وَحَاجَّهُ 
قَوْمُهُ قَالَ أَتُحَاجُّونِّي فِي اللَّهِ وَقَدْ هَدَانِ وَلَا أَخَافُ مَا 
تُشْرِكُونَ بِهِ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ رَبِّي شَيْئًا وَسِعَ رَبِّي كُلَّ شَيْءٍ 
عِلْمًا أَفَلَا تَتَذَكَّرُونَ (80) وَكَيْفَ أَخَافُ مَا أَشْرَكْتُمْ وَلَا 
تَخَافُونَ أَنَّكُمْ أَشْرَكْتُمْ بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ عَلَيْكُمْ 
سُلْطَانًا فَأَيُّ الْفَرِيقَيْنِ أَحَقُّ بِالْأَمْنِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ 
(81) 
الَّذِينَ 
آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ 
وَهُمْ مُهْتَدُونَ (82) وَتِلْكَ حُجَّتُنَا آتَيْنَاهَا إِبْرَاهِيمَ عَلَى 
قَوْمِهِ نَرْفَعُ دَرَجَاتٍ مَنْ نَشَاءُ إِنَّ رَبَّكَ حَكِيمٌ عَلِيمٌ 
(83)
Dan dia dibantah oleh kaumnya. Dia berkata, 
"Apakah kalian hendak membantahku tentang Allah, padahal sesungguhnya Allah 
telah memberi petunjuk kepadaku. Dan aku tidak takut kepada (malapetaka dari) sembahan-sembahan yang kalian 
persekutukan dengan Allah, kecuali di kala Tuhanku menghendaki sesuatu (dari 
malapetaka) itu. Pengetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu. Maka apakah 
kalian tidak dapat mengambil pelajaran (darinya)? Bagaimana aku takut 
kepada sembahan-sembahan yang kalian persekutukan (dengan Allah), padahal 
kalian tidak takut mempersekutukan Allah dengan sembahan-sembahan yang Allah 
sendiri tidak menurunkan hujah kepada kalian untuk mempersekutukan-Nya. Maka 
manakah di antara dua golongan itu yang lebih berhak mendapat keamanan (dari 
malapetaka), jika kalian mengetahui?" Orang-orang yang beriman dan tidak 
mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah 
orang-orang yang mendapat keamanan, dan mereka itu adalah orang-orang yang 
mendapat petunjuk Dan itulah hujah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk 
menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat. 
Sesungguhnya Tuhanmu Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui.Allah Swt. berfirman menceritakan perihal kekasih-Nya—yaitu Nabi Ibrahim— ketika ia dibantah oleh kaumnya sehubungan dengan pendapat yang dikemukakannya, yaitu mengesakan Allah. Nabi Ibrahim menjawab mereka dengan jawaban yang setimpal, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{قَالَ 
أَتُحَاجُّونِّي فِي اللَّهِ وَقَدْ هَدَانِ}
Apakah kalian hendak membantahku tentang Allah, padahal sesungguhnya Allah 
telah memberi petunjuk kepadaku? (Al-An'am: 80)Artinya, kalian membantahku sehubungan dengan Allah yang pada hakikatnya tidak ada Tuhan yang wajib disembah kecuali Dia, padahal Dia telah membuka mata hatiku dan memberikan petunjuk jalan yang benar kepadaku. Karena itu, aku sudah membuktikan akan kebenaranNya. Maka mana mungkin aku mau mengikuti perkataan kalian yang rusak dan menuruti pendapat kalian yang batil itu?
Firman Allah Swt.:
{وَلا 
أَخَافُ مَا تُشْرِكُونَ بِهِ إِلا أَنْ يَشَاءَ رَبِّي شَيْئًا}
Dan aku tidak takut kepada (malapetaka dari) sembahan-sembahan yang 
kalian persekutukan dengan Allah, kecuali di kala Tuhan menghendaki sesuatu 
(dari malapetaka) itu. (Al-An'am: 80)Yakni di antara bukti yang menunjukkan kebatilan ucapan dan pendapat kalian ialah bahwa sembahan-sembahan yang kalian puja-puja itu tidak dapat menimpakan suatu mudarat pun dan tidak mempunyai pengaruh apa pun. Karena itu, aku tidak takut terhadapnya dan sama sekali tidak mempedulikannya. Jika memang berhala-berhala itu mempunyai tipu muslihat, maka lancarkanlah tipu muslihatnya kepadaku, janganlah kamu tangguh-tangguhkan lagi pelaksanaannya terhadapku, segerakanlah sekarang juga.
Firman Allah Swt.:
{إِلا 
أَنْ يَشَاءَ رَبِّي شَيْئًا}
kecuali di kala Tuhanku menghendaki sesuatu (dari malapetaka) itu. 
(Al-An'am: 80)Istisna munqati yakni tidak dapat menimpakan mudarat dan tidak dapat memberikan manfaat selain dari Allah Swt.
{وَسِعَ 
رَبِّي كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا}
Pengetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu. (Al-An'am: 80)Artinya, ilmu Allah meliputi segala sesuatu, tiada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya.
{أَفَلا 
تَتَذَكَّرُونَ}
Maka apakah kalian tidak dapat mengambil pelajaran? (Al-An'am: 80)Dari apa yang telah aku jelaskan kepada kalian. Apakah kalian tidak mengambil pelajaran bahwa sesungguhnya berhala-berhala itu batil, sehingga kalian kapok menyembahnya? Hujah ini semisal dengan hujah yang telah dikemukakan oleh Nabi Hud terhadap kaumnya, seperti yang diterangkan kisahnya oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
{قَالُوا 
يَا هُودُ مَا جِئْتَنَا بِبَيِّنَةٍ وَمَا نَحْنُ بِتَارِكِي آلِهَتِنَا عَنْ 
قَوْلِكَ وَمَا نَحْنُ لَكَ بِمُؤْمِنِينَ * إِنْ نَقُولُ إِلا اعْتَرَاكَ بَعْضُ 
آلِهَتِنَا بِسُوءٍ قَالَ إِنِّي أُشْهِدُ اللَّهَ وَاشْهَدُوا أَنِّي بَرِيءٌ 
مِمَّا تُشْرِكُونَ * مِنْ دُونِهِ فَكِيدُونِي جَمِيعًا ثُمَّ لَا تُنْظِرُونِ * 
إِنِّي تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ رَبِّي وَرَبِّكُمْ مَا مِنْ دَابَّةٍ إِلا هُوَ 
آخِذٌ بِنَاصِيَتِهَا }
Kaum 'Ad berkata, "Hai Hud, kamu tidak mendatangkan kepada kami suatu 
bukti yang nyata, dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan 
kami karena perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu. Kami 
tidak mengatakan melainkan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan 
penyakit gila atas dirimu.” Hud menjawab, "Sesungguhnya aku bersaksi kepada 
Allah, dan saksikanlah oleh kalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa 
yang kalian persekutukan, dari selain-Nya. Sebab itu, jalankanlah tipu daya 
kalian semuanya terhadapku, dan janganlah kalian memberi tangguh kepadaku. 
Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah, Tuhanku dan Tuhan kalian. Tidak ada 
suatu binatang melata pun melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya 
(rohnya). (Hud: 53-56), hingga akhir ayat.
*****
Adapun firman Allah Swt.:
{وَكَيْفَ 
أَخَافُ مَا أَشْرَكْتُمْ}
Bagaimana aku takut kepada sembahan-sembahan yang kalian persekutukan 
(dengan Allah). (Al-An'am: 81)Artinya, mana mungkin aku takut terhadap berhala-berhala yang kalian sembah selain dari Allah itu.
{وَلا 
تَخَافُونَ أَنَّكُمْ أَشْرَكْتُمْ بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنزلْ بِهِ عَلَيْكُمْ 
سُلْطَانًا}
padahal kalian tidak takut mempersekutukan Allah dengan sembahan-sembahan 
yang Allah sendiri tidak menurunkan hujah kepada kalian untuk 
mempersekutukan-Nya. (Al-An'am: 81)Ibnu Abbas dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf mengatakan bahwa makna sultan adalah hujah. Hal ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{أَمْ 
لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ 
اللَّهُ}
Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan 
untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? (Asy-Syura: 21)
{إِنْ 
هِيَ إِلا أَسْمَاءٌ سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا أَنزلَ اللَّهُ 
بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ}
Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kalian dan bapak-bapak kalian 
mengada-adakannya; Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun untuk 
(menyembah )nya. (An-Najm: 23)Mengenai firman Allah Swt.:
{فَأَيُّ 
الْفَرِيقَيْنِ أَحَقُّ بِالأمْنِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ}
Maka manakah di antara dua golongan itu yang lebih berhak mendapat 
keamanan (dari malapetaka) jika kalian mengetahui. (Al-An'am: 
81)Maksudnya, manakah di antara dua golongan itu yang paling benar, yakni apakah orang yang menyembah Tuhan Yang di tangan kekuasaan-Nya terletak mudarat dan manfaat, ataukah orang yang menyembah sesuatu yang tidak dapat menimpakan mudarat, tidak pula memberikan manfaat tanpa dalil? Dan manakah di antara keduanya yang lebih berhak mendapat keamanan dari azab Allah kelak di hari kiamat, tiada sekutu bagi Allah.
****
Firman Allah Swt:
{الَّذِينَ 
آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الأمْنُ وَهُمْ 
مُهْتَدُونَ}
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan 
kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan, dan 
mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk (Al-An'am: 82)Yakni mereka adalah orang-orang yang memurnikan ibadah hanya kepada Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan mereka tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Mereka adalah orang-orang yang mendapat keamanan pada hari kiamat, dan merekalah orang-orang yang mendapat hidayah di dunia dan akhirat.
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Addi, dari Syu'bah, dari Sulaiman, dari Ibrahim, dari Alqamah, dari Abdullah sehubungan dengan firman berikut, bahwa ketika ayat berikut diturunkan: dan mereka tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman. (Al-An'am: 82) Maka berkatalah para sahabat Nabi Saw., "Siapakah di antara kita yang-tidak berbuat zalim terhadap dirinya sendiri?" Lalu turunlah firman Allah Swt.: Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar. (Luqman: 13)
وَقَالَ 
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ 
إِبْرَاهِيمَ، عَنْ عَلْقَمَة، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ 
الْآيَةُ: {الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ} شَقَّ 
ذَلِكَ عَلَى النَّاسِ وَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَأَيُّنَا لَا يَظْلِمُ 
نَفْسَهُ؟  قَالَ: "إِنَّهُ لَيْسَ الَّذِي تَعْنُونَ! أَلَمْ تَسْمَعُوا مَا قَالَ 
الْعَبْدُ الصَّالِحُ: {يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ 
لَظُلْمٌ عَظِيمٌ} إِنَّمَا هُوَ الشِّرْكُ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah 
menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Ibrahim, dari Alqamah, dari Abdullah 
yang mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan: Orang-orang yang beriman 
dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman. (Al-An'am: 82) Maka 
hal ini terasa berat oleh mereka (para sahabat). Lalu mereka berkata, "Wahai 
Rasulullah, siapakah di antara kita yang tidak pernah berbuat aniaya terhadap 
dirinya sendiri?" Nabi Saw. bersabda: Sesungguhnya hal itu bukan seperti apa 
yang kalian maksudkan. Tidakkah kalian mendengar apa yang telah dikatakan oleh 
seorang hamba yang saleh (Luqman), "Hai anakku, janganlah kalian 
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah 
benar-benar kezaliman yang besar" (Luqman: 13). Sesungguhnya yang 
dimaksud dengan zalim hanyalah syirik (mempersekutukan Allah).
قَالَ 
ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ الْأَشَجُّ، حَدَّثَنَا وَكِيعٌ 
وَابْنُ إِدْرِيسَ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ عَلْقَمَةَ، عَنْ 
عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ: {وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ} 
شَقَّ ذَلِكَ عَلَى أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، 
قَالُوا: وَأَيُّنَا لَمْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى 
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَيْسَ كَمَا تَظُنُّونَ، إِنَّمَا قَالَ [لُقْمَانُ] 
لِابْنِهِ: {يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ 
عَظِيمٌ}
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, 
telah menceritakan kepada kami Waki' dan Ibnu Idris, dari Al-A'masy, dari 
Ibrahim, dari Alqamah, dari Abdullah yang mengatakan bahwa ketika diturunkannya 
firman-Nya: dan mereka tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman. 
(Al-An'am: 82) Hal tersebut terasa berat oleh sahabat-sahabat Rasulullah 
Saw. Mereka berkata, "Siapakah di antara kita yang tidak pernah berbuat aniaya 
terhadap dirinya sendiri?" Maka Rasulullah Saw. menjawab melalui sabdanya: 
Tidak seperti yang kalian duga, melainkan seperti yang dikatakan kepada 
anaknya, yaitu: "Hai anakku, janganlah kalian mempersekutukan Allah, 
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang 
besar.” (Luqman: 13)Telah menceritakan pula kepada kami Umar ibnu Taglab An-Namiri, telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Al-A'masy, dari Ibrahim, dari Alqamah, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang menceritakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, hal tersebut terasa berat oleh sahabat-sahabat Rasulullah Saw. Maka turunlah ayat lainnya, yaitu: Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar. (Luqman: 13)
Hadis riwayat Imam Bukhari.
Menurut lafaz yang lain,
أينا 
لم يظلم نفسه؟ فقال النبي صلّى الله عليه وسلم «ليس بالذي تَعْنُونَ، أَلَمْ 
تَسْمَعُوا مَا قَالَ الْعَبْدُ الصَّالِحُ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ 
إِنَّمَا هُوَ الشِّرْكُ»
para sahabat berkata, "Siapakah di antara kita yang tidak pernah berbuat 
aniaya terhadap dirinya sendiri?" Maka Nabi Saw. bersabda: Tidaklah seperti 
yang kalian maksudkan, tidakkah kalian pernah mendengar apa yang telah diucapkan 
oleh seorang hamba yang saleh (Luqman), yaitu: "Sesungguhnya 
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar. 
Sesungguhnya yang dimaksudkannya hanyalah kemusyrikan.Menurut apa yang ada pada Ibnu Abu Hatim, dari Abdullah, secara marfu' disebutkan: dan mereka tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman. (Al-An'am: 82) Yang dimaksud dengan zalim adalah syirik (mempersekutukan Allah Swt.).
Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa hal yang semisal dengan hadis di atas telah diriwayatkan melalui Abu Bakar As-Siddiq, Umar, Ubay ibnu Ka'b, Salman, Huzaifah, Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Amr ibnu Syurahbil, Abu Abdur Rahman As-Sulami, Mujahid, Ikrimah, An-Nakha'i, Ad-Dahhak, Qatadah,dan As-Saddi serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang.
قَالَ 
ابْنُ مَرْدُوَيه: حَدَّثَنَا الشَّافِعِيُّ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ شَدَّاد 
المِسْمَعِيّ، حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ الثَّوْرِيُّ، عَنِ 
الْأَعْمَشِ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ عَلْقَمَةَ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: 
لَمَّا نَزَلَتْ: {الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ} 
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "قِيلَ لِي: أَنْتَ 
مِنْهُمْ"
Ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Asy-Syafi'i, telah 
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Syaddad Al-Masma'i, telah menceritakan 
kepada kami Abu Asim, telah menceritakan kepada kami Sufyan As-Sauri, dari 
Al-A'masy, dari Ibrahim, dari Alqamah, dari Abdullah yang mengatakan bahwa 
ketika diturunkannya firman Allah Swt. ini: Orang-orang yang beriman dan 
tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman. (Al-An'am: 82) Maka 
Rasulullah Saw. bersabda: Diwahyukan kepadaku bahwa engkau (yakni 
Abdullah ibnu Mas'ud) termasuk salah seorang dari mereka.
