kepala di bawah sehingga kepalanya hancur dan terpisah dari tubuhnya. Karena itulah dalam ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{كَأَنَّهُمْ 
أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ}
seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong 
(lapuk). (Al-Haqqah: 7)Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa mereka mendiami negeri Yaman, tepatnya di suatu daerah yang terletak di antara Amman dan Hadramaut. Tetapi sekalipun demikian, mereka berhasil menyebar ke seluruh penjuru bumi dan dapat mengalahkan penduduknya berkat kekuatan yang diberikan oleh Allah kepada mereka. Mereka adalah orang-orang yang menyembah berhala, bukan menyembah Allah. Kemudian Allah mengutus kepada mereka Nabi Hud a.s. yang nasabnya berasal dari kalangan menengah mereka dan berkedudukan' terhormat di kalangan mereka.
Maka Nabi Hud a.s. memerintahkan kepada mereka agar mengesakan Allah, jangan menjadikan bersama-Nya tuhan-tuhan selain Dia, dan jangan menganiaya manusia lagi. Tetapi mereka menolak seruannya, bahkan mendustakannya. Mereka mengatakan, "Siapakah yang lebih kuat dari kami?'
Tetapi ada segolongan orang dari mereka yang mengikuti Nabi Hud a.s., hanya jumlahnya sedikit dan mereka menyembunyikan keimanannya. Setelah kaum ‘Ad bertambah durhaka terhadap Allah dan mendustakan Nabi-Nya serta banyak menimbulkan kerusakan di muka bumi, dengan berlaku sewenang-wenang padanya dan meninggalkan jejak-jejak mereka di setiap tanah tinggi tempat-tempat bermainnya tanpa ada gunanya, maka Nabi Hud a.s. berkata kepada mereka yang disitir oleh firman-Nya:
{أَتَبْنُونَ 
بِكُلِّ رِيعٍ آيَةً تَعْبَثُونَ * وَتَتَّخِذُونَ مَصَانِعَ لَعَلَّكُمْ 
تَخْلُدُونَ * وَإِذَا بَطَشْتُمْ بَطَشْتُمْ جَبَّارِينَ * فَاتَّقُوا اللَّهَ 
وَأَطِيعُونِ}
Apakah kalian mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan untuk 
bermain-main, dan kalian membuat benteng-benteng dengan maksud supaya kalian 
kekal (di dunia)? Dan apabila kalian menyiksa, maka kalian menyiksa 
sebagai orang-orang kejam dan bengis. Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah 
kepadaku. (Asy-Syu'ara: 128-131)Tetapi mereka menjawab, seperti yang disebutkan di dalam ayat-ayat lainnya, yaitu firman-Nya:
{قَالُوا 
يَا هُودُ مَا جِئْتَنَا بِبَيِّنَةٍ وَمَا نَحْنُ بِتَارِكِي آلِهَتِنَا عَنْ 
قَوْلِكَ وَمَا نَحْنُ لَكَ بِمُؤْمِنِينَ. إِنْ نَقُولُ إِلا اعْتَرَاكَ بَعْضُ 
آلِهَتِنَا بِسُوءٍ}
Kaum 'Ad berkata "Hai Hud. kamu tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti 
yang nyata, dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan kami 
karena perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu. Kami tidak 
mengatakan melainkan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan keburukan 
kepadamu.” (Hud: 53-54)Yang dimaksud dengan su' atau keburukan ialah penyakit gila.
{قَالَ 
إِنِّي أُشْهِدُ اللَّهَ وَاشْهَدُوا أَنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ * مِنْ 
دُونِهِ فَكِيدُونِي جَمِيعًا ثُمَّ لَا تُنْظِرُونِ * إِنِّي تَوَكَّلْتُ عَلَى 
اللَّهِ رَبِّي وَرَبِّكُمْ مَا مِنْ دَابَّةٍ إِلا هُوَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهَا 
إِنَّ رَبِّي عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ}
Hud menjawab, "Sesungguhnya aku bersaksi kepada Allah dan 
saksikanlah oleh kamu sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa 
yang kalian persekutukan dari selain-Nya, sebab itu jalankanlah tipu daya kalian 
semuanya terhadapku dan janganlah kalian memberi tangguh kepadaku. Sesungguhnya 
aku bertawakal kepada Allah Tuhanku dan Tuhan kalian. Tidak ada suatu binatang 
melata pun melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di 
atas jalan yang lurus.” (Hud: 54-56)Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa setelah mereka membangkang, tidak mau beriman dan hanya tetap kepada kekufurannya, maka Allah menahan hujan dari mereka selama tiga tahun —menurut apa yang didugakan oleh mereka (para perawinya)— sehingga keadaan tersebut membuat mereka benar-benar parah. Konon di zaman itu apabila orang-orang mengalami musim paceklik yang parah, dan mereka memohon kepada Allah agar dibebaskan dari paceklik, maka sesungguhnya mereka hanya mendoa kepada-Nya di tempat suci-Nya, yaitu di tempat bait-Nya.
Tempat tersebut di masa itu telah dikenal, sedangkan di tempat itu terdapat para penghuninya dari golongan amatiq (raksasa). Mereka adalah keturunan dari ‘Amliq Ibnu Lawuz ibnu Sam ibnu Nuh. Pemimpin mereka saat itu adalah seorang lelaki yang bernama Mu'awiyah ibnu Bakar. Sedangkan ibunya berasal dari kaum ‘Ad yang dikenal dengan nama Jahlazah, anak perempuan Al-Khubairi.
Ibnu Ishaq melanjutkan kisahnya, bahwa lalu kaum 'Ad mengirimkan suatu delegasi yang jumlahnya kurang lebih tujuh puluh orang menuju tanah suci, untuk meminta istisqa (hujan) di tanah suci buat kaumnya.
Mereka bersua dengan Mu'awiyah ibnu Bakar di luar kota Mekah, lalu mereka tinggal di rumahnya selama satu bulan. Selama itu mereka mabuk-mabukan dan mendengarkan nyanyian yang didendangkan oleh dua orang penyanyi wanita Mu'awiyah.
Walaupun telah cukup lama mereka tinggal di tempat Mu'awiyah, tetapi ternyata mereka tidak beranjak juga dari rumahnya, sedangkan Mu'awiyah merasa kasihan kepada kaumnya (yang merasa terganggu dengan kehadiran mereka); sementara itu Mu'awiyah sendiri merasa malu untuk mengusir mereka pergi dari rumahnya. Maka ia membuat syair yang menyindir mereka untuk pergi, lalu memerintahkan kepada biduannya untuk mendendangkan syair itu kepada mereka. Isi syair tersebut adalah seperti berikut:
أَلَا 
يَا قَيْلُ وَيْحَكَ قُْم فَهَيْنم ... 
لَعَلَّ اللَّهَ يُصْبحُنَا غَمَاما ...
فَيَسْقي 
أرضَ عادٍ إِنَّ عَادًا ... 
قَد امْسَوا لَا يُبِينُونَ الكَلاما ...
مِنَ 
الْعَطَشِ الشَّدِيدِ فَلَيْسَ نَرجُو ... 
بِهِ الشيخَ الكبيرَ وَلَا الغُلاما ...
وَقَد 
كانَت نساؤهُم بخيرٍ ... 
فَقَدْ أَمْسَتْ  نِسَاؤهم عَيَامى
وَإِنَّ 
الوحشَ تأتيهمْ جِهارا ... 
وَلَا تَخْشَى لعاديَ سِهَاما ...
وَأَنْتُمْ 
هاهُنَا فِيمَا اشتَهَيْتُمْ ... 
نهارَكُمُ وَلَيْلَكُمُ التَّمَامَا ...
فقُبّحَ 
وَفُْدكم مِنْ وَفْدِ قَوْمٍ ... 
ولا لُقُّوا التحيَّةَ والسَّلاما ...
Ingatlah, hai Qil, celakalah engkau, 
bangunlah dan sadarlah engkau, mudah-mudahan Allah memberikan hujan di pagi 
hari. 
Karenanya maka tanah kaum 'Ad menjadi 
tersirami hujan. 
Sesungguhnya kaum Ad sekarang menjadi 
orang-orang yang tidak mengerti perkataan karena rasa haus berat yang menimpa 
mereka. 
Kami tujukan kata-kata ini bukan 
kepada orang yang sudah pikun, bukan pula kepada anak-anak 
Dahulu kaum wanita mereka dalam 
keadaan baik-baik, tetapi sekarang kaum wanita mereka dalam kesedihan dan 
kemurungan. 
Dan sesungguhnya binatang-binatang 
liar berani datang kepada mereka secara terang-terangan, tanpa rasa takut 
sedikit pun kepada anak panah pemburu. 
Sedangkan kalian di sini tenggelam ke 
dalam hura-hura sepanjang siang dan malam hari. 
Maka seburuk-buruk delegasi dari suatu 
kaum adalah delegasi kalian. 
Mereka tidak mendapat kehormatan, 
tidak pula mendapat salam (kesejahteraan).
Setelah syair tersebut dikemukakan kepada mereka, barulah mereka sadar akan 
tugas kedatangannya ke tanah suci itu. Lalu mereka bangkit menuju tanah suci dan 
berdoa untuk kaumnya. Mereka berdoa dipimpin oleh ketua mereka yang dikenal 
dengan nama Qil ibnu Anaz.Maka Allah memunculkan tiga jenis awan, ada yang putih, ada yang hitam, dan ada yang merah. Lalu Qil mendengar suara dari langit yang mengatakan, "Pilihlah untukmu atau untuk kaummu dari awan-awan ini!"
Qil berkata, "Saya memilih awan yang hitam ini, karena sesungguhnya awan hitam ini banyak mengandung air." Maka dijawablah oleh seruan itu, "Ternyata kamu memilih awan yang mengandung debu yang membinasakan." Maka tidak ada seorang pun dan tidak ada seorang tua pun dari kaum 'Ad serta tidak ada seorang anak pun dari mereka melainkan binasa saat itu, kecuali Bani Wuzyah Al-Muhannada.
Menurut Ibnu Ishaq, Banil Wuzyah adalah suatu kabilah dari kaum 'Ad yang tinggal di Mekah, maka mereka tidak tertimpa azab yang menimpa kaumnya.
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa Banil Wuzyah adalah orang-orang yang tersisa dari keturunan kaum 'Ad karena selamat dari azab itu; mereka disebut generasi terakhir dari kaum 'Ad.
Ibnu Ishaq melanjutkan kisahnya, bahwa Allah lalu mengarak awan hitam itu —menurut kisah mereka— yaitu awan yang dipilih oleh Qil ibnu Anaz. Di dalam awan itu terkandung azab yang akan membinasakan kaum 'Ad. Awan itu muncul dari suatu lembah di tempat mereka yang dikenal dengan nama Lembah Mugis. Ketika mereka (kaum 'Ad) melihat awan hitam itu datang bergulung-gulung, mereka merasa gembira dan mengatakan, "Inilah awan yang akan membawa hujan kepada kita." Tetapi dijawab oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
{بَلْ 
هُوَ مَا اسْتَعْجَلْتُمْ بِهِ رِيحٌ فِيهَا عَذَابٌ أَلِيمٌ * تُدَمِّرُ كُلَّ 
شَيْءٍ بِأَمْرِ رَبِّهَا}
Bukan, bahkan itulah azab yang kalian minta supaya disegerakan. yaitu 
angin yang mengandung azab yang pedih, yang menghancurkan segala sesuatu. 
(Al-Ahqaf: 24-25)Yakni yang membinasakan segala sesuatu yang dilewatinya.
Disebutkan bahwa orang yang mula-mula melihatnya dan mengenal bahwa apa yang dikandungnya itu merupakan angin puting beliung, menurut yang dikisahkan para perawinya, ialah seorang wanita 'Ad yang dikenal dengan sebutan Mumid.
Setelah Mumid melihat dengan jelas apa yang terkandung di dalam awan tersebut, ia menjerit dan pingsan. Ketika ia sadar, kaumnya bertanya, "Hai Mumid, apakah yang telah engkau lihat?" Mumid menjawab, "Saya melihat angin yang di dalamnya terdapat semisal api digiring oleh banyak kaum laki-laki yang menuntunnya dari depan."
Maka Allah menimpakan angin itu kepada mereka, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus. (Al-Haqqah: 7)
Al-husumah artinya terus-menerus, tiada henti-hentinya.
Maka tidak ada seorang pun dari kaum 'Ad melainkan binasa. Sedangkan Nabi Hud a.s. menurut kisah yang sampai kepadaku (Ibnu Ishaq) bersama orang-orang yang beriman berlindung di dalam sebuah tempat perlindungan; tidak ada sesuatu pun yang menimpa dia bersama para pengikutnya, melainkan hal-hal yang menyegarkan dan mengenakkan. Sesungguhnya angin puting beliung itu menimpa perkampungan kaum 'Ad, lalu menerbangkannya di antara langit dan bumi, kemudian menghancurkan mereka ke daerah berbatuan.
Muhammad ibnu Ishaq melanjutkan kisahnya ini secara panjang lebar hingga selesai, tetapi konteks yang diketengahkannya garib, hanya di dalamnya terkandung banyak faedah yang dapat disimpulkan darinya.
Allah Swt. telah berfirman:
{وَلَمَّا 
جَاءَ أَمْرُنَا نَجَّيْنَا هُودًا وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ بِرَحْمَةٍ مِنَّا 
وَنَجَّيْنَاهُمْ مِنْ عَذَابٍ غَلِيظٍ}
Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Hud dan orang-orang yang 
beriman bersama dia dengan rahmat dari Kami, dan Kami selamatkan (pula) 
mereka (di akhirat) dari azab yang berat. (Hud: 58)Memang telah disebutkan di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam kitab musnadnya hal yang berdekatan pengertiannya dengan kisah yang diutarakan oleh Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar tadi.
قَالَ 
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ الْحُبَابِ، حَدَّثَنِي أَبُو 
الْمُنْذِرِ سَلَّامُ بْنُ سُلَيْمَانَ النَّحْوِيُّ، حَدَّثَنَا عَاصِمُ بْنُ 
أَبِي النَّجُود، عَنْ أَبِي وَائِلٍ، عَنِ الْحَارِثِ الْبَكْرِيِّ قَالَ: 
خَرَجْتُ أَشْكُو الْعَلَاءَ بْنَ الْحَضْرَمِيِّ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى 
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَمَرَرْتُ بِالرَّبَذَةِ فَإِذَا عَجُوزٌ مِنْ بَنِي 
تَمِيمٍ مُنْقَطِعٌ بِهَا، فَقَالَتْ لِي: يَا عَبْدَ اللَّهِ، إِنَّ لِي إِلَى 
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَاجَةً، فَهَلْ أَنْتَ 
مُبَلِّغِي إِلَيْهِ؟ قَالَ: فَحَمَلْتُهَا فَأَتَيْتُ الْمَدِينَةَ، فَإِذَا 
الْمَسْجِدُ غَاصٌّ بِأَهْلِهِ، وَإِذَا رَايَةٌ سَوْدَاءُ تَخْفِقُ، وَإِذَا 
بِلَالٌ مُتَقَلِّدٌ بِسَيْفٍ بَيْنَ يَدَيْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ 
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقُلْتُ: مَا شَأْنُ النَّاسِ؟ فَقَالُوا: يُرِيدُ أَنْ 
يَبْعَثَ عَمْرَو بْنَ الْعَاصِ وَجْهًا. قَالَ: فَجَلَسْتُ، فَدَخَلَ مَنْزِلَهُ 
-أَوْ قَالَ: رَحْلَهُ فَاسْتَأْذَنْتُ عَلَيْهِ، فَأَذِنَ لِي، فَدَخَلْتُ 
فَسَلَّمْتُ، قَالَ: هَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ تَمِيمٍ شَيْءٌ؟ قُلْتُ: نَعَمْ، 
وَكَانَتْ لَنَا الدّبَرة عَلَيْهِمْ، وَمَرَرْتُ بِعَجُوزٍ مِنْ بَنِي تَمِيمٍ 
مُنْقَطِعٍ بِهَا، فَسَأَلَتْنِي أَنْ أَحْمِلَهَا إِلَيْكَ، 
وَهَا 
هِيَ بِالْبَابِ. فَأَذِنَ لَهَا، فَدَخَلَتْ، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنْ 
رَأَيْتَ أَنْ تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَ تَمِيمٍ حَاجِزًا، فَاجْعَلِ 
الدَّهْنَاءَ. فَحَمِيَتِ الْعَجُوزُ وَاسْتَوْفَزَتْ، فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ 
اللَّهِ، فَإِلَى أَيْنَ يُضْطَرُّ مُضطَرُك ؟ قَالَ: قُلْتُ: إِنَّ مَثَلِي مَثَلُ 
مَا قَالَ الْأَوَّلُ: "معْزَى حَمَلت حَتْفَهَا"، حَمَلْتُ هَذِهِ وَلَا أَشْعُرُ 
أَنَّهَا كَانَتْ لِي خَصْمًا، أُعُوذُ بِاللَّهِ وَبِرَسُولِهِ أَنْ أَكُونَ 
كَوَافِدِ عَادٍ! قَالَ: هِيهْ، وَمَا وَافِدُ عَادٍ؟ -وَهُوَ أَعْلَمُ 
بِالْحَدِيثِ مِنْهُ، وَلَكِنْ يَسْتَطْعِمُهُ -قُلْتُ: إِنْ عَادًا قُحطوا 
فَبَعَثُوا وَافِدًا لَهُمْ يُقَالُ لَهُ: "قَيْلُ"، فَمَرَّ بِمُعَاوِيَةَ بْنِ 
بَكْرٍ، فَأَقَامَ عِنْدَهُ شَهْرًا يَسْقِيهِ الْخَمْرَ وَتُغَنِّيهِ 
جَارِيَتَانِ، يُقَالُ لَهُمَا: "الْجَرَادَتَانِ"، فَلَمَّا مَضَى الشَّهْرُ 
خَرَجَ إِلَى جِبَالِ مَهْرة، فَقَالَ: اللَّهُمَّ إِنَّكَ تَعْلَمُ أَنِّي لَمْ 
أَجِئْ إِلَى مَرِيضٍ فَأُدَاوِيهِ، وَلَا إِلَى أَسِيرٍ فَأُفَادِيهِ. اللَّهُمَّ 
اسْقِ عَادًا مَا كُنْتَ تَسْقِيهِ، فَمَرَّتْ بِهِ سَحَّابَاتٌ سُودُ، فَنُودِيَ: 
مِنْهَا "اخْتَرْ". فَأَوْمَأَ إِلَى سَحَابَةٍ مِنْهَا سَوْدَاءَ، فَنُودِيَ 
مِنْهَا: "خُذْهَا رَمَادًا رِمْدِدا، لَا تُبْقِي مِنْ عَادٍ أَحَدًا". قَالَ: 
فَمَا بَلَغَنِي أَنَّهُ بُعث عَلَيْهِمْ مِنَ الرِّيحِ إِلَّا قَدْرُ مَا يَجْرِي 
فِي خَاتَمِي هَذَا، حَتَّى، هَلَكُوا -قَالَ أَبُو وَائِلٍ: وَصَدَقَ -قَالَ: 
وَكَانَتِ الْمَرْأَةُ وَالرَّجُلُ إِذَا بَعَثُوا وَافِدًا لَهُمْ قَالُوا: "لَا 
تَكُنْ كَوَافِدِ عَادٍ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnul Hubab, telah 
menceritakan kepadaku Abul Munzir Salam ibnu Sulaiman An-Nahwi, telah 
menceritakan kepada kami Asim ibnu Abun Nujud, dari Abu Wail, dari Al-HariS 
Al-Bakri yang menceritakan bahwa ia berangkat untuk mengadukan perkara kepada 
Rasulullah Saw. tentang Al-Ala ibnul Hadrami. Aku (Al-Haris) melewati Rabzah, 
ternyata aku bersua dengan seorang nenek tua dari Bani Tamim yang tidak dapat 
melanjutkan perjalanannya. Nenek itu berkata, "Hai hamba Allah, sesungguhnya 
saya mempunyai suatu keperluan dengan Rasulullah, maka sudilah kiranya engkau 
membawa saya menghadap kepadanya." Saya membawa nenek itu sampai di Madinah, dan 
saya menjumpai masjid penuh sesak, lalu saya melihat bendera hitam berkibar dan 
sahabat Bilal menyandang pedangnya berdiri di hadapan Rasulullah Saw. Saya 
bertanya, "Apakah gerangan yang terjadi dengan orang banyak ini?" Mereka (yang 
ditanya) menjawab, "Beliau Saw. hendak mengirimkan Amr ibnul As (bersama 
pasukannya) ke suatu daerah." Maka saya duduk, lalu masuk ke dalam rumahnya atau 
ke dalam kemahnya dan meminta izin agar diperkenankan masuk, kemudian saya 
diberi izin untuk masuk menemuinya. Saya masuk dan mengucapkan salam 
penghormatan, lalu beliau Saw. bertanya, "Apakah antara kamu dan Bani Tamim 
terdapat suatu masalah?" Saya menjawab, "Ya, dan saya beroleh kemenangan 
atas mereka. Kemudian saya bersua dengan seorang nenek tua dari kalangan Bani 
Tamim yang tidak dapat melanjutkan perjalanannya. Nenek itu meminta kepada saya 
untuk membawanya sampai ke hadapanmu, sekarang dia berada di pintu." Nenek tua 
itu pun diizinkan masuk. Saya berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya jika 
engkau setuju membuat batas antara kami dan Bani Tamim, jadikanlah Dahna sebagai 
batasannya." Dengan serta merta si nenek tua itu menjadi panas dan bergejolak, 
lalu ia berkata, "Wahai Rasulullah, apakah yang hendak dilakukan oleh orang yang 
meminta kepadamu dengan paksa ini?" Saya berkata, "Sesungguhnya perumpamaanku 
sama dengan apa yang dikatakan oleh orang-orang terdahulu, 'Orang yang meminta 
belasungkawa kepadaku ternyata membawa sendiri kematiannya.' Saya telah membawa 
nenek ini tanpa menyadari bahwa dia mempunyai rasa permusuhan terhadap diri 
saya. Saya berlindung kepada Allah bila diri saya ini seperti delegasi kaum 
'Ad." Rasulullah Saw. bertanya kepadaku, "Apakah yang dimaksud dengan 
delegasi kaum 'Ad?" Padahal Rasulullah Saw. lebih mengetahuinya, tetapi 
hanya meminta ketegasan dariku. Saya bercerita, bahwa sesungguhnya dahulu kaum 
'Ad mengalami musim paceklik yang sangat parah. Lalu mereka mengirimkan suatu 
delegasinya yang dipimpin oleh seseorang dari mereka yang dikenal dengan nama 
Qil. Qil bersua dengan Mu'awiyah ibnu Bakar, lalu ia tinggal padanya selama satu 
bulan, ia menghabiskan hari-harinya dengan minum khamr dan mendengar nyanyian 
dari dua orang penyanyi. Setelah satu bulan tinggal, maka Qil berangkat ke Bukit 
Mahrah, lalu ia berdoa, "Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa saya 
bukan datang kepada yang sakit, lalu saya mengobatinya; juga bukan kepada 
tawanan, lalu saya menebusnya. Ya Allah, siramilahkaum 'Ad selagi Engkau masih 
memberi mereka air." Maka lewatlah kepadanya berbagai kumpulan awan hitam, lalu 
diserukan kepadanya, "Pilihlah mana yang kamu suka!" Maka Qil mengisyaratkan 
kepada awan yang paling hitam, lalu diserukan kepadanya, "Ambillah awan yang 
mengandung debu ini yang tidak akan menyisakan seorang pun dari kaum 'Ad." 