قَالَ 
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ يُوسُفَ، حَدَّثَنَا أَبُو جَناب، 
عَنْ زَاذَانَ، عَنْ جَرِيرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ 
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فَلَمَّا بَرَزْنَا مِنَ الْمَدِينَةِ، 
إِذَا رَاكِبٌ يُوضِعُ نَحْوَنَا، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ 
وَسَلَّمَ: "كَأَنَّ هَذَا الرَّاكِبَ إِيَّاكُمْ يُرِيدُ". فَانْتَهَى إِلَيْنَا 
الرَّجُلُ، فَسَلَّمَ فَرَدَدْنَا عَلَيْهِ فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ 
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مِنْ أَيْنَ أَقْبَلْتَ؟ " قَالَ: مِنْ أَهْلِي وَوَلَدِي 
وَعَشِيرَتِي. قَالَ: "فَأَيْنَ تُرِيدُ؟ "، قَالَ: أريدُ رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ: 
"فَقَدْ أَصَبْتَهُ". قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، عَلِّمْنِي مَا الْإِيمَانُ؟ 
قَالَ: "تَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ 
اللَّهِ، وَتُقِيمُ الصَّلَاةَ، وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ، وَتَصُومُ رَمَضَانَ، 
وَتَحُجُّ الْبَيْتَ". قَالَ: قَدْ أَقْرَرْتُ. قَالَ: ثُمَّ إن بعيره دخلت يده في 
جحر جُرْذَان، فَهَوَى بِعِيرُهُ وَهَوَى الرَّجُلُ، فَوَقَعَ عَلَى هَامَتِهِ 
فَمَاتَ، فَقَالَ النَّبِيُّ 
صَلَّى 
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "عَلَيَّ بِالرَّجُلِ". فَوَثَبَ إِلَيْهِ عَمَّارُ 
بْنُ يَاسِرٍ وَحُذَيْفَةُ بْنُ الْيَمَانِ فَأَقْعَدَاهُ، فَقَالَا يَا رَسُولَ 
اللَّهِ، قُبِضَ الرَّجُلُ! قَالَ: فَأَعْرَضَ عَنْهُمَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى 
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثم قَالَ لَهُمَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ 
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَمَا رَأَيْتُمَا إِعْرَاضِي عَنِ الرَّجُلِ، فَإِنِّي 
رَأَيْتُ مَلَكَيْنِ يَدُسَّانِ فِي فِيهِ مِنْ ثِمَارِ الْجَنَّةِ، فَعَلِمْتُ 
أَنَّهُ مَاتَ جَائِعًا"، ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ 
وَسَلَّمَ: "هَذَا مِنَ الَّذِينَ قَالَ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ: {الَّذِينَ 
آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ} ثُمَّ قَالَ: "دُونَكُمْ 
أَخَاكُمْ". قَالَ: فَاحْتَمَلْنَاهُ إِلَى الْمَاءِ فَغَسَّلْنَاهُ وَحَنَّطْنَاهُ 
وَكَفَّنَّاهُ، وَحَمَلْنَاهُ إِلَى الْقَبْرِ، فَجَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى 
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى جَلَسَ عَلَى شَفِير الْقَبْرِ فَقَالَ: 
"الْحِدُوا وَلَا تَشُقُّوا، فَإِنَّ اللَّحْدَ لَنَا وَالشَّقُّ 
لِغَيْرِنَا"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Yusuf, telah 
menceritakan kepada kami Abu Janab, dari Zazan, dari Jarir ibnu Abdullah yang 
menceritakan, "Kami (para sahabat) berangkat bersama Rasulullah Saw. Ketika kami 
keluar dari perbatasan kota Madinah, tiba-tiba ada seorang pengendara menuju ke 
arah kami, maka Rasulullah Saw. bersabda, 'Seakan-akan pengendara ini 
bermaksud menemui kalian.’ Lalu orang tersebut sampai kepada kami dan 
mengucapkan salam penghormatan kepada kami, dan kami membalas salamnya. Nabi 
Saw. bertanya kepadanya, 'Dari manakah engkau?' Lelaki itu menjawab, 
'Dari tempat keluarga, anak-anak, dan handai tolanku.' Nabi Saw. bertanya. 
'Hendak ke mana?' Ia menjawab, 'Aku bermaksud menemui Rasulullah Saw’. 
Nabi Saw. menjawab, 'Sekarang ia ada di hadapanmu.' Ia bertanya, 'Wahai 
Rasulullah, ajarkanlah kepadaku apakah iman itu?' Rasulullah Saw. bersabda: 
Hendaknya engkau bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa 
Muhammad adalah utusan Allah, engkau dirikan salat, engkau tunaikan zakat, 
engkau puasa dalam bulan Ramadan, dan engkau berhaji ke Baitullah. Lelaki 
itu menjawab, 'Aku berikrar (untuk mengamalkannya).' Kemudian unta kendaraan 
lelaki itu terperosok ke dalam liang tikus padang pasir, maka untanya terjatuh, 
dan ia pun terjatuh pula dengan posisi kepala di bawah, hingga mengakibatkan ia 
mati. Rasulullah Saw. bersabda, 'Kemarikanlah lelaki itu!' Maka Ammar 
ibnu Yasir dan Huzaifah ibnul Yaman melompat ke arahnya memberikan pertolongan, 
lalu mendudukkannya. Keduanya berkata, 'Wahai Rasulullah, lelaki ini telah 
meninggal dunia.' Rasulullah Saw. berpaling dari keduanya, lalu bersabda: 
Tidakkah kalian berdua melihat mengapa aku berpaling dari lelaki ini? 
Sesungguhnya aku melihat dua malaikat sedang menyuapkan buah surga ke dalam 
mulutnya, maka aku mengetahui bahwa lelaki ini meninggal dunia karena kelaparan. 
Kemudian Rasulullah Saw. bersabda pula; Lelaki ini termasuk orang-orang 
yang perihalnya disebutkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya, 'Orang-orang yang 
beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik).’ 
(Al-An'am: 82) Lalu Rasulullah Saw. bersabda, 'Urusilah jenazah saudara 
kalian ini!' Lalu kami membawanya ke tempat air dan memandikannya, 
memberinya wewangian, mengafaninya, dan kami usung ke kuburnya." Rasulullah Saw. 
datang, lalu duduk di pinggir kuburnya dan bersabda: Buatlah liang lahad, dan 
janganlah kalian membelahnya, karena sesungguhnya liang lahad adalah bagi kita, 
sedangkan belahan hanya bagi selain kita.Kemudian Imam Ahmad meriwayatkannya dari Aswad ibnu Amir, dari Abdul Humaid ibnu Ja'far Al-Farra, dari Sabit, dari Zazan, dari Jarir ibnu Abdullah, kemudian disebutkan hal yang semisal. Sehubungan dengan hadis ini Imam Ahmad pun memberikan komentarnya, "Orang ini termasuk di antara orang-orang yang sedikit beramal, tetapi berpahala banyak."
قَالَ 
ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا يُوسُفُ بْنُ مُوسَى 
الْقَطَّانُ، حَدَّثَنَا مِهْران بن أبي عمر، 
حَدَّثَنَا 
عَلِيِّ بْنِ عَبْدِ الْأَعْلَى عَنْ أَبِيهِ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْر، عَنِ 
ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ 
وَسَلَّمَ فِي مَسِيرٍ سَارَهُ، إِذْ عَرَضَ لَهُ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ: يَا 
رَسُولَ اللَّهِ، وَالذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ، لَقَدْ خَرَجْتُ مِنْ بِلَادِي 
وَتِلَادِي وَمَالِي لِأَهْتَدِيَ بِهُدَاكَ، وَآخُذَ مِنْ قَوْلِكَ، وَمَا 
بَلَغْتُكَ حَتَّى مَا لِي طَعَامٌ إِلَّا مِنْ خَضِر الْأَرْضِ، فاعْرِضْ عَلَيّ. 
فَعَرَضَ عَلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَبِلَ 
فَازْدَحَمْنَا حَوْلَهُ، فَدَخَلَ خُفُّ بَكْره فِي بَيْتِ جُرْذَان، فَتَرَدَّى 
الْأَعْرَابِيُّ، فَانْكَسَرَتْ عُنُقُهُ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ 
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: صَدَقَ وَالَّذِي بَعَثَنِي بِالْحَقِّ، لَقَدْ خَرَجَ مِنْ 
بِلَادِهِ وَتِلَادِهِ وَمَالِهِ لِيَهْتَدِيَ بِهُدَايَ وَيَأْخُذَ مِنْ قَوْلِي، 
وَمَا بَلَغَنِي حَتَّى مَا لَهُ طَعَامٌ إِلَّا مِنْ خَضِرِ الْأَرْضِ، 
أَسَمِعْتُمْ بِالَّذِي عَمِلَ قَلِيلًا وَأُجِرَ كَثِيرًا هَذَا مِنْهُمْ! 
أَسَمِعْتُمْ بِالَّذِينِ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ 
أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ؟ فَإِنَّ هَذَا 
مِنْهُمْ"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yusuf ibnu Musa 
Al-Qattan, telah menceritakan kepada kami Mahran ibnu Abu Umar, telah 
menceritakan kepada kami Ali ibnu Abdullah, dari ayahnya, dari Sa'id ibnu 
Jubair, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa kami bersama Rasulullah Saw. 
dalam suatu perjalanan, tiba-tiba di tengah jalan ada seorang lelaki Badui yang 
menghalang-halanginya, lalu lelaki Badui itu berkata, "Wahai Rasulullah, demi 
Tuhan Yang telah mengutusmu dengan benar, sesungguhnya aku tinggalkan tempat 
kelahiranku dan semua harta bendaku dengan tujuan mengikuti petunjukmu dan 
mengambil ucapanmu. Dan tidak sekali-kali aku dapat sampai kepadamu melainkan 
setelah semua perbekalanku habis dan makananku hanyalah dedaunan, maka aku mohon 
sudilah engkau menerimaku." Lalu Rasulullah Saw. menuju ke arahnya dan 
menerimanya. Kami (para sahabat) berdesak-desakan di sekitar lelaki Badui itu, 
dan ternyata kaki depan unta kendaraannya terperosok ke dalam liang tikus padang 
pasir, sehingga lelaki itu terjatuh dan lehernya patah (meninggal dunia). Maka 
Rasulullah Saw. bersabda: Demi Tuhan yang telah mengutusku dengan benar, dia 
benar berangkat (meninggalkan) negeri kelahirannya dan semua harta 
bendanya untuk mengikuti petunjukku dan mengambil dari ucapanku, serta tidak 
sekali-kali dia sampai kepadaku melainkan setelah makanan perbekalannya habis, 
kecuali hanya makan dari dedaunan pepohonan. Tidakkah kalian dengar perihal 
orang yang sedikit beramal tetapi diberi pahala banyak? Dia termasuk salah 
seorang dari mereka. Tidakkah kalian dengar perihal orang-orang yang beriman dan 
tidak mencampuradukkan iman mereka' dengan kezaliman? Mereka itulah orang-orang 
yang mendapat keamanan, dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat 
petunjuk. Sesungguhnya orang ini termasuk salah seorang dari mereka. Menurut 
lafaz lain disebutkan: Orang ini sedikit beramal tetapi diberi pahala 
banyak.
وَرَوَى 
ابْنُ مَرْدُوَيه مِنْ حديث محمد ابن مُعَلَّى -وَكَانَ نَزَلَ الرَّيَّ 
-حَدَّثَنَا زِيَادُ بْنُ خَيْثَمَةَ عَنْ أَبِي دَاوُدَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ 
عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مِنْ 
أُعْطِيَ فَشَكَرَ وَمُنِعَ فَصَبَرَ وَظَلَمَ فَاسْتَغْفَرَ وَظُلِمَ فَغَفَرَ" 
وَسَكَتَ، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا لَهُ؟ قَالَ ": {أُولَئِكَ لَهُمُ 
الأمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ}
Ibnu Murdawaih telah meriwayatkan melalui hadis Muhammad ibnu Ya'la Al-Kufi 
yang bertempat tinggal di Ar-Ray, telah menceritakan kepada kami Ziyad ibnu 
Khaisamah, dari Abu Daud, dari Abdullah ibnu Sakhbarah yang menceritakan bahwa 
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang diberi, lalu bersyukur; 
dan (barang siapa yang) dicegah (tidak diberi), lalu bersabar; dan 
(barang siapa yang) berbuat aniaya, lalu meminta ampun; dan (barang 
siapa yang) dianiaya, lalu memaafkan.... Rasulullah Saw. diam sejenak. 
Maka mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, mengapa dia (bagaimana kelanjutannya)?" 
Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya: mereka itulah orang-orang yang 
mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. 
(Al-An'am: 82)
****
Firman Allah Swt.:
{وَتِلْكَ 
حُجَّتُنَا آتَيْنَاهَا إِبْرَاهِيمَ عَلَى قَوْمِهِ}
Dan itulah hujah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi 
kaumnya (Al-An'am: 83)Artinya, Kami arahkan dan Kami ajarkan kepadanya cara mendebat mereka. Menurut Mujahid dan lain-lainnya, hal yang dimaksud ialah seperti yang tertera di dalam firman-Nya:
{وَكَيْفَ 
أَخَافُ مَا أَشْرَكْتُمْ وَلا تَخَافُونَ أَنَّكُمْ أَشْرَكْتُمْ بِاللَّهِ مَا 
لَمْ يُنزلْ بِهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا فَأَيُّ الْفَرِيقَيْنِ أَحَقُّ بِالأمْنِ 
}
Bagaimana aku takut kepada sembahan-sembahan yang kalian persekutukan 
(dengan Allah), padahal kalian tidak takut mempersekutukan Allah dengan 
sembahan-sembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan hujah kepada kalian untuk 
mempersekutukan-Nya. Maka manakah di antara dua golongan itu yang berhak 
mendapat keamanan? (Al-An'am: 81), hingga akhir ayat.Dan Allah telah membenarkannya serta menceritakan baginya akan mendapat keamanan dan hidayah melalui firman-Nya:
{الَّذِينَ 
آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الأمْنُ وَهُمْ 
مُهْتَدُونَ}
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan 
kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan, dan 
mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (Al-An'am: 82)Setelah kesemuanya itu Allah Swt. berfirman:
{وَتِلْكَ 
حُجَّتُنَا آتَيْنَاهَا إِبْرَاهِيمَ عَلَى قَوْمِهِ نَرْفَعُ دَرَجَاتٍ مَنْ 
نَشَاءُ}
Dan itulah hujah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi 
kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat. 
(Al-An'am: 83)Lafaz darajatin man dapat dibaca dengan susunan idafah, dapat pula dibaca tanpa susunan idafah, seperti halnya yang ada pada surat Yusuf; kedua bacaan tersebut mempunyai makna yang hampir sama (berdekatan).
****
Firman Allah Swt.:
{إِنَّ 
رَبَّكَ حَكِيمٌ عَلِيمٌ}
Sesungguhnya Tuhanmu Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui. (Al-An'am: 
83)Yakni Mahabijaksana dalam semua ucapan dan perbuatan-Nya, lagi Maha Mengetahui terhadap siapa yang akan diberi-Nya hidayah dan siapa yang akan disesatkan-Nya, sekalipun telah terbukti baginya semua hujah dan bukti-bukti. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. Dalam ayat lain:
{إِنَّ 
الَّذِينَ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ * وَلَوْ 
جَاءَتْهُمْ كُلُّ آيَةٍ حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الألِيمَ}
Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu, 
tidaklah akan beriman, meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan, 
hingga mereka menyaksikan azab yang pedih. (Yunus: 96-97)Karena itulah dalam surat ini disebutkan melalui firman-Nya:
{إِنَّ 
رَبَّكَ حَكِيمٌ عَلِيمٌ}
Sesungguhnya Tuhanmu Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui. (Al-An'am: 
83) .
وَوَهَبْنَا 
لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ كُلًّا هَدَيْنَا وَنُوحًا هَدَيْنَا مِنْ قَبْلُ 
وَمِنْ ذُرِّيَّتِهِ دَاوُودَ وَسُلَيْمَانَ وَأَيُّوبَ وَيُوسُفَ وَمُوسَى 
وَهَارُونَ وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (84) وَزَكَرِيَّا وَيَحْيَى 
وَعِيسَى وَإِلْيَاسَ كُلٌّ مِنَ الصَّالِحِينَ (85) وَإِسْمَاعِيلَ وَالْيَسَعَ 
وَيُونُسَ وَلُوطًا وَكُلًّا فَضَّلْنَا عَلَى الْعَالَمِينَ (86) وَمِنْ 
آبَائِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ وَإِخْوَانِهِمْ وَاجْتَبَيْنَاهُمْ وَهَدَيْنَاهُمْ 
إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (87) ذَلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ 
مِنْ عِبَادِهِ وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (88) 
أُولَئِكَ الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ فَإِنْ 
يَكْفُرْ بِهَا هَؤُلَاءِ فَقَدْ وَكَّلْنَا بِهَا قَوْمًا لَيْسُوا بِهَا 
بِكَافِرِينَ (89) أُولَئِكَ الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ فَبِهُدَاهُمُ اقْتَدِهْ قُلْ 
لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرَى لِلْعَالَمِينَ 
(90)
Dan Kami telah menganugerahkan Ishaq dan Ya’qub 
kepadanya. Kepada keduanya masing-masing telah Kami berikan petunjuk dan kepada 
Nuh sebelum itu (juga) telah Kami beri 
petunjuk, dan kepada sebagian dari keturunannya (Nuh), yaitu Daud, 
Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, dan Harun. Demikianlah Kami memberi balasan kepada 
orang-orang yang berbuat baik dan Zakaria, Yahya, Isa, dan Ilyas. Semuanya 
termasuk orang-orang yang saleh, dan Ismail, Al-Yasa’, Yunus, dan Lut. 
Masing-masingnya Kami lebihkan derajatnya di atas umat (di masanya), dan 
Kami lebihkan (pula) derajat sebagian dari bapak-bapak mereka, keturunan 
mereka, dan saudara-saudara mereka. Dan kami telah memilih mereka (untuk 
menjadi nabi-nabi dan rasul-rasul), dan Kami menunjuki mereka ke jalan yang 
lurus. Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa 
yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka 
mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka 
kerjakan. Mereka itulah orang-orang yang telah Kami berikan kepada mereka kitab, 
hikmah, dan kenabian. Jika orang-orang (Quraisy) itu mengingkarinya 
(yang tiga macam itu), maka sesungguhnya Kami akan menyerahkannya kepada 
kaum yang sekali-kali tidak akan mengingkarinya. Mereka itulah orang-orang yang 
telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah, 
“Aku tidak meminta upah kepada kalian dalam menyampaikan (Al-Qur'an)." 