Al-Haris mengatakan, "Tidak ada yang sampai kepadaku berita yang menyatakan 
bahwa Allah mengirimkan angin kepada mereka kecuali sekadar apa yang dimasukkan 
ke dalam cincinku ini (yakni tidak banyak) hingga mereka binasa." Abu Wail 
mengatakan bahwa Al-Haris benar. Sesudah peristiwa itu istilah "Janganlah kamu 
seperti delegasi kaum ‘Ad" menjadi tenar. Tersebutlah bahwa lelaki dan wanita 
itu apabila mengirimkan utusannya (delegasinya) selalu berpesan kepada mereka, 
"Janganlah kamu seperti delegasi kaum "Ad."Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh imam Ahmad di dalam kitab musnadnya. Imam Turmuzi meriwayatkannya dari Abdu ibnu Humaid, dari Zaid ibnul Hubab dengan sanad yang sama dan lafaz yang semisal.
Imam Nasai meriwayatkannya melalui hadis Salam ibnu Abul Munzir, dari Asim (yaitu Ibnu Bandalah). Melalui jalur ini pula Ibnu Majah meriwayatkannya dari Abu Wail, dari Al-Haris ibnu Hisan Al-Bakri dengan lafaz yang semisal.
Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Abu Kuraih, dari Zaid ibnu Hubab, tetapi di dalam sanadnya disebutkan dari Al-Haris ibnu Yazid Al-Bakri, lalu ia menceritakannya. Ibnu Jarir meriwayatkannya pula dari Abu Kuraib, dari Abu Bakar ibnu Ayyasy, dari Asim Al-Haris ibnu Hisan, kemudian iamengetengahkannya. Ibnu Jarir mengatakan bahwa dia tidak melihat nama Abu Wail dalam salinannya.
{وَإِلَى 
ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ 
إِلَهٍ غَيْرُهُ قَدْ جَاءَتْكُمْ بَيِّنَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ هَذِهِ نَاقَةُ اللَّهِ 
لَكُمْ آيَةً فَذَرُوهَا تَأْكُلْ فِي أَرْضِ اللَّهِ وَلا تَمَسُّوهَا بِسُوءٍ 
فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (73) وَاذْكُرُوا إِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَاءَ مِنْ 
بَعْدِ عَادٍ وَبَوَّأَكُمْ فِي الأرْضِ تَتَّخِذُونَ مِنْ سُهُولِهَا قُصُورًا 
وَتَنْحِتُونَ الْجِبَالَ بُيُوتًا فَاذْكُرُوا آلاءَ اللَّهِ وَلا تَعْثَوْا فِي 
الأرْضِ مُفْسِدِينَ (74) قَالَ الْمَلأ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا مِنْ قَوْمِهِ 
لِلَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا لِمَنْ آمَنَ مِنْهُمْ أَتَعْلَمُونَ أَنَّ صَالِحًا 
مُرْسَلٌ مِنْ رَبِّهِ قَالُوا إِنَّا بِمَا أُرْسِلَ بِهِ مُؤْمِنُونَ (75) قَالَ 
الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا بِالَّذِي آمَنْتُمْ بِهِ كَافِرُونَ (76) 
فَعَقَرُوا النَّاقَةَ وَعَتَوْا عَنْ أَمْرِ رَبِّهِمْ وَقَالُوا يَا صَالِحُ 
ائْتِنَا بِمَا تَعِدُنَا إِنْ كُنْتَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ (77) فَأَخَذَتْهُمُ 
الرَّجْفَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دَارِهِمْ جَاثِمِينَ (78) }
Dan (Kami 
telah mengutus) kepada kaum Samud saudara mereka Saleh. Ia berkata, "Hai 
kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagi kalian selain-Nya. 
Sesungguhnya telah datang kepada kalian bukti yang nyata dari Tuhan kalian. Unta 
betina Allah ini menjadi tanda bagi kalian, maka biarkanlah dia makan di bumi 
Allah, dan janganlah kalian mengganggunya dengan gangguan apa pun, maka kalian 
ditimpa siksaan yang pedih. Dan ingatlah oleh kalian di waktu Tuhan menjadikan 
kalian pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum 'Ad dan 
memberikan tempat bagi kalian di bumi. Kalian dirikan istana-istana di 
tanah-tanahnya yang datar dan kalian pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan 
rumah; maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kalian merajalela di muka 
bumi membuat kerusakan.” Pemuka-pemuka yang menyombongkan diri di antara kaumnya 
berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah yang telah beriman di antara 
mereka, "Tahukah kalian bahwa Saleh diutus (menjadi rasul) oleh 
Tuhannya?” Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami beriman kepada wahyu yang Saleh 
diutus untuk menyampaikannya." Orang-orang yang menyombongkan diri berkata, 
"Sesungguhnya kami adalah orang yang tidak percaya kepada apa yang kalian imani 
itu.” Kemudian mereka sembelih unta betina itu, dan mereka berlaku angkuh 
terhadap perintah Tuhan. Dan mereka berkata, "Hai Saleh, datangkanlah apa yang 
kamu ancamkan itu kepada kami, jika (betul) kamu termasuk orang-orang 
yang diutus (Allah)." Karena itu mereka ditimpa gempa, maka jadilah 
mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam rumahnya.Ulama tafsir mengatakan bahwa nasab kaum Samud ialah Samud ibnu Asir ibnu Iram ibnu Sam ibnu Nuh. Dia adalah saudara lelaki Jadis ibnu Asir, demikian pula kabilah Tasm. Mereka semuanya adalah kabilah-kabilah dari kalangan bangsa Arabul Aribah sebelum Nabi Ibrahim a.s. Kaum Samud ada sesudah kaum 'Ad, tempat tinggal mereka terkenal, yaitu terletak di antara Hijaz dan negeri Syam serta Wadil Qura dan daerah sekitarnya.
Rasulullah Saw. pernah melalui bekas tempat tinggal mereka ketika dalam perjalanannya menuju medan Tabuk, yaitu pada tahun sembilan Hijriah.
قَالَ 
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ، حَدَّثَنَا صَخْر بْنُ 
جُوَيرية، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: لَمَّا نَزَلَ رَسُولُ اللَّهِ 
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالنَّاسِ عَلَى تَبُوكَ، نَزَلَ بِهِمُ 
الْحِجْرَ عِنْدَ بُيُوتِ ثَمُودَ، فَاسْتَسْقَى النَّاسُ مِنَ الْآبَارِ الَّتِي 
كَانَتْ تَشْرَبُ مِنْهَا ثَمُودُ، فَعَجَنُوا مِنْهَا وَنَصَبُوا مِنْهَا 
الْقُدُورَ. فَأَمَرَهُمُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ 
فَأَهْرَقُوا الْقُدُورَ، وَعَلَفُوا العجينَ الإبلَ، ثُمَّ ارْتَحَلَ بِهِمْ 
حَتَّى نَزَلَ بِهِمْ عَلَى الْبِئْرِ الَّتِي كَانَتْ تَشْرَبُ مِنْهَا 
النَّاقَةُ، وَنَهَاهُمْ أَنْ يَدْخُلُوا عَلَى الْقَوْمِ الَّذِينَ عُذِّبُوا 
وَقَالَ: "إِنِّي أَخْشَى أَنْ يُصِيبَكُمْ مِثْلُ مَا أَصَابَهُمْ، فَلَا 
تَدْخُلُوا عَلَيْهِمْ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdus Samad. telah 
menceritakan kepada kami Sakhr ibnu Juwairiyah, dari Nafi’, dari Ibnu Umar yang 
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. dalam perjalanannya menuju medan Tabuk 
memerintahkan orang-orang beristirahat di daerah Al-Hajar, yaitu di bekas tempat 
tinggal kaum Samud. Kemudian orang-orang (para sahabat) mengambil air dari 
sumur-sumur yang dahulu dipakai untuk minum oleh kaum Samud. Mereka membuat 
adonan roti dengan air sumur-sumur itu dan menempatkannya di panci-panci besar. 
Tetapi Nabi Saw. memerintahkan kepada mereka agar menumpahkan air yang ada di 
panci-panci itu dan memberikan adonan mereka kepada unta-unta mereka sebagai 
makanannya. Kemudian Nabi Saw. membawa mereka berangkat hingga turun istirahat 
bersama mereka di sebuah sumur yang pernah dijadikan sebagai tempat minum unta 
tersebut (unta Nabi Saleh). Nabi Saw. melarang mereka memasuki bekas daerah kaum 
yang pernah diazab, dan Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya saya merasa 
khawatir bila kalian akan ditimpa oleh azab seperti yang menimpa mereka, maka 
janganlah kalian memasuki bekas tempat tinggal mereka.
وَقَالَ[الْإِمَامُ] 
أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ 
مُسْلِمٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ دِينَارٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ 
عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ 
بِالْحِجْرِ: "لَا تَدْخُلُوا عَلَى هَؤُلَاءِ المعذَّبين إِلَّا أَنْ تَكُونُوا 
بَاكِينَ، فَإِنْ لَمْ تَكُونُوا بَاكِينَ، فَلَا تَدْخُلُوا عَلَيْهِمْ أَنْ 
يُصِيبَكُمْ مثلُ مَا أَصَابَهُمْ"
Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Affan, telah 
menceritakan kepada kami Abdul Aziz ibnu Muslim, telah menceritakan kepada kami 
Abdullah ibnu Dinar, dari Abdullah ibnu Umar yang mengatakan bahwa Rasulullah 
Saw. ketika di Al-Hajar pernah bersabda: Janganlah kalian memasuki daerah 
mereka yang pernah diazab itu kecuali bila kalian sambil menangis. Dan jika 
kalian tidak dapat menangis, janganlah kalian memasukinya, (sebab) dikhawatirkan 
kalian akan ditimpa azab seperti yang pernah menimpa mereka.Pokok hadis ini diketengahkan di dalam kitab Sahihain melalui berbagai jalur.