Al-Qur'an itu tidak lain hanyalah peringatan untuk segala 
umat.Allah Swt. menyebutkan bahwa Dia mengaruniakan seorang anak kepada Nabi Ibrahim, yaitu Nabi Ishaq, padahal usia Nabi Ibrahim sangat lanjut dan telah putus harapan untuk mendapatkan seorang anak; begitu pula istrinya, yaitu Sarah. Pada suatu hari datanglah sejumlah malaikat bertamu kepada Nabi Ibrahim dalam perjalanan mereka menuju tempat kaum Nabi Lut. Lalu mereka menyampaikan berita gembira akan kedatangan Ishaq kepada keduanya. Maka istri Nabi Ibrahim merasa heran terhadap berita tersebut dan mengatakan seperti yang disitir oleh firman-Nya:
{قَالَتْ 
يَا وَيْلَتَى أَأَلِدُ وَأَنَا عَجُوزٌ وَهَذَا بَعْلِي شَيْخًا إِنَّ هَذَا 
لَشَيْءٌ عَجِيبٌ * قَالُوا أَتَعْجَبِينَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ رَحْمَةُ اللَّهِ 
وَبَرَكَاتُهُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الْبَيْتِ إِنَّهُ حَمِيدٌ 
مَجِيدٌ}
"Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak, padahal aku adalah 
seorang perempuan tua, dan ini suamiku pun dalam keadaan yang sudah tua pula? 
Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh.” Para malaikat itu 
berkata,”tApakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu 
adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya. dicurahkan atas kamu, hai ahlul 
bait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.” (Hud: 72-73)Para malaikat itu menyampaikan berita gembira pula perihal kenabian yang akan diperoleh anaknya selagi ia masih hidup, dan bahwa kelak anaknya akan mempunyai keturunan pula, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt melalui firman-Nya:
{وَبَشَّرْنَاهُ 
بِإِسْحَاقَ نَبِيًّا مِنَ الصَّالِحِينَ}
Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq, seorang 
nabi yang termasuk orang-orang yang saleh (Ash-Shaffat: 112)Hal ini lebih sempurna dan merupakan nikmat yang paling besar. Dalam ayat lainnya disebutkan melalui firman-Nya:
{فَبَشَّرْنَاهَا 
بِإِسْحَاقَ وَمِنْ وَرَاءِ إِسْحَاقَ يَعْقُوبَ}
maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira akan (kelahiran) Ishaq 
dan sesudah Ishaq (lahir pula) Ya'qub. (Hud: 71)Dengan kata lain, sesudah itu dilahirkan pula seorang anak dari anakmu selagi kamu berdua masih hidup, sehingga hatimu menjadi senang karenanya, sebagaimana hati anakmu pun senang pula mendapatkannya. Karena sesungguhnya kegembiraan mendapat seorang cucu sangat kuat, mengingat hal itu sebagai pertanda akan keberlangsungannya keturunan. Juga mengingat anak yang dilahirkan dari pasangan yang sudah lanjut usia diduga tidak akan dapat melahirkan keturuhan selanjutnya, sebab keadaannya sudah lemah. Lalu terjadilah suatu kegembiraan dengan lahirnya seorang cucu, maka cucu itu dinamakan Ya'qub yang berakar dari kata keturunan atau cucu.
Hal tersebut merupakan imbalan yang diberikan oleh Allah Swt. kepada Nabi Ibrahim a.s. berkat perjuangannya. Ia rela hijrah meninggalkan kaumnya dan negeri tempat tinggalnya, pergi mengembara ke tempat yang jauh untuk beribadah kepada Allah Swt. Maka Allah mengganti kaum dan handai taulannya dengan mengaruniakan anak-anak yang saleh kepadanya dari tulang sulbinya dan berpegang kepada agamanya, agar hati Nabi Ibrahim senang dengan keberadaan mereka. Hal ini disebutkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
{فَلَمَّا 
اعْتَزَلَهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ 
وَيَعْقُوبَ وَكُلا جَعَلْنَا نَبِيًّا}
Maka tatkala Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang 
mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya Ishaq dan Ya'qub. Dan 
masing-masing Kami angkat menjadi nabi. (Maryam: 49)Sedangkan dalam surat ini disebutkan melalui firman-Nya:
{وَوَهَبْنَا 
لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ كُلا هَدَيْنَا}
Dan Kami telah menganugerahkan Ishaq dan Ya'qub kepadanya. Kepada keduanya 
masing-masing telah Kami beri petunjuk (Al-An'am: 84)
****
Mengenai firman Allah Swt.:
{وَنُوحًا 
هَدَيْنَا مِنْ قَبْلُ}
dan kepada Nuh. sebelum itu (juga) telah Kami beri petunjuk. 
(Al-An'am: 84)Artinya, sebelum itu Kami telah memberikan petunjuk kepada Nuh, sebagaimana Kami telah memberikan petunjuk kepadanya (Ibrahim) dan Kami anugerahkan kepadanya keturunan yang baik (saleh). Masing-masing dari keduanya (Nuh dan Ibrahim) mempunyai keistimewaan tersendiri yang sangat besar. Adapun Nabi Nuh a.s., maka ketika Allah Swt. menenggelamkan semua penghuni bumi —kecuali orang-orang yang beriman kepada Nabi Nuh, yaitu mereka yang menemaninya dalam perahunya— maka Allah menjadikan keturunannya adalah orang-orang yang menjadi generasi penerus; umat manusia semuanya merupakan keturunan Nabi Nuh a.s. Sedangkan Nabi Ibrahim a.s. adalah kekasih Allah. Maka tidak sekali-kali Allah mengutus seorang nabi sesudahnya melainkan berasal dari keturunannya, seperti yang disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya:
{وَجَعَلْنَا 
فِي ذُرِّيَّتِهِ النُّبُوَّةَ وَالْكِتَابَ} الْآيَةَ
dan Kami jadikan kenabian dan Al-Kitab pada keturunannya. (Al-Ankabut: 
27), hingga akhir ayat.
{وَلَقَدْ 
أَرْسَلْنَا نُوحًا وَإِبْرَاهِيمَ وَجَعَلْنَا فِي ذُرِّيَّتِهِمَا النُّبُوَّةَ 
وَالْكِتَابَ}
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh dan Ibrahim, dan Kami jadikan 
kepada keturunan keduanya kenabian dan Al-Kitab. (Al-Hadid: 26)
{أُولَئِكَ 
الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ مِنْ ذُرِّيَّةِ آدَمَ 
وَمِمَّنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ وَمِنْ ذُرِّيَّةِ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْرَائِيلَ 
وَمِمَّنْ هَدَيْنَا وَاجْتَبَيْنَا إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُ الرَّحْمَنِ 
خَرُّوا سُجَّدًا وَبُكِيًّا}
Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu 
para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh 
dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri 
petunjuk dan telah Kami pilih Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha 
Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis. 
(Maryam: 58)
****
Adapun firman Allah Swt. berikut ini:
{وَمِنْ 
ذُرِّيَّتِهِ}
dan dari keturunannya. (Al-An'am: 84)Artinya, dan Kami beri petunjuk kepada sebagian dari keturunannya.
{دَاوُدَ 
وَسُلَيْمَانَ}
yaitu Daud dan Sulaiman. (Al-An'am: 84), hingga akhir ayat.Damir yang ada pada lafaz zurriyyatihi kembali kepada Nuh, karena lafaz Nuh merupakan lafaz yang paling dekat di antara lafaz yang ada, lagi pula cukup jelas, tidak ada kesulitan mencarinya. Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Dan bila dikembalikan kepada lafaz Ibrahim —mengingat dialah yang disebutkan dalam konteks ayat ini— memang dinilai baik, tetapi sulit untuk mengaitkannya dengan lafaz Lut, karena Nabi Lut bukan termasuk keturunan Nabi Ibrahim, melainkan anak saudaranya yang bernama Haran ibnu Azar. Kecuali jika ia dimasukkan ke dalam pengertian keturunan berdasarkan kriteria taglib (mayoritas), seperti pengertian yang terdapat di dalam firman Allah Swt.:
{أَمْ 
كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا 
تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَهَكَ وَإِلَهَ آبَائِكَ 
إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ 
مُسْلِمُونَ}
Adakah kalian hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, 
ketika ia berkata kepada anak-anaknya, "Apakah yang kalian sembah 
sepeninggalanku?” Mereka menjawab, "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek 
moyangmu, Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan 
kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” (Al-Baqarah: 133)Nabi Ismail adalah pamannya, tetapi ia dimasukkan ke dalam pengertian ayah-ayahnya secara taglib. Sama pula dengan pengertian yang terkandung di dalam firman Allah Swt. lainnya, yaitu:
{فَسَجَدَ 
الْمَلائِكَةُ كُلُّهُمْ أَجْمَعُونَ * إِلا إِبْلِيسَ}
Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama, kecuali iblis. 
(Al-Hijr: 30-31)Dalam ayat ini iblis dimasukkan ke dalam malaikat dalam hal mendapat perintah untuk bersujud, dan iblis dicela karena menentang perintah itu. Dia menyerupai mereka, karena itu dia diperlakukan sama dengan mereka (para malaikat) dan dikategorikan sebagai golongan para malaikat secara taglib; karena sesungguhnya pada kenyataannya iblis termasuk makhluk jin yang diciptakan dari api, sedangkan malaikat diciptakan dari nur.
Penyebutan Isa a.s. ke dalam keturunan Nabi Ibrahim atau Nabi Nuh, menurut pendapat lainnya hal ini menunjukkan dimasukkannya keturunan anak perempuan ke dalam golongan keturunan anak laki-laki, karena sesungguhnya nasab Isa a.s. berkaitan dengan Nabi Ibrahim a.s. hanyalah melalui ibunya, yaitu Maryam a.s sebab Isa a.s. tidak berayah.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sahl ibnu Yahya Al-Askari, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Saleh, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abis, dari Abdullah ibnu Ata Al-Makki, dari Abu Harb ibnu Abul Aswad yang menceritakan bahwa Al-Hajjaj mengirimkan utusan kepada Yahya ibnu Ya'mur untuk menyampaikan pesan, "Telah sampai kepadaku suatu berita bahwa engkau menduga Al-Hasan dan Al-Husain termasuk keturunan Nabi Saw. dan kamu jumpai dalilnya di dalam Kitabullah (Al-Qur'an). Padahal aku telah membaca Al-Qur'an dari awal sampai akhir, tetapi tidak menemukannya." Yahya ibnu Ya'mur menjawab, "Tidak pernahkah engkau membaca suatu ayat di dalam surat Al-An'am yang mengatakan: dan dari keturunannya, yaitu Daud dan Sulaiman. (Al-An'am: 84) sampai kepada firman-Nya: Yahya dan Isa. (Al-An'am: 85)." Al-Hajjaj menjawab, "Ya." Yahya ibnu Ya'mur berkata, "Bukankah Isa termasuk keturunan Nabi Ibrahim, padahal dia tidak berayah?" Al-Hajjaj menjawab, "Engkau benar."
Karena itulah apabila seseorang berwasiat kepada keturunannya, atau mewakafkan kepada mereka, atau memberi mereka suatu hibah, maka keturunan dari anak-anak perempuan termasuk ke dalam golongan keturunannya.
Adapun jika seseorang memberi kepada anak laki-lakinya atau mewakafkan sesuatu kepada anak-anak lelakinya, maka hal tersebut hanya khusus bagi mereka dan bagi keturunannya dari anak laki-lakinya. Mereka yang berpendapat demikian berdalilkan kepada ucapan seorang penyair Arab yang mengatakan:
بَنُونَا 
بَنُو أَبْنَائِنَا وَبَنَاتُنَا ... 
بَنُوهُنَّ أَبْنَاءُ الرِّجَالِ الْأَجَانِبِ
Anak-anak lelaki kami adalah keturunan 
kami; sedangkan anak-anak lelaki dari keturunan anak-anak perempuan kami, mereka 
adalah para putra dari lelaki lain.
Pendapat lainnya lagi mengatakan bahwa anak-anak lelaki dari keturunan 
anak-anak perempuan termasuk pula ke dalam pengertian keturunan dari anak 
laki-laki, karena berdasarkan kepada sebuah hadis yang disebutkan di dalam kitab 
Sahih Bukhari yang menyatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda 
kepada Al-Hasan ibnu Ali:
"إِنَّ 
ابْنِي هَذَا سَيِّدٌ، وَلَعَلَّ اللَّهَ أَنْ يُصْلِحَ بِهِ بَيْنَ فِئَتَيْنِ 
عَظِيمَتَيْنِ مِنَ الْمُسْلِمِينَ"
Sesungguhnya anakku ini adalah seorang sayyidf mudah-mudahan 
Allah mendamaikan dengan melaluinya dua golongan yang besar dari kalangan kaum 
muslim.Dalam hadis ini Rasulullah Saw. menyebutkan Al-Hasan sebagai anak lelakinya. Hal ini menunjukkan bahwa Al-Hasan (yang merupakan anak dari putrinya) dianggap sebagai anak Rasulullah Saw. sendiri.
Pendapat yang lainnya lagi membolehkannya (yakni boleh memasukkan keturunan dari anak perempuan ke dalam golongan keturunan dari anak laki-laki).
*****
Firman Allah Swt.:
{وَمِنْ 
آبَائِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ وَإِخْوَانِهِمْ}
dan Kami lebihkan (pula) derajat sebagian dari bapak-bapak mereka, 
keturunan mereka, dan saudara-saudara mereka. (Al-An'am: 87)Disebutkan orang-orang tua mereka, anak-anak mereka, dan saudara-saudara mereka yang setara; dan bahwa hidayah serta pilihan mencakup mereka seluruhnya. Dalam firman selanjutnya disebutkan:
{وَاجْتَبَيْنَاهُمْ 
وَهَدَيْنَاهُمْ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ}
Dan Kami telah memilih mereka, dan Kami menunjuki mereka ke jalan yang 
lurus. (Al-An'am: 87)
****
Kemudian disebutkan pula:
{ذَلِكَ 
هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ}
Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa 
yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. (Al-An'am: 88)Dengan kata lain, hal tersebut terjadi semata-mata berkat taufik dari Allah dan hidayah-Nya kepada mereka.
{وَلَوْ 
أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ}
Seandainya mereka mempersekutukan Allah niscaya lenyaplah dari mereka 
amalan yang telah mereka kerjakan. (Al-An'am: 88)Hal ini sebagai peringatan keras, sanksi yang berat terhadap perbuatan mempersekutukan Allah, dan bahwa pelakunya melakukan dosa terbesar, seperti yang disebutkan Allah dalam firman lainnya:
{وَلَقَدْ 
أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ 
عَمَلُكَ}
Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) 
sebelum kamu, "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan 
hapuslah amalanmu.” (Az-Zumar: 65), hingga akhir ayat.Hal ini adalah syarat, sedangkan syarat itu bukan berarti pasti akan terjadi; perihalnya sama dengan makna yang terdapat di dalam firman-Nya:
{قُلْ 
إِنْ كَانَ لِلرَّحْمَنِ وَلَدٌ فَأَنَا أَوَّلُ الْعَابِدِينَ}
Katakanlah "Jika benar Tuhan yang Maha Pemurah mempunyai anak, maka akulah 
(Muhammad) orang yang mula-mula menyembah (memuliakan anak itu)." 
(Az-Zukhruf: 81)
{لَوْ 
أَرَدْنَا أَنْ نَتَّخِذَ لَهْوًا لاتَّخَذْنَاهُ مِنْ لَدُنَّا إِنْ كُنَّا 
فَاعِلِينَ}
Sekiranya Kami hendak membuat suatu permainan, tentulah Kami membuatnya 
dari sisi Kami. Jika Kami menghendaki berbuat demikian, (tentulah Kami telah 
melakukannya). (Al-Anbiya: 17)
{لَوْ 
أَرَادَ اللَّهُ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا لاصْطَفَى مِمَّا يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ 
سُبْحَانَهُ هُوَ اللَّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ}
Kalau sekiranya Allah hendak mengambil anak, tentu Dia akan memilih apa 
yang dikehendaki-Nya di antara ciptaan-ciptaan yang telah diciptakan-Nya 
Mahasuci Allah Dialah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan. (Az-Zumar: 4)
****
Adapun firman Allah Swt.:
{أُولَئِكَ 
الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ}
Mereka itulah orang-orang yang telah Kami berikan kepada mereka kitab, 
hikmat, dan kenabian. (Al-An'am: 89)Artinya, merekalah orang-orang yang telah Kami berikan nikmat kepada mereka berupa hal-hal tersebut sebagai rahmat buat hamba-hamba Kami melalui mereka, dan sebagai kasih sayang Kami terhadap semua makhluk.
{فَإِنْ 
يَكْفُرْ بِهَا}
Jika ingkar terhadapnya. (Al-An'am: 89)Yakni terhadap kenabian. Dapat pula diinterpretasikan bahwa damir yang ada kembali kepada ketiga perkara tersebut, yaitu Al-Kitab, hikmat, dan kenabian.