قَالَ 
الْإِمَامُ أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، أَخْبَرَنَا 
الْمَسْعُودِيُّ، عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ أَوْسَطَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ أَبِي 
كَبْشَة الْأَنْمَارِيِّ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: لَمَّا كَانَ فِي غَزْوَةِ تَبُوكَ، 
تَسَارَعَ النَّاسُ إِلَى أَهْلِ الْحِجْرِ، يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ، فَبَلَغَ 
ذَلِكَ رسولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَنَادَى فِي النَّاسِ: 
"الصَّلَاةُ جَامِعَةٌ". قَالَ: فَأَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ 
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وهو مُمْسِكٌ بِعِيرَهُ وَهُوَ يَقُولُ: "مَا تَدْخُلُونَ عَلَى 
قَوْمٍ غَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ". فَنَادَاهُ رَجُلٌ مِنْهُمْ: نعجبُ مِنْهُمْ 
يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ: "أَفَلَا أُنْبِئُكُمْ بِأَعْجَبَ مِنْ ذَلِكَ: رَجُلٌ 
مِنْ أَنْفُسِكُمْ يُنَبِّئُكُمْ بِمَا كَانَ قَبْلَكُمْ، وَبِمَا هُوَ كَائِنٌ 
بَعْدَكُمْ، فَاسْتَقِيمُوا وسَدِّدوا، فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَعْبَأُ بِعَذَابِكُمْ 
شَيْئًا، وَسَيَأْتِي قَوْمٌ لَا يَدْفَعُونَ عَنْ أَنْفُسِهِمْ 
شَيْئًا"
Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun 
Al-Mas'udi, dari Ismail ibnu Wasit, dari Muhammad ibnu Abu Kabsyah Al-Anmari, 
dari ayahnya yang mengatakan bahwa dalam masa Perang Tabuk orang-orang bergegas 
memasuki daerah Al-Hajar. Ketika Rasulullah Saw. mendengar berita itu, maka 
beliau menyerukan kepada orang-orang, "Salat berjamaah didirikan!" Lalu saya 
(perawi) datang menghadap Rasulullah Saw. yang saat itu sedang memegang tombak 
kecil seraya bersabda, "Apakah yang mendorong kalian hingga berani memasuki 
daerah kaum yang dimurkai oleh Allah Swt.?" Maka ada seorang lelaki dari 
kalangan mereka yang menjawab dengan suara yang keras, "Kami kagum kepada 
mereka, wahai Rasulullah." Rasulullah Saw. menjawab, "Maukah kalian aku 
ceritakan tentang hal yang lebih mengagumkan daripada itu? Yaitu seorang lelaki 
dari kalangan kalian sendiri akan menceritakan kepada kami apa yang telah 
terjadi sebelum kalian dan apa yang akan terjadi sesudah kalian. Maka luruslah 
kalian dan luruskanlah diri kalian, karena sesungguhnya Allah tidak mempedulikan 
sesuatu pun bila mengazab kalian. Kelak akan datang suatu kaum yang tidak dapat 
berbuat sesuatu pun untuk membela dirinya."Tidak ada seorang pun dari kalangan pemilik kitab sunnah yang mengetengahkan hadis ini. Abu Kabsyah nama aslinya adalah Umar ibnu Sa'd, menurut pendapat yang lain bernama Amir ibnu Sa'd.
قَالَ 
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ: حَدَّثَنَا مَعْمَر، عَنْ 
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُثْمَانَ بْنِ خُثَيْم، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ، عَنْ جَابِرٍ 
قَالَ: لَمَّا مَرَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ 
بِالْحِجْرِ قَالَ: "لَا تَسْأَلُوا الْآيَاتِ، فَقَدْ سَأَلَهَا قَوْمُ صَالِحٍ 
فَكَانَتْ -يَعْنِي النَّاقَةَ -تَرِدُ مِنْ هَذَا الفَجّ، وتَصْدُر مِنْ هَذَا 
الْفَجِّ، فَعَتَوْا عَنْ أَمْرِ رَبِّهِمْ فَعَقَرُوهَا، وَكَانَتْ تَشْرَبُ 
مَاءَهُمْ يَوْمًا وَيَشْرَبُونَ لَبَنَهَا يَوْمًا، فَعَقَرُوهَا، فَأَخَذَتْهُمْ 
صَيْحَةٌ، أهمد الله مَنْ تحت 
أَدِيمِ 
السَّمَاءِ مِنْهُمْ، إِلَّا رَجُلًا وَاحِدًا كَانَ فِي حَرَمِ اللَّهِ". 
فَقَالُوا: مَنْ هُوَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: "أَبُو رِغال. فَلَمَّا خَرَجَ 
مِنَ الْحَرَمِ أَصَابَهُ مَا أَصَابَ قَوْمَهُ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah 
menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Abdullah ibnu Usman ibnu Khaisam, dari 
Abuz Zubair, dari Jabir yang menceritakan bahwa ketika Rasulullah Saw, melewati 
daerah Al-Hajar, beliau bersabda: Janganlah kalian meminta mukjizat, karena 
sesungguhnya kaum Nabi Saleh pernah memintanya. Dan unta itu datang dari lembah 
ini dan keluar dari lembah itu Tetapi mereka (kaum Saleh) durhaka 
terhadap perintah Tuhan mereka, lalu mereka menyembelihnya. Pada mulanya unta 
itu meminum bagian air mereka selama satu hari, sedangkan pada hari yang lain 
mereka minum dari air susu unta itu. Akhirnya mereka menyembelih unta itu, maka 
mereka diazab oleh suatu teriakan yang dengan teriakan itu Allah membinasakan 
semua manusia di kolong langit ini dari kalangan mereka, kecuali seorang lelaki 
(dari mereka) yang sedang berada di tanah suci Allah. Mereka (para 
sahabat) bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah lelaki itu?" Rasulullah Saw. 
menjawab melalui sabdanya: Dia adalah Abu Rigal; tetapi ketika ia keluar dari 
tanah suci, maka ia pun tertimpa azab seperti apa yang menimpa kaumnya.Hadis ini tidak terdapat di dalam suatu kitab pun dari kitab Sittah, dan dinilai sahih dengan syarat Imam Muslim.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَإِلَى 
ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا}
Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Samud. (Al-A'raf: 73)Yaitu sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kabilah Samud saudara mereka, Saleh.
{قَالَ 
يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ}
Ia berkata, "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagi 
kalian selain-Nya.” (Al-A'raf: 73)Pada garis besarnya semua utusan Allah menyerukan untuk menyembah Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:
{وَمَا 
أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ 
إِلا أَنَا فَاعْبُدُونِ}
Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami 
wahyukan kepadanya, "Bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah 
oleh kamu sekalian akan Aku." (Al-Anbiya: 25)
{وَلَقَدْ 
بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا 
الطَّاغُوتَ}
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk 
menyerukan), "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah tagut itu." 
(An-Nahl: 36)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{قَدْ 
جَاءَتْكُمْ بَيِّنَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ هَذِهِ نَاقَةُ اللَّهِ لَكُمْ 
آيَةً}
Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepada kalian dari Tuhan 
kalian. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagi kalian. (Al-A'raf: 73)Artinya, telah datang hujah Allah kepada kalian yang membenarkan apa yang aku sampaikan kepada kalian. Sebelum itu mereka selalu meminta Suatu tanda dari Allah (mukjizat) kepada Nabi Saleh. Mereka meminta agar Saleh mengeluarkan dari sebuah batu besar seekor unta untuk mereka yang hal itu disaksikan oleh mata kepala mereka sendiri. Batu besar itu memang lain dari yang lain, terdapat di suatu bagian dari daerah Al-Hajar; batu itu dinamakan Al-Katibah.
Mereka meminta kepada Nabi Saleh untuk mengeluarkan seekor unta betina yang unggul dari batu besar itu buat mereka. Maka Nabi Saleh membuat perjanjian dan ikrar terhadap mereka: Jika Allah mengabulkan permintaan mereka, maka mereka mau beriman kepada Nabi Saleh dan benar-benar akan mengikutinya. Setelah mereka bersedia dan memberikan janji dan ikrar mereka kepadanya, maka Nabi Saleh a.s. bangkit menuju ke tempat salatnya dan berdoa memohon kepada Allah Swt. Maka batu besar itu mendadak bergerak dan terbelah, kemudian keluarlah darinya seekor unta betina yang janinnya bergerak pada kedua sisi lambungnya (yakni sedang mengandung kembar), persis seperti apa yang mereka minta.
Pada saat itu juga berimanlah kepada Nabi Saleh pemimpin mereka (yaitu Junda: ibnu Amr) bersama para pengikutnya yang taat kepada perintahnya. Ketika orang-orang terhormat lainnya dari kalangan kabilah Samud hendak beriman, mereka dihalang-halangi oleh Zu-ab ibnu Amr ibnu Labid dan Al-Hubab, pengurus berhala mereka; juga dihalang-halangi oleh Rabab ibnu Sa'r ibnu Jahlas.
Junda’ ibnu Amr mempunyai saudara sepupu yang dikenal dengan nama Syihab ibnu Khalifah ibnu Mihlah ibnu Labid ibnu Hiras, dia adalah orang yang terhormat dan terkemuka di kalangan kabilah Samud. Ketika dia mau masuk Islam, ia dihalang-halangi oleh orang-orang tadi, akhirnya dia menuruti kemauan mereka.
Sehubungan dengan peristiwa itu seorang lelaki dari kalangan orang-orang yang beriman dari kaum Samud yang dikenal dengan nama Muhawwisy ibnu Asamah ibnud Damil mengatakan melalui bait-bait syairnya:
وَكَانَتْ 
عُصْبةٌ مِنْ آلِ عَمْرو ... 
إِلَى دِينِ النَّبِيِّ دَعَوا شِهَابا ...
عَزيزَ 
ثَمُودَ كُلَّهمُ جَمِيعًا ... 
فَهَمّ بِأَنْ يُجِيبَ فَلَوْ أَجَابَا ...
لأصبحَ 
صالحٌ فِينَا عَزيزًا ... 
وَمَا عَدَلوا بِصَاحِبِهِمْ ذُؤابا ...
وَلَكِنَّ 
الغُوَاة مِنْ آلِ حُجْرٍ ... 
تَوَلَّوْا بَعْدَ رُشْدهم ذِئَابَا ...
Segolongan orang dari keluarga Amr 
yang dipimpin oleh Syihab diajak untuk memeluk agama Nabi (Saleh). 
Dia adalah pemuka seluruh kaum Samud. 
Maka ia berniat memenuhi seruan Nabi 
itu Seandainya dia memenuhi seruannya, niscaya Saleh hidup di kalangan kami 
menjadi orang kuat. 
Dan mereka tidak rela bila pemimpin 
mereka menjadi mengekor. 
Orang-orang yang sesat dari kalangan 
penduduk Hajar berpaling murtad sesudah mendapat petunjuk.
Unta betina itu beserta anaknya sesudah ia melahirkannya tinggal bersama 
mereka dalam suatu masa. Unta itu minum dari air sumur mereka sehari, dan hari 
yang lainnya air sumur itu merupakan bagian untuk minum mereka. Pada hari minum 
unta itu mereka dapat minum dari air susu unta itu yang mereka perah. Air 
susunya dapat memenuhi semua wadah dan panci besar mereka menurut sekehendak 
mereka. Hal ini dikisahkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
{وَنَبِّئْهُمْ 
أَنَّ الْمَاءَ قِسْمَةٌ بَيْنَهُمْ كُلُّ شِرْبٍ مُحْتَضَرٌ}
Dan beritakanlah kepada mereka bahwa sesungguhnya air itu terbagi antara 
mereka (dengan unta betina itu); tiap-tiap giliran minum dihadiri 
(oleh yang punya giliran). (Al-Qamar: 28)Dan firman Allah Swt. lainnya yang mengatakan:
{هَذِهِ 
نَاقَةٌ لَهَا شِرْبٌ وَلَكُمْ شِرْبُ يَوْمٍ مَعْلُومٍ}
Saleh menjawab, "Ini seekor unta betina, ia mempunyai giliran untuk 
mendapatkan air, dan kalian mempunyai giliran pula untuk mendapatkan air di hari 
yang tertentu.” (Asy-Syu'ara: 155)Tersebutlah bahwa unta betina itu hidup bebas di lembah-lembah tempat mereka tinggal, datang dari suatu lembah dan keluar menuju lembah yang lain mencari kebebasan. Unta tersebut konon hidup dari air, dan menurut kisahnya unta betina itu sangat besar tubuhnya dan mempunyai penampilan yang sangat cantik. Apabila unta betina itu melewati ternak milik mereka, maka semua ternak mereka memisahkan diri darinya karena ketakutan.
Setelah hal tersebut berlangsung cukup lama di kalangan mereka, dan mereka makin gencar dalam mendustakan Nabi Saleh a.s., maka mereka bertekad membunuh unta betina itu dengan tujuan agar bagian airnya dapat mereka peroleh setiap harinya.
Menurut suatu pendapat, mereka semuanya sepakat untuk membunuh unta betina itu. Qatadah mengatakan, telah sampai kepadaku suatu kisah yang mengatakan bahwa lelaki yang membunuh unta itu terlebih dahulu berkeliling menemui semua kaumnya untuk memperoleh persetujuan dalam membunuhnya; yang dimintai persetujuan termasuk kaum wanita yang berada di dalam kemah-kemah pingitannya, juga anak-anak.
Menurut kami, memang demikianlah pengertian lahiriahnya karena berdasarkan kepada firman Allah Swt. yang mengatakan:
{فَكَذَّبُوهُ 
فَعَقَرُوهَا فَدَمْدَمَ عَلَيْهِمْ رَبُّهُمْ بِذَنْبِهِمْ 
فَسَوَّاهَا}
Lalu mereka mendustakannya dan menyembelih unta itu, maka Tuhan mereka 
membinasakan mereka disebabkan dosa mereka, lalu Allah menyamaratakan mereka 
(dengan tanah). (Asy-Syams: 14)
{وَآتَيْنَا 
ثَمُودَ النَّاقَةَ مُبْصِرَةً فَظَلَمُوا بِهَا}
Dan telah Kami berikan kepada Samud unta betina itu (sebagai mukjizat) 
yang dapat dilihat, tetapi mereka menganiaya unta betina itu. (Al-Isra: 
59)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{فَعَقَرُوا 
النَّاقَةَ}
Kemudian mereka sembelih unta betina itu. (Al-A'raf: 77)Perbuatan membunuh unta itu disandarkan kepada keseluruhan kabilah, maka hal ini menunjukkan bahwa mereka semuanya setuju dengan perbuatannya.
Imam Abu Ja'far ibnu Jarir dan lain-lainnya dari kalangan ulama tafsir mengatakan bahwa penyebab terbunuhnya unta betina itu ialah karena ulah seorang wanita dari kalangan mereka yang dikenal dengan nama Unaizah binti Ganam ibnu Mijlaz yang dijuluki dengan sebutan Ummu Usman. Dia adalah seorang nenek-nenek yang kafir, juga seorang yang sangat sengit dalam memusuhi Nabi Saleh a.s. Dia seorang wanita yang berharta dan mempunyai banyak anak perempuan yang semuanya cantik. Suaminya bernama Zuab ibnu Amr, salah seorang pemuka kaum Samud.
Juga karena ulah seorang wanita lainnya yang dikenal dengan nama Sadaqah binti Al-Muhayya ibnu Zuhair ibnul Mukhtar, seorang wanita yang mempunyai kedudukan tinggi, berharta, lagi cantik. Pada asalnya ia menjadi istri seorang lelaki muslim dari kaum Samud, tetapi suaminya telah menceraikannya.
Kedua wanita itulah biang keladi yang menyebabkan terbunuhnya unta betina tersebut, dan keduanya menyediakan hadiah buat orang yang mau membunuhnya.
Sadaqah memanggil seorang lelaki yang dikenal dengan nama Al-Hubab, lalu Sadaqah menawarkan dirinya kepada Al-Hubab jika Al-Hubab berhasil menyembelih unta betina itu. Tetapi Al-Hubab menolaknya. Kemudian Sadaqah memanggil sepupunya yang dikenal dengan nama Musadda' ibnu Muharrij ibnul Muhayya, dan ternyata saudara sepupunya ini mau menerima tawarannya.
Sedangkan Unaizah binti Ganam memanggil Qaddar ibnu Salif ibnu Jadza', seorang lelaki berkulit merah, bermata biru, dan bertubuh pendek. Mereka menduga bahwa Qaddar adalah anak zina, bukan anak orang yang ia dinisbatkan kepadanya, yaitu Salif. Sesungguhnya dia adalah hasil hubungan gelap antara ibunya dengan seorang laki-laki bernama Sahyad, tetapi ia dilahirkan di dalam ikatan perkawinan Salif. Unaizah berkata kepadanya, "Aku akan memberikan anak perempuanku yang kamu sukai jika kamu berhasil membunuh unta betina itu."
Maka pada saat itu berangkatlah Qaddar ibnu Salif bersama Musadda' ibnu Muharrjj, lalu mereka membujuk orang-orang yang sesat dari kalangan kaum Samud. Akhirnya mereka berdua dapat membawa tujuh orang lagi untuk mengikuti mereka, sehingga mereka semuanya berjumlah sembilan orang. Mereka disebutkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
{وَكَانَ 
فِي الْمَدِينَةِ تِسْعَةُ رَهْطٍ يُفْسِدُونَ فِي الأرْضِ وَلا 
يُصْلِحُونَ}
Dan adalah di kota itu sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di 
muka bumi, dan mereka tidak berbuat kebaikan, (An-Naml: 48)Mereka yang sembilan orang itu merupakan pemimpin-pemimpin pada kaumnya masing-masing. Akhirnya mereka beroleh dukungan dari semua kabilah Samud yang kafir dan setuju dilakukannya perbuatan tersebut. Mereka berangkat dan mengintai unta itu di saat unta itu keluar dari tempat air. Qaddar memasang perangkap yang dipancangkan pada sebuah batu besar di jalan yang biasa dilaluinya, sedangkan Musadda' memasang perangkap pula pada bagian lainnya.
Ketika unta betina itu melewati perangkap Musadda', ia membidikkan anak panahnya dan mengenai bagian betisnya. Lalu anak perempuan Ganam yang bernama Unaizah memerintahkan kepada anak perempuannya yang memiliki paras paling cantik untuk membukakan penutup wajahnya di hadapan Qaddar dan teman-temannya. Dengan serta merta Qaddar menebaskan pedangnya ke bagian belakang teracaknya, maka unta betina itu terjungkal ke tanah, mengeluarkan rintihan sekali rintih, memperingatkan kepada anaknya agar melarikan diri. Kemudian Qaddar menusuk bagian tenggorokannya dan langsung menyembelihnya.
Sedangkan anak unta betina itu lari menuju sebuah bukit yang kokoh dan menaiki sebuah batu besar yang ada padanya.
Abdur Razzaq meriwayatkan dari Ma'mar, dari orang yang pernah mendengar dari Al-Hasan Al-Basri, yang telah menceritakan bahwa anak unta betina itu berkata, "Hai Tuhanku, di manakah ibuku?" Menurut suatu pendapat, anak unta itu merintih sebanyak tiga kali, lalu ia masuk ke dalam batu besar itu dan lenyap dari pandangan mata. Menurut pendapat yang lain, mereka dapat mengejarnya dan menyembelihnya seperti nasib yang dialami induknya.
Setelah mereka melakukan hal tersebut dan penyembelihan unta betina itu telah selesai mereka kerjakan, beritanya terdengar oleh Nabi Saleh a.s. Maka Nabi Saleh mendatangi mereka di saat mereka sedang berkumpul. Ketika Nabi Saleh melihat bahwa unta betina itu telah disembelih, ia menangis dan berkata, seperti yang dikisahkan oleh firman-Nya:
تَمَتَّعُوا 
فِي دَارِكُمْ ثَلاثَةَ أَيَّامٍ
Bersuku rialah kalian di rumah kalian selama tiga hari. (Hud: 65), 
hingga akhir ayat.Pembunuhan unta tersebut terjadi pada hari Rabu. Pada petang harinya kesembilan orang lelaki itu bertekad akan membunuh Nabi Saleh. Mereka mengatakan, "Jika dia benar, maka berarti kita mendahuluinya mati sebelum kita mati (karena azab). Jika dia dusta,~maka kita timpakan kepadanya nasib yang sama seperti yang dialami untanya itu."
{قَالُوا 
تَقَاسَمُوا بِاللَّهِ لَنُبَيِّتَنَّهُ وَأَهْلَهُ ثُمَّ لَنَقُولَنَّ لِوَلِيِّهِ 
مَا شَهِدْنَا مَهْلِكَ أَهْلِهِ وَإِنَّا لَصَادِقُونَ. وَمَكَرُوا مَكْرًا 
وَمَكَرْنَا مَكْرًا وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ * فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ 
مَكْرِهِمْ أَنَّا دَمَّرْنَاهُمْ وَقَوْمَهُمْ أَجْمَعِينَ * فَتِلْكَ بُيُوتُهُمْ 
خَاوِيَةً بِمَا ظَلَمُوا}
Mereka berkata, "Bersumpahlah kalian dengan nama Allah, bahwa kita 
sungguh-sungguh akan menyerangnya dengan tiba-tiba beserta keluarganya di malam 
hari, kemudian kita katakan kepada warisnya (bahwa) kita tidak 
menyaksikan kematian keluarganya itu, dan sesungguhnya kita adalah orang-orang 
yang benar.” Dan mereka pun merencanakan makar dengan sungguh-sungguh, dan Kami 
merencanakan makar (pula), sedangkan mereka tidak menyadari. Maka 
perhatikanlah betapa sesungguhnya akibat makar mereka itu. (An-Naml: 49-51), 
hingga akhir ayat.Ketika mereka bertekad melaksanakan niatnya dan telah sepakat, maka mereka datang di malam hari untuk membunuh Nabi Saleh secara mengejutkan. Tetapi Allah mengirimkan batu-batuan yang membendung mereka sampai kepada Nabi Saleh.
Pada pagi hari Kamis (yaitu hari pertama penangguhan tersebut) wajah mereka berubah warnanya menjadi kuning, persis seperti apa yang dijanjikan oleh Nabi Saleh kepada mereka. Selanjutnya pada hari keduanya dari hari-hari tersebut (yakni hari Jumat) wajah mereka berubah menjadi merah. Pada hari ketiganya (yaitu hari Sabtu) wajah mereka berubah menjadi hitam. Dan pada pagi hari Ahadnya mereka dalam keadaan kaku dan duduk seraya memandang kepada azab Allah dan siksa-Nya yang menimpa mereka; semoga Allah melindungi kita dari hal seperti itu. Mereka tidak mengetahui apakah yang harus mereka lakukan dan tidak mengerti pula bagaimanakah azab itu dapat datang menimpa mereka.
Matahari terbit dengan cerahnya, dan datanglah kepada mereka suatu teriakan dari langit dan gempa yang dahsyat dari bagian bawah mereka. Maka semua roh mereka sekaligus tercabut dalam masa yang sama saat itu juga.
{فَأَصْبَحُوا 
فِي دَارِهِمْ جَاثِمِينَ}
Maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam rumahnya. 
(Al-A'raf: 78)Yakni mereka mati tidak bernyawa lagi; tiada seorang pun yang luput dari azab itu, baik anak kecil, orang dewasa, laki-laki, maupun perempuan. Mereka mengatakan bahwa kecuali seorang wanita muda yang lumpuh, namanya Kalbah binti Salaq, tetapi nama panggilannya adalah Zari'ah. Dia sangat kafir dan paling sengit dalam memusuhi Nabi Saleh a.s.
Ketika ia menyaksikan pemandangan azab yang menimpa kaumnya itu, dengan serta merta kakinya yang lumpuh tadi dapat bergerak dan ia dapat berlari, lalu ia melarikan diri dengan sangat cepatnya. Ia mendatangi suatu kabilah dari kalangan kabilah lainnya, kemudian menceritakan kepada mereka apa yang telah dilihatnya dan azab yang menimpa kaumnya. Lalu ia meminta minum; dan setelah diberi air minum, ia langsung mati.