Firman Allah Swt.:
{هَؤلاءِ}
orang-orang itu. (Al-An'am: 89)Yaitu penduduk Mekah, menurut Ibnu Abbas, Sa'id ibnul Musayyab, Ad-Dahhak, Qatadah, dan As-Saddi serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang.
{فَقَدْ 
وَكَّلْنَا بِهَا قَوْمًا لَيْسُوا بِهَا بِكَافِرِينَ}
maka sesungguhnya Kami akan menyerahkannya kepada kaum yang sekali-kali 
tidak akan mengingkarinya. (Al-An'am: 89)Dengan kata lain, jika semua nikmat ini diingkari oleh orang-orang dari kalangan Quraisy dan lain-lainnya, baik yang Arab maupun yang 'Ajam, dan baik dari kalangan Ahli Kitab maupun dari kalangan agama lainnya, maka sesungguhnya Kami akan menyerahkannya kepada kaum yang lain —yakni kaum Muhajirin dan kaum Ansar serta pengikut mereka— sampai hari kiamat.
{لَيْسُوا 
بِهَا بِكَافِرِينَ}
yang sekali-kali mereka tidak akan mengingkarinya. (Al-An'am: 89)Maksudnya, mereka sama sekali tidak akan mengingkarinya dan tidak akan menolak barang satu huruf pun darinya, bahkan mereka beriman kepada semuanya, baik yang muhkam maupun yang mutasyabih. Semoga Allah menjadikan kita ke dalam golongan mereka berkat karunia, kedermawanan, dan kebajikan-Nya.
****
Kemudian Allah Swt. ber-khitab (berbicara) kepada hamba dan Rasul-Nya, 
yaitu Nabi Muhammad Saw., melalui firman-Nya:
{أُولَئِكَ}
Mereka itulah (Al-An'am: 90)Yakni para nabi yang telah disebutkan di atas serta orang-orang yang disebutkan bersama mereka dari kalangan para orang tua dan keturunannya serta saudara-saudaranya yang setara dengan mereka.
{الَّذِينَ 
هَدَى اللَّهُ}
Orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah (Al-An'am: 90)Artinya, hanya merekalah yang mendapat petunjuk, bukan selain mereka.
{فَبِهُدَاهُمُ 
اقْتَدِهِ}
maka ikutilah petunjuk mereka. (Al-An'am: 90)Yakni anuti dan ikutilah mereka. Apabila hal ini merupakan perintah yang ditujukan kepada Rasul Saw., maka umatnya mengikut kepadanya dalam semua yang disyariatkan dan yang diperintahkan olehnya kepada mereka.
Sehubungan dengan ayat ini Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Hisyam, bahwa Juraij pernah bercerita kepada mereka, bahwa telah menceritakan kepadaku Sulaiman Al-Ahwal, bahwa Mujahid pernah menceritakan kepadanya bahwa ia pernah bertanya kepada Ibnu Abbas, "Apakah di dalam surat Sad terdapat ayat yang menganjurkan bersujud tilawah?" Ibnu Abbas mengiakannya, lalu membacakan firman Allah Swt.: Dan Kami anugerahkan Ishaq dan Ya’qub kepadanya. (Al-An'am: 84) sampai dengan: maka ikutilah petunjuk mereka. (Al-An'am: 90) Kemudian ia berkata, "Nabi Saw. termasuk salah seorang dari mereka."
Yazid ibnu Harun, Muhammad ibnu Ubaid, dan Suhail ibnu Yusuf menambahkan dari Al-Awwam, dari Mujahid, bahwa ia bertanya kepada Ibnu Abbas mengenainya. Lalu Ibnu Abbas menjawab, "Nabi kalian termasuk salah seorang yang diperintahkan untuk mengikuti petunjuk mereka."
****
Firman Allah Swt.:
{قُلْ 
لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا}
Katakanlah, "Aku tidak meminta upah kepada kalian dalam menyampaikannya 
(Al-Qur'an)." (Al-An'am: 90)Artinya, dalam menyampaikan Al-Qur'an ini aku tidak meminta suatu upah pun kepada kalian. Dengan kata lain, aku tidak bermaksud sesuatupun dari kalian.
{إِنْ 
هُوَ إِلا ذِكْرَى لِلْعَالَمِينَ}
Al-Qur’an itu tidak lain hanyalah peringatan untuk segala umat. 
(Al-An'am: 90)Yakni mereka menjadi sadar dan mendapat petunjuk dari kegelapan menuju ke jalan hidayah, dan dari kesesatan menuju ke jalan petunjuk, dan dari kekafiran menuju kepada iman, berkat Al-Qur'an.
وَمَا 
قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ إِذْ قَالُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَى بَشَرٍ 
مِنْ شَيْءٍ قُلْ مَنْ أَنْزَلَ الْكِتَابَ الَّذِي جَاءَ بِهِ مُوسَى نُورًا 
وَهُدًى لِلنَّاسِ تَجْعَلُونَهُ قَرَاطِيسَ تُبْدُونَهَا وَتُخْفُونَ كَثِيرًا 
وَعُلِّمْتُمْ مَا لَمْ تَعْلَمُوا أَنْتُمْ وَلَا آبَاؤُكُمْ قُلِ اللَّهُ ثُمَّ 
ذَرْهُمْ فِي خَوْضِهِمْ يَلْعَبُونَ (91) وَهَذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ 
مُصَدِّقُ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَلِتُنْذِرَ أُمَّ الْقُرَى وَمَنْ حَوْلَهَا 
وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ يُؤْمِنُونَ بِهِ وَهُمْ عَلَى صَلَاتِهِمْ 
يُحَافِظُونَ (92)
Dan mereka tidak menghormati Allah dengan 
penghormatan yang semestinya di kala mereka berkata, "Allah tidak menurunkan 
sesuatu pun kepada manusia.” Katakanlah, "Siapakah yang menurunkan kitab 
(Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai 
cahaya dan petunjuk bagi manusia, kalian jadikan kitab itu lembaran-lembaran 
kertas yang bercerai-berai, kalian perlihatkan (sebagiannya) dan kalian 
sembunyikan sebagian besarnya; padahal telah diajarkan kepada kalian apa yang 
kalian dan bapak-bapak kalian tidak mengetahuinya)?" Katakanlah, "Allah-lah 
(yang menurunkannya)," kemudian (sesudah kalian menyampaikan 
Al-Qur'an kepada mereka), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya. 
Dan ini (Al-Qur'an) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi, 
membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu 
memberi peringatan-kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan 
orang-orang yang di luar lingkungannya. Orang-orang yang beriman kepada adanya 
kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Al-Qur'an), dan mereka selalu 
memelihara salatnya.Allah Swt. berfirman, bahwa mereka sama sekali tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya karena mereka mendustakan rasul-rasul-Nya yang ditujukan kepada mereka.
Ibnu Abbas, Mujahid, dan Abdullah ibnu Kasir mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang Quraisy. Kemudian dipilih oleh Ibnu Jarir. Pendapat lain mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan segolongan kaum Yahudi. Menurut pendapat yang lainnya, ayat ini diturunkan berkenaan dengan Fanhas, salah seorang lelaki kaum Yahudi. Sedangkan menurut pendapat yang lainnya lagi, ayat ini diturunkan berkenaan dengan Malik Ibnus Saif.
{قَالُوا 
مَا أَنزلَ اللَّهُ عَلَى بَشَرٍ مِنْ شَيْءٍ}
mereka berkata, "Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia." 
(Al-An'am: 91)Pendapat pertama adalah pendapat paling sahih, mengingat ayat ini adalah ayat Makkiyyah, dan orang-orang Yahudi tidak mengingkari adanya penurunan kitab-kitab dari langit. Tetapi orang-orang Quraisy dan orang-orang Arab dahulu mengingkari kerasulan Nabi Muhammad Saw. karena beliau seorang manusia, seperti yang disebutkan oleh firman Allah Swt. dalam firman-Nya:
{أَكَانَ 
لِلنَّاسِ عَجَبًا أَنْ أَوْحَيْنَا إِلَى رَجُلٍ مِنْهُمْ أَنْ أَنْذِرِ النَّاسَ 
}
Patutkah menjadi keheranan bagi manusia bahwa Kami mewahyukan kepada 
seorang laki-laki di antara mereka, "Berilah peringatan kepada manusia!" 
(Yunus: 2) 
{وَمَا 
مَنَعَ النَّاسَ أَنْ يُؤْمِنُوا إِذْ جَاءَهُمُ الْهُدَى إِلا أَنْ قَالُوا 
أَبَعَثَ اللَّهُ بَشَرًا رَسُولا * قُلْ لَوْ كَانَ فِي الأرْضِ مَلائِكَةٌ 
يَمْشُونَ مُطْمَئِنِّينَ لَنزلْنَا عَلَيْهِمْ مِنَ السَّمَاءِ مَلَكًا 
رَسُولا}
Dan tidak ada sesuatu yang menghalangi manusia untuk beriman tatkala 
datang petunjuk kepadanya, kecuali perkataan mereka, "Adakah Allah mengutus 
seorang manusia menjadi rasul?” Katakanlah, "Seandainya ada malaikat-malaikat 
yang berjalan sebagai penghuni di bumi, niscaya Kami turunkan dari langit kepada 
mereka malaikat menjadi rasul.” (Al-Isra: 94-95)Sedangkan dalam surat ini disebutkan melalui firman-Nya:
{وَمَا 
قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ إِذْ قَالُوا مَا أَنزلَ اللَّهُ عَلَى بَشَرٍ 
مِنْ شَيْءٍ}
Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya di 
kala mereka berkata, "Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia.” 
(Al-An'am: 91)
****
Adapun firman Allah Swt.:
{قُلْ 
مَنْ أَنزلَ الْكِتَابَ الَّذِي جَاءَ بِهِ مُوسَى نُورًا وَهُدًى 
لِلنَّاسِ}
Katakanlah, "Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa 
oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia?” (Al-An'am: 91)Artinya: Hai Muhammad, katakanlah kepada mereka yang ingkar dengan adanya penurunan suatu kitab dari sisi Allah. Ungkapan ini menyangkal kenegatifan mereka yang umum, yakni dengan menetapkan detail permasalahan yang sebenarnya secara positif, yaitu:
{مَنْ 
أَنزلَ الْكِتَابَ الَّذِي جَاءَ بِهِ مُوسَى}
Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa? 
(Al-An'am: 91)Yakni kitab Taurat yang telah kalian ketahui, juga yang telah diketahui oleh semua orang, bahwa Allah telah menurunkan kitab Taurat kepada Musa ibnu Imran.
نُورًا 
وَهُدًى لِلنَّاسِ
sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia. (Al-An'am: 91)Yaitu sebagai cahaya untuk menanggulangi semua kesulitan dan sebagai petunjuk di dalam masalah syubhat yang gelap.
****
Firman Allah Swt.:
{تَجْعَلُونَهُ 
قَرَاطِيسَ تُبْدُونَهَا وَتُخْفُونَ كَثِيرًا}
kalian jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, 
kalian perlihatkan (sebagiannya), dan kalian sembunyikan sebagian 
besarnya. (Al-An'am: 91)Maksudnya, kalian jadikan seluruhnya berupa kertas-kertas yang kalian salinkan ke dalamnya dari Al-Kitab yang asli yang ada di tangan kalian, lalu kalian melakukan banyak perubahan padanya, kalian ganti, dan kalian takwilkan sendiri; kemudian kalian katakan bahwa ini dari sisi Allah, yakni dari Kitab yang diturunkan-Nya, padahal kenyataannya bukan dari sisi Allah, melainkan dari kalian sendiri. Karena itu, diungkapkan oleh firman-Nya: Kalian jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kalian perlihatkan (sebagiannya) dan kalian sembunyikan sebagian besarnya. (Al-An'am: 91)
Firman Allah Swt.:
{وَعُلِّمْتُمْ 
مَا لَمْ تَعْلَمُوا أَنْتُمْ وَلا آبَاؤُكُمْ}
padahal telah diajarkan kepada kalian apa yang kalian dan bapak-bapak 
kalian tidak mengetahuinya. (Al-An'am: 91)Yakni perihal siapa yang menurunkan Al-Qur'an, yang melaluinya Allah mengajarkan dan menyampaikan kepada kalian sebagian dari berita masa silam dan berita yang akan datang, padahal sebelum itu kalian —juga bapak-bapak kalian— tidak mengetahuinya.
Qatadah mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang musyrik Arab. Mujahid mengatakan, yang dimaksud adalah kaum muslim.
****
Firman Allah Swt.:
{قُلِ 
اللَّهُ}
Katakanlah "Allah-lah (yang menurunkan-Nya)!" (Al-An'am: 91)Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah, "Katakanlah, 'Allah-lah yang menurunkannya'." Pendapat atau takwil Ibnu Abbas ini adalah yang telah ditetapkan sehubungan dengan tafsir kalimat ini, bukan seperti apa yang dikatakan oleh sebagian ulama muta'akhkhirin yang mengatakan bahwa lafaz quliltahu artinya tiada lain jawabanmu kepada mereka adalah kalimat ini, yakni 'kalimat Allah'. Berdasarkan pengertian ini, berarti takwil ayat ini mengandung kata perintah yang ditujukan kepada lawan bicara tunggal tanpa ada susunannya (kaitan kronologisnya). Sedangkan mendatangkan kalimat yang menyendiri, menurut kaidah bahasa Arab, tidak dapat memberikan pemahaman yang memuaskan.
Firman Allah Swt.:
{ثُمَّ 
ذَرْهُمْ فِي خَوْضِهِمْ يَلْعَبُونَ}
Kemudian biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya. (Al-An'am: 
91)Artinya, biarkanlah mereka dalam kebodohan dan kesesatannya bermain-main, hingga datang kepada mereka kepastian yang meyakinkan dari Allah. Maka mereka akan mengetahui siapakah yang akan mendapat akibat yang terpuji, apakah mereka ataukah hamba-hamba Allah yang bertakwa?
Firman Allah Swt.:
{وَهَذَا 
كِتَابٌ}
Dan kitab ini. (Al-An'am: 92) Yakni Al-Qur'an.
{أَنزلْنَاهُ 
مُبَارَكٌ مُصَدِّقُ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَلِتُنْذِرَ أُمَّ 
الْقُرَى}
yang telah Kami turunkan yang diberkati, membenarkan kitab-kitab yang 
(diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi peringatan kepada 
(penduduk) Ummul Qura. (Al-An'am: 92)Maksudnya adalah kota Mekah.
{وَمَنْ 
حَوْلَهَا}
dan orang-orang yang di luar lingkungannya. (Al-An'am: 92)dari kalangan kabilah-kabilah Arab Badui dan semua bangsa dari keturunan Anak Adam, baik yang Arab maupun yang 'Ajam, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat-ayat lain, yaitu:
{قُلْ 
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا}
Katakanlah "Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada 
kalian semua.” (Al-A'raf: 158)
{لأنْذِرَكُمْ 
بِهِ وَمَنْ بَلَغَ}
supaya dengan Al-Qur'an ini aku memberi peringatan kepada kalian dan 
kepada orang-orang yang sampai Al-Qur'an (kepadanya). (Al-An'am: 19)
{وَمَنْ 
يَكْفُرْ بِهِ مِنَ الأحْزَابِ فَالنَّارُ مَوْعِدُهُ}
Dan barang siapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan 
sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al-Qur'an, maka nerakalah tempat yang 
diancamkan baginya. (Hud: 17)
{تَبَارَكَ 
الَّذِي نزلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ 
نَذِيرًا}
Mahasuci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan (Al-Qur'an) kepada 
hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. 
(Al-Furqan: 1)
{وَقُلْ 
لِلَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالأمِّيِّينَ أَأَسْلَمْتُمْ فَإِنْ أَسْلَمُوا 
فَقَدِ اهْتَدَوْا وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلاغُ وَاللَّهُ 
بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ}
Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al-Kitab dan kepada 
orang-orang yang ummi, "Apakah kalian (mau) masuk Islam?" Jika mereka 
masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk. Dan jika mereka 
berpaling, maka kewajiban kalian hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). 
Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (Ali Imran: 20)Di dalam sebuah hadis yang tertera di dalam kitab Sahihain disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"أعْطِيتُ 
خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنّ أَحَدٌ مِنَ الْأَنْبِيَاءِ قَبْلِي" وَذَكَرَ مِنْهُنَّ: 
"وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ، وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ 
عَامَّةً"
Aku dianugerahi lima perkara yang belum pernah diberikan kepada seorang 
nabi pun sebelumku. Lalu beliau Saw. antara lain menyebutkan: Dahulu nabi 
diutus hanya khusus kepada kaumnya, sedangkan aku diutus untuk seluruh umat 
manusia.Karena itu, dalam firman selanjutnya disebutkan:
{وَالَّذِينَ 
يُؤْمِنُونَ بِالآخِرَةِ يُؤْمِنُونَ بِهِ}
Orang-orang yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman 
kepadanya (Al-Qur'an). (Al-An'am: 92)Artinya, setiap orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, beriman pula kepada kitab Al-Qur'an yang diberkahi ini, yang Kami turunkan kepadamu, hai Muhammad.
{وَهُمْ 
عَلَى صَلاتِهِمْ يُحَافِظُونَ}
dan mereka selalu memelihara salatnya. (Al-An'am: 92)Yakni mereka mendirikan apa yang difardukan kepada mereka, yaitu menunaikan salat-salat fardu tepat pada waktunya masing-masing.
وَمَنْ 
أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ قَالَ أُوحِيَ إِلَيَّ 
وَلَمْ يُوحَ إِلَيْهِ شَيْءٌ وَمَنْ قَالَ سَأُنْزِلُ مِثْلَ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ 
وَلَوْ تَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ فِي غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَالْمَلَائِكَةُ 
بَاسِطُو أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُوا أَنْفُسَكُمُ الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ 
الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنْتُمْ عَنْ 
آيَاتِهِ تَسْتَكْبِرُونَ (93) وَلَقَدْ جِئْتُمُونَا فُرَادَى كَمَا خَلَقْنَاكُمْ 
أَوَّلَ مَرَّةٍ وَتَرَكْتُمْ مَا خَوَّلْنَاكُمْ وَرَاءَ ظُهُورِكُمْ وَمَا نَرَى 
مَعَكُمْ شُفَعَاءَكُمُ الَّذِينَ زَعَمْتُمْ أَنَّهُمْ فِيكُمْ شُرَكَاءُ لَقَدْ 
تَقَطَّعَ بَيْنَكُمْ وَضَلَّ عَنْكُمْ مَا كُنْتُمْ تَزْعُمُونَ 
(94)
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang 
yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata, "Telah diwahyukan 
kepada saya, " padahal tidak ada diwahyukan sesuatu pun kepadanya, dan orang 
yang berkata, "Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah.” Alangkah 
dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim 
(berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul 
maut sedangkan para malaikat memukul dengan tangannya; (sambil berkata), 
"Keluarkanlah nyawamu!" Di hari ini kalian dibalas dengan siksaan yang sangat 
menghinakan, karena kalian selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) 
yang tidak benar dan (karena) kalian selalu menyombongkan diri 
terhadap ayat-ayat-Nya. Dan sesungguhnya kalian datang kepada Kami 
sendiri-sendiri sebagaimana kalian Kami ciptakan pada mulanya, dan kalian 
tinggalkan di belakang kalian (di dunia) apa yang telah Kami karuniakan 
kepada kalian; dan Kami tiada melihat beserta kalian pemberi syafaat yang kalian 
anggap bahwa mereka itu sekutu-sekutu Tuhan di antara kalian. Sungguh telah 
terputuslah (pertalian) antara kalian dan telah lenyap dari kalian apa 
yang dahulu kalian anggap (sebagai sekutu Allah). (Al-An'am: 
93-94)Mengenai firman Allah Swt.:
{وَمَنْ 
أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا}
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan 
terhadap Allah. (Al-An'am: 93)Artinya, tidak ada seorang pun yang lebih zalim (aniaya) daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah, lalu ia menjadikan sekutu-sekutu bagi-Nya, atau anak, atau mengaku-ngaku bahwa dirinya telah diutus oleh Allah kepada manusia, padahal Allah tidak mengutusnya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{أَوْ 
قَالَ أُوحِيَ إِلَيَّ وَلَمْ يُوحَ إِلَيْهِ شَيْءٌ}
atau yang berkata, "Telah diwahyukan kepada saya, "padahal tidak ada 
diwahyukan sesuatu pun kepadanya. (Al-An'am: 93)Ikrimah dan Qatadah mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Musailamah Al-Kazzab.
{وَمَنْ 
قَالَ سَأُنزلُ مِثْلَ مَا أَنزلَ اللَّهُ}
dan orang yang berkata, "Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan 
Allah " (Al-An'am: 93)Maksudnya orang yang mendakwakan dirinya mampu menandingi wahyu yang diturunkan dari sisi Allah melalui perkataan yang dibuat-buatnya, seperti yang dikisahkan dalam ayat yang lain:
{وَإِذَا 
تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا قَالُوا قَدْ سَمِعْنَا لَوْ نَشَاءُ لَقُلْنَا 
مِثْلَ هَذَا}
Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami, mereka berkata, 
"Sesungguhnya kami telah mendengar (ayat-ayat yang seperti ini). Kalau 
kami menghendaki, niscaya kami dapat membacakan yang seperti ini.” 
(Al-Anfal: 31), hingga akhir ayat.
****
Firman Allah Swt.:
{وَلَوْ 
تَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ فِي غَمَرَاتِ الْمَوْتِ}
sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) 
dalam tekanan-tekanan sakaratul maut. (Al-An'am: 93)Yakni sedang berada dalam sakaratul maut, kesakitannya dan penderitaannya.
{وَالْمَلائِكَةُ 
بَاسِطُو أَيْدِيهِمْ}
sedangkan para malaikat memukul dengan tangannya. (Al-An'am: 93)Yaitu memukulinya, sama halnya dengan pengertian yang terdapat di dalam ayat lain:
{لَئِنْ 
بَسَطْتَ إِلَيَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِي }
Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku. 
(Al-Maidah: 28), hingga akhir ayat.
{وَيَبْسُطُوا 
إِلَيْكُمْ أَيْدِيَهُمْ وَأَلْسِنَتَهُمْ بِالسُّوءِ}
dan niscaya mereka melepaskan tangan dan lidah mereka kepada kalian dengan 
menyakiti (kalian). (Al-Mumtahanah: 2), hingga akhir ayat.Ad-Dahhak dan Abu Saleh mengatakan bahwa basitu aidiyahum artinya memukulkan tangan mereka, yakni menimpakan siksaan. Sama dengan pengertian yang terkandung di dalam ayat lain, yaitu:
{وَلَوْ 
تَرَى إِذْ يَتَوَفَّى الَّذِينَ كَفَرُوا الْمَلائِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ 
وَأَدْبَارَهُمْ}
Kalau kamu melihat ketika para malaikat itu mencabut nyawa orang-orang 
yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka. (Al-Anfal: 50)
Karena itulah dalam surat ini disebutkan melalui 
firman-Nya:              
وَالْمَلائِكَةُ 
بَاسِطُو أَيْدِيهِمْ}
sedangkan para malaikat memukul dengan tangannya. (Al-An'am: 93)Yakni memukulinya sehingga rohnya keluar dari jasadnya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{أَخْرِجُوا 
أَنْفُسَكُمُ}
 (sambil berkata), "Keluarkanlah nyawa kalian.” (Al-An'am: 93)Orang kafir apabila mengalami sakaratul maut, para malaikat datang kepadanya membawa azab, pembalasan, rantai, belenggu, api, dan air mendidih serta murka dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Akan tetapi, rohnya bercerai-berai ke dalam seluruh tubuhnya dan membangkang, tidak mau keluar. Maka para malaikat memukulinya hingga rohnya keluar dari jasadnya, seraya berkata:
{أَخْرِجُوا 
أَنْفُسَكُمُ الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَقُولُونَ 
عَلَى اللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ }
Keluarkanlah nyawa kalian! Di hari ini kalian dibalas dengan siksaan yang 
sangat menghinakan, karena kalian selalu mengatakan terhadap Allah 
(perkataan) yang tidak benar. (Al-An'am: 93), hingga akhir ayat.Artinya, pada hari ini kalian benar-benar akan dihinakan dengan sehina-hinanya, sebagai balasan dari kedustaan kalian terhadap Allah, sikap sombong kalian yang tidak mau mengikuti ayat-ayat-Nya, dan tidak mau taat kepada rasul-rasul-Nya.
Hadis-hadis yang mutawatir banyak yang menceritakan perihal sakaratul maut yang dialami oleh orang mukmin dan orang kafir. Hal ini akan diterangkan dalam tafsir firman Allah Swt.:
{يُثَبِّتُ 
اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي 
الآخِرَةِ}
Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang 
teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. (Ibrahim: 27)Sehubungan dengan bab ini Ibnu Murdawaih menuturkan sebuah hadis yang sangat panjang melalui jalur yang garib, dari Ad-Dahhak, dari Ibnu Abbas secara marfu’.
*****
Firman Allah Swt.:
{وَلَقَدْ 
جِئْتُمُونَا فُرَادَى كَمَا خَلَقْنَاكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ}
Dan sesungguhnya kalian datang kepada Kami sendiri-sendiri sebagaimana 
kalian Kami ciptakan pada mulanya. (Al-An'am: 94)Artinya, hal tersebut dikatakan kepada mereka pada hari mereka dikembalikan, seperti yang disebutkan dalam ayat yang lain, yaitu:
{وَعُرِضُوا 
عَلَى رَبِّكَ صَفًّا لَقَدْ جِئْتُمُونَا كَمَا خَلَقْنَاكُمْ أَوَّلَ 
مَرَّةٍ}
Dan mereka akan dibawa ke hadapan Tuhanmu dengan berbaris. Sesungguhnya 
kalian datang kepada Kami, sebagaimana Kami menciptakan kalian pada yang pertama 
kali. (Al-Kahfi: 48)Yakni sebagaimana Kami memulai penciptaan kalian, maka Kami kembalikan kalian, sedangkan kalian dahulu mengingkarinya dan menganggapnya mustahil, maka sekarang inilah hari berbangkit.
Firman Allah Swt.:
{وَتَرَكْتُمْ 
مَا خَوَّلْنَاكُمْ}
dan kalian tinggalkan di belakang kalian (di dunia) apa yang telah 
Kami karuniakan kepada kalian. (Al-An'am: 94)Yaitu berupa semua kenikmatan dan harta benda yang kalian pelihara selama kalian hidup di dunia, semuanya itu kalian tinggalkan di belakang kalian.
Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
"يَقُولُ 
ابْنُ آدَمَ: مَالِي مَالِي، وَهَلْ لَكَ مِنْ مالك 
إِلَّا 
مَا أَكَلْتَ فَأَفْنَيْتَ، أَوْ لَبِسْتَ فَأَبْلَيْتَ، أَوْ تَصَدَّقْتَ 
فَأَمْضَيْتَ، وَمَا سِوَى ذَلِكَ فَذَاهِبٌ وَتَارِكُهُ 
لِلنَّاسِ".
Anak Adam berkata, "Hartaku-hartaku!" Padahal tiada yang engkau miliki 
dari hartamu kecuali apa yang engkau makan, lalu engkau habiskan; atau apa yang 
engkau pakai, lalu engkau lapukkan; atau apa yang engkau sedekahkan, lalu engkau 
kekalkan, sedangkan selain dari itu semuanya pergi dan ditinggalkan untuk orang 
lain.Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa seorang anak Adam dihadapkan (kepada Allah) pada hari kiamat dalam keadaan tidak membawa apa-apa, lalu Allah Swt. berfirman, "Ke manakah harta yang telah kamu himpun?" Ia menjawab, "Wahai Tuhanku, aku telah mengumpulkannya, tetapi aku meninggalkannya semua secara penuh." Allah berfirman kepadanya, "Hai anak Adam, manakah amal yang kamu bawa untuk dirimu?" Maka ia melihat bahwa dirinya tidak melakukan suatu amal pun. Kemudian Al-Hasan Al-Basri membacakan firman-Nya: Dan sesungguhnya kalian datang kepada Kami sendiri-sendiri sebagaimana kalian Kami ciptakan pada mulanya, dan kalian tinggalkan di belakang kalian (di dunia) apa yang telah Kami karuniakan. (Al-An'am: 94), hingga akhir ayat.
Demikianlah menurut riwayat Imam Ibnu Abu Hatim.
****
Firman Allah Swt.:
{وَمَا 
نَرَى مَعَكُمْ شُفَعَاءَكُمُ الَّذِينَ زَعَمْتُمْ أَنَّهُمْ فِيكُمْ 
شُرَكَاءُ}
dan Kami tidak melihat besertamu pemberi syafaat yang kalian anggap bahwa 
mereka itu sekutu-sekutu Tuhan di antara kalian. (Al-An'am: 94)Ayat ini mengandung makna kecaman dan celaan terhadap mereka, karena ketika di dunia mereka menjadikan sekutu-sekutu dan berhala-berhala serta patung-patung sebagai sembahan mereka, dengan dugaan bahwa semuanya itu dapat memberikan manfaat bagi kehidupan mereka dan dapat menyejahterakan kehidupan akhirat mereka, jika menurut keyakinan mereka ada hari akhirat.
Apabila hari kiamat tiba, maka terputuslah dari mereka semua hubungan di antara mereka, lenyaplah semua kesesatan, dan hilanglah apa yang dahulu mereka buat-buat dalam mempersekutukan-Nya, lalu Tuhan menyerukan kepada mereka di hadapan semua makhluk:
{أَيْنَ 
شُرَكَاؤُكُمُ الَّذِينَ كُنْتُمْ تَزْعُمُونَ}
Di manakah sembahan-sembahan kalian yang dahulu kalian katakan 
(sekutu-sekutu Kami)? (Al-An'am: 22)
{أَيْنَ 
مَا كُنْتُمْ تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ هَلْ يَنْصُرُونَكُمْ أَوْ 
يَنْتَصِرُونَ}
Di manakah berhala-berhala yang dahulu kalian selalu menyembah (nya) 
selain dari Allah? Dapatkah mereka menolong kalian atau menolong diri mereka 
sendiri? (Asy-Syu'ara: 92-93)Karena itu, dalam ayat ini disebutkan:
{وَمَا 
نَرَى مَعَكُمْ شُفَعَاءَكُمُ الَّذِينَ زَعَمْتُمْ أَنَّهُمْ فِيكُمْ 
شُرَكَاءُ}
dan Kami tiada melihat beserta kalian pemberi syafaat yang kalian anggap 
bahwa mereka itu sekutu-sekutu Tuhan di antara kalian. (Al-An'am: 94)Yakni yang kalian sembah, dan kalian duga bahwa mereka mempunyai bagian hak untuk kalian sembah.
Kemudian Allah Swt. berfirman dalam firman selanjutnya:
{لَقَدْ 
تَقَطَّعَ بَيْنَكُمْ}
Sungguh telah terputuslah (pertalian) antara kalian. (Al-An'am: 
94)Kalau dibaca rafa' artinya 'telah terputuslah perhimpunan kalian', dan kalau dibaca nasab artinya 'telah terputuslah semua jalinan antara kalian, yakni semua pertalian, hubungan, dan perantaraan'.
{وَضَلَّ 
عَنْكُمْ}
dan telah lenyap dari kalian. (Al-An'am: 94)Artinya, pergi dan lenyap dari kalian.
{مَا 
كُنْتُمْ تَزْعُمُونَ}
apa yang dahulu kalian anggap (sebagai sekutu Allah). (Al-An'am: 
94)Yakni harapan dari berhala dan sekutu-sekutu itu. Sama halnya dengan makna yang terkandung di dalam firman-Nya:
{إِذْ 
تَبَرَّأَ الَّذِينَ اتُّبِعُوا مِنَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا وَرَأَوُا الْعَذَابَ 
وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الأسْبَابُ * وَقَالَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا لَوْ أَنَّ لَنَا 
كَرَّةً فَنَتَبَرَّأَ مِنْهُمْ كَمَا تَبَرَّءُوا مِنَّا كَذَلِكَ يُرِيهِمُ 
اللَّهُ أَعْمَالَهُمْ حَسَرَاتٍ عَلَيْهِمْ وَمَا هُمْ بِخَارِجِينَ مِنَ 
النَّارِ}
 (Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari 
orang-orang yang mengikutinya dan mereka melihat siksa, dan (ketika) 
segala hubungan antara mereka terputus sama sekali. Dan berkatalah 
orang-orang yang mengikuti, "Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), 
pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri 
dari kami.” Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya 
menjadi sesatan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api 
neraka. (Al-Baqarah: 166-167)AWah Swt. telah berfirman dalam ayat-ayat lain, yaitu:
{فَإِذَا 
نُفِخَ فِي الصُّورِ فَلا أَنْسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ وَلا 
يَتَسَاءَلُونَ}
Apabila sangkakala ditiup, maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di 
antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya. 
(Al-Mu’minun: 101)
{إِنَّمَا 
اتَّخَذْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْثَانًا مَوَدَّةَ بَيْنِكُمْ فِي الْحَيَاةِ 
الدُّنْيَا ثُمَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُ بَعْضُكُمْ بِبَعْضٍ وَيَلْعَنُ 
بَعْضُكُمْ بَعْضًا وَمَأْوَاكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِنْ 
نَاصِرِينَ}
Sesungguhnya berhala-berhala yang kalian sembah selain Allah adalah untuk 
menciptakan perasaan kasih sayang di antara kalian dalam kehidupan dunia ini, 
kemudian di hari kiamat sebagian kalian mengingkari sebagian (yang lain) 
dan sebagian kalian melaknati sebagian (yang lain); dan tempat kembali 
kalian ialah neraka, dan sekali-kali tak ada bagi kalian para penolong pun. 
(Al-'Ankabut:25)
{وَقِيلَ 
ادْعُوا شُرَكَاءَكُمْ فَدَعَوْهُمْ فَلَمْ يَسْتَجِيبُوا لَهُمْ}
Dikatakan (kepada mereka), "Serulah oleh kalian sekutu-sekutu 
kalian," lalu mereka menyerunya, maka sekutu-sekutu itu tidak memperkenankan 
(seruan) mereka. (Al-Qashash: 64), hingga akhir ayat.