Ulama tafsir mengatakan bahwa tidak ada seorang pun yang tersisa dari keturunan kaum Samud selain Nabi Saleh a.s. beserta orang-orang yang mengikutinya, dan seorang lelaki dari kalangan mereka yang dikenal dengan nama panggilan Abu Rigal. Ketika azab menimpa kaumnya, ia sedang bermukim di tanah suci selama beberapa waktu, sehingga ia selamat dari azab itu dan tidak ada sesuatu pun yang menimpanya.
Tetapi ketika di suatu hari ia keluar dari tanah suci menuju ke tanah lainnya yang tidak suci, maka datanglah batu dari langit dan menimpa dirinya, lalu ia mati seketika itu juga. Hadis yang menceritakan hal ini telah disebut pada permulaan kisah ini melalui hadis Jabir ibnu Abdullah.
Mereka menyebutkan bahwa Abu Rigal ini adalah orang tua dari Bani Saqif yang bertempat tinggal di Taif.
قَالَ 
عَبْدُ الرَّزَّاقِ: قَالَ مَعْمَر: أَخْبَرَنِي إِسْمَاعِيلُ بْنُ أُمَيَّةَ؛ 
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ بِقَبْرِ أَبِي رِغَالٍ 
فَقَالَ: "أَتُدْرُونَ مَنْ هَذَا؟ " فَقَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. 
قَالَ: "هَذَا قَبْرُ أَبِي رِغَالٍ، رَجُلٍ مِنْ ثَمُودَ، كَانَ فِي حَرَمِ 
اللَّهِ، فَمَنَعَهُ حرمُ اللَّهِ عَذَابَ اللَّهِ. فَلَمَّا خَرَجَ أَصَابَهُ مَا 
أَصَابَ قَوْمَهُ، فَدُفِنَ هَاهُنَا، وَدُفِنَ مَعَهُ غُصْنٌ مِنْ ذَهَبٍ، 
فَنَزَلَ الْقَوْمُ فَابْتَدَرُوهُ بِأَسْيَافِهِمْ، فَبَحَثُوا عَنْهُ، 
فَاسْتَخْرَجُوا الْغُصْنَ".
Abdur Razzaq meriwayatkan dari Ma'mar, telah menceritakan kepadanya Ismail 
ibnu Umayyah, bahwa Nabi Saw. lewat di kuburan Abu Rigal, lalu beliau bersabda, 
"Tahukah kalian kuburan siapakah ini?" Mereka menjawab, "Allah dan 
Rasul-Nya lebih mengetahui." Rasulullah Saw. bersabda: Ini adalah kuburan Abu 
Rigal, seorang lelaki dari kaum Samud Dia tinggal di tanah suci Allah, maka 
kesucian tanah-Nya menghindarkan dia dari azab-Nya. Tetapi setelah dia keluar 
darinya, maka dia pun tertimpa azab yang telah menimpa kaumnya, kemudian ia 
dikuburkan di tempat ini dan dimakamkan bersamanya sebatang emas. Maka 
orang-orang yang ada saat itu segera menggali kuburan itu dengan pedang mereka 
untuk mencari emas tersebut, lalu mereka mengeluarkan emas itu.Abdur Razzaq mengatakan bahwa Ma'mar mengatakan, Az-Zuhri pernah mengatakan bahwa Abu Rigal adalah bapak moyangnya orang-orang Saqif.
Riwayat ini berpredikat mursal bila ditinjau dari segi sanadnya.
Diriwayatkan pula melalui jalur lain secara muttasil, seperti yang dikatakan oleh Muhammad ibnu lshaq, dari Ismail ibnu Umayyah, dari Bujair ibnu Abu Bujair yang mengatakan, ia pernah mendengar Abdullah ibnu Amr mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda di saat para sahabat berangkat bersamanya menuju Taif dan di tengah jalan menjumpai sebuah kuburan, lalu beliau Saw. bersabda:
"هَذَا 
قَبْرُ أَبِي رِغَالٍ، وَهُوَ أَبُو ثَقِيفٍ، وَكَانَ مِنْ ثَمُودَ، وَكَانَ 
بِهَذَا الْحَرَمِ فَدَفَعَ عَنْهُ، فَلَمَّا خَرَجَ [مِنْهُ] أَصَابَتْهُ 
النِّقْمَةُ الَّتِي أَصَابَتْ قَوْمَهُ بِهَذَا الْمَكَانِ، فَدُفِنَ فِيهِ. 
وَآيَةُ ذَلِكَ أَنَّهُ دُفِنَ مَعَهُ غصن من ذهب، إن أنتم نبشم عَنْهُ 
أَصَبْتُمُوهُ [مَعَهُ] فَابْتَدَرَهُ النَّاسُ  فَاسْتَخْرَجُوا مِنْهُ 
الْغُصْنَ".
Ini adalah kuburan Abu Rigal, bapak moyangnya orang-orang Saqif. 
dia berasal dari kabilah Samud. Dia tinggal di tanah suci ini sehingga ia 
beroleh perlindungan. Tetapi ketika ia keluar darinya, maka ia pun tertimpa azab 
yang telah menimpa kaumnya di tempat ini, lalu ia dikuburkan di tempat ini. 
Sebagai tandanya ialah ia dikuburkan bersama sebatang emas. Jika kalian 
menggalinya, niscaya kalian akan memperolehnya.Maka orang-orang segera menggali kuburan itu dan mengeluarkan batang emas darinya.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Abu Daud, dari Yahya ibnu Mu'in, dari Wahb ibnu Jarir ibnu Hazim, dari ayahnya, dari Ibnu Ishaq dengan sanad yang sama. Menurut guru kami (yaitu Abul Hajjaj Al-Mazi), hadis ini hasan 'aziz.
Menurut kami, predikat mausul-nya diriwayatkan secara munfarid oleh Bujair ibnu Abu Bujair. Bujair ini adalah seorang guru yang tidak dikenal kecuali melalui hadis ini. Yahya ibnu Mu'in mengatakan bahwa ia belum pernah mengetahui ada seseorang meriwayatkan darinya selain Ismail ibnu Umayyah.
Menurut kami, berdasarkan pertimbangan ini dikhawatirkan predikat marfu' hadis ini hanyalah ilusi semata. Sesungguhnya hal yang tidak meragukan ialah bila dianggap sebagai perkataan Abdullah ibnu Amr sendiri yang ia kutip dari kedua temannya. Guru kami mengatakan, "Abul Hajjaj setelah saya ketengahkan hadis ini kepadanya mengatakan bahwa pendapat tersebut barangkali ada benarnya."
{فَتَوَلَّى 
عَنْهُمْ وَقَالَ يَا قَوْمِ لَقَدْ أَبْلَغْتُكُمْ رِسَالَةَ رَبِّي وَنَصَحْتُ 
لَكُمْ وَلَكِنْ لَا تُحِبُّونَ النَّاصِحِينَ (79) }
Maka Saleh meninggalkan mereka seraya berkata, 
"Hai kaumku, sesungguhnya aku telah menyampaikan kepada kalian amanat Tuhanku, 
dan aku telah memberi nasihat kepada kalian, tetapi kalian tidak menyukai 
orang-orang yang memberi nasihat.”Ungkapan ini merupakan kecaman dari Nabi Saleh a.s. terhadap kaumnya setelah Allah memusnahkan mereka karena menentangnya, membangkang terhadap perintah Allah, serta takabur tidak mau menerima kebenaran, dan berpaling dari petunjuk menuju kepada kebutaan.
Nabi Saleh mengatakan demikian kepada mereka setelah mereka dibinasakan sebagai kecaman dan cemoohan, karena mereka memang mendengarnya.
Seperti yang disebutkan di dalam kitab Sahihain, bahwa ketika Rasulullah Saw. beroleh kemenangan dalam Perang Badar, maka beliau tinggal di Badar selama tiga hari. Setelah itu beliau memerintahkan agar unta kendaraannya dipersiapkan untuk berangkat; hal ini terjadi setelah tiga malam berlangsung, yaitu pada penghujungnya. Rasulullah Saw. menaiki unta kendaraannya dan berjalan sampai di sumur Qulaib, lalu berhenti di dekatnya dan bersabda:
"يَا 
أَبَا جَهْلِ بْنَ هِشَامٍ، يَا عُتْبَةُ بْنَ رَبِيعَةَ، يَا شَيْبَةُ بْنَ 
رَبِيعَةَ، وَيَا فُلَانُ بْنَ فُلَانٍ: هَلْ وَجَدْتُمْ مَا وَعَدَ رَبُّكُمْ 
حَقًّا؟ فَإِنِّي وَجَدْتُ مَا وَعَدَنِي رَبِّي حَقًّا". فَقَالَ لَهُ عُمَرُ: يَا 
رَسُولَ اللَّهِ، مَا تُكَلّم مِنْ أَقْوَامٍ قَدْ جُيِّفُوا؟ فَقَالَ: "وَالَّذِي 
نَفْسِي بِيَدِهِ، مَا أَنْتُمْ بِأَسْمَعَ لِمَا أَقُولُ مِنْهُمْ، وَلَكِنْ لَا 
يُجِيبُونَ".
Hai Abu Jahal ibnu Hisyam, hai Atabah ibnu Rabi'ah, haiSyaibah ibnu 
Rabi'ah, dan hai Fulan bin Fulan, bukankah kalian sekarang telah menjumpai apa 
yang telah dijanjikan oleh Tuhan kalian sebagai suatu kenyataan. Karena 
sesungguhnya aku pun telah menjumpai apa yang telah dijanjikan oleh Tuhanku 
kepadaku secara nyata. Maka Umar bertanya kepada Nabi Saw., "Wahai 
Rasulullah, mengapa engkau berbicara kepada orang-orang yang telah menjadi 
bangkai?" Rasulullah Saw. bersabda: Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam 
genggaman kekuasaanNya, kalian sekali-kali bukanlah orang-orang yang lebih 
mendengar perkataanku daripada mereka, tetapi mereka tidak dapat 
menjawab.Di dalam kitab Sirah disebutkan bahwa Nabi Saw. bersabda kepada mereka (orang-orang musyrik Mekah yang terbunuh dalam Perang Badar):
"بِئْسَ 
عَشِيرَةُ النَّبِيِّ كُنْتُمْ لِنَبِيِّكُمْ، كَذَّبْتُمُونِي وَصَدَقَنِي 
النَّاسُ، وَأَخْرَجْتُمُونِي وَآوَانِي النَّاسُ، وَقَاتَلْتُمُونِي وَنَصَرَنِي 
النَّاسُ، فَبِئْسَ عَشِيرَةُ النَّبِيِّ كُنْتُمْ لِنَبِيِّكُمْ".
Kalian adalah keluarga seorang nabi yang paling buruk terhadap nabinya. 
Kalian telah mendustakan aku, sedangkan orang-orang lain membenarkan aku. Kalian 
mengusir aku, sedangkan orang lain memberikan perlindungannya kepadaku. Kalian 
memerangi aku, sedangkan orang lain menolongku. Maka kalian adalah seburuk-buruk 
keluarga nabi terhadap nabinya.Demikian pula yang dikatakan oleh Nabi Saleh kepada kaumnya, seperti yang disitir oleh firman-Nya:
{لَقَدْ 
أَبْلَغْتُكُمْ رِسَالَةَ رَبِّي وَنَصَحْتُ لَكُمْ}
Sesungguhnya aku telah menyampaikan kepada kalian amanat Tuhanku, dan aku 
telah memberi nasihat kepada kalian. (Al-A'raf: 79)Maksudnya, kalian tidak mau mengambil manfaat apa yang telah aku sampaikan kepada kalian, karena memang kalian tidak menyukai perkara yang hak dan tidak mau menuruti nasihat.
*******************
Dalam firman selanjutnya disebutkan:
{وَلَكِنْ 
لَا تُحِبُّونَ النَّاصِحِينَ}
tetapi kalian tidak menyukai orang-orang yang memberi nasihat. 
(Al-A'raf: 79)Menurut sebagian ahli tafsir, setiap nabi yang umatnya dibinasakan, nabinya pergi dari tempat kaumnya, lalu bermukim di tanah suci Mekah.
قَالَ 
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَكِيع، حَدَّثَنَا زَمْعَة بْنُ صَالِحٍ، عَنِ 
سَلَمَةَ بْنِ وَهْرَامَ، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: لَمَّا 
مَرَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِوَادِي عُسْفان حِينَ 
حَجّ قال: "يا أبا بكر، أيّ وادي هَذَا؟ " قَالَ: هَذَا وَادِي عُسْفَان. قَالَ: 
"لَقَدْ مَرَّ بِهِ هُودٌ وَصَالِحٌ، عَلَيْهِمَا السَّلَامُ، عَلَى بَكَرات حُمْر 
خُطُمها اللِّيفُ، أزُرُهم العبَاء، وَأَرْدِيَتُهُمُ النِّمَارُ، يُلَبُّونَ 
يَحُجُّونَ الْبَيْتَ الْعَتِيقَ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', telah 
menceritakan kepada kami Zam'ah ibnu Saleh, dari Salamah ibnu Wahram, dari 
Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ketika Rasulullah Saw. melewati 
Lembah Asfan dalam tujuan hajinya, beliau bertanya, "Hai Abu Bakar, lembah 
apakah ini?" Abu Bakar menjawab, "Ini Lembah Asfan." Nabi Saw. bersabda: 
Sesungguhnya Nabi Hud a.s. dan Nabi Saleh a.s. pernah lewat daerah ini dengan 
mengendarai untanya yang tali kendalinya dari tambang, kain sarungnya adalah 
kain abaya. dan selendangnya adalah kain nimar, mereka mengucapkan talbiyahnya 
berhaji ke Baitullah yang Atiq.Hadis ini garib bila ditinjau dari segi jalurnya, tidak ada seorang pun di antara mereka yang mengetengahkannya.
{وَلُوطًا 
إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ مَا سَبَقَكُمْ بِهَا مِنْ أَحَدٍ 
مِنَ الْعَالَمِينَ (80) إِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِنْ دُونِ 
النِّسَاءِ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ مُسْرِفُونَ (81) }
Dan (Kami 
juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata 
kepada mereka, "Mengapa kalian mengerjakan perbuatan fahisyah itu, yang belum 
pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelum kalian?" 
Sesungguhnya kalian mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsu kalian (kepada 
mereka), bukan kepada wanita, bahkan kalian ini adalah kaum yang melampaui 
batas."Firman Allah Swt.:
{وَ لُوطًا}
Dan Lut. (Al-A'raf: 80)Bentuk lengkapnya ialah: Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Lut. Atau dan ingatlah Lut, ketika ia berkata kepada kaumnya.
Lut adalah Ibnu Haran ibnu Azar, yaitu anak saudara lelaki Nabi Ibrahim Al-Khalil a.s. Dia telah beriman bersama Nabi Ibrahim a.s. dan hijrah ke tanah Syam bersamanya. Kemudian Allah mengutus Nabi Lut kepada kaum Sodom dan daerah-daerah sekitarnya untuk menyeru mereka agar menyembah Allah Swt., memerintahkan mengerjakan kebajikan, dan melarang mereka melakukan perbuatan mungkar. Saat itu kaum Sodom tenggelam di dalam perbuatan-perbuatan yang berdosa, hal-hal yang diharamkan, serta perbuatan fahisyah yang mereka adakan sendiri dan belum pernah dilakukan oleh seorang pun dari kalangan Bani Adam dan juga oleh lainnya; yaitu mendatangi jenis laki-laki, bukannya jenis perempuan (homoseks). Perbuatan ini merupakan suatu hal yang belum pernah dilakukan oleh Bani Adam, belum dikenal dan belum pernah terbetik dalam hati mereka untuk melakukannya selain penduduk Sodom; semoga laknat Allah tetap menimpa mereka.
Amr ibnu Dinar telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelum kalian? (Al-A'raf: 80) Amr ibnu Dinar berkata, "Tidak ada seorang lelaki pun yang menyetubuhi lelaki lain kecuali kaum Nabi Lut yang pertama-tama melakukannya."
Al-Walid ibnu Abdul Malik —Khalifah Umawiyah, pendiri masjid Dimasyq (Damaskus)— mengatakan, "Sekiranya Allah Swt. tidak menceritakan kepada kita mengenai berita kaum Nabi Lut, niscaya saya tidak percaya bahwa ada lelaki menaiki lelaki lainnya."
Karena itulah maka Nabi Lut mengatakan kepada kaumnya, seperti yang disitir oleh firman Allah Swt.:
{أَتَأْتُونَ 
الْفَاحِشَةَ مَا سَبَقَكُمْ بِهَا مِنْ أَحَدٍ مِنَ الْعَالَمِينَ * إِنَّكُمْ 
لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِنْ دُونِ النِّسَاءِ}
Mengapa kalian mengerjakan perbuatan Jahisyah ituyang belum pernah 
dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelum kalian? Sesungguhnya 
kalian mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsu kalian (kepada mereka), 
bukan kepada wanita. (Al-A'raf: 80-81)Yakni mengapa kalian enggan terhadap kaum wanita yang telah diciptakan oleh Allah buat kalian, lalu kalian beralih menyukai laki-laki. Hal ini merupakan perbuatan kalian yang melampaui batas dan suatu kebodohan kalian sendiri, karena perbuatan seperti itu berarti menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya. Karena itulah dalam ayat yang lain disebutkan bahwa Nabi Lut berkata kepada kaumnya:
{ 
[قَالَ] هَؤُلاءِ بَنَاتِي إِنْ كُنْتُمْ فَاعِلِينَ}
Inilah putri-putriku (kawinilah mereka), jika kalian hendak 
berbuat (secara halal). (Al-Hijr: 71)Nabi Lut memberikan petunjuk kepada mereka untuk mengawini putri-putrinya. Tetapi mereka merasa keberatan dan beralasan tidak menginginkannya.
{قَالُوا 
لَقَدْ عَلِمْتَ مَا لَنَا فِي بَنَاتِكَ مِنْ حَقٍّ وَإِنَّكَ لَتَعْلَمُ مَا 
نُرِيدُ}
Mereka menjawab, "Sesungguhnya engkau telah mengetahui bahwa kami tidak 
mempunyai keinginan terhadap putri-putrimu; dan sesungguhnya engkau tentu 
mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki.”(Hud: 79)Yaitu sesungguhnya engkau telah mengetahui bahwa kami tidak berselera terhadap putri-putrimu, tidak pula mempunyai kehendak kepada mereka. Sesungguhnya engkau pun mengetahui apa yang kami maksudkan terhadap tamu-tamumu itu.
Para ahli tafsir mengatakan bahwa kaum lelaki mereka melampiaskan nafsunya kepada lelaki lain, sebagian dari mereka kepada sebagian yang lain. Demikian pula kaum wanitanya, sebagian dari mereka merasa puas dengan sebagian yang lainnya.
{وَمَا 
كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ إِلا أَنْ قَالُوا أَخْرِجُوهُمْ مِنْ قَرْيَتِكُمْ 
إِنَّهُمْ أُنَاسٌ يَتَطَهَّرُونَ (82) }
Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan, 
"Usirlah mereka (Lut dan 
pengikut-pengikutnya) dari kota kalian ini; sesungguhnya mereka adalah 
orang-orang yang berpura-pura menyucikan diri.”Mereka tidak menjawab tawaran Nabi Lut, melainkan sebaliknya berniat mengusir Lut a.s. dan membuangnya bersama-sama para pengikutnya dari kota mereka. Maka Allah mengeluarkan mereka dalam keadaan selamat dan membinasakan kaumnya di negerinya sendiri dalam keadaan terhina lagi tercela.
Firman Allah Swt.:
{إِنَّهُمْ 
أُنَاسٌ يَتَطَهَّرُونَ}
Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura menyucikan diri. 
(Al-A'raf: 82)Menurut Qatadah, mereka mencela Nabi Lut dan para pengikutnya tanpa alasan yang dibenarkan. Mujahid mengatakan, sesungguhnya Lut a.s. dan para pengikutnya adalah orang-orang yang berpura-pura suci dari liang anus lelaki dan liang anus perempuan. Hal yang sama diriwayatkan dari Ibnu Abbas.
{فَأَنْجَيْنَاهُ 
وَأَهْلَهُ إِلا امْرَأَتَهُ كَانَتْ مِنَ الْغَابِرِينَ (83) وَأَمْطَرْنَا 
عَلَيْهِمْ مَطَرًا فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُجْرِمِينَ (84) 
}
Kemudian Kami selamatkan dia dan 
pengikut-pengikutnya kecuali istrinya; dia termasuk orang-orang yang tertinggal 
(dibinasakan). Dan Kami turunkan kepada 
mereka hujan (batu); maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang 
yang berdosa itu.Allah Swt. berfirman, "Kami selamatkan Lut bersama keluarganya dan tidak ada seorang pun dari kaumnya yang beriman selain keluarga dan ahli baitnya sendiri," sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{فَأَخْرَجْنَا 
مَنْ كَانَ فِيهَا مِنَ الْمُؤْمِنِينَ * فَمَا وَجَدْنَا فِيهَا غَيْرَ بَيْتٍ 
مِنَ الْمُسْلِمِينَ}
Lalu Kami keluarkan orang-orang yang beriman yang berada di negeri kaum 
Lut itu. Dan Kami tidak mendapati di negeri itu kecuali sebuah rumah dari 
orang-orang yang berserah diri. (ADz-Dzariyat: 35-36)Kecuali istri Nabi Lut sendiri, karena sesungguhnya dia tidak beriman kepadanya, bahkan dia tetap berpegang kepada agama kaumnya. Dialah yang memberikan informasi dan memberitahukan kepada kaumnya perihal tamu-tamu yang datang kepada Nabi Lut dengan bahasa isyarat yang hanya dimengerti oleh mereka.
Karena itu, ketika Nabi Lut diperintahkan agar memberangkatkan keluarganya di malam hari. Allah memberitahukan kepadanya bahwa janganlah Lut memberitahukan keberangkatannya kepada istrinya dan janganlah membawa serta istrinya keluar dari negeri itu.
Di antara ulama tafsir ada yang mengatakan bahwa bahkan istri Nabi Lut mengikuti Nabi Lut dan orang-orang yang bersamanya; tetapi ketika azab turun, istri Nabi Lut menoleh ke belakang, maka ia tertimpa azab yang menimpa kaumnya.