{وَيَوْمَ 
نَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا ثُمَّ نَقُولُ لِلَّذِينَ أَشْرَكُوا} إِلَى قَوْلِهِ: 
{وَضَلَّ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ}
Dan (ingatlah) hari yang di waktu itu Kami menghimpun mereka 
semuanya, kemudian Kami berkata kepada orang-orang musyrik. (Al-An'am: 22) 
sampai dengan firman-Nya; dan hilanglah dari mereka sembahan-sembahan yang 
dahulu mereka ada-adakan. (Al-An'am: 24)Ayat-ayat yang menerangkan hal ini cukup banyak.
إِنَّ 
اللَّهَ فَالِقُ الْحَبِّ وَالنَّوَى يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَمُخْرِجُ 
الْمَيِّتِ مِنَ الْحَيِّ ذَلِكُمُ اللَّهُ فَأَنَّى تُؤْفَكُونَ (95) فَالِقُ 
الْإِصْبَاحِ وَجَعَلَ اللَّيْلَ سَكَنًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ حُسْبَانًا 
ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ (96) وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ 
النُّجُومَ لِتَهْتَدُوا بِهَا فِي ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ قَدْ فَصَّلْنَا 
الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ (97)
Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir 
tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang 
mati, dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, maka 
mengapa kalian masih berpaling? Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam 
untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk 
perhitungan. Itulah ketentuan Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. Dan 
Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagi kalian, agar kalian menjadikannya 
petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami telah 
menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang 
mengetahui.Allah Swt. memberitahukan bahwa Dialah Yang membelah biji-bijian dan semua bibit tanaman, yakni Dia membelahnya di dalam tanah, lalu menumbuhkan dari biji-bijian berbagai macam tanaman, sedangkan dari bibit tanaman Dia keluarkan berbagai macam pohon yang menghasilkan buah-buahan yang berbeda-beda warna, bentuk, dan rasanya. Karena itulah firman-Nya berikut ini:
{فَالِقُ 
الْحَبِّ وَالنَّوَى}
menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. (Al-An'am: 
95)
ditafsirkan oleh firman selanjutnya yang 
mengatakan:           
{يُخْرِجُ 
الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ}
Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati. (Al-An'am: 95)Artinya, Dia mengeluarkan tumbuh-tumbuhan yang hidup dari biji dan bibit tanaman yang merupakan benda mati. Perihalnya sama dengan yang disebutkan oleh firman-Nya:
: 
{وَآيَةٌ لَهُمُ الأرْضُ الْمَيْتَةُ أَحْيَيْنَاهَا وَأَخْرَجْنَا مِنْهَا حَبًّا 
فَمِنْهُ يَأْكُلُونَ }
Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah 
bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan darinya biji-bijian, 
maka darinya mereka makan. (Yasin: 33)sampai dengan firman-Nya:
وَمِنْ 
أَنْفُسِهِمْ وَمِمَّا لَا يَعْلَمُونَ
dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui. 
(Yasin: 36)Adapun firman Allah Swt.:
{وَمُخْرِجُ 
الْمَيِّتِ مِنَ الْحَيِّ}
Dan Dia mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Al-An'am: 95)di-ataf-kan kepada firman-Nya:
{فَالِقُ 
الْحَبِّ وَالنَّوَى}
menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. (Al-An'am: 
95)Kemudian ditafsirkan (dijelaskan), selanjutnya di-'ataf-kan kepadanya firman Allah Swt.:
{وَمُخْرِجُ 
الْمَيِّتِ مِنَ الْحَيِّ}
Dan Dia mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Al-An'am: 95)Mereka memberikan contoh mengenai makna ayat ini dengan berbagai ungkapan yang seluruhnya berdekatan lagi mengenai maknanya. Di antara mereka ada yang mengatakan bahwa ayam dikeluarkan dari telur, dan sebaliknya. Di antaranya ada pula yang mengatakan bahwa anak yang saleh dilahirkan dari orang yang fajir (durhaka), dan sebaliknya. Masih banyak contoh lainnya yang pengertiannya terkandung di dalam ayat ini.
Firman Allah Swt.:
{ذَلِكُمُ 
اللَّهُ}
(Yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah. (Al-An'am: 95)Maksudnya, yang mampu melakukan hal tersebut hanyalah Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya.
{فَأَنَّى 
تُؤْفَكُونَ}
maka mengapa kalian masih berpaling? (Al-An'am: 95)Yakni mengapa kalian berpaling dari kebenaran dan menyimpang darinya menuju kepada kebatilan, lalu kalian menyembah Dia bersama yang lain.
****
Firman Allah Swt.:
{فَالِقُ 
الإصْبَاحِ وَجَاعِلُ اللَّيْلِ سَكَنًا}
Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat. 
(Al-An'am: 96)Artinya, Dialah yang menciptakan cahaya dan kegelapan, seperti yang disebutkan di awal surat:
{وَجَعَلَ 
الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ}
dan mengadakan gelap dan terang. (Al-An'am: 1)Yaitu Dia Yang Mahasuci menyingsingkan gelapnya malam hari pada pagi hari, sehingga alam menjadi terang, dan cakrawala tampak terang-benderang. Gelapnya malam hari hilang berangsur-angsur dan pergi membawa kegelapannya, lalu datanglah siang hari dengan sinarnya yang terang. Seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya yang lain:
{يُغْشِي 
اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا}
Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat. 
(Al-A'raf: 54)Allah Swt. menjelaskan kekuasaan-Nya dalam menciptakan berbagai macam hal yang bertentangan lagi berbeda-beda, semuanya itu menunjukkan kesempurnaan kebesaran yang dimiliki-Nya dan kebesaran kekuasaan-Nya. Untuk itu Allah Swt. menyebutkan: Dia menyingsingkan pagi. (Al-An'am: 96) Dan yang bertentangan dengan itu disebutkan oleh firman-Nya: dan menjadikan malam untuk beristirahat. (Al-An'am: 96)
Yakni sunyi lagi gelap agar segala sesuatu dapat beristirahat padanya, seperti yang disebutkan di dalam firman-firman yang lain:
{وَالضُّحَى 
وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَى}
Demi waktu matahari sepenggalan naik, dan demi malam apabila telah sunyi. 
(Adh-Dhuha: 1-2)
{وَاللَّيْلِ 
إِذَا يَغْشَى * وَالنَّهَارِ إِذَا تَجَلَّى}
Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), dan siang apabila 
terang-benderang. (Al-Lail: 1-2)
{وَالنَّهَارِ 
إِذَا جَلاهَا * وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَاهَا}
dan siang apabila menampakkannya, dan malam apabila menutupinya. 
(Asy-Syams: 3-4)Suhaib Ar-Rumi berkata kepada istrinya yang baru saja mencelanya karena banyak begadang di malam hari, "Sesungguhnya Allah menjadikan malam hari untuk beristirahat, kecuali bagi Suhaib. Sesungguhnya Suhaib apabila ingat akan surga, maka rasa rindunya memanjang; dan apabila ingat akan neraka, maka terusirlah rasa kantuknya."
Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.
****
Firman Allah Swt.:
{وَالشَّمْسَ 
وَالْقَمَرَ حُسْبَانًا}
dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. 
(Al-An'am: 96)Yakni keduanya beredar menurut perhitungan yang pasti rapi, tidak berubah dan tidak kacau, melainkan masing-masing dari keduanya mempunyai garis edar yang ditempuh oleh masing-masing dalam musim panas dan musim dinginnya. Sebagai akibat dari hal tersebut, maka berbeda-bedalah panjang dan pendek malam dan siang hari. Perihalnya sama dengan yang disebutkan di dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:
{هُوَ 
الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ 
}
Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan 
ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (garis-garis edar) bagi perjalanan bulan 
itu. (Yunus: 5), hingga akhir ayat.
{لَا 
الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلا اللَّيْلُ سَابِقُ 
النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ}
Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat 
mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya. (Yasin: 
40)
{وَالشَّمْسَ 
وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ}
dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan, dan bintang-bintang; 
(masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. (Al-A'raf: 54)
*****
Adapun firman Allah Swt.:
{ذَلِكَ 
تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ}
Itulah ketentuan Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. 
(Al-An'am: 96)Artinya, semuanya beredar berdasarkan pengaturan dari Tuhan Yang Mahaperkasa, tanpa membangkang dan tanpa menentang, lagi Maha Mengetahui segala sesuatu. Maka tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari pengetahuan-Nya barang sebesar zarrah pun, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit. Dalam Al-Qur'an —apabila Allah menyebutkan tentang penciptaan malam, siang, matahari, dan bulan— sering kali diakhiri dengan penyebutan sifat perkasa dan sifat mengetahui, seperti yang terdapat dalam ayat ini (Al-An'am: 96), juga ayat lain, yaitu:
{وَآيَةٌ 
لَهُمُ اللَّيْلُ نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَإِذَا هُمْ مُظْلِمُونَ * 
وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ 
الْعَلِيمِ}
Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah 
malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu. maka dengan serta merta mereka 
berada dalam kegelapan, dan matahari berjalan di tempat peredarannya. 
Demikianlah ketetapan Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. (Yasin: 
37-38)Demikian pula ketika Dia menyebutkan perihal penciptaan langit dan bumi serta segala sesuatu yang ada pada keduanya, yaitu pada permulaan surat Hamim Sajdah:
{وَزَيَّنَّا 
السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَحِفْظًا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ 
الْعَلِيمِ}
Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan 
Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Mahaperkasa 
lagi Maha Mengetahui. (Fushshilat: 12)
****
Sehubungan dengan firman Allah Swt. berikut ini:
{وَهُوَ 
الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ النُّجُومَ لِتَهْتَدُوا بِهَا فِي ظُلُمَاتِ الْبَرِّ 
وَالْبَحْرِ}
Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagi kalian, agar kalian 
menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. (Al-An'am: 
97)Sebagian ulama Salaf mengatakan, "Barang siapa yang mempunyai keyakinan terhadap bintang-bintang tersebut selain dari ketiga fungsi yang akan disebutkan, berarti dia keliru dan dusta terhadap Allah Swt. Yaitu Allah menjadikannya sebagai hiasan langit dan sebagai perajam untuk setan-setan serta sebagai petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut."
Firman Allah Swt.:
{قَدْ 
فَصَّلْنَا الآيَاتِ}
Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami). 
(Al-An'am: 97)Artinya, Kami jelaskan dan Kami terangkan tanda-tanda kebesaran Kami itu.
{لِقَوْمٍ 
يَعْلَمُونَ}
kepada orang-orang yang mengetahui (Al-An'am: 97)Yakni kepada orang-orang yang berakal dan mengetahui kebenaran serta menjauhi kebatilan.
وَهُوَ 
الَّذِي أَنْشَأَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ فَمُسْتَقَرٌّ وَمُسْتَوْدَعٌ قَدْ 
فَصَّلْنَا الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَفْقَهُونَ (98) وَهُوَ الَّذِي أَنْزَلَ مِنَ 
السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ نَبَاتَ كُلِّ شَيْءٍ فَأَخْرَجْنَا مِنْهُ 
خَضِرًا نُخْرِجُ مِنْهُ حَبًّا مُتَرَاكِبًا وَمِنَ النَّخْلِ مِنْ طَلْعِهَا 
قِنْوَانٌ دَانِيَةٌ وَجَنَّاتٍ مِنْ أَعْنَابٍ وَالزَّيْتُونَ وَالرُّمَّانَ 
مُشْتَبِهًا وَغَيْرَ مُتَشَابِهٍ انْظُرُوا إِلَى ثَمَرِهِ إِذَا أَثْمَرَ 
وَيَنْعِهِ إِنَّ فِي ذَلِكُمْ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ (99)
Dan Dialah yang menciptakan kalian dari seorang 
diri, maka (bagi kalian) ada tempat 
tetap dan tempat simpanan. Sesungguhnya telah Kami jelaskan tanda-tanda 
kebesaran Kami kepada orang-orang yang mengetahui. Dan Dialah yang menurunkan 
air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam 
tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang 
menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan 
dari mayang kurma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun 
anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang 
tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan 
(perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu 
ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang 
beriman.Firman Allah Swt.:
{وَهُوَ 
الَّذِي أَنْشَأَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ}
Dan Dialah yang menciptakan kalian dari seorang diri. (Al-An'am: 
98)Maksudnya dari Nabi Adam a.s, seperti halnya yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman yang lain, yaitu:
{يَا 
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ 
وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا 
وَنِسَاءً}
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan kalian yang telah 
menciptakan kalian dari seorang diri, dan darinya Allah menciptakan istrinya; 
dan dari keduanya Allah memperkembang-biakkan laki-laki dan perempuan yang 
banyak. (An-Nisa: 1)Adapun firman Allah Swt.:
{فَمُسْتَقَرٌ 
وَمُسْتَوْدَعٌ}
maka (bagi kalian) ada tempat tetap dan tempat simpanan. 
(Al-An'am: 98)Para ulama tafsir berbeda pendapat mengenai makna ayat ini. Dari Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Abu Abdur Rahman As-Sulami, Qais ibnu Abu Hazim, Mujahid, Ata, Ibrahim An-Nakha'i, Ad-Dahhak, Qatadah, As-Saddi, Ata Al-Khurrasani, dan lain-lainnya disebutkan bahwa makna mustaqarrun adalah tempat menetap di dalam rahim. Mereka atau sebagian besar dari mereka mengatakan bahwa mustauda' yaitu tempat simpanan di dalam tulang sulbi.
Tetapi dari Ibnu Mas'ud dan sejumlah ulama yang lain disebutkan hal yang sebaliknya. Demikian pula dari Ibnu Mas'ud serta sejumlah ulama, disebutkan bahwa tempat tetap adalah di dunia, dan tempat simpanan adalah setelah mati.
Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa tempat menetap itu adalah di dalam rahim, di permukaan bumi, dan sesudah meninggal dunia. Menurut Al-Hasan Al-Basri, mustaqar ialah bagi orang yang telah meninggal dunia, karena amalnya telah ditetapkan dengan kematian itu.
Disebutkan dari Ibnu Mas'ud, bahwa yang dimaksud dengan tempat simpanan atau mustauda ialah hari akhirat. Akan tetapi, pendapat pertamalah yang lebih kuat.
Firman Allah Swt.:
{قَدْ 
فَصَّلْنَا الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَفْقَهُونَ}
Sesungguhnya Kami telah jelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) 
kepada orang-orang yang mengetahui. (Al-An'am: 98)Artinya, orang-orang yang mengerti dan memahami Kalamullah serta makna yang terkandung di dalamnya.
****
Firman Allah Swt.:
{وَهُوَ 
الَّذِي أَنزلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً}
Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit. (Al-An'am: 99)Yakni dengan kepastian dalam keadaan diberkati sebagai rezeki buat hamba-hamba Allah, untuk menyuburkan, dan sebagai pertolongan buat semua makhluk dan rahmat dari Allah buat mereka semua.
{فَأَخْرَجْنَا 
بِهِ نَبَاتَ كُلِّ شَيْءٍ}
Lalu Kami  tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan. 
(Al-An'am: 99)Ayat ini semakna dengan firman Allah Swt. yang lain, yaitu:
{وَجَعَلْنَا 
مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ}
Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. (Al-Anbiya: 
30).Adapun firman Allah Swt.:
{فَأَخْرَجْنَا 
مِنْهُ خَضِرًا}
Maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang 
menghijau. (Al-An'am: 99)Artinya, tanaman dan pepohonan yang hijau; sesudah itu Kami ciptakan padanya biji-bijian dan buah-buahan. Karena itu, dalam firman selanjutnya disebutkan:
{نُخْرِجُ 
مِنْهُ حَبًّا مُتَرَاكِبًا}
Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak. 
(Al-An'am: 99)Yakni sebagian darinya bertumpang tindih dengan sebagian yang lain seperti pada bulir-bulirnya dan lain sebagainya.
{وَمِنَ 
النَّخْلِ مِنْ طَلْعِهَا قِنْوَانٌ}
dan dari mayang kurma mengurai tangkai-tangkai. (Al-An'am: 99)Qinwan adalah bentuk jamak dari qinwun, artinya tangkai ketandan (mayang) kurma.
{دَانِيَةٌ}
yang menjulai. (Al-An'am: 99)Maksudnya, dekat untuk dipetik dan mudah memetiknya
Perihalnya sama dengan apa yang dikatakan oleh Ali ibnu Abu Talhah Al-Walibi, dari Ibnu Abbas, sehubungan dengan makna firman-Nya: tangkai-tangkai yang menjulai. (Al-An'am: 99) Yakni tangkai yang menjulai ke bawah bagi pohon kurma yang pendek, sehingga mayangnya yang dipenuhi dengan tangkai buah berada dekat tanah dan mudah dipetik. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir.
Sehubungan dengan ini orang-orang Hijaz mengatakan bahwa qinwanun artinya tangkai-tangkai mayang, begitu pula halnya yang dikatakan oleh orang-orang Bani Qais. Sehubungan dengan makna lafaz ini, Imru-ul Qais (seorang penyair Jahiliyyah yang ternama) mengatakan:
فَأَثَّت 
أَعَالِيهِ وَآدَتْ أصولهُ ... 