Tetapi menurut pendapat yang kuat. istri Lut a.s. tidak ikut keluar dari negerinya dan Lut a.s. tidak memberitahukan kepadanya perihal keberangkatannya, bahkan istrinya tetap tinggal bersama kaumnya. Karena itulah dalam ayat ini disebutkan:
{إِلا 
امْرَأَتَهُ كَانَتْ مِنَ الْغَابِرِينَ}
kecuali istrinya; dia termasuk orang-orang yang tertinggal 
(dibinasakan). (Al-A'rlf: 83)Yakni tetap tinggal bersama kaumnya. Menurut pendapat yang lain, makna yang dimaksud ialah termasuk orang-orang yang dibinasakan. Penafsiran ini merupakan penafsiran berdasarkan kesimpulan.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَأَمْطَرْنَا 
عَلَيْهِمْ مَطَرًا}
Dan Kami turunkan kepada mereka hujan. (Al-A'raf: 84) Ayat ini ditafsirkan oleh ayat lain melalui firman-Nya:
{وَأَمْطَرْنَا 
عَلَيْهَا حِجَارَةً مِنْ سِجِّيلٍ مَنْضُودٍ مُسَوَّمَةً عِنْدَ رَبِّكَ وَمَا 
هِيَ مِنَ الظَّالِمِينَ بِبَعِيدٍ}
dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah-tanah yang terbakar dengan 
bertubi-tubi, yang diberi tanda oleh Tuhan kalian dan siksaan itu tiadalah jauh 
dari orang-orang yang zalim. (Hud: 82-83)Karena itulah maka dalam firman selanjutnya dari surat ini disebutkan:
{فَانْظُرْ 
كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُجْرِمِينَ}
maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu. 
(Al-A'raf: 84)Dengan kata lain, lihatlah hai Muhammad, bagaimana akibat yang dialami oleh orang-orang yang berani berbuat durhaka terhadap Allah Swt. dan mendustakan rasul-rasul-Nya.
Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa orang yang melakukan homoseks hukumannya ialah dilemparkan dari ketinggian, kemudian disusul dengan lemparan-lemparan batu, seperti yang dilakukan terhadap kaum Lut a.s.
Ulama lainnya berpendapat bahwa pelaku homoseks dikenai hukuman rajam, baik dia telah muhsan ataupun belum.
Pendapat ini merupakan salah satu qaul dari Imam Syafii. Hujahnya berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Imam Abu Daud, Imam Turmuzi, dan Imam Ibnu Majah melalui hadis Darawardi, dari Amr ibnu Abu Umar, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
مَنْ 
وَجَدْتُمُوهُ يَعَمَلُ عَمَلَ قَوْمِ لُوطٍ، فَاقْتُلُوا الْفَاعِلَ 
وَالْمَفْعُولَ بِهِ"
Barang siapa yang kalian jumpai sedang melakukan perbuatan kaum Lut, maka 
bunuhlah pelaku dan yang dikerjainya.Sedangkan menurut ulama yang lain, pelakunya dikenai hukuman yang sama seperti hukuman berbuat zina. Dengan kata lain, jika dia seorang yang telah muhsan, maka dikenai hukuman rajam; dan jika dia adalah orang yang belum muhsan. maka dikenai hukuman seratus kali dera. Pendapat ini merupakan qaul (pendapat) yang lain dari Imam Syafii.
Adapun mengenai perbuatan mendatangi wanita pada liang anusnya dinamakan lutiyatus sugra (perbuatan kaum Lut yang kecil), hukumnya haram menurut ijmak ulama. Kecuali menurut pendapat yang syaz dari sebagian ulama Salaf (seperti yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, pent.).
Larangan melakukan perbuatan tersebut telah banyak diungkapkan oleh hadis-hadis dari Rasulullah Saw. Pembahasan mengenainya telah dikemukakan dalam tafsir surat Al-Baqarah.
{وَإِلَى 
مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ 
إِلَهٍ غَيْرُهُ قَدْ جَاءَتْكُمْ بَيِّنَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ فَأَوْفُوا الْكَيْلَ 
وَالْمِيزَانَ وَلا تَبْخَسُوا النَّاسَ أَشْيَاءَهُمْ وَلا تُفْسِدُوا فِي الأرْضِ 
بَعْدَ إِصْلاحِهَا ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (85) 
}
Dan (Kami 
telah mengutus) kepada penduduk Madyan saudara mereka Syu'aib. Ia berkata, 
"Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagi kalian 
selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepada kalian bukti yang nyata dari Tuhan 
kalian. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kalian kurangkan 
bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kalian 
membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu 
lebih baik bagi kalian jika betul-betul kalian orang-orang yang 
beriman.”Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa mereka adalah keturunan Madyan ibnu Ibrahim. Syu'aib adalah Ibnu Maikil ibnu Yasyjur, nama aslinya menurut bahasa Siryani ialah Yasrun.
Menurut kami, Madyan adalah nama kabilah, dapat pula diartikan nama kota. Kalau yang dimaksud dengan kota, terletak di dekat Ma'an bila dari jalur Hijaz.
Allah Swt. telah berfirman:
{وَلَمَّا 
وَرَدَ مَاءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ أُمَّةً مِنَ النَّاسِ 
يَسْقُونَ}
Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Mad-yan, ia menjumpai di sana 
sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya). (Al-Qashash: 23)Mereka adalah orang-orang yang memiliki sumur Aikah, seperti yang akan kami jelaskan nanti —insya Allah— pada tempatnya.
{قَالَ 
يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ}
Ia berkata, "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagi 
kalian selain-Nya.” (Al-A'raf: 85)Itulah seruan yang dikemukakan oleh semua rasul.
قَدْ 
جَاءَتْكُمْ بَيِّنَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ}
Sesungguhnya telah datang kepada kalian bukti yang nyata dari Tuhan 
kalian. (Al-A'raf: 85)Maksudnya, Allah telah menegakkan hujah-hujah dan bukti-bukti bagi kebenaran dari apa yang saya sampaikan kepada kalian ini.
Kemudian Nabi Syu'aib menasihati mereka agar dalam muamalah mereka dengan orang lain, hendaknya mereka berlaku adil dalam menakar dan menimbang barang-barangnya, dan janganlah sedikit pun mengurangi barang milik orang lain. Dengan kata lain, janganlah mereka berlaku khianat terhadap orang lain dalam harta bendanya, lalu mengambilnya dengan cara yang licik, yaitu dengan mengurangi takaran dan timbangannya secara sembunyi-sembunyi dan pemalsuan. Dalam ayat yang lain Allah Swt. telah berfirman, mengancam para pelakunya:
وَيْلٌ 
لِلْمُطَفِّفِينَ
Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. (Al-Muthaffifin: 
1)sampai dengan firman-Nya:
لِرَبِّ 
الْعَالَمِينَ
menghadap Tuhan semesta alam. (Al-Muthaffifin: 6)Di dalam ungkapan ayat-ayat ini terkandung pengertian ancaman yang keras dan peringatan yang pasti; semoga Allah menyelamatkan kita dari perbuatan tersebut. Kemudian Allah Swt. memberitakan perihal Nabi Syu'aib yang dijuluki sebagai "ahli pidato para nabi" mengingat kefasihan ungkapannya dan kemurahan nasihatnya.
{وَلا 
تَقْعُدُوا بِكُلِّ صِرَاطٍ تُوعِدُونَ وَتَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ مَنْ 
آمَنَ بِهِ وَتَبْغُونَهَا عِوَجًا وَاذْكُرُوا إِذْ كُنْتُمْ قَلِيلا 
فَكَثَّرَكُمْ وَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِينَ (86) وَإِنْ 
كَانَ طَائِفَةٌ مِنْكُمْ آمَنُوا بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ وَطَائِفَةٌ لَمْ 
يُؤْمِنُوا فَاصْبِرُوا حَتَّى يَحْكُمَ اللَّهُ بَيْنَنَا وَهُوَ خَيْرُ 
الْحَاكِمِينَ (87) }
Dan janganlah kalian duduk di tiap-tiap jalan 
dengan menakut-nakuti dan menghalang-halangi orang yang beriman dari jalan 
Allah, dan menginginkan agar jalan Allah itu menjadi bengkok. Dan ingatlah di 
waktu dahulunya kalian berjumlah sedikit, kemudian Allah menjadikan jumlah 
kalian banyak, lalu perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat 
kerusakan. Jika ada segolongan dari kalian beriman kepada apa yang aku diutus 
untuk menyampaikannya dan ada (pula) 
segolongan yang tidak beriman, maka bersabarlah, hingga Allah menetapkan 
hukum-Nya diantara kita, dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknyaNabi Syu'aib a.s. melarang mereka melakukan pembegalan di jalan, baik secara fisik maupun secara mental, yaitu melalui apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَلا 
تَقْعُدُوا بِكُلِّ صِرَاطٍ تُوعِدُونَ}
Dan janganlah kalian duduk di tiap-tiap jalan dengan menakut-nakuti. 
(Al-A'raf: 86)Yaitu menakut-nakuti akan membunuhnya bila ia tidak memberikan hartanya kepada kalian. As-Saddi dan lain-lainnya mengatakan bahwa mereka adalah para pemungut liar (pemeras).
Tetapi diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Mujahid serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan janganlah kalian duduk di tiap-tiap jalan dengan menakut-nakuti. (Al-A'raf: 86) Yakni kalian menakut-nakuti orang-orang mukmin yang datang kepada Nabi Syu'aib untuk mengikutinya. Tetapi pendapat yang pertama lebih kuat, karena lafaz as-sirat artinya jalan.
Yang kedua disebutkan oleh firman-Nya:
{وَتَصُدُّونَ 
عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِهِ وَتَبْغُونَهَا عِوَجًا}
dan menghalang-halangi orang yang beriman dari jalan Allah, dan 
menginginkan agar jalan Allah itu menjadi bengkok. (Al-A'raf: 86)Maksudnya, kalian menghendaki agar jalan Allah bengkok dan menyimpang.
{وَاذْكُرُوا 
إِذْ كُنْتُمْ قَلِيلا فَكَثَّرَكُمْ}
Dan ingatlah di waktu dahulunya kalian berjumlah sedikit, kemudian Allah 
menjadikan kalian berjumlah banyak. (Al-A'raf: 86)Yaitu pada asal mulanya kalian lemah karena bilangan kalian yang sedikit (minoritas), kemudian menjadi kuat karena bilangan kalian telah banyak (mayoritas). Maka ingatlah kalian akan nikmat Allah kepada kalian dalam hal tersebut.
{وَانْظُرُوا 
كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِينَ}
lalu perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan. 
(Al-A'raf: 86)Yakni nasib yang dialami oleh umat-umat terdahulu dan generasi-generasi di masa silam, serta azab dan pembalasan Allah yang menimpa mereka karena mereka berani berbuat durhaka terhadap Allah dan mendustakan rasul-rasul-Nya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَإِنْ 
كَانَ طَائِفَةٌ مِنْكُمْ آمَنُوا بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ وَطَائِفَةٌ لَمْ 
يُؤْمِنُوا}
Jika ada segolongan dari kalian beriman kepada apa yang aku diutus untuk 
menyampaikannya dan ada (pula) segolongan yang tidak beriman. 
(Al-A'raf: 87)Yaitu kalian berselisih pendapat tentang Aku.
{فَاصْبِرُوا}
maka bersabarlah kalian. (Al-A'raf: 87) Artinya, tunggulah oleh kalian.
{حَتَّى 
يَحْكُمَ اللَّهُ بَيْنَنَا}
hingga Allah menetapkan hukum-Nya di antara kita. (Al-A'raf: 87)Maksudnya, antara kalian dan kami. yakni Allah akan memutuskannya.
{وَهُوَ 
خَيْرُ الْحَاكِمِينَ}
dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya. (Al-A'raf: 87)Karena sesungguhnya Dia akan menjadikan kesudahan yang terpuji bagi orang-orang yang bertakwa, sedangkan orang-orang kafir mendapat kehancuran dan kebinasaan.
**************************************
Akhir Juz 
ke 8
**************************************
Tidak ada komentar:
Posting Komentar