ومَالَ بقنْوانٍ مِنَ البُسر أحْمَرَا ...
Pucuk pohonnya berdiri tegak, akarnya 
menghujam ke tanah, dan mayangnya yang dipenuhi dengan tangkai-tangkai menjulai 
ke bawah, penuh dengan buah kurma yang merah.
Sedangkan orang-orang Bani Tamim mengatakan bentuk jamaknya adalah qinyan 
dengan memakai ya. Ibnu Jarir mengatakan bahwa qinwan adalah 
bentuk jamak dari qinwun, sebagaimana lafaz sinwdn adalah bentuk 
jamak dari lafaz sinwun. 
****
Firman Allah Swt.:
{وَجَنَّاتٍ 
مِنْ أَعْنَابٍ}
dan kebun-kebun anggur. (Al-An'am: 99)Artinya, Kami keluarkan pula darinya kebun-kebun anggur; kedua jenis buah-buahan ini —yakni kurma dan anggur— menurut penduduk Hijaz termasuk buah-buahan yang paling digemari, dan barangkali keduanya merupakan buah-buahan yang terbaik di dunia. Perihal kedua buah itu disebutkan oleh Allah kepada hamba-hamba-Nya dalam firman-Nya:
{وَمِنْ 
ثَمَرَاتِ النَّخِيلِ وَالأعْنَابِ تَتَّخِذُونَ مِنْهُ سَكَرًا وَرِزْقًا 
حَسَنًا}
Dan dari buah kurma dan anggur, kalian buat minuman yang memabukkan dan 
rezeki yang baik. (An-Nahl: 67)Hal ini disebutkan oleh Allah Swt. sebelum khamr diharamkan. Juga dalam firman Allah Swt. yang lainnya, yaitu:
{وَجَعَلْنَا 
فِيهَا جَنَّاتٍ مِنْ نَخِيلٍ وَأَعْنَابٍ}
Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur. (Yasin: 34)Adapun firman Allah Swt.:
{وَالزَّيْتُونَ 
وَالرُّمَّانَ مُشْتَبِهًا وَغَيْرَ مُتَشَابِهٍ}
dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang 
tidak serupa. (Al-An'am: 99)Qatadah dan lain-lainnya mengatakan bahwa gairu mutasyabih artinya yang tidak serupa dedaunannya, tetapi bentuknya serupa; sebagian darinya serupa dengan sebagian yang lain, tetapi berbeda dalam buah yang dihasilkannya, baik dari bentuk, rasa, maupun kandungannya.
Firman Allah Swt.:
{انْظُرُوا 
إِلَى ثَمَرِهِ إِذَا أَثْمَرَ وَيَنْعِهِ}
Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikanlah 
pula) kematangannya. (Al-An'am: 99)Yakni bila telah masak, menurut Al-Barra ibnu Azib, Ibnu Abbas, Ad-Dahhak, Ata Al-Khurrasani, As-Saddi, Qatadah, dan lain-lainnya. Dengan kata lain, perhatikanlah kekuasaan Penciptanya yang telah menciptakannya dari tidak ada menjadi ada. Pada mulanya berupa tumbuh-tumbuhan, lalu menjadi pohon, dan menghasilkan buah; ada yang menghasilkan anggur, ada yang menghasilkan kurma, dan lain sebagainya dari semua jenis tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan yang berbeda-beda warna dan bentuknya serta berbeda-beda rasa dan bau hasil buahnya. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya:
{وَفِي 
الأرْضِ قِطَعٌ مُتَجَاوِرَاتٌ وَجَنَّاتٌ مِنْ أَعْنَابٍ وَزَرْعٌ وَنَخِيلٌ 
صِنْوَانٌ وَغَيْرُ صِنْوَانٍ يُسْقَى بِمَاءٍ وَاحِدٍ وَنُفَضِّلُ بَعْضَهَا عَلَى 
بَعْضٍ فِي الأكُلِ }
Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun 
anggur, tanaman-tanaman, dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak 
bercabang, disirami dengan air yang sama, Kami melebihkan sebagian 
tanaman-tanaman itu atas sebagian yang lain tentang rasanya. (Ar-Ra'd: 4), 
hingga akhir ayat.Karena itulah dalam ayat ini disebutkan:
{إِنَّ 
فِي ذَلِكُمْ}
Sesungguhnya pada yang demikian itu. (Al-An'am: 99) hai manusia.
لآيَاتٍ
ada tanda-tanda (kekuasaan Allah). (Al-An'am: 99)Yakni tanda-tanda yang menunjukkan kesempurnaan kekuasaan Pencipta semuanya itu, kebijaksanaan, dan rahmat-Nya.
{لِقَوْمٍ 
يُؤْمِنُونَ}
bagi orang-orang yang beriman. (Al-An'am: 99)Maksudnya, orang-orang yang percaya kepada-Nya dan mengikuti rasul-rasul-Nya.
وَجَعَلُوا 
لِلَّهِ شُرَكَاءَ الْجِنَّ وَخَلَقَهُمْ وَخَرَقُوا لَهُ بَنِينَ وَبَنَاتٍ 
بِغَيْرِ عِلْمٍ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يَصِفُونَ (100)
Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi 
Allah, padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, dan mereka berbohong 
(dengan mengatakan), "Bahwasanya Allah mempunyai anak laki-laki dan 
perempuan," tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan. Mahasuci Allah dan 
Mahatinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan.Ayat ini membantah orang-orang musyrik yang menyembah Allah dengan selain-Nya dan mempersekutukan-Nya dalam beribadah kepada-Nya, sebab mereka menyembah jin. Mereka menjadikan jin sebagai sekutu-sekutu Allah dalam ibadah mereka; Mahatinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan, dan Mahatinggi Allah dari kekafiran mereka.
Apabila ditanyakan, mengapa jin disembah, padahal sesungguhnya mereka hanyalah menyembah berhala-berhala? Sebagai jawabannya dapat dikatakan bahwa mereka tidak sekali-kali menyembah berhala-berhala itu melainkan karena taat kepada jin, dan jin telah menganjurkan mereka untuk melakukan hal tersebut. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman yang lain, yaitu:
{إِنْ 
يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ إِلا إِنَاثًا وَإِنْ يَدْعُونَ إِلا شَيْطَانًا مَرِيدًا * 
لَعَنَهُ اللَّهُ وَقَالَ لأتَّخِذَنَّ مِنْ عِبَادِكَ نَصِيبًا مَفْرُوضًا * 
وَلأضِلَّنَّهُمْ وَلأمَنِّيَنَّهُمْ وَلآمُرَنَّهُمْ فَلَيُبَتِّكُنَّ آذَانَ 
الأنْعَامِ وَلآمُرَنَّهُمْ فَلَيُغَيِّرُنَّ خَلْقَ اللَّهِ وَمَنْ يَتَّخِذِ 
الشَّيْطَانَ وَلِيًّا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَقَدْ خَسِرَ خُسْرَانًا مُبِينًا * 
يَعِدُهُمْ وَيُمَنِّيهِمْ وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيْطَانُ إِلا 
غُرُورًا}
Yang mereka sembah selain Allah itu tidak lain hanyalah berhala, dan 
(dengan menyembah berhala itu) mereka tidak lain hanyalah menyembah setan 
yang durhaka, yang dilaknati Allah dan setan itu mengatakan, "Saya benar-benar 
akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bagian yang telah ditentukan (untuk 
saya), dan saya benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan 
angan-angan kosong pada mereka dan akan menyuruh mereka (memotong 
telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan 
akan saya suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka 
mengubahnya. Barang siapa yang menjadikan setan sebagai pelindung selain Allah, 
maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata. Setan itu memberikan 
janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, 
padahal setan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka. 
(An-Nisa: 117-120)
{أَفَتَتَّخِذُونَهُ 
وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِي}
Patutkah kalian mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin 
selain dari-Ku. (Al-Kahfi: 50), hingga akhir ayat.Nabi Ibrahim pun pernah berkata kepada bapaknya, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{يَا 
أَبَتِ لَا تَعْبُدِ الشَّيْطَانَ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلرَّحْمَنِ 
عَصِيًّا}
Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah setan. Sesungguhnya setan itu 
durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. (Maryam: 44)Juga seperti yang disebutkan dalam firman-Nya yang lain, yaitu:
{أَلَمْ 
أَعْهَدْ إِلَيْكُمْ يَا بَنِي آدَمَ أَنْ لَا تَعْبُدُوا الشَّيْطَانَ إِنَّهُ 
لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ * وَأَنِ اعْبُدُونِي هَذَا صِرَاطٌ 
مُسْتَقِيمٌ}
"Bukankah Aku telah memerintahkan kepada kalian, hai Bani Adam, supaya 
kalian tidak menyembah setan? Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata 
bagi kalian, "dan hendaklah kalian menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus. 
(Yasin: 60-61)Pada hari kiamat para malaikat mengatakan:
{سُبْحَانَكَ 
أَنْتَ وَلِيُّنَا مِنْ دُونِهِمْ بَلْ كَانُوا يَعْبُدُونَ الْجِنَّ أَكْثَرُهُمْ 
بِهِمْ مُؤْمِنُونَ}
Mahasuci Engkau, Engkaulah pelindung kami, bukan mereka; bahkan mereka 
telah menyembah jin, kebanyakan mereka beriman kepada jin itu. (Saba: 
41)Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{وَجَعَلُوا 
لِلَّهِ شُرَكَاءَ الْجِنَّ وَخَلَقَهُمْ}
Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi 
Allah, padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu. (Al-An'am: 100)Yakni padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, karena Dialah Tuhan Maha Pencipta semata, tiada sekutu bagi-Nya, maka mengapa disembah selain Dia bersama-Nya? Perihalnya sama dengan perkataan Nabi Ibrahim, seperti yang disitir oleh firman-Nya:
{أَتَعْبُدُونَ 
مَا تَنْحِتُونَ * وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ}
Apakah kalian menyembah patung-patung yang kalian pahat itu? Padahal 
Allah-lah yang menciptakan kalian dan apa yang kalian perbuat itu. 
(Ash-Shaffat: 95-96)Makna ayat menunjukkan bahwa Allah Swt. adalah Zat yang hanya Dia sendiri yang mampu menciptakan. Karena itu, hanya Dia semata yang wajib disembah, tidak ada sekutu bagi-Nya.
*****
Firman Allah Swt.:
{وَخَرَقُوا 
لَهُ بَنِينَ وَبَنَاتٍ بِغَيْرِ عِلْمٍ}
dan mereka berbohong (dengan mengatakan), "Bahwasannya Allah 
mempunyai anak laki-laki dan anak perempuan," tanpa (dasar) ilmu 
pengetahuan. (Al-An'am: 100)Melalui ayat ini Allah memperingatkan akan kesesatan orang yang sesat dalam menggambarkan Allah Swt. dengan sebutan bahwa Dia beranak, seperti yang dikatakan oleh orang-orang Yahudi terhadap Uzair, yang dikatakan oleh orang-orang Nasrani terhadap Isa putra Maryam, dan perkataan sebagian orang-orang musyrik Arab bahwa para malaikat itu adalah anak-anak perempuan Allah.
Mahasuci dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka katakan dengan ketinggian yang sebesar-besarnya. (Al-Isra: 43)
Makna firman-Nya, "Kharaqu" mereka membuat-buat kedustaan dan kebohongan terhadap Allah, menurut pendapat ulama Salaf.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya, "Kharaqu" membohong. Menurut Al-Aufi, dari Ibnu Abbas, sehubungan dengan makna firman-Nya: dan mereka berbohong (dengan mengatakan), "Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan," tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan. (Al-An'am: 100) Disebutkan bahwa mereka menjadikan bagi-Nya anak laki-laki dan perempuan.
Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan mereka berbohong (dengan mengatakan), "Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan." (Al-An'am: 100) Bahwa makna kharaqu ialah membuat kebohongan. Hal yang sama telah dikatakan oleh Al-Hasan. Menurut Ad-Dahhak, makna kharaqu artinya membuat-buat. Menurut As-Saddi artinya memastikan.
Ibnu Jarir mengatakan, "Kalau demikian, berarti makna ayat adalah: Mereka dalam ibadahnya mempersekutukan Allah dengan jin, padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, tanpa ada yang menyekutui-Nya, tanpa penolong, dan tanpa pembantu dalam menciptakan mereka." dan mereka berbohong (dengan mengatakan), "Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan, " tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan. (Al-An'am: 100)
Perihal hakikat dari apa yang mereka katakan, bahkan hal itu disebabkan kebodohan dan ketidaktahuan mereka tentang Allah dan kebesaran-Nya, karena sesungguhnya tidaklah layak bagi Tuhan bila beranak, beristri dan bersekutu dalam menciptakan semuanya. Karena itulah dalam akhir ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{سُبْحَانَهُ 
وَتَعَالَى عَمَّا يَصِفُونَ}
Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan. 
(Al-An'am: 100)Artinya, Mahasuci, Mahabersih lagi Mahabesar Allah dari apa yang digambarkan oleh orang-orang bodoh lagi sesat itu yang telah mengatakan bahwa Allah beranak, mempunyai tandingan, teman, dan sekutu.
بَدِيعُ 
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ أَنَّى يَكُونُ لَهُ وَلَدٌ وَلَمْ تَكُنْ لَهُ 
صَاحِبَةٌ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ 
(101)
Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia 
mempunyai anak, padahal Dia tidak mempunyai istri. Dia menciptakan segala 
sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu. Dia Pencipta langit dan bumi. 
(Al-An'am: 101)
{بَدِيعُ 
السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ}
Dia Pencipta langit dan bumi. (Al-An'am: 101)Yakni Yang mengadakan, Yang menciptakan, Yang membangun, dan Yang membuat keduanya tanpa contoh terlebih dahulu. Demikianlah menurut Mujahid dan As-Saddi. Dari pengertian inilah maka hal yang baru dinamakan bid'ah, karena tidak ada persamaannya sebelum itu.
{أَنَّى 
يَكُونُ لَهُ وَلَدٌ}
Bagaimana Dia mempunyai anak. (Al-An'am: 101) Dengan kata lain, mana mungkin Dia beranak.
وَلَمْ 
تَكُنْ لَهُ صَاحِبَةٌ
padahal Dia tidak mempunyai istri. (Al-An'am: 101)Maksudnya, anak itu hanyalah dilahirkan dari dua sejoli yang berpasangan, sedangkan Allah Swt. tidak sama dengan sesuatu pun dari makhluk-Nya, karena Dialah Yang menciptakan segala sesuatu, dan Dia tidak beristri, tidak pula beranak, seperti yang disebutkan di dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:
{وَقَالُوا 
اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا }
Dan mereka berkata, "Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) 
anak.” Sesungguhnya kalian telah mendatangkan suatu perkara yang sangat 
mungkar. (Maryam: 88-89)sampai dengan firman-Nya:
وَكُلُّهُمْ 
آتِيهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَرْدًا
Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan 
sendiri-sendiri. (Maryam: 95)
{وَخَلَقَ 
كُلَّ شَيْءٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ}
Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu. 
(Al-An'am: 101)Melalui ayat ini Allah menjelaskan bahwa Dialah yang menciptakan segala sesuatu dan Maha Mengetahui segala sesuatu. Maka mana mungkin Dia mempunyai istri dari kalangan makhluk-Nya sebagai pendamping-Nya. Dia pun tidak ada bandingan-Nya, maka mana mungkin Dia beranak. Mahatinggi Allah dari hal tersebut dengan ketinggian yang setinggi-tingginya.
ذَلِكُمُ 
اللَّهُ رَبُّكُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ فَاعْبُدُوهُ 
وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ (102) لَا تُدْرِكُهُ الْأَبْصَارُ وَهُوَ 
يُدْرِكُ الْأَبْصَارَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ (103)
Yang (memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah 
Tuhan kalian, tidak ada Tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka 
sembahlah Dia; dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu. Dia tidak dapat dicapai 
oleh penglihatan mata, sedangkan Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan 
Dialah Yang Mahahalus lagi Maha Mengetahui.Adapun firman Allah Swt.:
{ذَلِكُمُ 
اللَّهُ رَبُّكُمْ}
Yang demikian itu adalah Allah Tuhan kalian. (Al-An'am: 102)Maksudnya, yang menciptakan segala sesuatu, tidak beranak, dan tidak pula beristri.
{لَا 
إِلَهَ إِلا هُوَ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ فَاعْبُدُوهُ}
tidak ada Tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia. 
(Al-An'am: 102)Artinya, sembahlah Dia semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan akuilah ketauhidan-Nya (keesaaan-Nya), bahwa tidak ada Tuhan selain Dia, Dia tidak beranak, tidak diperanakkan, tidak beristri, dan tidak ada yang menyamai dan menandingi-Nya.
{وَهُوَ 
عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ}
dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu. (Al-An'am: 102)Yakni Dialah Yang memelihara. Yang Mengawasi dan Yang mengatur semua yang selain-Nya, Dia memberi mereka rezeki dan memelihara mereka sepanjang malam dan siang hari.
****
Firman Allah Swt.:
{لَا 
تُدْرِكُهُ الأبْصَارُ}
Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata. (Al-An'am: 103)Sehubungan dengan makna ayat ini, ada beberapa pendapat di kalangan para imam dari kalangan ulama Salaf.
Menurut pendapat pertama, Allah tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata di dunia, sekalipun nanti di akhirat dapat dilihat. Demikianlah menurut apa yang disebutkan oleh banyak hadis mutawatir dari Rasulullah Saw. melalui berbagai jalur periwayatan yang telah ditetapkan di dalam kitab-kitab Sahih, kitab-kitab Musnad, dan kitab-kitab Sunnah.
Sehubungan dengan hal ini Masruq telah meriwayatkan dari Siti Aisyah yang mengatakan, "Barang siapa yang menduga bahwa Muhammad telah melihat Tuhannya, sesungguhnya ia telah berdusta." Menurut riwayat lain 'melihat Allah', karena sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman: Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedangkan Dia dapat melihat segala yang kelihatan. (Al-An'am: 103)
Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim, melalui hadis Abu Bakar ibnu Ayyasy, dari Asim ibnu Abun Nujud, dari Abud Duha, dari Masruq.
Hadis ini telah diriwayatkan pula oleh bukan hanya seorang, dari Masruq. Telah ditetapkan pula di dalam kitab Sahih dan kitab-kitab lainnya, dari Siti Aisyah melalui berbagai jalur periwayatan. Tetapi Ibnu Abbas berpendapat berbeda; menurut riwayat yang bersumberkan darinya, penglihatan ini bersifat mutlak (yakni di dunia dan akhirat). Menurut suatu riwayat yang bersumberkan darinya, Nabi Saw. pernah melihat Tuhannya dengan pandangan kalbunya sebanyak dua kali. Masalah ini disebutkan di dalam permulaan tafsir surat An-Najm, Insya Allah.
Ibnu Abu Hatim menuturkan bahwa Muhammad ibnu Muslim pernah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ibrahim Ad-Dauraqi, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Mu'in; ia mengatakan bahwa ia pernah mendengar Isma'il ibnu Ulayyah mengatakan sehubungan dengan makna firman Allah Swt.: Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata. (Al-An?am: 103) Hal ini di dunia.
Ayah Ibnu Abu Hatim pernah mengatakan dari Hisyam ibnu Ubaidillah yang telah mengatakan hal yang sama.
Pendapat lain mengatakan bahwa makna firman-Nya: Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata. (Al-An?am: 103) Yakni semua penglihatan mata. Hal ini telah di-takhsis oleh hadis yang menyatakan bahwa orang-orang mukmin kelak di akhirat dapat melihat Tuhannya.
Pendapat lain —yaitu dari kalangan Mu'tazilah— mengatakan sesuai dengan pemahaman mereka terhadap makna ayat ini, yaitu bahwa Allah tidak dapat dilihat, baik di dunia maupun di akhirat. Dengan demikian, mereka berpendapat berbeda dengan ahli sunnah wal jama'ah dalam masalah ini karena ketidakmengertian mereka kepada apa yang ditunjukkan oleh Kitabullah dan sunnah Rasulullah.
Adapun dalil dari Al-Qur’an ialah firman Allah Swt.:
{وُجُوهٌ 
يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ. إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ}
Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri, kepada 
Tuhannyalah mereka melihat. (Al-Qiyamah: 22-23)Allah Swt. telah berfirman pula, menceritakan perihal orang-orang kafir:
{كَلا 
إِنَّهُمْ عَنْ رَبِّهِمْ يَوْمَئِذٍ لَمَحْجُوبُونَ}
Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar tertutup 
dari (melihat) Tuhan mereka. (Al-Muthaffifin: 15)Imam Syafii mengatakan bahwa hal ini menunjukkan bahwa orang-orang mukmin tidak terhalang untuk melihat Tuhan mereka Yang Mahasuci lagi Mahatinggi. Adapun mengenai dalil dari sunnah, maka banyak hadis mutawatir diriwayatkan dari Abu Sa'id, Abu Hurairah, Anas, Juraij, Suhaib, Bilal, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang dari kalangan sahabat, dari Nabi Saw.; semuanya menyebutkan bahwa orang-orang mukmin kelak di akhirat dapat melihat Allah di 'Arasat (halaman-halaman surga) dan di taman-taman surga. Semoga Allah menjadikan kita dari golongan mereka berkat karunia dan kemuliaanNya, amin.
Menurut pendapat lain sehubungan dengan makna firman-Nya: Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata. (Al-An'am: 103) Yakni oleh rasio (akal). Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim, dari Ali ibnul Husain, dari Al-Fallas, dari Ibnu Mahdi, dari Abul Husain Yahya ibnul Husain qari' ahli Mekah, bahwa dia telah mengatakan hal tersebut. Tetapi pendapat ini garib sekali, dan berbeda dengan makna lahiriah ayat. Seakan-akan dia berpandangan bahwa lafaz idrak di sini bermakna ru-yah.
Ulama lain mengatakan bahwa tidak ada pertentangan antara ketetapan melihat dan pe-nafi'-an idrak dan yang lebih khusus daripada ru-yah (melihat), karena sesungguhnya pengertian idrak (mencapai) tidak memastikan adanya pe-nafi-an hal yang lebih khusus dengan pe-nafi-an yang lebih umum.
Kemudian mereka berselisih pendapat mengenai pengertian pencapaian yang ditiadakan (yang di-nafi-kan), yakni bagaimana hakikatnya? Menurut suatu pendapat, yang di-nafi-kan adalah mengetahui hakikat-Nya, karena sesungguhnya tidak ada yang mengetahui-Nya selain Dia sendiri, sekalipun orang-orang mukmin dapat melihat-Nya. Perihalnya sama dengan orang yang melihat rembulan, sesungguhnya dia tidak dapat mengetahui hakikat, keadaan, dan materinya. Maka Tuhan Yang Mahabesar lebih utama daripada hal tersebut, dan hanya Dialah Yang memiliki perumpamaan Yang Mahatinggi.
Ibnu Ulayyah mengatakan bahwa pengertian tersebut (yakni mustahil mengetahui hakikat Allah) hanya terjadi di dunia. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.
Pendapat lainnya lagi mengatakan bahwa makna pengetahuan atau idrak lebih khusus daripada ru-yah (penglihatan), makna idrak sama dengan meliputi. Mereka mengatakan bahwa tidak adanya peliputan bukan berarti memastikan tidak adanya penglihatan, sebagaimana tidak adanya ilmu yang meliputi bukan berarti memastikan tidak adanya ilmu.
Allah Swt. telah berfirman:
{وَلا 
يُحِيطُونَ بِهِ عِلْمًا}
sedangkan ilmu mereka tidak dapat meliputi-Nya. (Thaha: 110) Di dalam sebuah hadis sahih Muslim disebutkan:
"لَا 
أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ على نفسك"
Saya tidak dapat meliputi pujian kepada-Mu, pujian-Mu hanyalah seperti apa 
yang Engkau pujikan terhadap diri-Mu.Hal ini tidaklah memastikan tidak adanya pujian kepada Dia. Maka demikian pula dalam masalah tersebut.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedangkan Dia dapat melihat segala yang kelihatan. (Al-An'am: 103) Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna ayat ialah penglihatan seseorang tidak dapat meliputi Kerajaan (Allah).
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Hammad ibnu Talhah Al-Qannad, telah menceritakan kepada kami Asbat, dari Sammak, dari Ikrimah, bahwa pernah ditanyakan kepadanya mengenai makna firman Allah Swt.: Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata. (Al-An'am: 103) Ikrimah berkata, "Tidakkah engkau melihat langit?" Si penanya menjawab, "Ya, tentu saja melihat." Ikrimah berkata, "Apakah semuanya dapat terlihat?"
Sa'id ibnu Arubah telah meriwayatkan dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedangkan Dia dapat melihat segala yang kelihatan. (Al-An'am: 103) Bahwa Dia Mahabesar dari kemampuan penglihatan mata untuk dapat melihat-Nya.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sa'd ibnu Abdullah ibnu Abdul Hakam, telah menceritakan kepada kami Khalid ibnu Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Abu Urfujah, dari Atiyyah Al-Aufi sehubungan dengan makna firman-Nya: Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri, kepada Tuhannyalah mereka melihat. (Al-Qiyamah: 22-23) Atiyyah mengatakan bahwa mereka melihat Allah, tetapi pandangan mereka tidak dapat meliputi-Nya karena Kebesaran-Nya, sedangkan pandangan Allah meliputi mereka semuanya. Yang demikian itu disebutkan oleh firman-Nya: Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedangkan Dia dapat melihat segala yang kelihatan. (Al-An'am: 103)
Sehubungan dengan makna ayat ini, ada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dalam bab ini. Untuk itu Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa:
حَدَّثَنَا 
أَبُو زُرْعَةَ، حَدَّثَنَا مِنْجَاب بْنُ الْحَارِثِ السَّهْمِيُّ حَدَّثَنَا 
بِشْرُ بْنُ عِمَارَةَ، عَنْ أَبِي رَوْقٍ، عَنْ عَطِيَّةَ الْعَوْفِيِّ، عَنْ 
أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ 
وَسَلَّمَ في قوله: {لا تُدْرِكُهُ الأبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ الأبْصَارَ} قَالَ: 
"لَوْ أَنَّ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ وَالشَّيَاطِينَ وَالْمَلَائِكَةَ مُنْذُ 
خُلِقُوا إِلَى أَنْ فَنُوا صُفّوا صَفًّا واحدًا، 
مَا 
أَحَاطُوا بِاللَّهِ أَبَدًا".
telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, telah menceritakan kepada kami 
Minjab ibnul Haris As-Sahmi, telah menceritakan kepada kami Bisyr Ammarah, dari 
Abu Rauq, dari Atiyyah Al-Aufi, dari Abu Sa'id Al-Khudri, dari Rasulullah Saw. 
sehubungan dengan makna firman-Nya:  Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan 
mata, sedangkan Dia dapat melihat segala yang kelihatan. (Al-An'am: 103)  
Nabi Saw. bersabda:  Seandainya jin dan manusia, dan setan serta para 
malaikat—sejak mereka diciptakan hingga semuanya mati— dibariskan menjadi satu 
saf, niscaya mereka masih belum dapat meliputi Allah selama-lamanya.Tetapi hadis ini garib dan tidak dikenal, melainkan hanya melalui jalur ini; tidak ada seorang pun dari pemilik kitab Sittah yang meriwayatkannya.
Ulama lainnya lagi mengatakan sehubungan dengan makna ayat ini dengan mengetengahkan apa yang diriwayatkan oleh Imam Turmuzi di dalam kitab Jami-nya, Ibnu Abu Asim di dalam kitab Sunnah-nya, Ibnu Abu Hatim di dalam kitab Tafsir-nya, Ibnu Murdawaih di dalam kitab Tafsir-nya, dan Imam Hakim di dalam kitab Mustadrak-nya melalui hadis Al-Hakam ibnu Aban yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Ikrimah berkata, "Aku pernah mendengar Ibnu Abbas mengatakan, 'Muhammad pernah melihat Tuhannya Yang Mahasuci lagi Mahatinggi.' Maka aku berkata, 'Bukankah Allah telah berfirman: Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedangkan Dia dapat melihat segala yang kelihatan. (Al-An'am: 103)?' Ibnu Abbas berkata kepadaku, 'Semoga engkau tidak beribu (yakni celakalah kamu). Yang demikian itu adalah nur-Nya yang juga merupakan nur-Nya. Apabila Allah menampakkan nur-Nya, maka tidak ada sesuatu pun yang dapat melihat-Nya'." Menurut riwayat lain, tidak ada sesuatu pun yang dapat tegak karena-Nya. Imam Hakim mengatakan bahwa asar ini sahih dengan syarat Syaikhain (Bukhari dan Muslim), tetapi keduanya tidak mengetengahkannya.
Semakna dengan asar ini ada sebuah hadis yang ditetapkan di dalam kitab Sahihain melalui hadis Abu Musa Al-Asy'ari r.a. secara marfu’ yaitu:
"إِنَّ 
اللَّهَ لَا يَنَامُ، وَلَا يَنْبَغِي لَهُ أَنْ يَنَامَ يَخْفِضُ الْقِسْطَ 
وَيَرْفَعُهُ، يُرْفَعُ إِلَيْهِ عَمَلُ اللَّيْلِ قَبْلَ عَمَلِ النَّهَارِ، 
وَعَمَلُ النَّهَارِ قَبْلَ عَمَلِ اللَّيْلِ، حِجَابُهُ النُّورُ -أَوِ: النَّارُ 
-لَوْ كَشَفَهُ لَأَحْرَقَتْ سُبُحات وَجْهِهِ مَا انْتَهَى إِلَيْهِ بَصَرُهُ مِنْ 
خَلْقِهِ"
Sesungguhnya Allah tidak pernah tidur, dan tidak layak bagi-Nya tidur; Dia 
merendahkan timbangan (amal) dan meninggikannya. Dilaporkan kepada-Nya 
amal perbuatan siang hari sebelum malam tiba, dan amal malam hari sebelum siang 
hari tiba. Hijab (penghalang)-Nya adalah nur (atau api), 
seandainya Dia membuka hijab~Nya, niscaya kesucian Zat-Nya akan membakar 
semua makhluk-Nya sepanjang penglihatan-Nya.Di dalam kitab-kitab terdahulu disebutkan bahwa sesungguhnya Allah berfirman kepada Musa ketika Musa memohon agar dapat melihat-Nya, "Hai Musa, sesungguhnya tidak ada makhluk hidup pun yang melihatKu melainkan pasti mati, dan tidak ada benda mati pun (yang Aku menampakkan diri-Ku kepadanya) melainkan pasti hancur lebur." Dan Allah Swt. telah berfirman:
{فَلَمَّا 
تَجَلَّى رَبُّهُ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُ دَكًّا وَخَرَّ مُوسَى صَعِقًا فَلَمَّا 
أَفَاقَ قَالَ سُبْحَانَكَ تُبْتُ إِلَيْكَ وَأَنَا أَوَّلُ 
الْمُؤْمِنِينَ}
Tatkala Tuhannya tampak bagi gunung itu, kejadian itu membuat gunung itu 
hancur lebur dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia 
berkata, "Mahasuci Engkau, aku bertobat kepada Engkau, dan aku orang yang 
pertama-tama beriman.” (Al-A'raf: 143)Yang di-nafi-kan (ditiadakan) oleh asar ini adalah idrak secara khusus, tetapi bukan berarti me-nafi-kan dapat melihat-Nya kelak di hari kiamat; kelak di hari kiamat Allah menampakkan diri-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin menurut apa yang dikehendaki-Nya. Adapun mengenai keagungan dan kebesaran-Nya, sesuai dengan Zat-Nya Yang Mahatinggi lagi Mahasuci serta Mahabersih, tidak dapat dicapai oleh pandangan mata. Karena itulah Ummul Mu’minin Siti Aisyah r.a. menetapkan adanya penglihatan (dapat melihat Allah) di akhirat dan me-nafi-kan (meniadakan)nya di dunia. Siti Aisyah mengatakan demikian dengan berdalilkan firman-Nya yang mengatakan: Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedangkan Dia dapat melihat segala yang kelihatan. (Al-An'am: 103)
Hal yang di-nafi-kan oleh Siti Aisyah ialah pencapaian yang dengan kata lain melihat kebesaran dan keagungan Allah sesuai dengan keadaan Zat-Nya, karena sesungguhnya hal tersebut tidak mungkin bagi manusia, tidak mungkin bagi para malaikat, tidak mungkin pula bagi makhluk lainnya.
*****
{وَهُوَ 
يُدْرِكُ الأبْصَارَ}
sedangkan Dia dapat melihat segala yang kelihatan. (Al-An'am: 103)Artinya, Dia meliputi semuanya dan mengetahui seluk-beluknya, karena sesungguhnya semuanya itu adalah makhluk-Nya, seperti yang disebutkan di dalam ayat lain:
{أَلا 
يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ}
Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kalian 
lahirkan dan rahasiakan); dan Dia Mahahalus lagi Maha Mengetahui? 
(Al-Mulk: 14)Adakalanya pengertian absar diungkapkan menunjukkan makna orang-orang yang melihat, seperti yang dikatakan oleh As-Saddi dalam takwil firman-Nya: Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedangkan Dia dapat melihat segala yang kelihatan. (Al-An'am: 103) Yakni tiada sesuatu pun yang dapat melihat-Nya, sedangkan Dia melihat semua makhluk.
Abul Aliyah telah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: dan Dialah Yang Mahahalus lagi Maha Mengetahui. (Al-An'am: 103) Yakni Mahahalus untuk mengeluarkannya lagi Maha Mengetahui tentang tempatnya, Wallahu A lam. Takwil ini sama pengertiannya dengan nasihat Luqman terhadap anaknya, seperti yang disitir oleh firman Allah Swt. berikut:
{يَا 
بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ 
أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الأرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ 
لَطِيفٌ خَبِيرٌ}
(Luqman berkata), "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu 
perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di 
dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). 
Sesungguhnya Allah Mahahalus lagi Maha Mengetahui.” (Luqman: 
16) 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar